Jumat, 07 Mei 2021

Syech Abdul qodir muda dengan 2 temannya ibnu saqo

Ada tiga orang alim berziaroh kepada Syaikh Yusuf Al-Hamadani seorang waliyullah. Ketiga orang itu adalah: Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Ibn Asrun dan Ibn Saqa.

Dalam perjalanan, mereka saling bercerita.

Ibn Saqa bercerita bahwa tujuan ia ziarah adalah untuk menjajaki ilmu Syaikh dan memberi tahu pada masyarakat akan kebodohan Syaikh.

Ibn Asrun bercerita bahwa maksud dia sowan adalah untuk meminta doa agar diberi kekayaan karena dia tahu doa Syaikh mustajab.

Syaikh Abdul Qodir mengatakan bahwa tujuan sowan adalah untuk ngalap barokah dan mendapatkan kebaikan dalam agamanya.

Setelah ketiganya berada di depan Syaikh, Syaikh sudah tahu kehendak dari ketiga orang itu.

Syaikh berkata pada Ibn Saqa: “Saya melihat perdebatan di antara dua matamu”. 

Kemudian Syaikh menjawab semua pertanyaan Itu 

Syaikh menoleh kepada Ibn Asrun dan berkata: “Akan datang harta yang engkau kehendaki”.

Setelah itu, Syaikh berkata kepada Abdul Qodir: “Telapak kakimu di atas leher para wali pada masamu”.

Ibn Saqa adalah seorang penghafal Qur’an. Suatu ketika dia dijadikan utusan oleh kholifah ke negara romawi. Saat di sana, dia mencintai putri raja. Akan tetapi sang putri tidak mau dinikahi kecuali Ibn Saqa masuk kristen. 

Pada akhirnya, Ibnu Saqo masuk kristen. Suatu ketika ada yang melihat Ibn Saqo dalam keadaan sakit di gubug reyot memegang kipas untuk menolak lalat dari mukanya.


*****


Saat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani masih muda, ada kisah ajib. Ketika beliau sedang bersama dua temannya, Ibnu Saqo dan Ibrahim, mereka asyik ngobrol tentang seorang syekh yang alim, bahkan disebut sebagai wali Quthub Rabbaniy bahkan konon katanya memiliki karomah bisa menghilang. Semua orang di zaman itu selalu mendatangi syekh tersebut untuk meminta berkah, doa dan sebagainya.

Lalu Syekh Abdul Qodir muda dan dua temannya juga tidak mau ketinggalan. Namun sebelum mereka berangkat terjadi dialog antara ketiganya, kira apa yang akan mereka lakukan saat bertemu syekh sepuh tersebut.

Ibnu Saqo berkata: Aku akan mengajukan pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab oleh syekh sepuh itu, sehingga orang-orang nanti bakal memuji aku bahwa aku lebih hebat dari syekh sepuh itu. Kemudian Ibrahim juga mengucapkan bahwa: Saya akan menguji keilmuanya.

Sementara Syekh Abdul Qadir muda mengingatkan agar mereka tidak sombong dan jangan ujub. Saat Syekh Abduk Qadir ditanya, beliau menjawab: Saya hanya ingin berziarah, tabarrukan dan ingin mendapatkan doa restu dari Syekh sepuh tersebut.

Setelah mereka tiba di rumah syekh sepuh, maka syekh sepuh tidak ada dikursi yang biasa beliau tempati. Namun tiba-tiba syekh ada dikursi seketika. Syekh sepuh lalu berkata pada Ibnu Saqo:

Hai Ibnu Saqo, kamu datang kesini dengan niat yang kotor, niat yang sombong dan ujub dengan ilmumu. Bukankah kamu berniat akan menguji ilmuku dan berharap aku tak mampu menjawab pertanyaanmu? Supaya orang-orang mengatakan bahwa Ibnu Saqo lebih hebat dari syekh sepuh?

Hai Ibnu Saqo, kata syekh, ini jawaban atas pertanyaanmu. Kesombonganmu dan ujubmu. Jangan lupa sombong itu perbuatan syetan. Jika kamu demikian, maka kamu mewarisi sifat Iblis. Saya melihat ada api neraka kekafiran dihatimu dan kamu akan mati dalam keadaaan kafir.

Syekh berkata pada tamu kedua yaitu Ibrohim: Ya Ibrohim, kamu juga sama, kesini dengan niat yang kotor. Pertanyaanmu kujawab. Kamu akan menjadi pejabat tinggi, harta berlimpah. Namun kamu tak peduli walau harus mendapatkannya dengan cara yang haram dan makan dari makanan yang haram.

Lalu terakhir, syekh sepuh berkata pada syekh Abdul Qadir: Ya warisan Nabi, Yaa warisa ‘Ali. Yaa Zuhhad Yaa ‘ubbaad.
Saya melihat seluruh umat membutuhkan ilmumu, smpai hari kiamat. Ya sayyidi as-syarif, di suatu zaman nanti, saya melihat semua wali berada di lututmu. Leher semua wali berada ditelapakmu.
Syekh sepuh berkata, semua orang butuh padamu Dan semua orang butuh pada ilmumu sampai yaumil qiyamah.

Kemudian benarlah di kemudian hari, Ibnu Saqo menjadi Menteri Luar Negeri di Baghdad. Diceritakan dari para pedagang bahwa Ibnu Saqo menderita penyakit lepra yang menjijikkan sehingga ia selalu mengerang kesakitan di sepanjang jalanan, karena tidak ada orang yang mau menolongnya. Saat ditanya kenapa ini semua terjadi? Ibnu Saqo menjawab, ini karena kesombonganku dan ketakabburanku pada Syekh Al-Quthbi.

Hai Ibnu Saqo, bukankah kamu hafal Al-Qur’an? Ibnu Saqo menjawab, ya. Namun hafalanku semuanya hilang, kecuali hanya satu ayat yang menunjukkan kekafiranku. Saya kafir. Semua ilmunya hilang. Ketika sakaratul maut wajahnya menghadap ke timur atau matahari walupun ingin menghadap kiblat sampai-sampai 10 orang berusaha menghadapkanya ke kiblat namun tidak bisa sama sekali.

Akhirnya, ia mati dengan menghadap matahari. Bahkan, ia tidak bisa membaca syahadat saat ditalqin. Padahal waktu hidupnya menjadi seorang ulama. Namun di saat sakaratul maut tidak bisa ditalqin syahadat sama sekali dan pada akhirnya, ia mati dalam keadaan kafir. Jadi, jangan takabbur, jangan ujub.

Sedangkan Ibrahim, saat mau mati didatangi banyak orang. Ia menjadi menteri keuangan. Ditanya Apa yang terjadi? Iya menjawab, ini semua karena saya tidak punya adab dengan wali. Saya ujub dan takabbur pada wali. Ia suka dengan barang-barang haram. Bahkan saya mati dengan memakan makanan haram. Ini peringatan, hati-hati makan barang haram.

Sedangkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan ketawadukannya dan dengan ilmunya, semua orang mengambil ilmu dan barokah dari beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.