Selasa, 28 April 2020

Bagian kedua kitab wasiyatul Muathofa tentang Wudlu dan Sholat

Bagian Kedua : Wasiat Nabi Seputar Wudhu dan Shalat

فَصْلٌ فِي الْوُضُوْءِ وَالصَّلاَةِ

a. Pengaruh Wudhu terhadap Jiwa

قَالَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: يَاعَلِيُّ، اِسْتَقْصِ اِسْبَاغَ الْوُضُوْءَ فَاِنَّهُ شَطْرُ اْلاِيْمَانِ، فَاِذَا تَوَضَّأْتَ فَلاَ تُسْرِفْ فِي الْمَاءِ، فَاِذَا فَرَغْتَ مِنْ طُهْرٍ فَاقْرَأْ اِنَّآاَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ مِنْ بَعْدِ غَسْلِ الْقَدَمَيْنِ عَشَرَ مَرَّاتٍ يُفَرِّجِ اللهُ هَمَّكَ
“Nabi Saw bersabda, “Hai Ali, tetaplah berusaha menyempurnakan wudhu karena sesungguhnya wudhu itu separuh dari iman. Apabila engkau berwudhu janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Jika engkau telah selesai dari bersuci maka bacalah: Innaa anzalnaahu fii lailatil qadri (QS. al-Qadr), sebanyak sepuluh kali begitu usai membasuh kedua kaki, yang dengannya Allah akan menghilangkan kesusahanmu.”

b. Wudhu Sarana Penghapus Dosa

يَاعَلِيُّ، اِذَا فَرَغْتَ مِنَ الطَّهَارَةِ فَخُذْ مَاءً وَامْسَحْ بِيَدَيْكَ رَقَبَتَكَ وَقُلْ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ. ثُمَّ انْظُرْ اِلَى اْلاَرْضِ وَقُلْ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. فَاِنَّ مَنْ قَالَ هَذَا غَفَرَ اللهُ لَهُ كُلَّ صَغِيْرَةٍ وَكَبِيْرَةٍ
“Hai Ali, apabila engkau telah selesai dari bersuci (berwudhu), ambillah air dengan kedua tanganmu lalu usapkan ke lehermu seraya membaca: “Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta wahdaka laa syariika laka astaghfiruka wa atuubu ilaik”. Kemudian arahkan pandanganmu ke bumi dan ucapkan: “Asyhadu anna muhammadan ‘abduka wa rasuuluk”. Sesungguhnya siapa saja yang membaca kalimat-kalimat tersebut, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, baik yang kecil maupun yang besar.”

c. Doa Malaikat untuk Orang yang Selalu dalam Keadaan Suci

يَاعَلِيُّ، اِنَّ الْمَلآئِكَةَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِلْاِنْسَانِ مَادَامَ عَلَى طَهَارَةٍ وَلَمْ يُحْدِثْ
“Hai Ali, sesungguhnya malaikat akan senantiasa memohonkan ampun (kepada Allah) untuk seseorang, selama ia berada dalam keadaan suci, tidak berhadas.”

d. Keutamaan Mandi di Hari Jumat

يَاعَلِيُّ، مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غَفَرَاللهُ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَةِ اِلَى الْجُمُعَةِ، وَجَعَلَ ذَلِكَ ثَوَابًا فِيْ قَبْرِهِ وَثَقُلَ عَلَى مِيْزَانِهِ
“Hai Ali, barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, maka Allah akan mengampuninya antara Jumat itu hingga Jumat berikutnya, dan (Allah) menjadikan hal itu sebagai pahala di alam kuburnya dan memperberat timbangannya.”

e. Rahasia Perintah Bersiwak

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِالسِّوَاكِ، فَفِيْهِ اَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ فَضِيْلَةً فِي الدِّيْنِ وَالْبَدَنِ 
“Hai Ali, tetapkanlah untuk dirimu bersiwak, karena di dalamnya terdapat dua puluh empat keutamaan bagi agama maupun badan.”

f. Keutamaan Shalat Pada Waktunya

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِالصَّلاَةِ فِيْ اَوْقَاتِهَا، فَاِنَّهَا رَأْسُ كُلِّ فَضِيْلَةٍ وَسَنَامُ كُلِّ عِبَادَةٍ
“Hai Ali, tetapkanlah untukmu shalat (tepat) pada waktunya, karena sesungguhnya ia (shalat tepat waktu) merupakan induk segala keutamaan dan hal yang menonjol pada setiap ibadah.”

g. Amalan yang Membuat Jibril Ingin Jadi Manusia

يَاعَلِيُّ، تمَنَىَّ جِبْرِيْلُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْ بَنِيْ اَدَمَ لِسَبْعِ خِصَالٍ: الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ مَعَ اْلاِمَامِ، وَمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ، وَعِيَادَةِ الْمَرِيْضِ، وَتَشْيِيْعِ الْجَنَازَةِ، وَسَقْيِ الْمَاءِ، وَالصُّلْحِ بَيْنَ اْلاِثْنَيْنِ، وَاِكْرَامِ الْجَارِ وَالْيَتِيْمِ. فَاَحْرِصْ عَلَى ذَلِكَ  
“Hai Ali, malaikat Jibril berangan-angan ingin menjadi manusia karena tujuh hal: (yaitu) shalat lima waktu bersama imam, berkumpul dengan para ulama, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memberi minum orang yang haus, mendamaikan dua orang (yang berselisih), dan memuliakan tetangga dan anak yatim. Untuk itu peliharalah amal-amal tersebut.”

h. Manfaat Melaksanakan Shalat Malam (Tahajjud)

يَاعَلِيُّ، صَلِّ بِاللَّيْلِ وَلَوْكَحَلْبِ شَاةٍ فَالْمُصَلِّي بِاللَّيْلِ اَحْسَنُ وَجْهًا
“Hai Ali, shalatlah di malam hari (tahajjud), meskipun hanya sekedar waktu yang dibutuhkan untuk memerah susu. Karena orang yang mengerjakan shalat malam (tahajjud) itu paling bagus wajahnya.”

i. Cara Takbir dan Rukuk

يَاعَلِيُّ، اِذَا كَبَّرْتَ لِلصَّلاَةِ فَفَرِّجْ اَصَابِعَكَ وَارْفَعْ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ. وَاِذَا كَبَّرْتَ فَضَعْ يَمِيْنَكَ عَلَى شِمَالِكَ تَحْتَ سُرَّتِكَ. وَاِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَفَرِّجْ بَيْنَ اَصَابِعِكَ
“Hai Ali, ketika kamu takbir dalam shalat, maka renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua tanganmu setinggi kedua pundakmu. Dan apabila kamu telah takbir, maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kiri di bawah pusar. Apabila engkau rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu, dan renggangkanlah jari-jarimu.”

j. Waktu Yang Baik Untuk Shalat Subuh dan Maghrib

يَا عَلِيُّ، اَسْفِرْ بِالصُّبْحِ وَصَلِّ الْمَغْرِبَ بَعْدَ غِيَابِ الشَّمْسِ بِقَدْرِ حَلْبِ شَاةٍ فَاِنَّ ذَلِكَ مِنْ خِصَالِ اْلاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ 
“Hai Ali, kerjakanlah shalat Subuh sedikit agak siang dan kerjakanlah shalat Maghrib sesudah matahari terbenam lewat sepanjang (waktu yang dibutuhkan) memerah susu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan para Nabi ‘Alaihimus Shalaatu Wassalam.”

k. Keutamaan Menunaikan Shalat Berjamaah

يَا عَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الْجَمَاعَةِ، فَاِنَّهَا عِنْدَ اللهِ كَمَشْيِكَ اِلَى الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، وَمَا يَحْرُصُ عَلَى صَلاَةِ الْجَمَاعَةِ اِلاَّ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ قَدْ اَحَبَّهُ اللهُ، وَمَا يَزْهَدُ فِيْهَا اِلاَّ مُنَافِقٌ قَدْ اَبْغَضَهُ اللهُ 
“Hai Ali, tetapkanlah (wajibkanlah) atasmu shalat berjamaah, karena sesungguhnya (pergi untuk menunaikan) shalat berjamaah itu di sisi Allah seperti pergi (untuk) menunaikan haji dan umrah. Dan tidaklah (seseorang) yang senang menunaikan shalat berjamaah itu melainkan orang yang benar-benar Mukmin yang dicintai Allah, dan tidaklah (seseorang yang tidak suka) menunaikan shalat berjamaah melainkan orang yang munafik yang dibenci Allah.”

l. Hamba Yang Paling Dicintai Allah

يَا عَلِيُّ، اَحَبُّ الْعِبَادِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَبْدٌ سَاجِدٌ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِهِ : رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
“Hai Ali, hamba yang paling dicintai Allah adalah seseorang yang bersujud dan membaca (doa) di dalam sujudnya: Rabbi innii zhalamtu nafsii faghfirlii dzanbii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta (Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).”

m. Keutamaan Shalat Dhuha

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الضُّحَى فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، فَاِنَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُنَادِىْ مُنَادٍ مِنْ فَوْقِ شَرَفِ الْجَنَّةِ: اَيْنَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُصَلُّوْنَ الضُّحَى اُدْخُلُوْا مِنْ بَابِ الضُّحَى بِسَلاَمٍ اَمِنِيْنَ، وَمَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ اِلاَّ وَاَمَرَهُ بِصَلاَةِ الضُّحَى
“Hai Ali, kerjakanlah shalat dhuha, baik saat berada dalam perjalanan (safar) maupun tidak (mukim di rumah), karena pada hari kiamat nanti aka nada seruan yang datangnya dari atas surga, “Di manakah orang-orang yang selalu mengerjakan shalat dhuha? Masuklah kalian ke dalam surga melewati Pintu Dhuha dengan selamat dan aman.” Dan Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali kepadanya diperintahkan mengerjakan shalat dhuha.”

n. Tiga Ukuran Kemuliaan Hidup

يَاعَلِيُّ، مِنْ كَرَامَةِ الْمُؤْمِنِ زَوْجَةٌ مُوَافِقَةٌ وَالصَّلاَةُ جَمَاعَةً وَجِيْرَانٌ يُحِبُّوْنَهُ
“Hai Ali, di antara (tanda) kemuliaan seorang mukmin adalah istri yang ideal, shalat berjamaah, dan tetangga yang mencintainya.”

Minggu, 26 April 2020

kumpulan Hadits tentang Ramadhan

Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Ramadlan

1. Berpuasa karena melihat hilal, berhari raya juga karena melihat hilal, jika tertutup awan maka genapkan hingga tiga puluh hari

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari. (HR. Bukhari No. 1909)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَصُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ

Maka berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, lalu jika kalian terhalang maka ditakarlahlah sampai tiga puluh hari. (HR. Muslim No. 1080, 4)

إِنَّمَا الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ

Sesungguhnya sebulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya (hilal), dan janganlah kalian berhari raya sampai kalian melihatnya, jika kalian terhalang maka takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia. (HR. Muslim No. 1080, 3)

2. Berpuasa Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ومن صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 38, 1910, 1802)

Makna ‘diampuninya dosa-dosa yang lalu’ adalah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa besar –seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya- hanya bias dihilangkan dengan tobat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan tidak mengulanginya sama sekali. Hal ini juga ditegaskan oleh hadits berikut ini.

3. Diampuni dosa di antara Ramadhan ke Ramadhan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ

“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233)

4. Shalat pada malam Lailatul Qadar menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ihtisab (mendekatkan diri kepada Allah) , maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 35, 38, 1802)

5. Shalat malam (tarawih) Pada Bulan Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barang siapa yang shalat malam pada Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari No. 37 1904, 1905)

6. Dibuka Pintu Surga, Dibuka pinta Rahmat, Ditutup Pintu Neraka, dan Syetan dibelenggu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَان فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِين

“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim No. 1079)

Dalam hadits lain:

إذا كان رمضان فتحت أبواب الرحمة، وغلقت أبواب جهنم، وسلسلت الشياطين

“Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dirantai.” (HR. Muslim No. 1079)

7. Allah Ta’ala Langsung Membalas Pahala Puasa

Firman Allah Ta’ala dalam hadist Qudsi :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَهُوَ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari No. 1795, Muslim No. 1151, Ibnu Majah No. 1638, 3823, Ahmad No. 7494, Ibnu Khuzaimah No. 1897, Ibnu Hibban No. 3416)

8. Disediakan Pintu Ar Rayyan bagi orang yang puasa

Haditsnya:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan: “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya.” (HR. Bukhari No. 1797, 3084, Muslim No. 1152, At Tirmidzi No. 762, Ibnu Majah No. 1640)

9. Bau mulut orang puasa lebih Allah Ta’ala cinta di banding kesturi

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

… Demi Yang Jiwa Muhammad ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa lebih Allah cintai u dibanding bau misk (kesturi) …” (HR. Bukhari No. 1904 dan Muslim No. 1151)

10. Dua kebahagiaan bagi orang berpuasa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح، وإذا لقي ربه فرح بصومه

“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805, 7054. Muslim no. 1151. At Tirmidzi No. 766. An Nasa’i No. 2211, 2212, 2213, 2215, 2216. Ibnu Majah No. 1638. Ad Darimi No. 1769. Ibnu Hibban No. 3423. Al Baihaqi dalam As Sunan No. 7898. Ibnu Khuzaimah No. 1896. Abu Ya’la No. 1005. Ahmad No. 4256, dari Ibnu Mas’ud. Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 10077. Abdurrazzaq No. 7898)

11. Anjuran bersahur

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)

12. Keutamaan bersahur

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

Makan sahur adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walau kalian hanya meminum seteguk air, karena Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikat mendoakan orang yang makan sahur. (HR. Ahmad No. 11086, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: sanadnya shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 11086)

Dari Amru bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السُّحُور

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim No. 1096)

13. Disunnahkan menta’khirkan sahur:

Dari ‘Amru bin Maimun Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا

Para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya. (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7916. Al Faryabi dalam Ash Shiyam No. 52. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 9025)

Imam An Nawawi mengatakan: “sanadnya shahih.” (Lihat Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/362), begitu pula dishahihkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahkan menurutnya keshahihan hadits tentang bersegera buka puasa dan mengakhirkan sahur adalah mutawatir. (Lihat Imam Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 17/9. Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 4/199)

14. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertadarus Al Quran bersama Malaikat Jibril

Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma menceritakan:

وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
Jibril menemuinya (nabi) pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia (Jibril) bertadarus Al Quran bersamanya. (HR. Bukhari No. 3220)

15. Kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama bulan Ramadhan melebihi hembusan angin

Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, menceritakan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadhan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan, Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Al Quran bersamanya. Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari No. 3220)

16. Memberikan makanan buat orang yang berbuka puasa

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu. (HR. At Tirmidzi No. 807, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21676, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 3332. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3952. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6415. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan lighairih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 21676, Al Bazzar dalam Musnadnya No. 3775)

17. Memperbanyak doa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوم

Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi No. 2526, 3598, katanya: hasan. Ibnu Hibban No. 7387, Imam Ibnul Mulqin mengatakan: “hadits ini shahih.” Lihat Badrul Munir, 5/152. Dishahihkan oleh Imam Al Baihaqi. Lihat Shahih Kunuz As sunnah An Nabawiyah, 1/85. Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkannya. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2526)

18. Doa ketika berbuka puasa

Berdoa diwaktu berbuka puasa juga diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Berikut ini adalah doanya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika sedang berbuka puasa dia membaca: “Dzahaba Azh Zhama’u wab talatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” (HR. Abu Daud No. 2357, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7922, Ad Daruquthni, 2/185, katanya: “isnadnya hasan.” An Nasa’i dalam As sunan Al Kubra No. 3329, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1536, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari- Muslim”. Al Bazzar No. 4395. Dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 4678)

19. I’tikaf di-‘asyrul awakhir (10 hari tertakhir) Ramadhan

Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau diwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR. Bukhari No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462. Ahmad No. 24613, dan lainnya)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari No. 694, Ahmad No. 8662, Ibnu Hibban No. 2228, Al Baghawi No. 839, Abu Ya’la No. 5843, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan, 2/53)

20. Tarawihnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat di masjid, lalu manusia mengikutinya, keesokannya shalat lagi dan manusia semakin banyak, lalu pada malam ketiga atau keempat mereka berkumpul namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar bersama mereka, ketika pagi hari beliau bersabda:

قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
“Aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang mencegahku keluar menuju kalian melainkan aku khawatir hal itu kalian anggap kewajiban.” Itu terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari No. 1129, Muslim No. 761)

21. Terawih pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: 8 rakaat dan witir 3 rakaat

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata:

مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة

“Bahwa Rasulullah tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat shalat malam, baik pada bulan Ramadhan atau selainnya.” (HR. Bukhari No. 2013, 3569, Muslim No. 738)

Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

جاء أبي بن كعب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ، إن كان مني الليلة شيء يعني في رمضان ، قال : « وما ذاك يا أبي ؟ » ، قال : نسوة في داري ، قلن : إنا لا نقرأ القرآن فنصلي بصلاتك ، قال : فصليت بهن ثمان ركعات ، ثم أوترت ، قال : فكان شبه الرضا ولم يقل شيئا

Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, semalam ada peristiwa pada diri saya (yaitu pada bulan Ramadhan).” Rasulullah bertanya: “Kejadian apa itu Ubay?”, Ubay menjawab: “Ada beberapa wanita di rumahku, mereka berkata: “Kami tidak membaca Al Quran, maka kami akan shalat bersamamu.” Lalu Ubay berkata: “Lalu aku shalat bersama mereka sebanyak delapan rakaat, lalu aku witir,” lalu Ubay berkata: “Nampaknya nabi ridha dan dia tidak mengatakan apa-apa.” (HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 1801. Ibnu Hibban No. 2550, Imam Al Haitsami mengatakan: sanadnya hasan. Lihat Majma’ az Zawaid, Juz. 2, Hal. 74)

22. Terawih pada masa Sahabat: 20 rakaat dan witir 3 rakaat serta terawih 36 rakaat dan witir 3 rakaat

Pada masa sahabat, khususnya sejak masa khalifah Umar bin Al Khathab Radhilallahu ‘Anhu dan seterusnya, manusia saat itu melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat.

وصح أن الناس كانوا يصلون على عهد عمر وعثمان وعلي عشرين ركعة، وهو رأي جمهور الفقهاء من الحنفية والحنابلة وداود، قال الترمذي: وأكثر أهل العلم على ما روي عن عمر وعلي وغيرهما من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم عشرين ركعة، وهو قول الثوري وابن المبارك والشافعي، وقال: هكذا أدركت الناس بمكة يصلون عشرين ركعة

“Dan telah shahih, bahwa manusia shalat pada masa Umar, Utsman, dan Ali sebanyak 20 rakaat, dan itulah pendapat jumhur (mayoritas) ahli fiqih dari kalangan Hanafi, Hambali, dan Daud. Berkata At Tirmidzi: ‘Kebanyakan ulama berpendapat seperti yang diriwayatkan dari Umar dan Ali, dan selain keduanya dari kalangan sahabat nabi yakni sebanyak 20 rakaat. Itulah pendapat Ats Tsauri, Ibnul Mubarak. Berkata Asy Syafi’i: “Demikianlah, aku melihat manusia di Mekkah mereka shalat 20 rakaat.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/206

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah menyebutkan:

وَعَنْ يَزِيد بْن رُومَانَ قَالَ ” كَانَ النَّاس يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَر بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ ” وَرَوَى مُحَمَّد بْن نَصْر مِنْ طَرِيق عَطَاء قَالَ ” أَدْرَكْتهمْ فِي رَمَضَان يُصَلُّونَ عِشْرِينَ رَكْعَة وَثَلَاثَ رَكَعَاتِ الْوِتْر ”
“Dari Yazid bin Ruman, dia berkata: “Dahulu manusia pada zaman Umar melakukan 23 rakaat.” Dan Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari Atha’, dia berkata: “Aku berjumpa dengan mereka pada bulan Ramadhan, mereka shalat 20 rakaat dan tiga rakaat witir.” (Fathul Bari, 4/253)

Beliau melanjutkan:

وَرَوَى مُحَمَّد اِبْن نَصْر مِنْ طَرِيق دَاوُدَ بْن قَيْس قَالَ ” أَدْرَكْت النَّاس فِي إِمَارَة أَبَانَ بْن عُثْمَان وَعُمْر بْن عَبْد الْعَزِيز – يَعْنِي بِالْمَدِينَةِ – يَقُومُونَ بِسِتٍّ وَثَلَاثِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُونَ بِثَلَاثٍ ” وَقَالَ مَالِك هُوَ الْأَمْرُ الْقَدِيمُ عِنْدَنَا . وَعَنْ الزَّعْفَرَانِيِّ عَنْ الشَّافِعِيِّ ” رَأَيْت النَّاس يَقُومُونَ بِالْمَدِينَةِ بِتِسْعٍ وَثَلَاثِينَ وَبِمَكَّة بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ ، وَلَيْسَ فِي شَيْء مِنْ ذَلِكَ ضِيقٌ ”

Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari jalur Daud bin Qais, dia berkata: “Aku menjumpai manusia pada masa pemerintahan Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz –yakni di Madinah- mereka shalat 39 rakaat dan ditambah witir tiga rakaat.” Imam Malik berkata,”Menurut saya itu adalah perkara yang sudah lama.” Dari Az Za’farani, dari Asy Syafi’i: “Aku melihat manusia shalat di Madinah 39 rakaat, dan 23 di Mekkah, dan ini adalah masalah yang lapang.” (Ibid)

23. Orang yang sia-sia puasanya

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja. (HR. Ahmad No. 9685, Ibnu Majah No. 1690, Ad Darimi No. 2720)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. (Ta’liq Musnad Ahmad No. 9685), Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: hadits ini shahih. (Sunan Ad Darimi No. 2720. Cet. 1, 1407H. Darul Kitab Al ‘Arabi, Beirut)

24. Boleh mencium isteri jika mampu menahan diri

Diriwayatkan dari Umar Radhilallahu ‘Anhu:

عنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ هَشَشْتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيمًا فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ قُلْتُ لَا بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفِيمَ

Suatu hari bangkitlah syahwat saya, lalu saya mencium isteri, saat itu saya sedang puasa. Maka saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya berkata: “Hari ini, Aku telah melakukan hal yang besar, aku mencium isteri padahal sedang puasa.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apa pendapatmu jika kamu bekumur-kumur dengan air dan kamu sedang berpuasa?”, Saya (Umar) menjawab: “Tidak mengapa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Lalu, kenapa masih ditanya?” (HR. Ahmad, No. 138, 372. Al Hakim, Al Mustadrak No. 1572, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 7808, 8044. Ibnu Khuzaimah No. 1999)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Hakim. (Al Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 1572). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya shahih sesuai syarat Imam Muslim. (Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 138). Syaikh Al A’zhami (Tahqiq Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1999)

Hadits di atas menerangkan bahwa mencium isteri dan berkumur-kumur hukumnya sama yakni boleh, kecuali berlebihan hingga bersyahwat, apalagi mengeluarkan air mani.

Dari Abu Salamah, bahwa ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقبل بعض نسائه وهو صائم. قلت لعائشة: في الفريضة والتطوع؟ قالت عائشة: في كل ذلك، في الفريضة والتطوع

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium sebagian isterinya dan dia sedang puasa.” dan aku juga berpuasa.” Aku (Abu Salamah) berkata kepada ‘Aisyah: “Apakah pada puasa wajib atau sunah?” Beliau menjawab: “Pada semuanya, baik puasa wajib dan sunah.” (HR. Ibnu Hibban No. 3545)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Hadits ini shahih.” (Shahih Ibnu Hibban bitartib Ibni Balban, No. 3545)

25. Berpuasa ketika safar; diberikan pilihan antara tetap berpuasa atau berbuka, tergantung kekuatan orangnya

Dari Hamzah bin Amru Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

يا رسول الله: أجد بي قوة على الصيام في السفر. فهل علي جناح ؟، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “هي رخصة من الله فمن أخذ بها فحسن. ومن أحب أن يصوم فلا جناح عليه”.
“Wahai Rasulullah, saya punya kekuatan untuk berpuasa dalam safar, apakah salah saya melakukannya?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Itu adalah rukhshah (keringanan) dari Allah, barang siapa yang mau mengambilnya (yakni tidak puasa) maka itu baik, dan barang siapa yang mau berpuasa maka tidak ada salahnya.” (HR. Muslim No. 1121. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, no. 7947. Ibnu Khuzaimah No. 2026)

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج إلى مكة عام الفتح في رمضان فصام حتى بلغ كراع الغميم فصام الناس معه فقيل له يا رسول الله إن الناس قد شق عليهم الصيام فدعا بقدح من ماء بعد العصر فشرب والناس ينظرون فأفطر بعض الناس وصام بعض فبلغه أن ناسا صاموا فقال أولئك العصاة

“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada tahun Fath (penaklukan) menuju Mekkah pada saat Ramadhan. Dia berpuasa hingga sampai pinggiran daerah Ghanim. Manusia juga berpuasa bersamanya. Dikatakan kepadanya: “Wahai Rasulullah, nampaknya manusia kepayahan berpuasa.” Kemudian Beliau meminta segelas air setelah asar, lalu beliau minum, dan manusia melihatnya. Maka sebagian manusia berbuka, dan sebagian lain tetap berpuasa. Lalu, disampaikan kepadanya bahwa ada orang yang masih puasa.” Maka Beliau bersabda: “Mereka durhaka.” (HR. Muslim No. 1114. Ibnu Hibban No. 2706, An Nasa’i No. 2263. At Tirmidzi No. 710. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No.7935)

Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengkritik orang yang berpuasa dalam keadaan safar dan dia kesusahan karenanya.

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم في سفره. فرأى رجلا قد اجتمع الناس عليه. وقد ضلل عليه. فقال: “ماله ؟” قالوا: رجل صائم. فقال رسول الله عليه وسلم: “ليس من البر أن تصوموا في السفر”.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah dalam perjalanannya. Dia melihat seseorang yang dikerubungi oleh manusia. Dia nampak kehausan dan kepanasan. Rasulullah bertanya: “Kenapa dia?” Meeka menjawab: “Seseorang yang puasa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada kebaikan kalian berpuasa dalam keadaan safar.” (HR. Muslim No. 1115)

Jika diperhatikan berbagai dalil ini, maka dianjurkan tidak berpuasa ketika dalam safar, apalagi perjalanan diperkirakan melelahkan. Oleh karena itu, para imam hadits mengumpulkan hadits-hadits ini dalam bab tentang anjuran berbuka ketika safar atau dimakruhkannya puasa ketika safar. Contoh: Imam At Tirmidzi membuat Bab Maa Ja’a fi Karahiyati Ash Shaum fi As Safar (Hadits Tentang makruhnya puasa dalam perjalanan), bahkan Imam Ibnu Khuzaimah menuliskan dalam Shahihnya:

باب ذكر خبر روي عن النبي صلى الله عليه وسلم في تسمية الصوم في السفر عصاة من غير ذكر العلة التي أسماهم بهذا الاسم توهم بعض العلماء أن الصوم في السفر غير جائز لهذا الخبر
“Bab tentang khabar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang penamaan berpuasa saat safar adalah DURHAKA tanpa menyebut alasan penamaan mereka dengan nama ini. Sebagian ulama menyangka bahwa berpuasa ketika safar adalah TIDAK BOLEH karena hadits ini.”

Tetapi, jika orang tersebut kuat dan mampu berpuasa, maka boleh saja dia berpuasa sebab berbagai riwayat menyebutkan hal itu, seperti riwayat Hamzah bin Amru Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu di atas.

Ini juga dikuatkan oleh riwayat lainnya, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

لا تعب على من صام ولا من أفطر. قد صام رسول الله صلى الله عليه وسلم، في السفر، وأفطر.

“Tidak ada kesulitan bagi orang yang berpuasa, dan tidak ada kesulitan bagi yang berbuka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berpuasa dalam safar dan juga berbuka.” (HR. Muslim No. 1113)

Dari Ibnu Abbas juga:

سافر رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان. فصام حتى بلغ عسفان. ثم دعا بإنء فيه شراب. فشربه نهارا. ليراه الناس. ثم أفطر. حتى دخل مكة .قال ابن عباس رضي الله عنهما: فصام رسول الله صلى الله عليه وسلم وأفطر. فمن شاء صام، ومن شاء أفطر.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan perjalanan pada Ramadhan, dia berpuasa singga sampai ‘Asfan. Kemudian dia meminta sewadah air dan meminumnya siang-siang. Manusia melihatnya, lalu dia berbuka hingga masuk Mekkah.” Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata: “Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa dan berbuka. Barang siapa yang mau maka dia puasa, dan bagi yang mau buka maka dia berbuka.” (Ibid)

Dengan mentawfiq (memadukan) berbagai riwayat yang ada ini, bisa disimpulkan bahwa anjuran dasar bagi orang yang safar adalah berbuka. Namun, bagi yang kuat dan sanggup untuk berpuasa maka boleh saja berbuka atau tidak berpuasa sejak awalnya. Namun bagi yang sulit dan lelah, maka lebih baik dia berbuka saja. Wallahu A’lam

26. Umrah ketika Ramadhan adalah sebanding pahalanya seperti haji bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada seorang wanita Anshar bernama Ummu Sinan:

فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي
“Sesungguhnya Umrah ketika bulan Ramadhan sama dengan memunaikan haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari No. 1863, Muslim No. 1256)

27. Tentang Lailatul Qadar

Secara spesifik, Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir atau tujuh malam terakhir. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
“Maka, barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada sepuluh malam terakhir.” (HR. Bukhari No. 1105)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

“Sesungguhnya seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat Lailatul Qadr pada mimpinya pada tujuh hari terakhir. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Saya melihat mimpi kalian telah bertepatan pada tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada tujuh malam terakhir.” (HR. Bukhari No. 1911, 6590, Muslim No.1165 Ibnu Hibban No. 3675, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8327, Ibnu Khuzaimah No. 2182, Malik dalam Al Muwaththa’ No. 697

Bagaimanakah maksud tujuh malam terakhir? Tertulis penjelasannya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah, sebagai berikut:

قال أبو بكر هذا الخبر يحتمل معنيين أحدهما في السبع الأواخر فمن كان أن يكون صلى الله عليه وسلم لما علم تواطأ رؤيا الصحابة أنها في السبع الأخير في تلك السنة أمرهم تلك السنة بتحريها في السبع الأواخر والمعنى الثاني أن يكون النبي صلى الله عليه وسلم إنما أمرهم بتحريها وطلبها في السبع الأواخر إذا ضعفوا وعجزوا عن طلبها في العشر كله

Berkata Abu Bakar: Khabar ini memiliki dua makna. Pertama, pada malam ke tujuh terakhir karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala mengetahui adaya kesesuaian dengan mimpi sahabat bahwa Lailatul Qadr terjadi pada tujuh malam terakhir pada tahun itu, maka beliau memerintahkan mereka pada tahun itu untuk mencarinya pada tujuh malam terakhir. Kedua, perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para sahabat untuk mencari pada tujuh malam terakhir dikaitkan jika mereka lemah dan tidak kuat mencarinya pada sepuluh hari semuanya. (Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 2182)

Makna ini diperkuat lagi oleh hadits yang menunjukkan alasan kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mengintai tujuh hari terakhir.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Carilah dia pada sepuluh malam terakhir (maksudnya Lailatul Qadar) jika kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan sampai dikalahkan oleh tujuh hari sisanya.” (HR. Muslim No. 1165, 209)

- Kemungkinan besar adalah pada malam ganjilnya

Kemungkinan lebih besar adalah Lailatul Qadr itu datangnya pada malam ganjil sebagaimana hadits berikut:

Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَإِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نُسِّيتُهَا وَإِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي وِتْرٍ

“Seseungguhnya Aku diperlihatkan Lailatul Qadar, dan aku telah dilupakannya, dan saat itu pada sepuluh malam terakhir, pada malam ganjil.” (HR. Bukhari No. 638, 1912, 1923)

Dalam riwayat lain:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari No. 1913)

Ada dua pelajaran dari dua hadits yang mulia ini. Pertama, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri tidak tahu persis kapan datangnya Lailatu Qadar karena dia lupa. Kedua, datangnya Lailatul Qadar adalah pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir.

- Malam ke 24, 25, 27 dan 29?

Imam Bukhari meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

التمسوا في أربع وعشرين
“Carilah pada malam ke 24.” (Atsar sahabat dalam Shahih Bukhari No. 1918)

Imam Bukhari juga meriwayatkan, dari ‘Ubadah bin Ash Shamit Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
“Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke sembilan, tujuh, dan lima (pada sepuluh malam terakhir, pen).” (HR. Bukhari No. 49, 1919)

Berkata seorang sahabat mulia, Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا

“Demi Allah, seseungguhnya aku benar-benar mengetahui malam yang manakah itu, itu adalah malam yang pada saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk shalat malam, yaitu malam yang sangat cerah pada malam ke 27, saat itu tanda-tandanya hingga terbitnya matahari, pada pagi harinya putih terang benderang, tidak ada panas.” (HR. Muslim No. 762)

Bukan hanya Ubay bin Ka’ab, tapi juga sahabat yang lain. Salim meriwayatkan dari ayahnya Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا
“Seorang laki-laki melihat Lailatul Qadr pada malam ke 27. Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Aku melihat mimpi kalian pada sepuluh malam terakhir, maka carilah pada malam ganjilnya.” (HR. Muslim No. 1165)

Inilah riwayat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama, bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadr adalah pada malam ke 27. Namun, perselisihan tentang kepastiannya sangat banyak, sehingga bisa dikatakan bahwa jawaban terbaik dalam Kapan Pastinya Lailatul Qadr adalah wallahu a’lam.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah:

وَقَدْ اِخْتَلَفَ الْعُلَمَاء فِي لَيْلَة الْقَدْر اِخْتِلَافًا كَثِيرًا . وَتَحَصَّلَ لَنَا مِنْ مَذَاهِبهمْ فِي ذَلِكَ أَكْثَر مِنْ أَرْبَعِينَ قَوْلًا

“Para ulama berbeda pendapat tentang Lailatul Qadr dengan perbedaan yang banyak. Kami menyimpulkan bahwa di antara pendapat-pendapat mereka ada lebih 40 pendapat.” (Fathul Bari, 4/262. Darul Fikr)

28. Doa ketika Lailatul Qadar

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa khusus untuk kita baca ketika Lailatul Qadar.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Dari ‘Aisyah dia berkata “Aku berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa pada suatu malam adalah Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.” (HR. At Tirmidzi No. 3513, At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Ibnu Majah No. 3850. Syaikh Al Albani menshahihkannya. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 3337, Shahihul Jami’ No. 4423, dan lainnya)

29. Orang yang tidak berpuasa tanpa alasan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, secara marfu’:

مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ

Barang siapa yang tidak berpuasa pada Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya. (HR. Bukhari No. 1934)

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عرى الاسلام، وقواعد الدين ثلاثة، عليهن أسس الاسلام، من ترك واحدة منهن، فهو بها كافر حلال الدم: شهادة أن لا إله إلا الله، والصلاة المكتوبة، وصوم رمضان

Tali Islam dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan, dan barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal ( untuk dibunuh), (yakni): Syahadat Laa Ilaaha Illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Ya’ala No. 2349, Alauddin Al muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 23, juga Ad Dailami dan dishahihkan oleh Imam Adz Dzahabi. Berkata Hammad bin Zaid: aku tidak mengetahui melainkan hadits ini telah dimarfu’kan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Haitsami mengatakan sanadnya hasan, Majma’ Az Zawaid, 1/48. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Tetapi didhaifkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah)

Berkata Imam Adz Dzahabi Rahimahullah:

وعند المؤمنين مقرر: أن من ترك صوم رمضان بلا مرض، أنه شر من الزاني، ومدمن الخمر، بل يشكون في إسلامه، ويظنون به الزندقة، والانحلال.
“Bagi kaum mukminin telah menjadi ketetapan bahwa meninggalkan puasa Ramadhan padahal tidak sakit adalah lebih buruk dari pezina dan pemabuk, bahkan mereka meragukan keislamannya dan mencurigainya sebagai zindiq dan tanggal agamanya.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/434. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 4/410. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Pahala Bulan Ramadhan dilipatgandakan


AMALAN PENTING BULAN RAMADHAN


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda :


لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ لَايَدْخُلُهٗ اِلاَّ الصَّائِمُوْنَ وَهُوَمَوْعُوْدٌ بِلِقَاءِاللهِ تَعَالَى فِى جَزَآءِ صَوْمِهٖ (رواه البخارى ومسلم


“Surga itu mempunyai pintu yang disebut Rayyan, dimana pintu itu tidak dimasuki kecuali oleh orang-orang yang berpuasa, dan ia diberi janji untuk bertemu dengan Allah Ta’ala dalam balasan puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Ramadhan Bulan Pahala


Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Dalam bulan biasa, pahala setiap kebajikan dilipatgandakan 10 kali lipat, namun dalam bulan Ramadhan pahala amalan wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan amalan yang sunah disamakan dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan.” 


Bagi orang yang mengetahui keistimewaan pada bulan yang dikenal dengan bulan kesabaran itu, niscaya dia menginginkan sepanjang tahun menjadi Ramadhan semua. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam:


لَوْيَعْلَمُ مَافِى هٰذَاالشَّهْرِ مِنَ الْخَيْرَاتِ لَتَمَنَّتْ اُمَّتِى اَنْ يَكُوْنَ رَمَضَانُ السَّنَةَ كُلَّهَا (رواه الطبرانى


 “Seandainya umatku mengerti kebaikan-kebaikan yang ada di bulan ini (Ramadhan), niscaya umatku mengharapkan dalam setahun menjadi Ramadhan semuanya.”(HR. Ath-Thabrani)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى اَرْبَعَةِ نَفَرٍ : تَالِى الْقُرْاٰنِ وَحَافِظِ الِّلسَانِ وَمُطْعِمِ الْجِيْعَانِ وَالصَّائِمِيْنَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ


Bersabda Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wa Salam : “ Syurga itu rindu kepada empat golongan, yaitu : 1. Pembaca Al-Quran 2. Penjaga lisan 3. Pemberi makan kepada orang yang lapar dan 4. Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. (Al-Hadits)


Keistimewaan bulan Ramadhan dijelaskan dalam Islam melalui berbagai bentuk, seperti pahala ibadah dilipatgandakan, hingga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka. Semua orang berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan suci dan penuh berkah ini.

Selain dikenal sebagai bulan pengampunan dosa, Allah juga menyediakan bonus pahala berlipat– ganda bagi yang berbuat baik di bulan Ramadhan, 


Lalu, apa saja amalan yang bisa dijalankan untuk mendapatkan pahala berlipat ganda selama bulan Ramadan ini?


Pertama, berpuasa.


Ibadah bulan Ramadan paling utama dan hukumnya wajib adalah berpuasa. Rasulullah SAW besabda,: 


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)


كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Berpuasa bukan hanya sekadar menahan makan dan minum, Kita juga harus menjaga diri dari hawa nafsu dan perbuatan maksiat. Ketika berpuasa, pahala dari amalan ibadah yang menyertainya otomatis akan dilipatgandakan serta dosa-dosa kita yang telah lalu akan diampuni.


Kedua, membaca Al-Quran.


Membaca Al-Quran menjadi salah satu amalan berlipat yang sayang dilewatkan selama Ramadan. Diibaratkan meski hanya satu huruf, membacanya akan mendapat pahala yang berlipat ganda.


Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, ia berkata:


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” 


Ketiga, Shalat Malam.


Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,


مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk melakukan shalat sunnah di bulan Ramadhan, terutama shalat malam: antara lain shalat tarawih, shalat witir, dan shalat tahajud.


Keutamaan shalat Tahajud di bulan Ramadhan dijelaskan dalam hadis berikut:


Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menfardhu-kan puasa Ramadhan dan aku telah men-sunnah-kan bagimu shalat di malam harinya. Maka barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dan shalat sunnah di malam harinya karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, keluarlah ia dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari dia dilahirkan oleh ibunya,” (HR. Bukhari dan Muslim).


Keempat, sedekah.


Sedekah merupakan salah satu bagian dari amal jariyah yang pahalanya akan mengalir terus menerus. Nabi Muhammad selalu menganjurkan kita bersedekah atau beramal jariyah, terutama saat Ramadhan.


Rasulullah bersabda, 


مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا


“Barang siapa memberi makan orang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR. Ahmad)


Manfaat sedekah yaitu menghapus dosa-dosa kita. Jika hidup diibaratkan seperti kertas putih, maka dosa-dosa kita ibarat tinta hitam yang mengotori dan merusak kertas putih tersebut. Dan sedekah lah yang dapat menghapusnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)


Dosa yang bagaimana yang dapat dihapus saat bersedekah, tentunya hanya dosa-dosa kecil. Sedangkan dosa besar diperlukan pertaubatan kepada Allah SWT.


قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ


"Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)."


Wallahu a’lam.

Kamis, 23 April 2020

LIRIK RAMADHAN MOSTAFA ATEF

Ramadhan - Mostafa Atef Full Lyrics & Translation

http://www.facebook.com/MostafaAtef.MA 

https://soundcloud.com/mostafaatefma

Original Video : https://youtu.be/QaCLmEFIyjs

كلمات : الحبيب علي الكاف و محمد إبراهيم 
توزيع : أحمد عبد السلام 
تصوير ومونتاج : أحمد أمين 
منتج منفذ : أحمد أمين

*****
"Hilalmu datang menerangi 
Hariku yang terasa sunyi 
Ooh Ramadhan berkahmu kutunggu 
Angkat musibahku"

هلّ الهلال ليعلن أننا
في شهر رمضان الكريم فأبشروا 
هيا فهل من مذكر أيا عباد الله
(Telah muncul hilal sebagai tanda bahwa kita memasuki bulan Ramadhan yg mulia
maka bergembiralah...!!
Marilah kita saling mengingatkan
Wahai hamba Allah)

"Ramadhan Hadirmu anugerah 
dari Sang Maha Rahman 
Denganmu beribu ribu dosa dihapuskan
Semua amalan dilipat gandakan bagi ummat Rasulullah"

رمضان أفضل ما مر علي دنيانا من أيام 
وبه نزل القرآن علي خير الإنام 
رمضان به البشرى ومع العسر يسرا وهذا ظننا بالله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yg kita lalui di dunia
Dengannya di turunkan AlQur'an pada manusia terbaik
Ramadhan datang membawa kabar gembira
Dan bersama kesulitan ada kemudahan
Dan ini prasangka baik kita pada Allah)

*****

رمضان خير ما تؤتي السنه
الا بذكر الله نحيا فكبروا
واذا إشتد البلاء هو للقلوب شفاء وهذا وعد الله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yang datang
Ingatlah dengan mengingat Allah kita akan hidup maka agungkanlah..!!
Dan ketika ujian semakin berat
itu sebagai penyembuh hati
Dan inilah janji Allah)

"Hilalmu datang menerangi 
Hariku yang terasa sunyi 
Ooh Ramadhan berkahmu kutunggu 
Angkat musibahku"

"Ramadhan Hadirmu anugerah 
dari Sang Maha Rahman 
Denganmu beribu ribu dosa dihapuskan
Semua amalan dilipat gandakan bagi ummat Rasulullah"

رمضان أفضل ما مر علي دنيانا من أيام
وبه نزل القرآن علي خير الإنام
رمضان به البشرى ومع العسر يسرا وهذا ظننا بالله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yg kita lalui di dunia
Dengannya di turunkan AlQur'an pada manusia terbaik
Ramadhan datang membawa kabar gembira
Dan bersama kesulitan ada kemudahan
Dan ini prasangka baik kita pada Allah)

*****

Jangan lupa like and subscribe yaa... 
Thanks for watching

#ramadhan #mostafaatef #religi

Kamis, 16 April 2020

Ridlo wejangan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Wejangan Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani

Siapa yang ingin meraih ridho atas ketentuan Allah Azza wa-Jalla hendaknya ia terus mengingat kematian. Karena dengan mengingatnya meringankan beban musibah dan bencana. Dan anda jangan berhasrat pada dirimu, hartamu, pada anakmu. Namun ucapkan, “Tuhanku lebih tahu tentang diriku dibanding diriku sendiri.”

Bila anda bisa melanggengkan itu, anda akan didatangi oleh kelezatan ridho dan keselarasan dengan kehendakNya. Maka, bencana dengan akar dan rantingnya akan sirna, lalu datanglah gantinya, berupa nikmat-nikmat dan kebajikan. Sepanjang anda beserasi dengan ridho, disaat bencana datang, justru nikmat-nikmat yang bakal tiba dari berbagai arah dan tempat.

Namun sungguh celaka anda ini, hai orang yang alpa pada Allah Swt. Janganlah anda sibuk menjauhiNya dan mencari selain Dia. Sudah berapa lama anda memburu keleluasaan rejeki, tetapi malah menjadi bencana bagimu, sedangkan anda tidak tahu kebaikan itu ada dimana.

Mulailah anda diam dan berselaraslah denganNya, carilah ridhoNya atas tindakan-tindakanNya dan bersyukur dalam berbagai situasi. Karena berlimpahnya rejeki malah menjadi bencana manakala tidak disertai syukur. Begitu juga sempitnya rejeki menjadi bencana manakala tidak disertai sabar. Syukur menambah nikmat padamu dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara sabar meneguhkan langkah-langkah hatimu, menolongmu, menguatkanmu, menguntungkan dirimu. Akibat sabar adalah terpujinya seseorang di dunia dan akhirat. Karena kontra kepada Allah Azza wa-Jalla berarti menzalimi hati dan wajah.

Wahai orang bodoh, gantilah kesibukanmu yang terus menentang Tuhanmu dengan kesibukan memohon kepadaNya Azza wa-Jalla, teruslah demikian sampai hilang bencana dan cobaan, serta api cobaan sirna.

Anda wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah Azza wa-Jalla, yang mengaku melihat khazanah perbendaharaan rahmatNya dan cintaNya memohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla manakala anda ada di JalanNya, sebelum sampai di hadapanNya.

Bila anda bingung, katakan, “Wahai Dzat yang memberi petunjuk bagi orang-orang bingung, tunjukkanlah padaku.”

Bila anda lemah dan kehilangan kesabaran, ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, tolonglah aku, dan sabarkanlah diriku, bukakanlah jalan keluar bagiku.”

Namun bila anda telah sampai (wushul) dan hatimu sudah masuk di hadapanNya serta dekat padaNya, maka tidak ada lagi permohonan yang harus diutarakan, melainkan diam dan menyaksikanNya. Anda menjadi tamuNya, dan tamu yang baik tidak menginginkan apa-apa, justru harus berbudi adab yang bagus. Tidak makan kecuali yang disuguhkan, mengambil apa yang diberi. Kecuali jika ditanyakan, “Anda ingin sesuatu?”. Ia pun berkeinginan itu, sebagai bentuk pelaksanaan perintah, bukan karena pilihannya sendiri.

Meminta itu, berarti jauh dariNya. Sedangkan diam, berarti dekat denganNya.

Orang-orang arif senantiasa tidak mengenal kecuali Al-Haq Azza wa-Jalla. Semua bentuk ketergantungan putus dan semua sebab akibat  sirna dari hatinya. Bahkan seandainya tidak ada makanan dan minuman berhari-hari dan berbulan-bulan ia tidak peduli dan tidak berubah. Karena Allah azza wa-Jalla memberikan makanan kepada mereka, konsumsi yang sesuai dengan kehendakNya.

Siapa yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla, tetapi masih mencari selain Dia, berarti ia dusta dalam mencintaiNya. Namun jika ia dicintaiNya, ia telah wushul menjadi tamuNya, dan begitu dekat denganNya, lalu dikatakan padanya, “Carilah,…”, dan anda memang menginkannya, maka ucapkanlah, “Terserah apa yang Engkau Kehendaki, karena KehendakMu itu bebas…”.

Sang pecinta senantiasa tergenggam, dan yang dicintai senantiasa menghamparkan keleluasaan. Bagi pecinta segalanya terlarang, bagi yang dicinta meraih segalanya. Sepanjang hamba menjadi pecinta ia senantiasa bimbang, tercabik-cabik, dan penuh upaya sepanjang waktu. Bila ia telah kembali kepadaNya, ia menjadi tercinta. Segalanya jadi terbalik pada haknya. Datanglah kemudahan-kemudahan, kesejahteraan, tenang, rizki melimpah dan makhluk lain patuh padanya. Semua itu berkah kesabaran dan keteguhan pada situasi mencintaiNya. Kedekatan hamba hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, sedangkan cintanya Allah azza wa-Jalla pada hambaNya, bukan seperti cintanya makhluk pada sesamanya. Karena Tuhan kita Azza wa-Jalla:

“Tidak satu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)

Jadikan padanan itu hanya pada sesama manusia. Maka carilah pemahaman dariNya, carilah kebaikan qalbu dariNya. Karena Dia senantiasa memberikan keluasan kebajikan qalbu pada yang dikehendakiNya, Dialah yang memperbanyak rizki qalbu pada yang dikehendakiNya.

Salah satu dari kaum Sufi hatinya begitu luas melampaui langit dan bumi, sehingga hatinya seperti Tongkat Musa as. Tongkat Nabi Musa as,  pada awalnya  adalah hikmah, kemudian menjadi qudroh (memiliki kemampuan). Tongkat itu digunakan membawa bekalnya manakala ia tidak mampu membawanya. Tongkat itu bisa jadi kendaraan yang dinaiki, manakala ia tidak mampu berjalan. Tongkat itu bisa menolak bahaya, sedangkan ia sedang duduk dan tidur.  Bahkan bisa berbuahkan buah-buahan dari berbagai jenis buah dan menjadi payung ketika ia duduk. Allah menampakkan kekuasanNya dalam tongkat itu, lalu Nabi Musa merasa bahagia dengan KekuasaanNya melalui perantara tongkat itu. Katika Allah Azza wa-Jalla menjadikan dirinya sebagai Nabi, dan memberikan ke-taqarrub-an, mengajaknya bicara dan memberikan tugas padanya, Allah berfirman pada Nabi Musa as. :

“Apa yang ada di tangan kananmu wahai Musa?” Maka Musa menjawab, “Inilah tongkatku, aku gunakan pegangan (bertelekan)  padanya, dan aku gunakan menggembala kambingku, dan bagiku ada kegunaan lain padanya.” (Thaha 18)

Kemudian Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Lemparkanlah tongkatmu…” Tiba-tiba menjadi ular besar, dan Musa lari dari ular itu. Maka Allah Azza wa-Jalla berfirman:

“Ambillah ia, dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya (jadi tongkat lagi)”. (Thaha 21)

Tujuan utama dari itu adalah menampakkan Kekuasaan Allah Swt, sehingga imperium Fir’aun terasa hina, sekaligus menegaskan perang melawan Fir’aun dan pasukannya, dan keluarbiasaan itu sebagai piranti untuk memerangi mereka dan menampakkan hal yang luar biasa. Di awalnya memang menimpulkan rasa sesak di hati dan dada, kemudian Allah melapangkannya, dan memberikan hukum, kenabian dan pengetahuan kepada Musa as.

Hai bodoh, ini pun KekuasaanNya, namun tetap dilalaikan dan diingkari. Karena itu jangan anda melupakan Dzat yang tak pernah lupa padamu, jangan anda alpa pada Yang tidak pernah melupakanmu. Ingatlah pada mati, karena malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka. Karena itu kemudaanmu, hartamu dan semua yang engkau miliki tidak akan pernah memperdayaimu, karena tidak lama lagi akan diambil semua darimu. Sementara anda hanya mengenang keteledoranmu dan sia-siamu di hari-hari ini, penuh dengan tindak kebatilan. Anda menyesal, dan tak ada penyesalan kemudian.

Tidak lama lagi anda mati, dan anda baru ingat kata-kataku, nasehatku padamu dan anda sangat berharap agar aku ada disampingmu ketika engkau dalam kuburmu, mendengarkan saran nasehatku.

Karena itu berusahalah dengan serius untuk menerima kata-kataku dan mengamalkannya, hingga engkau bersamaku di dunia dan akhirat. Berbaiksangkalah padaku sampai anda mengambil manfaat ucapanku, lalu berbaiksangkalah pada selainmu, namun berburuk sangkalah pada nafsumu. Bila anda melakukan tindakan ini, anda bisa meraih manfaat dan yang lain mendapatkan manfaat darimu.

Sepanjang anda dengan selain Allah azza wa-Jalla, maka anda terus susah dan gelisah, syirik dan berat.

Keluarkanlah makhluk dari hatimu dan bersambunglah dengan Allah azza wa-Jalla, maka anda akan melihat sesuatu yang tak terbayang mata, dan tak pernah terbesit di telinga, tidak pula terlintas di hati manusia. Inilah yang anda ada di dalamnya, dalam kondisi anda tidak benar dan tidak sempurna. Karena prinsip dasarnya masih ada yang lain, bukan Dia sebagai penentu. Dia terbuang, dan anda telah membangun keruntuhan.

Bertaubatlah kepada Allah azza wa-Jalla dan mohonlah perubahan posisi anda kepadaNya., yang berupa ambisi duniawimu dan kontra akhirat itu. 

(Sumber : sufinews.com)

Selasa, 14 April 2020

Penangkal covid 19

Do’a Terhindar Dari Wabah Penyakit.

Barangsiapa membaca do’a dibawah ini sebanyak-banyaknya dengan istiqomah setiap habis sholat lima waktu atau minimal dibaca sehabis sholat Subuh dan Sehabis sholat Maghrib sebanyak tiga kali, maka Insya Allah akan di hindarkan sama Allah dari segala macam wabah penyakit menular.

يَا رَبَّنَا بِالاَنْبِيَاءِ وَ فِى الرِجَال الصُلَحَاءْ
إِصْرِفْ عَنَّا حَرَّ الْوَبَاءْ وَقِنَا شَرَّ الظُّلَمَاءْ
لِي خَمْسَةٌ اُطْفِئ بِهَا حَرَّ الْوَبَاءِ الْحاطِمَه
الْمُصْطَفٰى  وَالْمُرْتَضٰى وَابْنَاهُمَا وَالْفَاطِمَه

YAA ROBBANAA BIL-ANBIYAA(-I), WA FII RIJAALI ShULAHAA(-I),
IShRIF ‘ANNAA HARROL WABAA(-I), WA QINAA SyARROZh ZhULAMAA(-I),
LI KhOMSATUN UThFII BIHAA, HARROL WABAA-IL KHATIMAH,
AL MUShThOFAA WAL MURTADhOO, WABNAAHUMAA WAL FAAThIMAH.

Ya Tuhan kami, dengan lantaran para Nabi dan para tokoh yang sholeh,
Palingkanlah kami dari panasnya wabah, dan hindarkan kami dari orang-orang yang sesat,
Ada lima  yang aku menggunakannya untuk mematikan panasnya wabah,
Yaitu Nabi Muhamad Nabi Pilihan,Sahabat Ali  yang diridhoi, kedua putranya Sayid Hasan dan Sayid Husain dan Sayyidah Fathimah.

(Di kutip dari Kitab Silahul Mukmin – KH. Mahfudz Syaroni, Amalan 225, Halaman 193, Penerbit Ampel Suci Surabaya)

Senin, 13 April 2020

Ikhlas Risalat Al Qusyairiyah

سئل الْحَسَن عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ حُذَيْفَةَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ ؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ، عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ رَبَّ الْعِزَّةِ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ 

قَالَ: «سِرٌّ مِنْ أَسْرَارِي، اسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِي».

“Yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku titipkan pada hati orang yang aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.”

~~~~~~~<<<<<{{{♡}}}>>>>>~~~~~~~

IKHLASH (الإخلاص) - Risalat al Qusyairiyyah

Karya Abul Qasim Abdul Karim Hawazi Al-Qusyairi An-Naisabur

قال الله تعالى: "ألا لله الدين الخالص"
“Ingatlah, bagi Allah agama yang murni.” (Q.S. Az Zumar: 3)

أخبرنا: علي بن أحمد الأهوازي 
قال: أخبرنا أحمد بن عبيد البصري، 
قال: حدثنا جعفر بن محمد الغرياني  قال: حدثنا أبو طلوت 
قال: حدثني هانيء بن عبدالرحمن بن أبي عقبة، 
عن إبراهيم بن أبي عبلةالعقيلي 
قال: حدثني عطية ابن وشاح، 
عن أنس بن مالك رضي الله عنه، قال: 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ثلاث لا يغلّ عليهن قلب مسلم: 
إخلاص العمل لله؛ ومناصحة ولاة الأمور، ولزوم جماعة المسلمين"

Dari Anas bin Malik diceritakan bahwa Rasululloh Saw. Bersabda:
“Tiga perkara yang tidak bisa dikhianati hati seorang muslim, yaitu; keikhlasan amal karena Allah Swt, Saling menasehati dalam penguasaan masalah, dan tetapnya jamaah umat islam.


وقال الأستاذ: الإخلاص، إفراد الحق سبحانه في الطاعة بالقصد، 
وهو أن يريد بطاعته التقرب إلى الله سبحانه دون أي شيء آخر؛ 
من تصنع لمخلوق أواكتساب محمدة عند الناس، 

أو محبة مدح من الخلق،
أو معنى من المعاني سوى التقرب به إلى الله تعالى. 
ويصح أن يقال: الإخلاص: تصفية الفعل من ملاحظة المخلوقين. 
ويصح أن يقال الإخلاص:التوقي عن ملاحظة الأشخاص

Ustadz Syaikh berkata; “Ikhlas adalah penunggalan Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata, tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain mendekatkan diri pada Allah.” Bisa juga diartikan bahwa ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.


وقد ورد خبر مسند: "أن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر جبريل، عليه السلام، عن الله سبحانه وتعالى، 
أنه قال: الإخلاص سرٌ من سري، 
استودعتُه قلبَ من أحببتُه من عبادي".

“saya bertanya Jibril a.s. tentang ikhlas, apa itu?’ dan, Tuhanpun menjawab; “Yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku titipkan pada hati orang yang aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.”


سمعت: الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله، 

يقول: وقد سألته عن الإخلاص: ما هو؟ 

فقال:سمعت: علي بن سعيد، وأحمد بن محمد بن زكريا،

وقد سألتهما عن الإخلاص، 

فقالا: سمعنا علّي بن إبراهيم الشقيقي، 

وقد سألناه عن الإخلاص، 

فقال:سمعت محمد بن جعفر الخصاف، 

وقد سألته عن الإخلاص، 

فقال: سألت أحمد بن بشار عن الإخلاص:ما هو؟ 

قال: سألت أبا يعقوب الشريطي عن الإخلاص:ما هو؟ 

قال: سألت أحمد بن غسان عن الإخلاص: ماهو؟ 

قال: سألت عبد الواحد بن زيد عن الإخلاص: ماهو؟ 

قال: سألت الحسن عن الإخلاص: ما هو؟ 

قال:سألت حذيفة عن الإخلاص: ما هو؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ 

قَالَ: سَأَلْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ، عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟

قال: سألترب العزة عن الإخلاص: ما هو؟ 

قال: "سر من سري استودعته قلب من أحببته من عبادي".


~~~~~~~<<<<<{{{♡}}}>>>>>~~~~~~~


سمعت: الأستاذ أبا علي الدقاق يقول:  الإخلاص:التوقي عن ملاحظة الخلق

والصدق: التنقي من مطالعة النفس فالمخلص؛  لا رياء له، والصادق: لاإعجاب له.

Saya dengar Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Ikhlas adalah keterpeliharaan diri dari keikutcampuran semua makhluk. 

Shidiq (kebenaran) adalah kebersihan diri dari penampakan-penampakan diri. Orang yang ikhlas tidak memiliki riya’ dan orang yang shidiq atau benar tidak akan kagum pada dirinya sendiri.”


وقال ذو النون المصري: الإخلاص: لا يتم إلا بالصدق فيه، 

والصبر عليه، والصدق لا يتم إلا بالإخلاص فيه والمداومة عليه.

Dzunnun Almishri berkata, Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan kebenaran dan sabar di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus menerus di dalam ikhlas.” 


وقال أبو يعقوب السوسي: متى شهدوا في إخلاصهم الخلاص إحتاج إخلاصهم إلى إخلاص.

Abu Ya’qub As-Susi berkata; “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.”


وقال ذو النون: ثلاث من علامات الإخلاص: 

استواءالمدح والذم من العامة، 

ونسيان رؤية الأعمال في الأعمال، 

ونسيان اقتضاء ثواب العمل في الآخرة.

Dzunnun Al-Mishri berkata, “ ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu ketiadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang amal perbuatannya di dalam amal perbuatannya sendiri, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya di kampung akhirat.”


سمعت: الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله،

يقول: سمعت أبا عثمان المغربي يقول: 

الإخلاص:ما يكون للنفس فيه حظ بحال، وهذا إخلاص العوام.

وأما إخلاص الخواص: فهو ما يجري عليهم، لابهم، 

فتبدو منهم الطاعات، وهم عنها بمعزل، ولا يقعلهم عليها رؤية، 

ولا ا اعتداد، فذلك: إخلاص الخواص.

Abu Utsman Al-Maghribi mengatakan; “ ikhlas adalah ketiadaan bagian atas suatu hal bagi dirinya. Ini adalah ikhlas orang-orang kebanyakan. Adapun ikhlas orang-orang khusus adalah apa yang terjadi pada mereka, bukan yang bersama mereka. Maka, dari mereka muncul ketaatan dan mereka sendiri terpisah dari ketaatan itu sendiri. Mereka tidak memandang dan menghitung ketaatan yang terlimpahkan kepada diri mereka. Demikian ini merupakan ikhlas kelompok orang khusus.”

وقال أبو بكر الدقاق: نقصان كلّ مخلص في إخلاصه:رؤية إخلاصه؛ 

فإذا أراد الله تعالى أن يخلص إخلاصه أسقط عن إخلاصه رؤيته لإخلاصه؛ فيكون مخلَصاًلامخلصا. وقال سهل: لا يعرف الرياء إلا مخلص.
Abu Bakar Ad-Daqaq berkata; “Kekurangan setiap orang yang ikhlas dalam keikhlasannya adalah kebiasaan melihat keikhlasannya. Jika Allah menghendaki memurnikan keikhlasan seseorang, maka Dia menggugurkan penglihatan keikhlasannya pada keikhlasannya, sehingga ia menjadi orang yang diikhlaskan atau dimurnikan, bukan orang yang ikhlas atau berusaha menyucikan diri. 

Sahal bin Abdullah berkata; “Tiada yang mengetahui riya’ selain orang yang ikhlas.”

سمعت أبا حاتم السجستاني يقول: 

سمعت عبد الله بن علي يقول: سمعت الوجيهي 

يقول: سمعت أباعلي الروذباري يقول: 

قال لي رويم: قال أبو سعيدالخراز: 

رياء العارفين أفضل من إخلاص المريدين.

Abu Sa’id mengatakan; “ Riya orang-orang yang ahli ma’rifat lebih utama daripada ikhlas para 

murid.”

وقال ذو النون: الإخلاص: ما حفظ من العدو أن يفسده.
Dzun Nun Al-Mishri mengatakan; “Ikhlas adalah apa yang dipelihara dari permusuhan yang 

merusak.”
وقال أبو عثمان: نسيان رؤية الخلق به وام النظر إلى فضل الخالق.
Abu Utsman al-Hiri mengatakan;”Ikhlas adlah pelupaan penglihatan makhluk dengan keabadian memandang Sang Maha Pencipta.”

وقال حذيفة المرعشي: الإخلاص أن تستوي أفعال العبد في الظاهر والباطن.
Khudzaifah al-Mar’isi berkata; “aikhlas adalah penyamaan perbuatan-perbuatan hamba dalam aspek lahir batinnya.”

وقيل: الإخلاص: ما أريد به الحق، سبحانه، وُقصد بهالصدق. وقيل: الإغماض عن رؤية الأعمال.
Dikatakan juga bahwa ikhlas adalah apa yang dikehendaki Al-Haqq dan yang dimaksudkan tujuan shidiq (kebenaran). Terkadang juga ikhlas diartikan sebagai kepura-puraan tidak tahu dari penglihatan macam-macam amal perbuatan. 

سمعت: محمد بن الحسين، رحمه الله، 

يقول: سمعت أبا الحسين الفراسي 

يقول: سمعت محمد بن الحسين 

يقول: سمعت علي بن عبد الحميد 

يقول:سمعت السري يقول: 

من تزين للناس بما ليس فيهسقط من عين الله تعالى.

As-Siriy As-Saqithi mengatakan; “ barangsiapa menghiasi dirinya untuk manusia dengan sesuatu yang tidak ada pada manusia, maka dia gugur dari pandangan Allah.”

وسمعته يقول: سمعت علي بن بندار الصوفي 

يقول:سمعت عبد الله بن محمود 

يقول: سمعت محمد بن عبد ربه 

يقول: سمعت الفضيل 

يقول ترك العمل من أجل الناس رياء، 

والعمل من أجل الناس شرك، 

والإخلاص: أن يعافيك الله منهما.
Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan berbuat amalan kebajikan karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah pembebasan Allah pada anda dari keduanya.

وقال الجنيد: الإخلاص سر بين الله تعالى وبين العبد،لايعلمه ملك فيكتبه، ولا شيطان فيفسده، ولاهوى فيميله.
Al-Junaid mengatakan; “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Tidak ada malaikatpun yang mengetahui dan mencatatnya. Tidak ada setan pula yang mengetahui dan merusaknya. Dan tidak ada hawa nafsu yang mengetahui lalu menyondongkannya.”

وقال رويم: الإخلاص من العمل هو: الذي لايريدصاحبه عليهِ عوضاً من الدارين، ولا حظً من الملكين.
Ruwaim mengatakan; keikhlasan suatu perbuatan adalah ketiadaan kehendak bagi pemiliknya untuk mendapatkan ganti (pahala) dari dua alam (dunia dan akhirat) dan ketiadaan permintaan bagian dari dua  malaikat (penjaga surga dan neraka)

وقيل لسهل بن عبد الله: أي شيء أشد على النفس؟فقال: الإخلاص: لأنه ليس لها فيها نصيب. وسئلبعضهم عن الإخلاص: فقال: أن لا تشهد على عملك غير الله عز وجل.
Ditanyakan pada Sahal bin Abdullah, “Hal apa yang paling berat bagi manusia?.” “Ikhlas, karena didalamnya tidak ada bagian (tuntutan) bagi pelakunya,” jawabnya.
Sebagian ahli Sufi juga ditanya tentang hal yang sama, lalu dijawab, “Hendaknya engkau tidak mempersaksikan amalmu pada selain Allah Swt.”

وقال بعضهم: 

دخلت علي سهل بن عبد الله يومجمعة قبل الصلاة بيتاً.. 

فرأيت في البيت حية.فجعلت أقدم رجلاً وأؤخر أخرى، 

فقال: ادخل، لا يبلغ أحد حقيقة الإيمان 

وعلى وجه الأرض شيء يخافه.

ثم قال: هل لك في صلاة الجمعة؟ 

فقلت: بيننا وبين المسجد مسيرة يوم وليلة.. 

فأخذ بيدي، فما كانإلا قليل حتى رأيت المسجد، 

فدخلناه؛ وصليناالجمعة. 

ثم خرجنا؛ فوقف ينظر إلى الناس وهم يخرجون، 

فقال: أهل لا إله إلا الله كثير، والمخلصونمنهم قليل.

Sebagian yang lain bercerita: saya pernah masuk ke rumah Sahal bin Abdullah pad hari Jum’at sebelum sholat dilaksanakan. Saya lihat dirumahnya ada seekor ular yang membuat saya mengedepankan seseorang dan mengakhirkan yang lain (orang ini berada ditengah-tengah). Tiba-tiba sahal berkata, “Masuklah, seseorang tidak akan mencapai hakikat iman, sementara dipermukaan bumi masih ada yang ditakutkan.”
“Apakah engkau hendak sholat Jum’at?” tanyanya kemudian.

Sayapun lantas berkata bahwa di antara kami dan masjid terdapat jarak sejauh perjalanan kaki sehari semalam. Saya menempuh perjalanan itu dan tidak ada jarak lagi selain tinggal sedikit, sehingga saya melihat masjid, lalu saya masuk dan sholat Jum’at didalamnya. Kemudia saya keluar. Pandangan saya tertuju pada kerumunan orang yang sedang keluar dari masjid. Tiba-tiba saya mendengar Sahal berkata; “Orang-orang yang mengatakan Laa Ilaaha illal-laah sangat banyak, tetapi yang ikhlas amat sedikit.

أخبرنا: حمزة بن يوسف الجرجاني قال: حدثنا محمدبن محمد بن عبد الرحيم قال: حدثنا أبو طالب محمد بن زكريا المقدسي قال: حدثنا أبو قرصافة محمد بن عبد الوهاب العسقلاني قال: حدثنا زكريا بننافع قال: حدثنا محمد بن يزيد القراطيسي، 

عن إسماعيل بن أبي خالد، 

عن مكحل قال: ما أخلص عبد قط أربعين يوماً، 

إلاظهرت ينابيع الحكمة من قلبه على لسانه.

Makhul berkata; “Tidaklah seorang hamba selama empat puluh hari mampu berbuat ikhlas kecuali sumber-sumber hikmah akan keluar dari hatinya melalui lidahnya.”


سمعت الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله،

يقول: سمعت محمد بن عبد الله بن شاذان 

يقول:سمعت عبد الرزاق 

يقول: سمعت يوسف بن الحسين يقول: أعز شيء في الدنيا الإخلا ص، وكن أجتهد في إسقاط الرياء عن قلبي، فكأنه ينبث فيه على لون آخر. 



Yusuf bin Husin berkata; paling mulianya sesuatu di dunia adalah ikhlas. Betapa beratnya saya berjuang menggugurkan riya dari hati saya, tetapi seakan-akan riya masih tumbuh dengan warna lain

وسعته يقول: سمعت النصراباذي 

يقول: سمعت أباالجهم 

يقول: سمعت بن أبي الحواري 

يقول: سمعت أبا سليمان 

يقول: إذا أخلص العبد انقطعت عنه كثرة الوساوس والرياء

Sulaiman Ad-Darani berkata; Jika seorang hamba ikhlas, maka rasa was-was dan riya akan terputus darinya.

Sumber: Risalatul Qusyairiyah- Abul Qasim Abdul Karim Hawazi Al-Qusyairi An-Naisabur

KEAJAIBAN IKHLAS

KEAJAIBAN IKHLAS
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Abu Bakar Al-Bazzar. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Rabi’ bin Tsabit bin Wahb bin Masyja’ah bin Harits bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik Al-Anshari Al-Ka’bi Al-Baghdadi Al-Bashri Al-Bazzar.
Al-Qadhi Abu Bakar bin Abu Thahir.
Tokoh kali ini adalah putra Abu Thahir (w. 461 H), salah satu pembesar penduduk Baghdad, yang terkenal sebagai seorang syaikh yang shalih dan muhaddits, yaitu Al-Bazzar, atau terkenal dengan sebutan Abu Bakar. Al-Bazzar lahir pada hari Selasa, 10 Shafar 442 H, wafat 535 H dan sudah hafal Al-Qur’an saat berusia 7 tahun.

Pengakuan menakjubkan pernah terlontarkan dari lisan Abu Bakar sendiri, melalui riwayat Ibnu As-Sam’ani,
ماضيعت ساعة من عمري فى لهو او لعب
“Mâ dhayya`tu sâ`atan min `umrî fî lahwin aw la`bin"
"Aku tidak pernah menyia-nyiakan sesaat dari umurku dengan senda gurau dan main-main.”

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar al-Anshari berkata:

“Dulu, aku pernah berada di Makah–semoga Allah selalu menjaganya. Suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku.

Ketika sedang berjalan-jalan ke luar rumah, ia menemukan sebuah kantong dari sutera yang ditali dengan tali sutera juga. Karena tidak ada siapa-siapa, ia mengambil kantong tersebut dan membawanya pulang. Ia mengurai talinya, dan mendapati kalung yang terbuat dari permata. Kalung sedemikian indah itu belum pernah ia lihat sebelumnya. Ah, pasti sangat mahal harganya, demikian kekata hatinya. Ia masih terus saja memperhatikan kalung tersebut seolah tak percaya. Menakjubkan.

Tetapi, ketika keluar dari rumah, tiba-tiba saja ada seorang kakek yang mengumumkan berita kehilangan, dan membawa buntalan uang yang berisi 500 Dinar [1 dinar=10 dirham, 1 dinar setara –sebagaimana pendapat jumhur ulama’ dengan 4,25 gram emas, jadi kalau sekarang satu gram emas seharga 400.000 rupiah -misalnya-, maka 1 dinar seharga 1.700.000 rupiah. Jadi, 500 dinar pada saat ini –dengan estimasi harga satu gram emas sekarang senilai 400.000 rupiah- seharga 850.000.000 atau 850 juta. Subhanallah, angka yang fantastis!].

Kakek tersebut akan memberikan buntalan uang berisi 500 dinar atau senilai 850 juta tersebut kepada siapa yang berhasil menemukan kantong yang berisi kalung permata.

Tatkala mendengar pengumuman tersebut, Abu Bakar Al-Bazzar berkata dalam hati, “Aku sedang membutuhkan, dan aku pun tengah kelaparan, biarlah aku mengambil imbalannya dan memanfaatkannya, dan aku mengembalikan kantong tersebut.”

Abu Bakar mendatangi kakek tersebut, dan memintanya untuk datang ke rumahnya seraya meminta untuk menyebutkan ciri-ciri kantong tersebut. Abu Bakar terperanjat. Kakek tersebut memang pemilik kantong yang barusan ia temukan. Pasalnya, kakek itu tahu persis ciri kantong tersebut beserta isinya berupa kalung dari permata dan jumlahnya, tali yang dipergunakan untuk menali kantong itu juga diketahuinya.

Akhirnya, karena yakin bahwa kakek itulah sang pemilik kantong tersebut, Abu Bakar mengambilnya, dan menyerahkan kepada kakek tersebut. Kemudian, sang kakek hendak menyerahkan buntalan uang berisi 500 dinar yang tadi sudah dijanjikan kepada Abu Bakar, tetapi ia justru enggan mengambilnya, bahkan malah berkata dengan kata-kata yang menakjubkan, kata-kata seorang ahli ilmu yang menunjukkan kedalaman ilmunya, “Sudah wajib bagi saya untuk mengembalikan kantong ini kepada Anda, dan saya tidak mau mengambil upahnya.”

Kakek itu pun menjawab, 
لابد لك ان تأخذ
“Lâ budda laka an ta’khudza"
tidak boleh tidak, kamu harus mengambilnya!” ia mengulang-ulang kata-kata itu dan mendesak agar Abu Bakar menerimanya, tetapi tetap saja, sekalipun sangat membutuhkan bahkan sedang kelaparan, Abu Bakar menolak pemberian sang kakek.

Akhirnya, karena tidak berhasil mendesak lagi, kakek tersebut meninggalkan Abu Bakar. Tetapi ia pergi dengan meninggalkan rasa takjub yang luar biasa. Pemuda shalih, kata dalam hatinya. Entah, bagaimana suasana hatinya pada saat itu, yang jelas ia justru merasa berhutang budi kepada pemuda yang baik hati itu.Karena, bukankah manusia akan merasa berhutang budi kepada orang yang pernah berbuat kepadanya?.

Sementara itu, setelah kejadian penemuan kalung permata itu, pada suatu ketika, Abu Bakar keluar dari Mekah dengan menaiki kapal, mengarungi lautan. Di tengah lautan, gelombang datang bertubi-tubi dengan dahsyatnya. Kapal pecah, dan banyak penumpang yang tenggelam. Begitu pula dengan harta-benda mereka. Sementara Abu Bakar selamat, ia masih hidup karena memegangi pecahan kapal yang tenggelam tersebut. Selama beberapa saat, ia berada di tengah-tengah lautan, tidak tahu ia tengah berada di mana dan mau kemana?

Setelah terombang-ambing oleh gelombang lautan, ia terdampar di sebuah pulau yang dihuni oleh sebuah kaum. Sesampainya di sana, Abu Bakar mendatangi masjid, lalu membaca Al-Qur’an….,

Tiba-tiba saja…, semua orang mengerumuninya, mereka tertakjub dengan bacaan Abu Bakar. Mereka meminta agar diajari Al-Qur’an. Karena privat mengajarkan baca Al-Qur’an inilah, ia mendapatkan banyak rizki.

Suatu ketika, Abu Bakar melihat ada lembaran-lembaran dari mushhaf di dalam masjid. Ia mengamati, mengambil dan membacanya. Ketika melihat Abu Bakar membaca, penduduk pulau tersebut bertanya, “Apakah Anda mahir menulis?” Abu Bakar menjawab, “Ya.” Lalu mereka berbondong-bondong datang dengan membawa putra-putri mereka untuk diajari tulis-menulis, tak ketinggalan para pemudanya. Dari hasil mengajar tulis-menulis ini, Abu Bakar lagi-lagi mendapat rizki yang tidak diduganya. Alhamdulillah, ucap hatinya berkali-kali. Betapa maha pemurah dan dermawannya Allah Ta’ala, sang pemilik perbendaharaan langit dan bumi. Betapa mudahnya Allah memberikan rizki, kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Selesai mengajar, mereka mendatangi Abu Bakar sembari berkata, “Sesungguhnya di tengah-tengah kami ada seorang gadis yatim, dan dia memiliki ‘secuil’ dunia, kami ingin anda berkenan menikahinya.”
[Yah, kalau kita menggunakan bahasa sekarang ya, “Ustadz-ustadz, di sini ada gadis yang berharta dan keturunan orang ternama di desa ini, kaifa?”]
tetapi Abu Bakar menolak, ia enggan menikahi gadis tersebut, khawatir pernikahannya semata-mata karena gadis tersebut kaya.

Tetapi mereka memaksa dan berkata, “Lâ bal, tidak… pokoknya Anda harus menikahinya.” Titik.
Karena tidak bisa menolak, akhirnya tawaran mereka diterima juga. Bagaimana lagi? Sudah rizkinya, ucap hati Abu Bakar lagi.

Ketika resepsi acara pernikahan berlangsung, kedua mata Abu Bakar tertuju kepada kalung permata yang dikenakan di leher gadis mempelai, wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya. Ia terkaget. Kalung permata itu? seolah ia pernah melihatnya, tapi di mana dan kapankah? Oh iya, kalung permata itu adalah kalung milik si kakek yang dulu pernah ia temukan. Ia hampir melonjak-lonjak karena riang sekali hatinya. Lama sekali ia memandangi kalung permata itu, sementara orang seluruh pulau yang menghadiri resepsi pernikahan melihat mata Abu Bakar yang hanya memperhatikan kalung, bukan si mempelai perempuan. Mereka pun mengingatkan, 
“Wahai Syaikh, Anda menghancurkan hati gadis yatim ini karena Anda hanya melihat kalungnya, dan tidak melihatnya.”

Ditegur seperti itu, Abu Bakar menceritakan kisahnya dulu; ketika ia dalam keadaan membutuhkan dan kelaparan, lalu menemukan kantong berisi kalung mutiara, dan pertemuan dengan si kakek yang menjanjikan upah 500 dinar kepadanya, tetapi ia menolaknya.

Mendengar kisahnya, penduduk pulau tersebut berteriak. Suara mereka bergemuruh. Terdengar pekikan takbir dan tahlil yang memenuhi ruangan resepsi pernikahan, hingga berita ini menyebar ke seluruh penduduk pulau itu, tanpa terkecuali. Mereka begitu bahagia.

Abu Bakar Al-Bazzar pun bertanya keheranan, 
“Mâ bikum, hei…, apa-apaan ini?” ia terheran-heran dengan euforia penduduk setempat setelah mendengar kisahnya, seolah mereka memenangi piala dunia karena saking bahagianya.

Mereka kemudian mendudukkan Abu Bakar yang dianggapnya sebagai seorang syaikh yang sangat mereka hormati itu. “Begini” kata salah satu dari mereka sebagai duta bercerita untuk menjelaskan duduk permasalahannya, “sebenarnya, kakek  yang dulu mengambil dan memiliki kalung permata dari Anda itu adalah….” Kata itu terputus. Ia melanjutkan lagi setelah menahan nafas sejenak untuk mengheningkan cipta sembari menoleh kepada Abu Bakar dan orang-orang di sekitarnya, “…adalah ayah dari gadis yang sekarang Anda nikahi ini.”

“Dulu, ayah gadis ini memuja-muji Anda setelah kejadian paling bersejarah itu. Beliau takjub dengan sikap Anda, sampai-sampai beliau berlebihan dalam berkata, 
ما فى الدنيا الا هذا الذي ردّ عليّ هذاالعقدَ
“Mâ fi d-dunyâ illâ hâdza l-ladzî radda `alayya hâdza l-`aqda"
"di dunia ini tidak ada pemuda muslim shalih yang berhati mulia selain orang yang mengembalikan kalung ini.”

“Bahkan, beliau pernah berdoa, 
اللهم اجمع بيني وبينه حتى ازوجه بابنتي
“Allâhumma jma` baynî wa baynahu hattâ uzawwijahu bi ibnatî,"
"Ya Allah, kumpulkanlah aku dengan pemuda itu hingga aku menikahkannya dengan putriku.”  
Dan sekarang doanya betul-betul dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.”

Subahanallah 3 X,
Allahu Akbar 3 X
Lahaula Walaquwata illabillah.

Di tangan Allah lah segala urusan, dan hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar dalam segala urusan kita.
Sesungguhnya Allah akan membalas setiap kebaikan dan keikhlasan kita, meskipun kadang kita lalai atau lupa bahwa itulah buah dari kebaikan kita di masa lampau.

Semoga bermanfaat,
Allahu A’lam