Rabu, 15 Desember 2021

sajak


Pengertian Saja’
    Kata saja’ merupakan masdar dari (سَجَعَ). Saja’ secara leksikal bermakna bunyi atau indah. Sedangkan secara terminologis saja’ adalah:
تَوَا فُقُ الفَاصِلَتيْنِ فِي الحَرْفِ الأَخِيْرِ مِنَ النَثْرِ
Sesuainya dua kata terakhir pada huruf akhirnya dari sebuah natsar.[1]
    2.      Contoh-contoh saja’ ( sajak )
a.       Rasulallah Saw. Bersabda :
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Ya allah, berikan pengganti kepada orang yang berinfak, dan berilah kerusakan kepada orang yang tidak mau berinfak.
b.      Seorang arab badui yang anaknya hanyut dibawa banjir berkata:
اَلَّلهُمَّ إِنِّ كُنْتَ قَدْ أَبْلَيْتَ فَإِنَّكَ طَالَماَ قَدْ عَافَيْتَ
Ya allah, jika engkau membinasakannya, maka sesungguhnya telah sangat lama engkau menyehatkannya
اَلْحُرُّ إِذَا وَعَدَ وَفَى، وَإِذَا اَعَانَ كَفَى، وَإِذَا مَلَكَ عَفَا
Orang yang merdeka itu ketika berjanji memenuhinnya, bila menolong secukupnya, dan bila menjadi raja banyak memaafkan.
Pembahasan contoh-contoh saja’ ( sajak )
   Bila kita perhatikan dua contoh pertama, kita dapatkan masing-masing terdiri atas dua bagian kalimat yang huruf akhirnya sama. Bila kita perhatikan contoh ke tiga, kita dapatkan ia terdiri atas lebih dari dua kalimat bagian yang huruf akhirnya sama. Kalimat yang demikian disebut dengan saja’ ( sajak ). Kata yang terakhir dari setia bagian kalimat itu disebut fashilah. Dan fashilah itu selamanya dimatikan huruf akhirnya dalam kalam natsar ( prosa ) karena wakof ( berhenti membca ).
    Sajak yang paling baik adalah yang bagian – bagian kalimatnya seimbang, dan sajak tidak indah kecuali rangkaian kalimatnya bagus, tidak dibuat-buat, dan bebas dari pengulangan yang tidak berfaedah, sebagaimana kita lihat pada contoh. [2]

       Saja’ adalah persesuaian dua akhir kata pada huruf akhirnya  Fashilah adalah kata terakhir dari suatu kalimat yang dibandingkan dengan kalimat yang lainnya. Dua kalimat yang dibandingkan ini disebut qorinah, kemudian qorinah yang dibandingkan disebut faqroh.[3]

   3.      Pembagian Saja’
Saja’ terbagi tiga:
1). Saja’ Mutharraf yaitu yang antara kedua fasilah itu berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya.
هو ما اختلفت فاصلتاه فى الوزن واتفقتا فى الحرف الأخر
Contoh seperti firman Allah SWT:
مَالَكُمْ لاَ تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا * وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا *
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (Q.S Nuh:13-14)
Kata ‘waqoro”  beda wazan dengan kata “athwaro” yang mana “waqoro” dengan harakat fathah sedang “athwaro” sukun, namun keduanya sama dalam huruf akhirnya yaitu huruf ro’ .
Dan seperti firman Allah SWT:
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَدًا * وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا *
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?(Q.S An-Naba:6-7)
2). Saja’ Murashsha’ yaitu saja’ yang lafadz-lafadznya pada masing-masing fasilah atau seluruhnya, sama dalam wazan dan huruf-hurufnya.
ما كان فيه الفاظ إحدى فقرتين كلها او أكثر مثل ما يقابلهامن الفقرة الأخرى الوزن واتفقتا
Contoh syairkarya Al-Hariri:
هُوَ يَطْبَعُ الأَسْجَاعَ بِجَوَاهِرِ لَفْظِهِ # وَيَقْرَعُ الأَسْمَاعَ بِزَوَاحِرِ وَعْظِهِ
Dia mencetak sajak-sajak dengan permata ucapannya dan mengetuk pendengaran dengan teguran-teguran nasehatnya.
Kata ‘yathbi’u” sama wazannya  dengan “yaqro’u” begitu pula dalam qofiahnya yaitu huruf ‘ain, “asja’’ sewazan dengan “asma’” , qofiah ‘ain, “lafzhi” sewazan dengan “wa’zhi”, qofiahnya zho’.  

3). Saja’ Mutawaazi yaitu saja’ yang sesuai antara kedua fasilahnya didalam wazan dan huruf akhirnya.
ما كان الإتفاق فيه فى كلمتين الاخر تين فقط

Hal ini dapat  terjadi pada tiga keadaan:
ü  Berbeda wazan dan qofiahnya secara bersamaan
ü  Beda wazan, tetapi qofiahnya tidak
ü  Beda qofiah, tapi wazan tidak

Contoh seperti firman Allah SWT:
فِيْهَا سُرُوْرُ مَّرْفُوْعَةٌ * وَ أَكْوَابُ مَّوْضُوعَةٌ *
Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya). (Q.S Al-Ghaasyiyah:13-14[4]
Qorinahn ya ada dua yaitu: سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ
Dan  وَأَكْوَابٌ مَّوْضُوعَةٌ  
“sururun’ adalah setengah dari qorinah pertama yang dibandingkan dengan kata “akwabun”, qorinah kedua. Keduanya berbeda secara wazan dan qofiah
Contoh yang kedua adalah:                                                              وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفا
فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفاً
الْمُرْسَلَاتِ danالْعَاصِفَاتِ berbeda wazannya , yang pertama menurut wazan “maf’alat”  dan yang kedua wazan “fa’alaat”, akan tetapi qofiahnya sama, yaitu ta’. 
Contoh yang ketiga: “hasola natiq wa shomit, halaka hasad wa syamit”, pada qorinah yang pertama kata “hasola” dibandingkan dengan ‘halaka”, keduanya berbeda qofiahnya. Qofiah yang pertama lam, yang kedua kaf.

Senin, 13 Desember 2021

Barseso dan Putri Raja


dari kitab Mashaibul Insan Min Makaid Syaithan karya Syaikh Al Maqdisi Al Hanafi.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menceritakan:

Ada seorang ahli zuhud bernama Barseso.

Dia beribadah dalam tempat ibadah selama 70 tahun.

Tidak pernah bermaksiat sedikit pun.

Mengetahui itu iblis ingin menggoda dengan ilmu rekayasa (hilah).

Suatu waktu iblis mengumpulkan para pembesar setan dan berkata, “Adakah di antara kalian yang mampu merusak Barseso?”

Setan putih berkata kepada Iblis, “Saya sanggup merusaknya.”

Setan putih pun berangkat ke tempat Barseso dengan mengenakan pakaian ulama.

Dia juga mengenakan sesuatu di atas kepalanya.

Ia datang ke Barseso dan memanggilnya.

Tetapi Barseso tidak menjawabnya.

Barseso tidak berhenti dari beribadah kecuali setiap 10 hari sekali.

Setelah berusaha namun tetap gagal mengambil perhatian Barseso, setan putih lantas berpura-pura sholat.

Dia beribadah di dalam tempat ibadah Barseso.

Setelah Barseso selesai sholat dan hendak keluar dari tempat ibadah, dia melihat setan putih yang berpakaian seperti ulama.

Sedang sholat dan beribadah dengan khusuk..

Lalu Barseso bertanya kepadanya, “Kamu tadi memanggilku sementara aku sedang sibuk sholat, apa yang kamu perlukan?”

Setan menjawab, "Saya ingin bersamamu untuk belajar ilmu dan menirukan amalmu serta kita bersama beribadah sehingga aku bisa mendoakanmu dan kamu juga mendoakanku.”

Barseso berkata, “Saya tidak bisa bersamamu. Jika kamu seorang mukmin, maka kamu mendapatkan bagian dari doaku yang kutujukan bagi semua orang mukmin.”

Kemudian Barseso beranjak sholat dan meninggalkan setan itu.

Maka setan beranjak sholat dan setelah itu Barseso tidak menoleh kepadanya selama 40 hari.

Setelah Barseso selesai sholat, dia melihat setan sedang berdiri sholat.

Barseso berkata kepadanya, “Apa yang kamu butuhkan?”

“Saya ingin kamu memberi izin kepadaku untuk naik ke tempat ibadah bersamamu," jawab setan.

Barseso memberikan izin kepada setan untuk menaiki tempat ibadah dan beribadah bersama di dalamnya.

Mereka beribadah tanpa henti kecuali setelah 40 hari bahkan terkadang sampai delapan puluh hari.

Melihat kesungguhan sosok ini dalam beribadah, Barseso merasa kagum.

Setelah lama beribadah bersama, setan pun berkata.

“Saya ingin pergi karena saya memiliki teman selain kamu. Saya mendapat berita kamu lebih baik daripadanya. Ternyata saya mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya.”

Barseso merasakan sesuatu di dalam batinnya.

Ia sebenarnya tidak mau berpisah dengan setan putih karena baginya ibadahnya setan putih ini lebih baik.

Singkat cerita, mereka pun berpisah.

Barseso diajari doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit dan gila.

Kemudian setan putih itu mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki.

Dahulu ayah mereka seorang raja.

Setelah raja meninggal, dia digantikan adik laki-lakinya, yaitu paman gadis itu.

Setan menyiksa dan mengganggu gadis tersebut.

Lalu setan datang kepada keluarganya dan mengabarkan tentang Barseso yang mampu mengobatinya.

Setan menyarankan agar gadis itu tinggal bersama Barseso, seorang ahli ibadah.

Pada awalnya Barseso menolak permintaan agar gadis dititipkan padanya.

Namun akhirnya, ketiga saudaranya membuatkan tempat ibadah di dekat tempat ibadah Barseso.

Gadis itu pun mereka tinggalkan di sana.

Setelah selesai sholat, Barseso melihat ada gadis cantik berada di dekatnya.

Lambat laun Barseso mulai jatuh hati dan tergoda.

Lalu setan merasuki gadis itu.

Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan kepadanya.

Setan pun keluar dan pergi dari gadis itu.

Kemudian Barseso mulai sholat lagi.

Setan itu datang kembali dan merasuki sang gadis.

Maka tanpa sengaja busana gadis itu terbuka dan setan berbisik kepada Barseso, “Gaulilah gadis itu dan setelah itu kamu bisa bertaubat.”

Setan pun berhasil.

Barseso menggauli gadis tersebut hingga hamil.

Kemudian setan berkata kepada Barseso, “Celaka kamu Barseso, bila perbuatanmu itu terungkap. Maukah kamu membunuhnya dan setelah itu kamu bisa bertaubat. Dan apabila keluarganya menanyakan, maka katakan pada mereka bahwa gadis itu dibawa kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan kamu tidak kuasa melawannya.”

Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya.

Mayatnya dikuburkan di lereng gunung.

Pada saat Barseso menguburkannya, setan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu sehingga tidak tertimbun tanah.

Menyembul keluar.

Kemudian Barseso kembali ke tempat ibadah dan beribadah.

Tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka.

Mereka bertanya, “Wahai Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami?”

“Setan datang dan aku tidak mampu melawannya,” jawab Barseso.

Mereka pun percaya dan pulang.

Pada malam hari dalam suasana duka, kakak paling tua dari gadis itu didatangi setan dalam mimpi.

Setan memberitahukan kejadian asli yang menimpa adiknya.

Namun dia tidak percaya.

Tiga kali datang ke dalam mimpinya namun tetap tidak dipercayai.

Setan pun datang ke saudara yang kedua dan ketiga.

Kemudian ketiganya bertemu saling menceritakan mimpi sama yang mereka alami.

Lalu setan datang dan memberitahu tempat adik mereka dikubur.

Melihat kebenaran yang ditampakkan setan, ketiga saudara itu mendatangi Barseso dengan membawa linggis dan kapak.

Mereka menghancurkan tempat ibadah Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja.

Setan kembali membisiki Barseso, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah perbuatan itu."

Sang raja pun menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu.

Pada saat disalib, setan putih mendatanginya.

Setan ini menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dengan bersujud kepada setan.

Barseso menyetujuinya dan bersujud kepadanya.

Setelah itu setan pun meninggalkannya dan berujar.

“Wahai Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu. Akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu. Sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatanmu dan aku takut terhadap Tuhan semesta alam.”

Begitulah kisah tipu daya setan untuk menjerumuskan hamba Allah.

Ia mencoba menyesatkan manusia meski sejatinya setan tetap takut kepada Allah.

Dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 16 dan 17, Allah berfirman.

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ

“(Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu!” Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”

Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang zalim."

Demikian kisah ahli ibadah Kyai Barseso yang pada akhir hayatnya mati su'ul khotimah karena tipu daya setan.

Semoga bermanfaat... 

BADI LAFDHI : JINAS


DEVINISI JINAS

تشابه اللّفظين في التّلفظ

Yaitu : Keserupaan dua lafadz dalam pengucapannya

Seperti contoh :

 أمين الدّين الباقي أمين في عمله (aminudin baki seorang yang amanah dalam kerjanya)

خلق موسى شعره بموس (Musa mencukur rambutnya dengan mesin pencukur)

            Dari devinisi ini maka mengecualikan lafadz yang Mutarodif ( dua lafadzyang berbeda tetapi meiliki satu makna, seperti lafadz Asadun dan sabu’un yang bermkana hewan buas, macan).


II. PEMBAGIAN BADI’ JINAS

Secara Umum Badi’ Jinas terbagi menjadi dua, yaitu ;

1. Badi’ Jinas Tam

2. Bdi’ Jinas Ghoiru Tam

(Muhammad Ghufran.Balaghah: Ilmu Badi’. Ponorogo:Darussalam Press.hlm. 23-25)


BADI’ JINAS TAM

أن يتّفقا في أنواع الحروف وأعدادها وهيئتها وترتيبها

Aapabila terdapat dua lafadz yang cocok di dalam empat hal. Yaitu :

1. Jenis Huruf (Mulai dari Huruf Alif sampai dengan Ya’)

2. Hitungannya

3. Keadaannya ( Harokat dan sukunnya huruf)

4. urutannya


Pembagian Badi’ Jinas Tam

1. Badi’ Jinas Mutamatsil

Apabila lafadz yang cocok di dalam empat hal tersebut, itu terdiri dari satu macam. Seperti keduanya dari isim, atau dari dua fi’il atau dari dua huruf.

a. yang terdiri dari dua isim

للسّود في السّود  أثار تركن بها # وقعا من البيض تثني أعين البيض

Dalam hati seseorang

Ketika melihat indah hitamnya mata kekasih

Akan memberikan dampak kesemangatan di medan perang.

Bagi seseorang lelaki tampan berseri

Dalam menggunakan pedang yang tajam yang berkilau putih. (Ibnu Ar-Rumi)


لن يعرف الواحد الاّ واحدا

Orang yang meng-esakan Allah tidak akan mengetahui (bahwa sesuatu itu member manfaat dan madhorot) kecuali hanya pada Allah yang Esa.

b. yang terdiri dari dua fi’il

تربت يمين المسلمين وتربت يمين الكافرين

Beruntunglah tangan orang-orang islam dan merugilah tangan orang-orang kafir.

c. yang terdiri dari dua huruf

ما منهم من قائم

Tidak ada seorangpun darikaum itu yang berdiri.

(yang sama adalah huruf mim)


2. Badi’ Jinas Mustaufi

Apabila dua lafadz yang sama itu berbeda macamnya, seperti terdiri dari isim dan fi’il atau dari dua huruf.

a. yang terdiri dari fi’il dan isim

وسسمّيته يحيىى ليحيى فلم يكن # لأمر قضاه الله في النّاس من بدّ

Anak ini kuberi nama Yahya Agar ia hidup bahagia

Seorang anak atas taqdir Tuhan tak kan bisa mengelakkan

b. terdiri dari fi’il dan huruf

علا على رأس الجبل

Orang itu naik ke atas puncak gunung.

c. terdiri dari huruf dan isim

إنّك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله الاّ  أٌجرت عليها حتّى ما تجعل في في امرأتك

Sesungguhnya kamu tidak memberikan suatu nafkah yang hanya semata karena Allah kecuali kamu mendapatkan pahala, sehingga sesuatu yang kamu berikan di dalam mulut istrimu.  [i]


Badi’ Jinas Murokkab

Sebagian dari pembagian  badi’ Jinas Tam adalah Badi’ Jinas Murokkab.

ما كان أحد لفظيه مركّبا

Apabila ada dua lafadz yang sesuai yang salah satunya berupa lafdz yang ditarkib.


Pembagian Badi’ Jinas Murokkab.

1. Badi’ Jinas Mutasyabbih

Yaitu : Apabila ada dua lafadz yang sama itu sama di dalam penulisannya.

Seperti dalam syair :

إذا مالك لم يكن ذا هبة # فدعه فدولته ذاهبة

Bila seorang raja tak lagi berkuasa, maka dia tak lagi memiliki pemberian

Maka tinggalkanlah dia karena kekasannya telah pergi dan sirna (Abul Fath Al-Busti)[ii]

2. Badi’ Jinas Mafruq

Yaitu : Apabila lafadz yang sama itu berbeda di dalam tulisannya.

Seperti dalam syair :

كلّكم قد أخذ الجا # م ولا جام لنا

ما الّذي ضرّ مدير ال # جام لو جاملنا

Kalian telah mengambil gelas untuk minum arak dan tidak ada gelas arak bagiku

Orang yang mengelilingi gelas arak tidak membahaykanku bila ia berbuat baik padaku ( Abul Fath Al-Busti)

3. Badi’ Jinas Muharrof

Yaitu : Apabila dua lafadz yang sama itu berbeda di dalam keadaannya (harokat atau sukunnya)

جبّة البرد جنّة البرد

Jubah dari selendang yang bergaris-garis adalah pelindung rasa dingin.

(Al-Burd, ba’nya di dlommah, Al-Bard, yang kedua ba’nya difathah)


BADI’ JINAS NAQISH

Devinisi Badi’ Jinas Nasqish

ما اختلف اللّفظان فيه في أعداد الحروف

Apabila dua lafadz yang sesuai itu berbeda di dalam bilangan huruf, walaupun perbedaan tersebut hanya satu huruf.

Para ahli ilmu badi’ mengemukakan, bahwa gaya bahasa jinas ini dapat meningkatkan keindahan uslub, serta mempercantik ritmenya. Namun yang perlu di ketahui bahwa kelebihan tersebut baru akan terwujud apabila gaya bahasa jinas terjadi secara alami dan tidak di buat-buat. (Al-Balaghatu l-wadhihah 144-147, Mustafa amin, tanpa tahun)

Sedangkan perbedaan dalam bilangan huruf itu terbgai menjadi dua, yaitu :

Perbedaan dalam satu huruf dan perbdaan lebih dari satu huruf.

-          Perbedaan satu huruf di awal.

والتفّت السّاق بالسّاق . إلى ربّك يومئذ المساق .

29. dan bartaut betis (kiri) dan betis (kanan)[iii]

30. Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. )Q.S Al-Qiyamah : 29-30)


-          Perbedaan satu huruf di tengah

جدِّيْ جهدي

Bagian dan kekayaanku dari harta dunia adalah sesuai kadar kepayahan dan kerja kerasku (bukan karena warisan)

-          Perbedaan satu huruf di tengah

يمدّون من أيد عواص عواصم # تصول بأسياف قواض قواضب

Mereka mengulurkan lengannya pada tangan orang yang memukul musuh dengan pedang penjaga diri

Tangan itu telah berbuat kejahatan dengan pedang hakim yang memotong leher. (Abu Tamam)

-          Perbedaan lebih dari satu

إنّ البكاء هو الشفا # ء من الجوى بين الجوانح

Sesungguhnya menangis adalah sebagai obat

Kedukaan hati yang berada di antara tulang rusuk.


Pembagian Badi’ jinas Naqish

Badi’ jinas Naqish terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Badi’ Jinas Mudlori’

2. Badi’ Jinas Lahiq  (Mabaadiul Balaghah 93-98, Sholahuddin Shofwan, tanpa tahun)


Badi’ Jinas Mudlori’

Apabila dua huruf yang berbeda itu masihb berdekatan makhrojnya

Perbedaan huruf ini adakalanya di awal, di tengah atau di akhir.

a. yang berbeda di awal

بيني وبين كنّي ليل دامس وطريق طامس

Antara aku dan rumahku ada malam yang gelap gulita dan jalan yang telah hilang tandanya. (Jarir)

(antara huruf dal dan tho’ adalah mutaqoribain, berdekatan makhrojnya)

b. yang berbeda di tengah.

وهم ينهون عنه وينئون عنه

Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan daripadanya. ( Q.S Al-An’am : 26 )

c. yang berbeda di akhir.

ألخيل معقود بنواصيها الخير إلى يوم القيامة

Badi’ Jinas Lahiq

Adalah : Apabila dua huruf yang berbeda itu berjauhan di dalam makhrojnya.

a. yang bebeda di awal.

ويل لّكلّ همزة لّمزة

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. (Q.S Al-Humazah : 1)

(antara lafadz humazah dan lumazah. Lam dan ha’ adalah mutaba’idain (berjauhan makhroj dan sifatnya)

b. yang berbeda di tengah.

وإنّه على ذالك لشهيد . وإنّه لحبّ الخير لشديد

Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya

Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (Q.S Al-Adiyat : 7-8 )

c. yang berbeda di akhir.

وإذا جاءهم أمر من لأمن أو الخوف أذاعوابه

Dan apabila datanga kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. (Q.S An-Nisa’ : 83 )


Badi’ Jinas Qolbi

Qolb secara bahasa artinya membalik, sedangkan mengikuti istilah ulama balaghoh adalah :

Apabila terdapat dua lafadz yang ada kecocokan, tetapi ada perbedaan dalam urutan huruf, baik keseluruhan atau sebagian. (Ahmad Musthafa Al-Maroghi, 2002, Ilmu Balaghah: Bayan Ma’ani Badi’)


Pembagian Badi’ Jinas Qolbi

Badi’ Jinas Qolbi dibagi menjadi 4 (empat)

1. Badi’ Jinas Qolbi Kull

Apabila lafadz yang ada kecocokan itu ada perbedaan urutan huruf secara keseluruhan

حسامه فتح لأوليائه حتف لأعدائه

Pedang kekasih adalah menolong pada pengikutnya dan membunuh pada musuh-musuhnya.

(dua lafadz yang ada kecocokan, yaitu lafadz fathun dan hatfun itu urutan hurufnya dibalik secara keseluruhan)

2. Badi’ Jinas Ba’dl

Apabila lafadz yang ada kecocokan itu ada perbedaan sebagaian urutan hurufnya.

أللّهمّ استر عوراتنا وأمن روعتنا

Ya Allah tutuplah aib-aib kami, dan sentosakanlah kami dari semua kekhawatiran.

(pada lafadz ‘aurotana dan rou’atana terdapat perbedaan urutan sebagian huruf)

3. Badi’ Jinas Mujannah

Apabila salah satu dari dua lafadz yang ada perbedaan urutan huruf itu salah satunya berada di permulaan bait dan yang lain berada di ahir bait.

لاح أنوار الهدى من # كفّه في كلّ حال

Cahaya petunjuk itu telah tampak dari telapak tangannya dalam setiap keadaan.

4. Badi’ Jinas Mudawij

Apabila dua lafadz yang ada kecocokan, yang sebagian hurufnya itu mutajanisain (berbeda dalam makhroj, sama di dalam jenis) itu tempatnya berdampingan.

وجئتك من سباء بنباء يقين

Dan kubawa kepadamu dari negeri saba[iv] suatu berita penting yang diyakini (Q.S An-Nahl : 22)

(pada lafadz saba’in dan naba’in, yang terdapat huruf sin dan nun, yang keduanya mutajanisain itu tempatanya berdampingan)


III. AL-MULHAQ BIL JINAS

(Lafadz yang disamakan dengan Badi’ Jinas)

1. Badi’ Jinas Isyaroh

2. Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi


Badi’ Jinas Isyaroh

            Badi’ Jinas Isyaroh adalah apabila salah satu dari dua lafadz yang sama tidak disebutkan secara jelas, tetapi dengan cara diisyarohi

فرّ الأسد من اسمه

Orang yang namanya Asad itu lari dari namanya.

(asad yang kedua tidak disebutkan secara jelas, tetapi hanya diisyarohi dengan menggunakan dzomir)


Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi
Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi
Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi menurut ‘Ulama Balghoh terbagi menjadi dua bagian :
1. Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi dalam Natsar (bukan syair)
Apabila salah satu dari dua lafadz yang sama berada di awal ayat dan yang lain berada di ahir ayat
وتخشى النّاس والله أحق أن تخشه
2. Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi dalam kalam nadhom
Badi’ ini ada empat bagian :
a. salah satu dari lafadz yang sama berada di ahir dan yang lain berada di permulaan mishro’ awal (setengah bait yang pertama)
سريع إلى ابن العمّ يلطم وجهه # وليس الى داعي النّدى بسريع

b. salah satu dari lafadz yang sama berada di ahir, yang lainnya berada di tengah (hasywu) misro’ awal.
تمتّع من شميم عرار نجد # فما بعد العشيّة من عرار

c. salah satu dari lafadz yang sama berada di ahir, yang lainnya berada di ahir misro’ awal.
ومن كان بالبيض الكواعب مغرما # فما زلت بالبيض القواضب معرما

d. salah satu dari lafadz yang sama berada di ahir, dan yang lainnya berda di permulaan mishro’ yang kedua.
أملتهم ثمّ تأمّلتهم # فلاح لي أن ليس فيهم فلاح

            Badi’ Jinas Roddul ‘Ajzi ditinjau dari segi lafadznya yang sesuai terbagi menjadi 3
1. Badi’ Roddul ‘Ajzi mukarror
Yaitu: apabila lafadz yang sama diulangi
وتخشى النّاس والله أحق أن تخشه
Dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. (Q.S Al-Ahzab : 37)
2. Badi’ Roddul ‘Ajzi Mujanis.
Yaitu : apabila lafadz yang sama itu sejenis
سائل اللّئيتم يرجع ودمعه سائل
Orang yang meminta orang tercela dia akan kembali dengan kecewa, bersamaan air matanya mengalir
(lafadz saa-ilun yang pertama dari mashdar su-aal yang artinya meminta, sedangkan lafadz saa-ilun yang kedua dari mashdar sayalaan yang bermakna mengalir)

3. Badi’ Roddul ‘Ajzi Mulhaq
Yaitu : dua lafadz yang ada kecocokan itu disamakan dengan dua lafadz yang sejenis, gambarannya dua lafadz itu sama dalam musytaqnya (cetakannnya) atau disamakan dalam musytaqnya.
a. yang sama dalam musytaqnya
فقلت استغفروا ربّكم إنّه كان غفّارا
Maka Aku katakan kepada mereka : ‘mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia Maha Pengampun. (Q.S Nuh : 10)
(lafadz istaghfiruu dan ghofaaron itu sama dalam cetakannya, yaitu dari mashdar ghufron yang artinya ampunan)
b. yang disamakan dalam musytaqnya
قال إنّى لعملكم مّن القالين
Luth berkata : “sesungguhnya Aku sangat benci kepada perbuatanmu”
(lafadz qoola dari mashdar qoul yang artinya bicara, lafadz qoolin dari mashdar qolyu yang artinya benci)

Kamis, 09 Desember 2021

khutbah 10 12 21


Pahala Orang Mukmin di Berikan di Akhirat

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ عَلَى الْإطْلَاقِ، فاَطِرِ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَبَاسِطِ الأَرْزَاقِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْك َلَهُ اَلْمَلِكُ الْخَلَّاقُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلـمَبْعُوْثُ لِتَتْمِيْمِ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا محُمّـدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ. اَمَّا بَعْدُ : اَيُّهَا الْحَاضِرُوْن إِتَّقُوا الله تعالى وَاعْدَرُوا عَمَلاً صَالِحاً لِلنَّجَاةِ مِنَ النَّارِ وَاغْتَنَمُوا فُرصَ الْحَيَاةِ مَادَامَ لَكُمْ اِقْتدَار، وَاحْدَرُوا الْمَعَاصِى فَإِنَّها مُوجِبَةٌ لِلْهَلاَكِ وَمُوْصِلَةٌ لِجَهَنَّم دَارِ السُّوَار

Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh

Mengapa pahala orang beriman pasti diberikan di akhirat?

Dalam kitab al-hikam dijelaskan

إِنَّمَا جَعَلَ الدَّارَ الْأَخِرَةَ مَحَلاًّ لِجَزَاءِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ، لِأَنَّ هَذِهِ الدَّارَ لاَ تَسِعُ مَا يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ وَلِأَنَّهُ أَجَلَّ أَقْدَارَهُمْ عَنْ أَنْ يُجَازِيْهِمْ فِى دَارٍ لاَ بَقَاءَ لَهَا

Artinya :

Sesungguhnya Allah menjadikan negeri akhirat itu, hanyalah sebagai negeri tempat pembalasan amal ibadah orang-orang mukmin,

karena alam dunia ini tidak cukup untuk menjadi imbalan dari amal ibadah mereka, demikian juga karena Allah menyayangi mereka,

sehingga tidak memberikan hasil jerih payah mereka di tempat yang tidak kekal ini.

(Al-Hikam)

Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh

Allah menjadikan pahala bagi orang-orang mukmin untuk diberikan di akhirat karena dual hal yaitu;

Pertama, di dunia ini tidak cukup menampung berbagai kenikmatan yang hendak diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang mukmin itu sangat besar.

Bisa dibayangkan satu kerajaan saja yang hendak diberikan Allah kepada seorang mukmin itu luasnya sejauh perjalanan lima ratus tahun, sebagaimana yang telah dijelaskan Rasulullah dalam haditsnya.

Ditambah lagi berbagai keistimewaan dan aneka kenikmatan yang Allah berikan, sungguh dunia ini tidak cukup muat untuk menampungnya.

Kehidupan dunia ini sungguh menjenuhkan dan penuh dengan kerendahan, kehinaan dan kekurangan.

Sementara kenikmaatan yang diperuntukkan ahli surga itu sangat mulia dan tinggi nilainya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits

إِنَّ مَوْضِعَ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ لَخَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وإنّ نُوْر سُوَارِ حَورَاء يَطْمَسُ نُورَ الشَّمْسِ

Artinya : Sesungguhnya tempat pecut (cambuk kuda) di dalam surge itu lebih baik daripada dunia seisinya, dan cahaya gigi seri bidadari surga akan dapat memadamkan matahari.

Dalam alqur’an Surat As Sajdah Ayat 17 Allah berfirman

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya : Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.

Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh

Kedua, Allah mengagungkan dan meninggikan derajat hamba-hambanya yang mukmin, Allah tidak menjadikan balasan kepada mereka atas ketaatannya di dunia yang bersifat fana (rusak ) ini.

Karena kenikmatan dunia bersifat semu dan cepat sirna, setiap sesuatu yang bersifat rusak, sekalipun masanya panjang, maka akan menyisakan penyesalan dan kesedihan.

Namun Allah hendak memberikan kenikmatan besar bagi orang mukmin di ialah surga yang abadi, dan yang abadi itu di akhirat bukan di dunia fana ini.

Allah Swt menjadikan akhirat sebagai tempat orang beriman atas hasil usaha dan amal ibadahnya. Sebagaimana janji Allah dala Alqura’an Surat Al baqoroh ayat : 25

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Artinya :

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.

Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan :

“Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya.

Hidup di akhirat lebih baik, bahkan hidup di akhirat bersifat abadi.

Di akhirat inilah Allah SWT memberi semua keinginan hamba-hambanya yang mukmin sesuai amal perbuatannya selama di dunia.

Oleh karenanya begitu banyak pahala yang akan diterima oleh orang-orang mukmin ini, sehingga semua nya diberikan oleh Allah di akhirat, tidak di dunia.

Oleh karena di dunia tidak akan pernah mampu menampung seluruh pahala yang diberikan Allah pada hambanya.

Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang semangat dalam beribadah menjahui segala laranNYa sehingga kita memperoleh pahala/kenikmatan-kenikmatan syurga besok di akhirat amin.

بَارَكَ اللّهُ لِى وَلَكُم فى القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإيَّاكُمْ بِما فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّى وَمِنكُم تِلاَوَتَه إنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمٌ.

أقُولُ قَوْلِ هذَا وَاسْتَغفِرُ اللّهَ العَظِيمَ لِى وَلَكمْ وَلسَائرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ والمُؤمِنِينَ وَالمُؤمِنَاتِ فاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُور الرَحِيمُ

Itulah teks contoh Khutbah Jumat yang bisa digunakan para Khotib secara singkat, padat dan bermakna tentang tema pahala. Semoga bermanfaat

Rabu, 08 Desember 2021

kitab Jauharul Maknun


Matan Kitab Jauharul Maknun


                     بسم الله الرَّحمن الرَّحيمِ

                                   خطبة الكتاب

1

الحَمْدُ لله البديع الهادي

 إلى بيان مهيع الرشاد

2

أمدَّ أرباب النهى ورسما

 شمس البيان في صدور العُلَما

3

فأبصروا معجزة القرآن

واضحة بساطع البرهان

4

وشاهدوا مطالعَ الأنوارِ

 وما احتوت عليه مِنْ أسرارِ

5

فنَزَّهوا القلوب في رياضِهِ

 وأوردوا الفِكْر على حياضهِ

6

ثم صلاة الله ما ترنَّما

 حادٍ يسوق العيس في أرض الحمى

7

على نبينا الحبيب الهادي

 أجلِّ كلِّ ناطقٍ بالضاد

8

محمدٍ سيدِ خلقِ اللهِ

 العربيِّ الطاهرِ الأوّاهِ

9

ثم على صاحبه الصدّيقِ

 حبيبِه وعمرَ الفاروقِ

10

ثم أبي عمرو إمام العابدينْ

 وسطوةِ الله إمامِ الزاهدينْ

11

ثم على بقية الصحابةْ

 ذوي التقى والفضل والإنابةْ

12

والمجدِ والفُرصةِ والبراعةْ

 والحزمِ والنجدةِ والشجاعةْ

13

ما عكف القلب على القرآنِ

 مرتقياً لحضرة العرفانِ

14

هذا وإنَّ درر البيانِ

وغررَ البديع والمعاني

15

تهدي إلى مواردٍ شريفةْ

 ونُبذةٍ بديعةٍ لطيفةْ

16

من علم أسرار اللسان العربي

 ودَرْكِ ما خُصَّ به مِنْ عَجَب
3

17

لأنه كالروح للإعرابِ

 وهو لعلم النحوِ كاللُّبابِ

18

وقد دعا بعضٌ من الطلابِ

 لِرَجَزٍ يهدي إلى الصوابِ

19

فجئته بِرَجَزٍ مُفيدِ

 مُهَذّبٍ مُنَقَّحٍ سديدِ

20

ملتَقِطاً مِنْ دُرَرِ التلخيصِ

 جواهراً بديعةَ التخليصِ


21

سلكتُ ما أَبْدى مِنَ الترتيبِ

 وما أَلَوْتُ الجهدَ في التهذيبِ

22

سَمَّيتُهُ بالجوهرِ المَكْنونِ

 في صَدَفِ الثلاثةِ الفنونِ

23

واللَّهَ أرجو أن يكونَ نافعا

 لكلِّ مَنْ يقرَؤُهُ ورافعا

24

وأن يكون فاتحاً للبابِ

 لجملة الإخوان والأصحابِ

)المقدمة(

25

فصاحةُ المفرد أَنْ يَخْلُصَ مِنْ

 تنافرٍ غرابةٍ خُلْفٍ زُكِنْ

26

وفي الكلام مِنْ تنافُرِ الكَلِمْ

 وضَعْفِ تأليفٍ وتعقيد سَلِمْ

27

وذي الكلام صفةٌ بها يُطيْقْ

 تأديةَ المقصودِ باللَّفظِ الأنيقْ

28

وجعلوا بلاغةَ الكلامِ

 طِباقَهُ لِمُقتضى المَقامِ

29

وحافظٌ تأديةَ المعاني

 عَنْ خَطَأٍ يُعْرَفُ بالمعاني

30

وما مِنَ التعقيدِ في المعنى يَقِي

 لَهُ البيانُ عِنْدَهُمْ قَدِ انْتُقي

31

وما به وجوهُ تحسين الكَلامْ


 تَعْرِفُ يُدْعى بالبَديعِ والسَّلامْ

)الفن الأول: علم المعاني(

32

33

عِلْمٌ به لمقتضى الحالِ يُرى
إسنادُ مُسنَدٌ إِلَيْهِ مُسْنَدُ

 لفظٌ مطابقاً وفيه ذُكرا
 وَمُتَعَلَّقاتُ فِعلٍ تُورَدُ

34

قَصْرٌ وَإِنْشاءٌ وَفَصْلٌ وَصْلٌ اْوْ

 إيجازٌ اطنابٌ مُساواةٌ رأَوْا

)الباب الأول: أحوال الإسناد الخبري(

35

الحُكْمُ بالسلبِ أوِ الإيجابِ

 إِسْنادُهمْ. وَقَصْدُ ذي الخِطابِ

36

إفادةُ السامعِ نَفْسَ الحكْمِ

 أوْ كَوْنَ مُخْبِرٍ به ذا عِلْم

37

فأولٌ فائدةٌ والثاني

 لازِمُها عِنْدَ ذوي الأذهانِ

38

وربما أُجْرِيَ مُجْرَى الجاهِلِ

 مُخاطَبٌ إِنْ كانَ غيرَ عاملِ

39

كقولنا لعالمٍ ذي غفلةِ

 الذكرُ مفتاحٌ لبابِ الحضرةِ

40

فينبغي اقتصارُ ذي الإِخبارِ

 على المفيد خَشْيةَ الإكثارِ

41

فيُخْبِرُ الخالي بلا توكيدِ

 ما لَمْ يَكُنْ في الحُكْمِ ذا تَرْديدِ

42

فَحَسَنٌ ومُنْكِرُ الأَخبارِ

 حَتِّمْ له بِحَسَبِ الإنكارِ

43

 كقوله: (إنّا إليكم مُرْسَلونْ)

 فزاد بعدَ ما اقتضاهُ المنكِرونْ

44

 لِلَّفظِ الابتداءِ ثمَّ الطلبِ

 ثُمَّتَ الاْنكارِ الثلاثةَ اْنسُبِ

45

واسْتَحْسِنِ التَّوْكيدَ إِنْ لَوَّحْتَ لَهْ

 بِخَبَرٍ كَسائِلٍ في الْمَنْزِلَةْ

46

وألحقوا أَمارةَ الإِنكار بِهْ

 كَعَكْسِهِ لِنُكْتَةٍ لَمْ تَشْتَبِهْ

47

بِقَسَمٍ قَدْ إِنَّ لامِ الاْبْتِدا

 ونُونَيِ الْتَّوْكيدِ وَاْسْمٍ أَكِّدا

48

والنَّفْيُ كالإثباتِ في ذا الْبابِ

 يَجْري على الثلاثةِ الأَلْقابِ

49

بِـإِنْ وَكانَ لامٍ أَوْ بَاءٍ يَمينْ

 كَـ "ما جليسُ الفاسقين بالأمين"


)فصل: في الإسناد العقلي(








50

ولحقيقةٍ مجازٍ وردا

للعقلِ منسوبين أمّا المُبتدا

51

إسنادُ فِعْلٍ أو مُضاهيهِ إلى

صاحِبِهِ كَـ "فاز من تَبَتَّلا"

52

أقسامُه مِنْ حيثُ الاعتقادُ

 وواقعٌ أربعةٌ تفادُ

53

والثانِ أَنْ يُسْنَد للملابَسِ

 ليسَ لَهُ يُبْنى كَـ"ثوبٍ لابِسِ"

54

أقسامُه بِحَسَبِ النَّوْعَيْنِ فيْ

 جُزْأيهِ أَرْبَعٌ بلا تَكَلُّفِ

55

وَوَجَبَتْ قرينةٌ لفظيَّةْ

 أَوْ معنَوِيَّةٌ وَإِنْ عادِيَّةْ

)الباب الثاني: في المسند إليه(

56

يُحْذَفُ لِلْعِلْمِ وَلاخْتِبارِ

مُسْتَمِعٍ وَصَحَّةِ الإِنْكارِ

57

سَتْرٍ وَضِيقِ فُرْصَةٍ إِجْلالِ

وعَكْسِهِ وَنَظْمٍ اسْتِعْمالِ

58

كَـ"حبذا طريقةُ الصوفيَّةْ

 تهدي إلى المرتَبَةِ العليَّةْ"

59

واذكُرْهُ لِلأَصْلِ والاحْتِياطِ

 غَباوَةٍ إِيضاحٍ انْبِساطِ

60

تلذُّذٍ تَبَرُّكٍ إِعْظامِ

 إِهانَةٍ تَشَوُّقٍ نِظامِ

61

تَعَبُّدٍ تَعَجُّبٍ تَهْويلِ

 تَقْريرٍ اْو إِشْهادٍ اْوْ تَسْجيلِ

62

وَكَوْنِهِ مُعَرَّفاً بِمُضْمَرِ

 بِحَسَب المقام في النحوِ دُري

63

والأَصْلُ في المخاطَبِ التَّعْيينُ

 والتَّرْكُ لِلشُّمولِ مُسْتَبينُ

34

وكونُهُ بِعَلَمٍ لِيَحْصُلا

 بِذِهْنِ سامِعٍ بِشَخْصٍ أوَّلا

65

تَبَرُّكٌ تَلَذُّذٌ عِنايَةْ

 إِجْلالٌ او إِهانَةٌ كِنايَةْ


66

وكونُهُ بِالوَصْلِ لِلتَّفْخيمِ

 تَقْريرٍ اوْ هُجْنَةٍ اوْ تَوْهيمِ

67

إيماءٍ او توجُّهِ السامِعِ لَهْ

أوْ فَقْدِ عِلْمِ سامِعٍ غَيْرِ الصِّلةْ

68

وَبِإِشارَةٍ لِكَشْفِ الحالِ

 مِنْ قُرْبٍ اوْ بُعْدٍ أَوِ اسْتِجْهالِ

69

أوْ غايةِ التّمْييزِ والتعظيمِ

 والحَطِّ والتنبيهِ والتفخيمِ

70

وكونُهُ باللاّمِ في النّحوِ عُلِمْ

لكِنَّ الاسْتِغْراقَ فِيهِ يَنْقَسِمْ

71

إلى حقيقيٍّ وَعُرْفيٍّ وَفي

 فَردٍ مِنَ الجَمْعِ أَعَمَّ فَاقْتَفي

72

وَبِإضافَةٍ لِحَصْرٍ وَاخْتِصارْ

 تَشْريفِ أَوَّلٍ وَثانٍ وَاحْتِقارْ

73

تَكافؤٍ سآمةٍ إِخْفاءِ

وَحَثٌٍّ اوْ مَجَازٍ اسْتِهْزاءِ

74

وَنَكّروا إِفراداً اوْ تَكْثيرا

تَنْويعاً اوْ تعظيماً او تَحْقيرا

75

كَجَهْلٍ اوْ تجاهُلٍ تَهْويلِ

 تَهْوينٍ اوْ تَلْبيسٍ اوْ تَقْليلِ

76

وَوَصْفِهِ لِكَشْفٍ اوْ تَخْصِيصِ

ذَمٍ ثَنا تَوكيدٍ اوْ تَنْصيصِ

77

وأكدوا تقريراً اوْ قصدَ الخُلوصْ

مِنْ ظنِّ سَهْوٍ اوْ مجازٍ اوْ خُصوصْ

78

وَعَطفوا عَلَيْهِ بالبَيانِ

 بِاسْمٍ بِهِ يَخْتَصُّ للبيانِ

79

وأبدَلوا تقريراً أو تحصيلا

 وعطفوا بِنَسَقٍ تفصيلا

80

لأَحَدِ الجُزْأينِ أَوْ رَدٍّ إِلى

 حَقٍ وَصَرْفِ الحُكْمِ لِلّذي تَلا

81

والشكِ والتشكيكِ والإِبهامِ

 وَغَيْرِ ذلِكَ مِنَ الأَحْكامِ


82

وَفَصْلُه يُفيدُ قَصْرَ المُسْنَدِ

 عَليه كـ"الصوفيُّ هـــُوَ المهتدي"

83

وقدَّموا للأصلِ أوْ تشويفِ

لخبرٍ تلذذٍ تشريفِ

84

وَحَطٍ اهْتِمامٍ اوْ تنظيمِ

تفاؤلٍ تخصيصٍ اوْ تعميمِ

85

إِنْ صاحَبَ المُسْندَ حَرْفُ السَّلبِ

 إِذْ ذاكَ يَقتضي عُمومَ السَّلْبِ

)فصل: في الخروج عن مقتضى الظاهر(

86

وخرجوا عن مقتضى الظواهرِ

 كَوَضْعِ مُضْمَرٍ مَكانَ ظاهِرِ

87

لِنُكْتَةٍ كَبَعْثٍ اوْ كَمالِ

 تَمْييزٍ اوْ سُخْرِيَةٍ إِجْهالِ

88

أَوْ عَكْسٍ اوْ دَعوى الظّهورِ وَالمَدَدْ

 لِنُكْتَةِ التّمكينِ كَـ"اللهُ الصَّمَدْ"

89

وقصدِ الاستعطافِ والإرهابِ

 نحوُ "الأَميرُ واقِفٌ بالبابِ"

90

وَمِنْ خِلافِ المُقتَضى صَرْفُ مُرادْ

 ذي نُطْقٍ اوْ سُؤْلٍ لِغَيْرِ ما أَرادْ

91

لِكَوْنِهِ أَوْلى بِهِ وَأَجْدَرا

 كَقِصَّةِ الحَجَّاجِ وَالقَبَعْثَرى

92

والالتفاتُ وَهْوَ الانْتِقالُ مِنْ

 بَعْضِ الأساليبِ إِلى بَعْضٍ قُمِنْ

93

والوَجْهُ الاسْتِجلابُ لِلْخِطابِ

 وَنُكْتَةٍ تَخُصُّ بَعْضَ البابِ

94

وَصيغةُ الماضي لآتٍ أَوْردوا

 وَقَلَبوا لِنُكْتَةٍ وَأَنْشَدوا

95

وَمَهْمَهٍ مُغْبَرَّةٍ أَرْجاؤهُ

 كَأَنَّ لَوْنَ أَرْضِهِ سَماؤهُ

)البابُ الثالِثُ: المُسْنَدُ(

96

يحذف مسندٌ لما تقدما

 والتزموا قرينةً لِيُعْلَما

97

وذِكْرُه لِمَا مَضى أَوْ لِيُرى

 فِعْلاً أَوِ اسْماً فَيُفيدُ المُخْبَرا

98

وأفردوهُ لانعدامِ التقوِيَةْ

وَسَبَبٍ كَـ"الزهدُ رأسُ التزكيةْ"

99

وَكَونُهُ فِعْلاً فَلِلتقييدِ

 بِالوَقْتِ مَعْ إِفادَةِ التَّجْديدِ

100

وَكَوْنُهُ اسْماً لِلثّبوتِ والدَّوامْ

 وَقَيَّدوا كَالفِعْلِ رَعْياً لِلتَّمامْ

101

وَتَركوا تَقييدَهُ لِنُكْتَةِ

 كَسُتْرَةٍ أَوِ انْتهازِ فُرْصَةِ

102

وَخَصّصوا بالوَصْفِ وَالإِضافَةْ

 وَتَركوا لِمُقْتَضٍ خِلافَهْ

103

وَكَوْنَهُ مُعَلَّقاً بِالشَّرْطِ

 فَلِمعاني أَدَواتِ الشَّرْطِ

104

وَنَكَّروا اتّباعاً اوْ تفخيما

 حَطّـاً وَفَقْدَ عَهْدٍ اوْ تعميما

105

وَعَرَّفوا إِفادَةً لِلْعِلْمِ

 بِنِسْبَةٍ أَوْ لازمٍ لِلْحُكْمِ

106

وَقَصَروا تحقيقاً اوْ مُبالَغَةْ

 بِعَرْفِ جِنْسِهِ كَـ"هِنْدٌ بالغةْ"

107

وجملة لِسَبَبٍ أَوْ تَقْوِيَةْ

 كـ"الذكرُ يهدي لطريقِ التصفيةْ"


108

واسمية الجملة والفعلية

 وشرطها لنكتة جلية


109

وأخروا أصالة وقدموا

 لقصْر ما به عليه يُحْكَمُ


110

تنبيهٍ اوْ تفاؤلٍ تشوُّفِ

 كَـ"فازَ بالحضرةِ ذو تصوُّفِ"


)الباب الرابع: في متعلقات الفعل(


111

والفعلُ مَعْ مفعولهِ كَالفِعْلِ مَعْ

 فاعِلِهِ فيما لَهُ مَعْهُ اجْتَمَعْ


112

وَالغَرَضُ الإِشْعارُ بِالتَّلَبُّسِ

بواحدٍ مِنْ صاحبيهِ فَائْتَسِ


113

وغيرُ قاصرٍ كقاصِرٍ يُعَدْ

مَهْما يَكُ المَقْصودُ نِسْبَةً فَقَدْ


114

ويُحذفُ المفعولُ بالتعميمِ

وهُجْنةٍ فاصِلَةٍ تَفْهيمِ


115

من بعد إبهامٍ ولاختصارِ

كـ"بلِّغِ المولعَ بالأذكارِ"


116

وجاء للتخصيص قبل الفِعْلِ

تَهَمُّمٍ تبرّكٍ وفَصْلِ


117

واحكم لمعلولاتِهِ بما ذُكِرْ

والسُّر في الترتيبِ فيها مُشْتَهِرْ


(الباب الخامس: القصر)


118

تخصيص أمر مطلقاً بأمرِ

هو الذي يدعونه بالقَصْرِ


119

يكون في الموصوف والأصافِ

وَهْوَ حقيقيٌّ كما إضافي


120

لقلبٍ او تعيينٍ اوْ إفرادِ

كـ "إنما ترقى بالاستعدادِ"


121

وأدواتُ القصرِ إلا إنما

عطفٌ وتقديمٌ كما تقدّما


(الباب السادس: في الإنشاء)


122

ما لم يكن محتملاً للصدقِ

والكِذْبِ الإنشا كَـ "كن بالحقِّ"


123

والطلبُ استدعاءُ ما لم يحصلِ

أقسامُهُ كثيرةُ ستنجلي


124

أمرٌ ونهيٌ ودعاءٌ وندا

تمنٍّ استفهامٌ اعطيتَ الهدى


125

واستعملوا كليتَ لَوْ وَهَلْ لَعَلْ

وحرفَ تحضيضٍ والاستفهامَ هَلْ


126

أيُّ متى أيّانَ أينَ مَنْ وما

وَكَيْفَ أنّى كَمْ وهَمزٌ عُلِما


127

والهمزُ للتصديقِ والتصورِ
3

وبالذي يليهِ معناهُ حَرِي


128

وَهَلْ لتصديقٍ بعكسِ ما غَبَرْ

ولفظُ الاستفهام ربّما عَبَرْ


129

لأمرٍ استبطاءٍ اوْ تقريرِ

تعجّبٍ تهكّمٍ تحقيرِ


130

تنبيهٍ استبعادٍ او ترهيبِ

إنكارِ ذي توبيخٍ اوْ تكذيبِ


131

وقد يَجيْ أمرٌ ونهيٌ ونِدا

في غيرِ معناهُ لأمرٍ قُصِدا


132

وصيغةُ الإخبارِ تأتي للطَّلَبْ

لِفَأْلٍ اوْ حِرْصٍ وَحَمْلٍ وَأَدَبْ


(الباب السابع: الفصل والوصل)


133

الفصل ترك عطف جملةٍ أَتَتْ

مِنْ بعدِ أُخرى عَكْسُ وصلٍ قَدْ ثَبَتْ


134

فافْصِلْ لَدى التَّوكيدِ وَالإبْدالِ

لِنُكْتَةٍ وَنيَّةِ السؤالِ
 


135

وعدمِ التشريكِ في حُكْمٍ جَرى

أَوْ اخْتِلافٍ طَلَباً وَخَبَرا


136

وَفَقْدِ جامعٍ وَمَعْ إِيهامِ

عَطْفٍ سِوى المقصودِ في الكلامِ


137

وصِلْ لدى التشريكِ في الإعرابِ

وقَصْدِ رَفْعِ اللَّبْسِ في الجوابِ


138

وَفِي اتـِّفاقٍ مَعَ الاتـِّصالِ

في عَقْلٍ اوْ في وَهْمٍ او خيالِ


139

والوصل مع تناسبٍ في اسمٍ وفي
 

فِعْلٍ وَفَقْدِ مانِعٍ قَدِ اصْطُفي
 


(الباب الثامن: الإيجاز والإطناب والمساواة)


140

تأديةُ المعنى بلفظٍ قَدْرِهِ

هِيَ المساواةُ كَـ "سِرْ بِذِكرِه"


141

وبِأقلَّ مِنْهُ إِيجازٌ عُلِمْ

وَهْوَ إلى قَصْرٍ وَحَذفٍ ينْقَسِمْ


142

كـَ "عَن مَجالِسِ الفُسوقِ بُعْدا"

ولا تُصاحب فاسقاً فتردى


143

وعكسه يُعرَفُ بالإطنابِ

كـَ"الزمْ رعاكَ اللَّهُ قَرْعَ البابِ"


144

يجيءُ بالإيضاحِ بَعْدَ اللَّبسِ

لِشوْقٍ اوْ تَمَكُّنٍ في النّفسِ


145

وجاءَ بالإيغالِ والتذييلِ

تكريرٍ اعتراضٍ اوْ تكميلِ


146

يُدعى بالاحتراسِ والتّتميمِ

وَقَفْوِ ذي التخصيصِ ذا التعميمِ

147

وَوَصْمةُ الإخلالِ والتطويلِ

والحَشوِ مردودٌ بلا تفصيلِ


(الفن الثاني: علم البيان)


148

فنُّ البيانِ عِلْمُ ما بهِ عُرِفْ

تأدية المعنى بِطُرْقٍ مختَلِفْ


149

وضوحُها واحصره في ثلاثةِ

تبشبيهٍ او مجازٍ او كنايةِ


(فصلٌ: في الدلالة الوضعيّة)


150

والقصدُ بالدلالة الوضعيَّةْ

على الأصحِّ الفهمُ لا الحيثيّةْ


151

أقاسمها ثلاثةٌ مطابقةْ

تضمّنُ التزامٌ امّا السابقةْ


152

فهي الحقيقهْ ليسَ في البيانِ

بحثٌ لها وعَكسها العقليّتانْ




(البابُ الأوّل: التشبيه)


153

تشبيهنا دلالةٌ على اشتراكْ

أمرينِ في معنىً بآلةٍ أتاكْ


154

أركانهُ أربعةٌ وجْهٌ أداةْ

وَطَرَفاهُ فاتّبِعْ سُبْلَ النَّجاةْ


155

فَصِلْ، وحِسِّيانِ مِنْهُ الطَّرَفانْ

أيضاً وعقليّانِ أو مُختلِفانْ


156

والوَجهُ ما يشْتَرِكانِ فيهِ

وداخِلاً وخارجاً تُلْفيهِ


157

وخارجٌ وَصْفٌ حقيقيٌّ جَلا

بِحِسٍّ او عَقلٍ ونِسبيٍّ تلا


158

وواحداً يكونُ أوْ مؤلَّفا

أوْ مُتَعَدِّداً وكلٌّ عُرِفا


159

بِحِسٍّ اوْ عَقْلٍ وَتشبيهٍ نُمي

في الضدِّ للتلميحِ والتَّهكُّمِ


(فصلٌ: في أداةِ التشبيه وغايته وأقسامه)


160

أداتُهُ كافٌ كأنَّ مِثْلُ

وكُلُّ ما ضاهاهَاْ ثُمَّ الاْصلُ


161

إيلاءُ ما كالكافِ ما شُبِّهَ بِهْ

بِعَكسِ ما سِواهُ فاعْلَمْ وانتَبِهْ


162

وَغايَةُ التّشبيهِ كشْفُ الحالِ

مِقدارٍ اوْ إمكانٍ اوْ إيصالِ


163

تزيينٍ او تشويهٍ اهتِمامِ

تنويهٍ استطرافٍ او إيهامِ


164

رُجحانُهُ في الوًجهِ بالمقلوبِ

كاللّيثِ مِثْلُ الفاسِقِ المَصْحوبِ


165

وباعتبارِ طَرَفَيْهِ يَنقَسِمْ

أربعةً تركيباً افراداً عُلِمْ


166

وباعتبارِ عَدَدٍ ملفوفٌ اوْ

مَفروقٌ اوْ تَسوِيَةٌ جَمْعٌ رَأَوْا


167

وباعتبارِ الوجهِ تمثيلٌ إذا

مِنْ مُتَعَدِّدٍ تراهُ أُخِذا


168

وباعتبارِ الوَجْهِ أيْضاً مُجْمَلُ

خَفِيٌّ اوْ جَلِيٌّ اوْ مُفَصَّلُ


169

ومِنْهُ باعتبارِهِ أيضاً قريبْ

وَهْوَ جَلِيُّ الوَجْهِ عَكسُهُ الغَريبْ


170

لِكَثْرَةِ التّفصيلِ أوْ لِنُدَرةِ

في الذّهْنِ كالتّركيبِ في كـ"نُهْـيَةِ"


171

وباعتبارِ آلَةٍ مُؤكَّدُ

بِحَذفِها ومُرْسَلٌ إذْ تُوجَدُ


172

وَمِنْهُ مَقْبولٌ بغايةٍ تَفيْ

وَعَكْسُهُ المَرْدودُ ذو التَّعسُّفِ


173

وأبلَغُ التّشبيهِ ما مِنْهُ حُذِفْ

وَجْهٌ وآلَةٌ يَليهِ ما عُرِفْ


(البابُ الثاني: في الحقيقةُ والمجاز)


174

حقيقةٌ مستعملٌ فيما وُضِعْ

لَهُ بِعُرْفِ ذي الخِطابِ فاتَّبِعْ


175

ثمَّ المجازُ قَدْ يجيءُ مُفرَدا

وَقَدْ يَجِيْ مُرَكَّباً فالمُبتَدا


176

كَلِمَةٌ غابَرَتِ الموضوعَ مَعْ

قَرينةٍ لِعَلْقَةٍ نِلْتَ الوَرَعْ


177

كاخلَعْ نِعالَ الكونِ كَيْ تراهُ

وَغُضَّ طَرْفَ الْقَلْبِ عَنْ سِواهُ


178

كِلاهُما شَرْعِيٌّ اوْ عُرْفِيُّ

نَحْوُ "ارْتقَى للحَضْرَةِ الصُّوفِيُّ"


179

أو لُغَوِيٌّ والمجازُ مُرْسَلُ

أوِ استعارَةٌ فأمّا الأوَّلُ


180

فما سِوى تَشابُهٍ علاقَــتُـهْ

جُزءٌ وكلٌّ اوْ مَحلٌّ آلَـتُـهْ


181

ظَرْفٌ وَمَظروفٌ مُسَبَّبٌ سَبَبْ

وَصْفٌ لماضٍ أوْ مآلٍ مُرْتَقَبْ


(فصل: في الاستعارة)


182

والاستعارةُ مجازٌ عَلْقَتُهْ

تشابُهٌ كَأَسَدٍ شَجاعَتُهْ


183

وَهْيَ مجازٌ لُغَةً على الأصَحْ

وَمُنِعَتْ في عَلَمٍ لِما اتّضَحْ


184

وَفَرْداً أوْ مَعدوداً او مُؤَلّفا

مِنْهُ قرينَةٌ لَها قَدْ ألَّفا


185

ومَعْ تنافي طَرَفَيْها تَنتَمي

إلى العنادِ لا الوِفاقِ فاعْلَمِ


186

ثمَّ العنادِيَّةُ تَلْميحيَّةْ

تُلْفى كما تُلْفى تَهَكُّمِيَّة


187

وباعتبارِ جامِعٍ قريبَةْ

كَـ"قَمَرٍ يَقرَأُ" أوْ غريبةْ


188

وباعتبارِ جامِعٍ وطَرَفَيْنْ

عَقْلاً وحِسّـاً سِتَّةٌ بِغَيْرِ مَيْنْ


189

واللّفظُ إن جِنْساً فَقُلْ أَصْلِيَّةْ

وَتَبَعِيَّةً لَدى الوَصْفِيَّةْ


190

والفعلِ والحرفِ كـ"حالِ الصّوفيْ

يَنطِقُ أنَّهُ المنيبُ المُوفيْ"


191

وأطلِقَتْ وَهْيَ التي لم تقتَرِنْ

بِوَصْفٍ اوْ تَفريعِ أمْرٍ فاستَبِنْ


192

وجُرَِدَتْ بلائقٍ بالفَصْلِ

ورُشّحَتْ بلائِقٍ بالأَصْلِ


193

نَحْوُ "ارْتَقى إلى سماء القُدْسِ

ففاقَ مَنْ خلّفَ أرضَ الحسِّ"


194

أبْلَغُها التّرشيحُ لابتنائِهِ

على تناسي الشَّــبْهِ وانتِفائِهِ


(فصل: في التحقيقيّة والعقليّة)


195

وذاتُ معنىً ثابِتٍ بِحِسٍّ اوْ

عَقْلٍ فَتَحْقيقِيَّةٌ كّذا رَأَوْا


196

كـ"أشْرَقَتْ بَصائِرُ الصُّوفِيّةْ

بنورِ شَمْسِ الحَضْرَةِ القُدْسِيّةْ"


(فصل: في المكنيّة)


197

وحيثُ تشبيهٌ بِنَفسٍ أضْمَرا


وما سِوى مُشَبَّهٍ لَمْ يُذكَرا


198

ودَلَّ لازِمٌ لِما شَبَّهَ بِهْ

فذلكَ التشبيهُ عِنْدَ المُنْتَبِهْ


199

يُعْرَفُ باسْتِعارَةِ الكِنايةِ

وذِكْرُ لازِمٍ بتخييليَّةِ
 


200

كـ"أَنْشَبَتْ مَنِيَّةٌ أظْفارَها

وأَشْرَقَتْ حَضْرَتُنا أنوارَها"


(فصل: في تحسينِ الكناية)


201

مُحَسِّنُ استعارةٍ تَدريهِ

بِرَعْيِ وَجْهِ الحُسْنِ للتّشبيهِ


202

والبُعْدِ عَنْ رائحَةِ التّشبيهِ في

لَفظٍ وليسَ الوَجهُ ألغازاً قُفي



(فصل: في تركيب المجاز)


203

مُرَكَّبُ المجازِ ما تَحَصَّلا

في نِسبَةٍ أَوْ مِثْلِ تمثيلٍ جلا


204

وإنْ أتى استعارةً مرَكَّبُ

فَمَثَلاً يُدعى ولا يُنَكَّبُ


(فصل: في تغييرِ الإعراب)


205

ومنهُ ما إعرابُهُ تَغَيَّرا

بِحَذفِ لَفظٍ أَوْ زيادَةٍ تُرى


(البابُ الثالث: في الكناية)


206

لفظٌ به لازمُ معناهُ قُصِدْ

مَعَ جَوازِ قَصدِهِ مَعْهُ يَرِدْ


207

إلى اختصاصِ الوَصْفِ بالموصوفِ

كـ"الخيرُ في العزلةِ يا ذا الصّوفي"


208

ونَفسِ موصوفٍ ووَصْفٍ والغَرَضْ

إيضاحٍ اختصارٍ اوْ صَوْنٍ عَرَضْ


209

أوِ انتفاءِ اللّفظِ لاستهجانِ

ونَحْوِهِ كاللّمسِ والإتيانِ


(فصل: في مراتب الكناية)


210

ثمَّ المجازُ والكُنى أبْلَغُ مِنْ

تَصْريحٍ اوْ حقيقةٍ كَذا زُكِنْ


211

في الفَنِّ تَقديمُ استعارةٍ على

تشبيهٍ ايضاً باتفاقِ العُقلا


(الفنُّ الثالث: البديع)


212

عِلْمٌ بِهِ وجوهُ تَحسينِ الكلامْ

تُعْرَفُ بَعْدَ رَعْيِ سابِقِ المرامْ


213

ثمَّ وجوهُ حُسنِهِ ضَرْبانِ

بِحَسَبِ الألفاظِ والمعاني


(الضّربُ الأوّل: المعنويّ)


214

وَعُدَّ مِنْ ألقابِهِ المطابقةْ

تشابُهُ الأطرافِ والموافَقَةْ


215

والعكسُ والتسهيمُ والمشاكلةْ

تزاوُجٌ رجوعٌ او مقابلةْ


216

تورِيةٌ تُدعى بإيهامٍ لِما

أُريدَ معناهُ البعيدُ مِنْهُما


217

ورُشِّحَتْ بما يلائمُ القريبْ

وجُرِّدَتْ بِفَقْدِهِ فَكُنْ مُنيبْ


218

جمعٌ وتفريقٌ وتقسيمٌ ومَعْ

كليهما أوْ واحِدٍ جمعٌ يَقَعْ


219

واللّفُ والنّشرُ والاستخدامُ

أيضاً وتجريدٌ لهُ أقسامُ


220

ثمّ المبالَغَةُ وصْفٌ يُدّعى

بُلوغُهُ قَدْراً يُرى ممتَنِعا


221

أوْ نائياً وَهْوَ على أنْحاءِ

تبليغٍ اغراقٍ غُلُوٍّ جاءِ


222

مقبولاً او مردوداً التّفريعُ

وحُسْنُ تعليلٍ لَهُ تنْويعُ


223

وقد أتوا في المذهبِ الكلامي

بحُجَجٍ كَمَهْيَعِ الكلامِ


224

وأكّدوا مَدْحاً بِشِبْهِ الذّمِّ

كالعَكْسِ والإدماجِ مِنْ ذا العِلْمِ


225

وجاء الاستتباعُ والتوجيهُ ما

يَحْتَمِلُ الوجْهينِ عِنْدَ العُلَما


226

وَمِنهُ قَصْدُ الجِدِّ بالهَزْلِ كَما

يُثْنَى على الفخورِ ضِدَّ ما اعْتَمى


227

وَسَوْقُ معلومٍ مساقَ ما جهلْ

لنكتةٍ تجاهُلٍ عنهمْ نُقِلْ


228

والقولُ بالموجِبِ قُلْ ضربانِ

كلاهُما في الفَنِّ معلومانِ


229

والاطرادُ العطفُ بالآباءِ

للشخصِ مطلقاً على الولاءِ


(الضّربُ الثاني: اللفظيّ)


230

منه الجناسُ وَهْوَ ذو تمامِ

مَعَ اتحادِ الحرفِ والنّظامِ


231

وَمُتَماثلاً دُعيْ إنِ ائْتَلَفْ

نوعاً ومُستوفىً إذا النوعُ اختَلَفْ


232

"لنْ يعْرِفَ الواحِدَ إلا واحدا"

فاخرج عنِ الكونِ تكنْ مشاهِدا


233

ومِنْهُ ذو التركيبِ ذو تشابُهِ

خطّاً ومفروقٌ بلا تشابُهِ


234

وإنْ بهيئةِ الحُروفِ اخْتَلَفا

فَهْوَ الذي يدعونَهُ المحرَّفا


235

وناقِصٌ معَ اختلافٍ في العددْ

وشَرْطُ خُلفِ النّوعِ واحِدٌ فَقَدْ


236

وَمَعْ تقارُبٍ مضارِعاً أُلِفْ

وَمَعْ تباعُدٍ بلا حقٍّ وصِفْ


237

وهوَ جناس القَلْب حيثُ يَخْتَلِفْ

ترتيبها للكلِّ والبعضَ أَضِفْ


238

مُجَنَّحاً يُدعى إذا تقاسَما

بيتاً فكان فاتحاً وخاتِما


239

ومعْ توالي الطَّرَفيْنِ عُرِفا

مُزدَوجاً كلُّ جِناسٍ أُلِفا


240

تناسُبُ اللّفْظَيْنِ في اشتقاقِ

وشِبْهِه فذاكَ ذو التحاقِ


241

ويَرِدُ التجنيسُ بالإشارةْ

مِنْ غَيْرِ أنْ يُذكَرَ بالعبارةْ


242

ومِنْهُ ردُّ عَجُزِ اللّفظِ على

صَدْرٍ فَفي نَثْرٍ بِفَقْرَةٍ جَلا


243

مكتنفاً والنّظمُ الاوّلْ أوّلا

آخِرُ مِصْراعٍ فَما قَبْلُ تلا


244

مُكَرّراً مجانِساً وما التَحَقْ

يأتي كـ" تخشى النّاسَ والله أحَقّْ"


(فصل: في السجع)


245

والسجْعُ في فواصلٍ في النّثرِ

مُشْبِهةٍ قافيةً في الشِّعْرِ


246

ضُروبُهُ ثلاثةٌ في الفَنِّ

مطرَّفٌ معَ اختِلافِ الوَزْنِ


247

مُرَصَّعٌ إن كانَ ما في الثانِيةْ

أو جُلُّهُ على وِفاقِ الماضِيَةْ


248

وما سِواهُ المُتَوازِ فَادْرِ

كَـ "سُرُرٍ مرفوعَةٍ" في الذّكْرِ


249

أبْلَغُ ذاكَ مُسْتَوٍ فما تَرى

أُخرى القرينَتَيْنِ فيهِ أَكْثِرا


250

والعَكْسُ إن يَكْثُرْ فَلَيْسَ يَحْسُنُ

ومُطلَقاً أعجازُها تُسَكَّنُ


251

وَجَعْلُ سَجْعِ كلٍّ غيرَ ما

في الآخَرِ التشطيرُ عِنْدَ العُلَما



(فصل: في الموازنة)


252

ثمّ الموازَنَةُ وهْوَ التسْوِيَةْ

لفاصِلٍ في الوَزْنِ لا في القافيةْ


253

وهْيَ المماثَلَةُ حيثُ يتّفِقْ

في الوَزْنِ لَفظُ فقرَتيها فاسْتَفِقْ


254

والقلبُ والتّشريعُ والتِزامُ ما

قَبْلَ الرَوِيِّ ذّكرُهُ لَنْ يَلْزَما


(السّرقاتُ)


255

وأخذُ شاعِرٍ كلاماً سَبَقَهْ

هُوَ الذي يَدْعونَهُ بالسَّرِقَةْ


256

وكُلُّ ما قُرِّرَ في الألبابِ

أوْ عادَةٍ فَلَيْسَ مِنْ ذا البابِ


257

والسّرِقاتُ عِنْدَهُمْ قِسْمانِ

خَفِيَّةٌ جَلِيَّةٌ فالثّاني


258

تَضَمُّنُ المَعنى جَميعاَ مُسْجَلا

أَرْدَؤهُ انْتِحالُ ما قَدْ نُقِلا


259

بِحالِهِ وألحقوا المرادِفا

بِهِ ويُدْعى ما أَتى مخالِفا


260

لِنَظْمِهِ إغارَةً وحُمِدا

حَيْثُ مِنَ السّابِقِ كانَ أجْوَدا


261

وأخذُهُ المعنى مُجرَّداً دُعيْ

سَلْخاً وإلْماماً وتَقسيماً فَعِ


(السّرقاتُ الخفيّة)


262

وما سِوى الظّاهِرِ أنْ يُغَيِّرا

معنىً بِوَجْهٍ ما ومحموداً يُرى


263

لِنَقْلِ أوْ خَلْطِ شمولِ الثاني

وقَلبِ أو تشابُهِ المعاني


264

أحوالُهُ بِحَسَبِ الخَفاءِ

تفاضَلَتْ في الحُسْنِ والثّناءِ


(الاقتباس)


265

الاقتباسُ أنْ يُضمَّنَ الكلامْ

قُرآناً او حديثَ سَيِّدِ الأنامْ


266

والاقتباسُ عِنْدَهُمْ ضَرْبانِ

مُحَوَّلٌ وثابِتُ المعاني


267

وجائزٌ لِوَزْنٍ او سِواهُ

تَغييرُ نَزْرِ اللّفظِ لا مَعْناهُ


(التّضمين والحَلُّ والعَقدُ)


268

والأخذُ من شِعْرٍ بِعَزْوِ ما خَفي

تَضمينُهُمْ وما على الأَصْلِ يفي


269

لنكتةٍ أجمَلُهُ واغتُفِرا

يسير تغييرٍ وما مِنْهُ يُرى


270

بيتاً فأعلى باستِعانَةٍ عُرِفْ

وشَطْراً او أدنى بإبداعٍ أُلِفْ


271

والعقدُ نظم النّثرِ لا بالاقتباسْ

والحَلُّ نثرُ النّظمِ فاعِرفِ القياسْ


272

واشترطوا الشُّهرةَ في الكلامِ

والمَنْعُ أصلُ مَذهَبِ الإمامِ


(التّلميح)


273

إشارةٌ لِقِصّةٍ شِعْرٍ مَثَلْ

مِنْ غَيْرِ ذِكْرِهِ فَتَلْميحٌ كَمُلْ



(تذنيبٌ في ألقابٍ مِنَ الفَنِّ)


274

مِنْ ذلكَ التوشيعُ والترديدُ

ترتيبٌ اختراعٌ او تعديدُ


275

كـ"التائبون العابدون الحامدون"

"السائحون الرّاكعونَ الساجدون"


276

تطريزٌ اوْ تدبيجٌ استشهادُ

إيضاحٌ ائتلافٌ استطرادُ


277

إحالةٌ تلويحٌ اوْ تخييلُ

وفُرصَةٌ تسميطٌ اوْ تعليلُ


278

تحلِيةٌ ونَقْلٌ اوْ تَخَتُّمُ

تجريدٌ استقلالٌ اوْ تهَكُّمُ


279

تعريضٌ اوْ إلغازٌ ارْتقاءُ

تنزيلٌ اوْ تأنيسٌ اوْ إيماءُ


280

حُسْنُ البيانِ رَصْفٌ اوْ مراجَعةْ

حُسْنُ تَخَلُّصٍ بلا مُنازَعةْ


(فصلٌ: فيما لا يعدُّ كذباً)


281

وليسَ في الإيهامِ والتّهَكُّمِ

ولا التغالي بسوى المُحَرَّمِ


282

مِنْ كَذِبٍ وفي المِزاحِ قَدْ لَزِبْ

بحيثُ لا مندوحةٌ عنِ الكذبْ


(خاتمة)


283

وينبغي لصاحبِ الكلامِ

تأنُّقٌ في البدءِ والخِتامِ


284

بِمَطْلَعٍ حَسَنْ وحُسْنُ القالِ

وسَبكٌ اوْ براعَةُ استهلالِ


285

والحُسنُ في تَخَلُّصٍ اوِ اقْتضابْ

وفي الذي يدعونه فَصْلَ الخِطابْ


286

ومِنْ سِماتِ الحُسْنِ في الخِتامِ

إردافُهُ بِمُشْعِرِ التّمامِ


287

هذا تمام الجُملةِ المقصودةْ

مِنْ صَنْعَةِ البلاغَةِ المحمودةْ


288

ثمَّ صلاةُ اللهِ طولَ الأمَدِ

على النّبيّ المصطفى مُحَمَّدِ


289
وآلِه وصحبهِ الأخيارِ

ما غرَّدَ المشتاقُ بالأسحارِ


290
وخَرَّ ساجِداً إلى الأذقانِ

يبغي وسيلةً إلى الرّحمنِ


291
تَمَّ بِشَهْرِ الحِجَّةِ الميمونِ

متمّ نصفِ عاشِرِ القُرونِ


تم ولله الحمد نسخ هذا النظم الشريف في فنون البلاغة وضبط أهمّ مواضعه المشكلة في السادس من ربيع الأول سنة 1425 هجرية. سألت الله تعالى أن ينفعني به وإخواني، وأن يجعله فاتحاً لنا باب هذا العلم الجليل على مصراعيه.

badi jinas naqis


BADI’ JINAS NAQISH

Devinisi Badi’ Jinas Nasqish

ﻣﺎ ﺍﺧﺘﻠﻒ ﺍﻟﻠّﻔﻈﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻓﻲ ﺃﻋﺪﺍﺩ ﺍﻟﺤﺮﻭﻑ

Apabila dua lafadz yang sesuai itu berbeda di dalam bilangan huruf, walaupun perbedaan tersebut hanya satu huruf.


Sedangkan perbedaan dalam bilangan huruf itu terbagi menjadi dua, yaitu :

Perbedaan dalam satu huruf dan perbedaan lebih dari satu huruf.

Perbedaan satu huruf di awal.

ﻭﺍﻟﺘﻔّﺖ ﺍﻟﺴّﺎﻕ ﺑﺎﻟﺴّﺎﻕ . ﺇﻟﻰ ﺭﺑّﻚ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺍﻟﻤﺴﺎﻕ .

29. dan bartaut betis (kiri) dan betis (kanan)

30. Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau . ‏) Q.S Al-Qiyamah : 29-30)

Perbedaan satu huruf di tengah

ﺟﺪِّﻱْ ﺟﻬﺪﻱ

Bagian dan kekayaanku dari harta dunia adalah sesuai kadar kepayahan dan kerja kerasku (bukan karena warisan)

Perbedaan satu huruf di akhir

ﻳﻤﺪّﻭﻥ ﻣﻦ ﺃﻳﺪ ﻋﻮﺍﺹ ﻋﻮﺍﺻﻢ # ﺗﺼﻮﻝ ﺑﺄﺳﻴﺎﻑ ﻗﻮﺍﺽ ﻗﻮﺍﺿﺐ

Mereka mengulurkan lengannya pada tangan orang yang memukul musuh dengan pedang penjaga diri

Tangan itu telah berbuat kejahatan dengan pedang hakim yang memotong leher. (Abu Tamam)

Perbedaan lebih dari satu

ﺇﻥّ ﺍﻟﺒﻜﺎﺀ ﻫﻮ ﺍﻟﺸﻔﺎء #  ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻮﻯ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠﻮﺍﻧﺢ

Sesungguhnya menangis adalah sebagai obat

Kedukaan hati yang berada di antara tulang rusuk.

*****

Pembagian Badi’ jinas Naqish

Badi’ jinas Naqish terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Badi’ Jinas Mudlori’

2. Badi’ Jinas Lahiq

Badi’ Jinas Mudlori’

Apabila dua huruf yang berbeda itu masihb berdekatan makhrojnya

Perbedaan huruf ini adakalanya di awal, di tengah atau di akhir.

a. yang berbeda di awal

ﺑﻴﻨﻲ ﻭﺑﻴﻦ ﻛﻨّﻲ ﻟﻴﻞ ﺩﺍﻣﺲ ﻭﻃﺮﻳﻖ ﻃﺎﻣﺲ

Antara aku dan rumahku ada malam yang gelap gulita dan jalan yang telah hilang tandanya. (Jarir)

(antara huruf dal dan tho’ adalah mutaqoribain, berdekatan makhrojnya)

b. yang berbeda di tengah.

ﻭﻫﻢ ﻳﻨﻬﻮﻥ ﻋﻨﻪ ﻭﻳﻨﺌﻮﻥ ﻋﻨﻪ

Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan daripadanya . ( Q.S Al-An’am : 26 )

c. yang berbeda di akhir.

ﺃﻟﺨﻴﻞ ﻣﻌﻘﻮﺩ ﺑﻨﻮﺍﺻﻴﻬﺎ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ

Badi’ Jinas Lahiq

Adalah : Apabila dua huruf yang berbeda itu berjauhan di dalam makhrojnya.

a. yang bebeda di awal.

ﻭﻳﻞ ﻟّﻜﻞّ ﻫﻤﺰﺓ ﻟّﻤﺰﺓ

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela . (Q.S Al-Humazah : 1)

(antara lafadz humazah dan lumazah. Lam dan ha’ adalah mutaba’idain (berjauhan makhroj dan sifatnya)

b. yang berbeda di tengah .

ﻭﺇﻧّﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﺍﻟﻚ ﻟﺸﻬﻴﺪ . ﻭﺇﻧّﻪ ﻟﺤﺐّ ﺍﻟﺨﻴﺮ

ﻟﺸﺪﻳﺪ

Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya

Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (Q.S Al-Adiyat : 7-8 )

c. yang berbeda di akhir.

ﻭﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻫﻢ ﺃﻣﺮ ﻣﻦ ﻷﻣﻦ ﺃﻭ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﺃﺫﺍﻋﻮﺍﺑﻪ

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. (Q.S An-Nisa’ : 83 )

Jumat, 03 Desember 2021

85 tingkatan Wali


85 Tingkatan Wali menurut Kitab Salaf (versi terlengkap)

فَائِدَةٌ فِى تَعْرِيْفِ اْلقُطْبِ
أَخْبَرَ الشَّيْخُ الصَّالِحُ اْلوَرَعُ الزَّاهِدُ الْمُحَقِّقُ الْمُدَقِّقُ شَمْسُ الدِّيْنِ بْنُ كَتِيْلَةُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَنَفَعَ بِهِ آمِيْنَ قَالَ : كُنْتُ يَوْمًا جَالِسًا بَيْنَ يَدِي سَيِّدِي فَخَطَرَ بَبًّالِيْ أَنْ أَسْأَلَهُ عَنِ اْلقُطْبِ فَقُلْتُ لَهُ : يَاسَيِّدِي مَا مَعْنَى اْلقُطْبُ ؟

( Faedah ) mengenai definisi Wali Qutub
telah memberitahukan seorang guru yang sholih, wara` , Zuhud, seorang penyelidik, seorang yang teliti yakni Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala menceritakan: “ suatu hari Saya sedang duduk di hadapan guruku, lalu terlintas untuk menanyakan tentang Wali Quthub. “Apa makna Quthub itu wahai tuanku?”

فَقَالَ لِيْ : اْلأَقْطَابُ كَثِيْرَةٌ ، فَإِنَّ كُلَّ مُقَدَّمِ قَوْمٍ هُوَ قُطْبُهُمْ وَأَمَّا قُطْبُ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ فَهُوَ وَاحِدٌ

Lalu beliau menjawab kepadaku, “Quthub itu banyak. Setiap muqaddam atau pemuka sufi bisa disebut sebagai Quthub-nya. Sedangkan al-Quthubul Ghauts al-Fard al-Jami’ itu hanya satu.
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

فالقطب عارف بهم جميعا ومشرف عليهم ولم يعرفه أحد ولايتشرف عليه وهو إمام الأولياء

Wali Quthub yang A`rif ( yang mengenal Allah Swt. ) berkumpul bersama mereka dan yang mengawasi mereka dan tidak mengetahuinya seorangpun juga , dan tidak mendapat kemuliaan atasnya, ia ( wali Quthub ) adalah imam para wali
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

وثمّة رجل واحد هو القطب والغوث الذى يُغيث كلّ العالم .

Dan ada 1 orang ia adalah Wali Quthub dan Wali Gauts yang menolong di seluruh dunia.

ومتى انتقل القطب إلى الآخرة حل مكانه آخر من المرتبة التى قبله بالتسلسل إلى أن يحل رجل من الصلحاء والأولياء محل أحد الأربعة .

Dan ketika Wali Quthub pindah ke akhirat keadaan tempatnya digantikan oleh peringkat lain yang sebelumnya dengan berurutan untuk menempati kedudukan orang dari para Sholaha dan Auliya yang bertempat di salah satu dari yang empat .
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

Para Quthub senantiasa bicara dengan Akal Akbar ( akal yang agung ), dengan Cahaya-cahaya Ruh (Ruhul Anwar), dengan Pena yang luhur (Al-Qalamul A’la), dengan Kesucian yang sangat indah (Al-Qudsul Al-Abha), dengan Asma yang Agung (Ismul A’dzam), dengan Kibritul Ahmar (ibarat Berlian Merah), dengan Yaqut yang mememancarkan cahaya ruhani, dengan Asma’-asma, huruf-huruf dan lingkaran-lingkaran Asma huruf. Dia ( Para Quthub )bicara dengan cahaya matahati di atas rahasia terdalam di lubuk rahasianya. Ia seorang yang alim dengan pengetahuan lahiriah dan batiniyah dengan kedalaman makna yang dahsyat, baik dalam tafsir, hadits, fiqih, ushul, bahasa, hikmah dan etika. Sebuah ilustrasi yang digambarkan pada Sulthanul Auliya Syeikhul Quthub Abul Hasan Asy-Syadzily – semoga Allah senantiasa meridhoi .

والغوث عبارة عن رجل عظيم وسيد كريم تحتاج إليه الناس عند الاضطرار فى تبيين ماخفى من العلوم المهمة والأسرار ، ويطلب منه الدعاء لأنه مستجاب الدعاء لو أقسم على الله لأبرقسمه مثل أويس القرنى فى زمن رسول الله صلعم ، ولايكون القطب قطبا حتى تجتمع فيه هذه الصفات التى اجتمعت فى هؤلاء الجماعة الذين تقدم ذكرهم انتهى من مناقب سيدي شمس الدين الحنفى

Wali Ghauts, yaitu seorang tokoh besar ( agung ) dan tuan mulia, di mana seluruh ummat manusia sangat membutuhkan pertolongannya, terutama untuk menjelaskan rahasia hakikat-hakikat Ilahiyah. Mereka juga memohon doa kepada al-Ghauts, sebab al-Ghauts sangat diijabahi doanya. Jika ia bersumpah langsung terjadi sumpahnya, seperti Uwais al-Qarni di zaman Rasul SAW. Dan seorang Qutub tidak bisa disebut Quthub manakala tidak memiliki sifat dan predikat integral dari para Wali.
Demikian pendapat dari kitab manaqib Sayyidi Syamsuddin Al-Hanafi…
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

والواحد هو الغوث واسمه عبدالله وإذ مات الغوث حلّ محله أحد العمدة الأربعة ثمّ يحل محل العمدة واحد من الأخيار ، وهكذا يحل واحد من النجباء محل واحد من الأخيار ويحل محل أحد النقباء الذى يحل محله واحد من الناس

Dan berjumlah 1 orang yaitu Wali Gauts, namanya adalah Abdullah, dan jika Wali Gauts wafat maka kedudukannya digantikan oleh 1 orang dari Wali U`mdah yang berjumlah 4 orang kemudian kedudukan Wali U`mdah digantikan oleh 1 orang dari Wali Akhyar demikian pula kedudukan 1 orang dari Wali Nujaba menggantikan 1 orang dari Wali Akhyar dan kedudukan Wali Nuqoba digantikan oleh 1 orang dari manusia.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

قُطْبُ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ

1. Qutubul Ghautsil Fardil Jaami`i ( 1 abad 1 Orang )

Wali yang paripurna. Bertugas memimpin para wali diseluruh alam. Jumlahnya tiap masa hanya 1 orang, bila ia wafat, ia akan digantikan oleh wali Imaamaan / Aimmah.

ويقول فى مرآة الأسرار : إنّ طبقات الصّوفيّة سبعة الطالبون والمريدون والسالكون والسّائرون والطائرون والواصلون وسابعهم القطب الذى قلبه على قلب سيّدنا محمّد صلعم وهو وارث العلم اللّدني من النبي صلعم بين الناس وهو صاحب لطيفة الحقّ الصحيحة ما عداالنبى الأمّى

Dia ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) mengatakan dalam kitab Miratil Asror : Sesungguhnya tingkatan-tingkatan kewalian itu ada 7 tingkat diantaranya :
1) Thoolibun
2) Muriidun
3) Saalikun
4) Saairun
5) Thooirun
6) Waashilun

Dan ke 7 dari mereka yaitu Wali Qutub yang hatinya menempati Hati Nabi Muhammad saw. Dan ia ( wali Quthub ) merupakan pewaris ilmu laduni dari Nabi Saw. diantara manusia, dan ia ( wali Quthub ) yang memiliki lathifah ilahiyyah yang benar yang telah berlari kepada Hati Nabi yang Ummi Saw.

والطالب هو صاحب قوىّ مزكيّة للطيفته الخفية الجسميّة
والمريد هو صاحب قوىّ للطيفته النفسيّة
والسالك هو من يكون صاحب قوىّ مزكيّة للطيفة القلبيّة
والسائر هو الذى يكون صاحب قوىّ مزكيّة للطيفة السّرّيّة
والطائر هو الذى وصل إلى للطيفة الروحيّة
والواصل هو الشحص الذى اصبحت قواه اللطيفة مزكّاّة على لطيفة الحقّ

Thoolib adalah yang memiliki kekuasaan menyucikan bagi lathifah Jasad yang tersembunyi

muriid adalah yang memiliki kekuasaan lathifah Nafsu

Saalik adalah orang yang memiliki kekuasaan menyucikan bagi lathifah Hati

Saair adalah orang memiliki kekuasaan menyucikan bagi lathifah Rasa

Thooir adalah orang yang sampai kepada lathifah Ruh

Wasil adalah orang yang menjadi kan kekuatan lathifahnya menyucikan terhadap lathifah ilahiyyah.

ويقولون : إنّ رجال الله هم الأقطاب والغوث والإمامان اللذان هما وزيرا القطب والأوتاد والأبدل والأخيار والأبرر والنقباء والنجباء والعمدة والمكتومون والأفراد أي المحبوبون

Mereka ( Para Hukama ) mengatakan: Sesungguhnya Para Wali Allah yaitu Wali Qutub, Wali Gauts, Wali Dua Imam, yang keduanya Wali Imamaim merupakan pelayan Wali Qutub, Wali Autad, Wali Abdal, Wali Akhyar, Wali Abrar, Wali Nuqoba, Wali Nujaba, Wali U`mdah, Wali Maktumun, dan Wali Afrad ia disebut pula Wali Mahbubun.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

الإِمَامَانِ

2. Imaamani / Imaamain / Aimmah ( 1 Abad 2 orang )
Wali yang menjadi dua imam

وأما الإمامان فهما شخصان أحدهما عن يمين القطب والآخر عن شماله فالذي عن يمينه ينظر فى الملكوت وهو أعلى من صاحبه ، والذى عن شماله ينظر فى الملك ، وصاحب اليمين هو الذي يخلف القطب ، ولهما أربعة أعمال باطنة وأربعة ظاهرة :

Adapun Wali Dua Imam (Imamani), yaitu dua pribadi ( 2 orang ) , salah satu ada di sisi kanan Quthub dan sisi lain ada di sisi kirinya. Yang ada di sisi kanan senantiasa memandang alam Malakut (alam batin) — dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri –, sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak). Sosok di kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir.

فأما الظاهرة ، فالزهد والورع والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر

Yang bersifat Lahiriyah adalah: Zuhud, Wara’, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

وأما الباطنة فالصدق والإخلاص والحياء والمراقبة

Sedangkan yang bersifat Batiniyah: Sidiq ( Kejujuran hati) , Ikhlas, Mememlihara Malu dan Muraqabah.

وقال القاشاني فى اصطلاحات الصوفية :

Syaikh Al-Qosyani dalam istilah kitab kewaliannya Berkata :

الإمامان هما الشخصان اللذان أحدهما عن يمين القطب ونظره فى الملكوت

Wali Imam adalah dua orang, satu di sebelah kanan Qutub dan dan senantiasa memandang alam malakut ( alam malaikat )

والآخر عن يساره ونظره فى الملك،

, dan yang lainnya ( satu lagi ) di sisi kiri ( wali Qutub ) –, sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak).

وهو أعلى من صاحبه وهو الذى يخلف القطب ،

dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kanan, Sosok di kiri Quthub adalah Badal dari Quthub

قلت وبينه وبين ما قبله مغايرة فليتأمل

Syaikh Al-Qosyani berkata, diantara dirinya ( yang sebelah kiri ) dan antara sesuatu yang sebelumnya ( sebelah kanan ) memiliki perbedaan dalam perenungan
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

Al Imamani bentuk isim tasniyyah ( bentuk ganda ) berasal dari kata tunggal Al- imam yang mempunyai arti pemimpin begitu juga Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai arti pemimpin.

Wali Imaaman merupakan Pembantu Wali Qutubul Ghautsil Fardil Jaami`i. Jumlahnya ada 2 orang. Bila Wali Qutubul Ghautsil Fardil Jaami`i wafat, maka salah 1 seorang wali Aimmah akan menggantikan posisinya.
Gelar Wali Aimmah :

1) Abdul Rabbi عَبْدُ الرَّبِّ
bertugas menyaksikan alam ghaib

2) Abdul Malik عَبْدُ الْمَالِكِ
bertugas menyaksikan alam malaikat
الأَوْتَادُ
3. Autad ( 1 Abad 4 Orang di 4 penjuru Mata Angin )

Wali paku jagat

ثمّ الأوتاد وهم عبارة عن أربعة رجال منازلهم منازل الأربعة أركان من العالم شرقا وغربا وجنوبا وشمالا ومقام كل واحد منهم تلك ولهم ثمانية أعمال أربعة ظاهرة وأربعة باطنة ،

Kemudian Wali Autad mereka berjumlah 4 orang tempat mereka mempunyai 4 penjuru tiang -tiang, mulai dari penjuru alam timur, barat, selatan dan utara dan maqom setiap satu dari mereka itu, Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 lagi bersifat lahiriyah, dan 4 bersifat batiniyah

فالظاهرة :كثرة الصيام ، وقيال الليل والناس نيام ، وكثرة الإيثار ، والإستغفار بالأسحار

Maka yang bersifat lahiriyah:
1) Banyak Puasa,
2) Banyak Shalat Malam,
3) Banyak Pengutamaan ( lebih mengutamakan yang wajib kemudian yang sunnah ) dan
4) memohon ampun sebelum fajar.

وأما الباطنة : فالتوكل والتفويض والثقة والتسليم ولهم واحد منهم هو قطبهم

Adapun yang bersifat Bathiniyah :
1) Tawakkal,
2) Tafwidh ,
3) Dapat dipercaya ( amanah) dan
4) taslim. dan kepercayaan, pengiriman, dan dari mereka ada salah satu imam (pemukanya), dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

وثمّة أربعون آخرون هم الأوتاد الذين مدار استحكام العالم بهم . كما الطناب بالوتد . وثلاثة آخرون يقال لهم النقباء أي نقباء هذه الأمّة.

Dan ada 40 orang lainnya mereka adalah Wali Autad yang gigih mereka diatas dunia. Sebagai tali pasak. Dan tiga orang lainnya disebut bagi mereka adalah Wali Nuqoba artinya panglima umat ini
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang mempunyai arti pasak/ tiang. Yang memperoleh pangkat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap masanya. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelusuk bumi.

Jumlahnya selalu 4 ( empat ) setiap masa. Masing – masing menguasai 4 mata angin yg berpusat di Ka’bah Mekkah.
dalam maqam Autad kadang terdapat wali wanita.
gelar autad :
1. Abdul Hayyi عَبْدُ الْحَيِّ
2. Abdul Alim عَبْدُ الْعَالِيْمِ
3.Abdul Qadir عَبْدُ الْقَادِرِ
4. Abdul Murid عَبْدُ الْمُرِيْدِ

الأَبْدَالُ

4. Abdal ( 1 Abad 7 Orang tidak akan bertambah & berkurang Apabila ada wali Abdal yg Wafat Alloh menggantikannya dengan mengangkat Wali abdal Yg Lain ( Abdal=Pengganti ) Wali Abdal juga ada yang Waliyahnya ( Wanita ).

وأما الأبدال فهم سبعة رجال ، أهل كمال واستقامة واعتدال ، قد تخلصوا من الوهم والخيال ولهم أربعة أعمال باطنة وأربعة ظاهرة ،

Adapun Wali Abdal berjumlah 7 orang. Mereka disebut sebagai kalangan paripurna, istiqamah dan memelihara keseimbangan kehambaan. Mereka telah lepas dari imajinasi dan khayalan, dan Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah

فأما الظاهرة فالصمت والسهر والجوع والعزلة

Adapun yang bersifat lahiriyah:
1) Diam,
2) Terjaga dari tidur,
3) Lapar dan
4) ‘Uzlah.

ولكل من هذه الأربعة ظاهر وباطن

Dari masing-masing empat amaliyah lahiriyah ini juga terbagi menjadi empat pula:
Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah:

أما الصمت فظاهره ترك الكلام بغير ذكر الله تعالى

Pertama, diam, secara lahiriyah diam dari bicara, kecuali hanya berdzikir kepada Allah Ta’ala.

وأما باطنه فصمت الضمير عن جميع التفاصيل والأخبار

Sedangkan Batinnya, adalah diam batinnya dari seluruh rincian keragaman dan berita-berita batin.

وأما السهر فظاهره عدم النوم وباطنه عدم الغفلة

Kedua, terjaga dari tidur secara lahiriyah, batinnya terjaga dari kealpaan dari dzikrullah.

وأما الجوع فعلى قسمين : جوع الأبرار لكمال السلوك وجوع المقربين لموائد الأنس

Ketiga, lapar, terbagi dua. Laparnya kalangan Abrar, karena kesempurnaan penempuhan menuju Allah, dan laparnya kalangan Muqarrabun karena penuh dengan hidangan anugerah sukacita Ilahiyah (uns).

وأما العزلة فظارها ترك المخالطة بالناس وباطنها ترك الأنس بهم :

Keempat, ‘uzlah, secara lahiriyah tidak berada di tengah keramaian, secara batiniyah meninggalkan rasa suka cita bersama banyak orang, karena suka cita hanya bersama Allah.

وللأبدال أربعة أعمال باطنة وهي التجريد والتفريد والجمع والتوحيد

Amaliyah Batiniyah kalangan Abdal, juga ada empat prinsipal:
1) Tajrid (hanya semata bersama Allah),
2) Tafrid (yang ada hanya Allah),
3) Al-Jam’u (berada dalam Kesatuan Allah),
4) Tauhid.

ومن خواص الأبدال من سافر من القوم من موضعه وترك جسدا على صورته فذاك هو البدل لاغير، والبدل على قلب إبراهيم عليه السلام ،

Salah satu keistimewaan-keistimewaan wali abdal dalam perjalanan qoum dari tempatnya dan meninggalkan jasad dalam bentuk-Nya maka dari itu ia sebagai abdal tanpa kecuali

وهؤلاء الأبدال لهم إمام مقدم عليهم يأخذون عنه ويقتدون به ، وهو قطبهم لأنه مقدمهم ،

Wali abdal ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
karena sesungguhnya ia sebagai muqoddam abdal-Nya.

وقيل الأبدال أربعون وسبعة هم الأخيار وكل منهم لهم إمام منهم هو قطبهم ،

Dikatakan bahwa wali abdal itu jumlahnya 47 orang mereka disebut juga wali akhyar dan setiap dari mereka ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

وأورد فى مجمع السلوك : أنّ الأولياء أربعون رجلا هم الأبدال وأربعون هم النقباء وأربعون هم النجباء وأربعون هم الأوتاد وسبعة هم الأمناء وثلاثة هم الخلفاء

Dikutip di dalam kitab Majmu`us Suluk : bahwa para wali berjumlah 40 orang mereka disebut Wali Abdaal , dan 40 orang disebut wali Nuqoba, 40 orang disebut wali Nujaba, 40 orang disebut wali Autad, 7 orang disebut wali Umana dan 3 orang disebut wali Khulafa.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai arti menggantikan. Yang memperoleh pangkat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain.

Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.

Wali Abdal ( Pengganti) ini apabila salah satu anggotanya ada yang wafat, maka para wali / al Ghauts akan menunjuk penggantinya.
Jumlahnya selalu 7 orang setiap masa dan mereka menguasai 7 iklim.

النُّجَبَاءُ

5. Nujaba’ ( 1 Abad 8 Orang )

Wali yang dermawan

ثُمَّ النُّجَبَاءُ أَرْبَعُوْنَ وَقِيْلَ سَبْعُوْنَ وَهُمْ مَشْغُوْلُوْنَ بِحَمْلِ أَثْقَلِ الْخَلْقِ فَلَا يَنْظُرُوْنَ إِلَّا فِى حَقِّ اْلغَيْرِ ، وَلَهُمْ ثَمَانِيَةُ أَعْمَالٍ. أَرْبَعَةٌ بَاطِنَةٌ ،وَ أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ ،

Sedangkan Wali Nujaba’ jumlahnya 40 Wali. Ada yang mengatakan 70 Wali. Tugas mereka adalah memikul beban-beban kesulitan manusia. Karena itu yang diperjuangkan adalah hak orang lain (bukan dirinya sendiri). Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah:

فالظاهرة : الفتوة والتواضع والأدب وكثرة العبادة ،

Yang bersifat lahiriyah adalah
1) Futuwwah (peduli sepenuhnya pada hak orang lain),
2) Tawadlu’,
3) Menjaga Adab (dengan Allah dan sesama) dan
4) Ibadah secara maksimal.

وأما الباطنة فالصبر والرضا والشكر والحياء وهم أهل مكارم الأخلاق

Sedangkan secara Batiniyah,
1) Sabar,
2) Ridla,
3) Syukur),
4) Malu.
Dan meraka di sebut juga wali yang mulia akhlaqnya.

والنجباء : هم المشغولون بحبل أثقال الخلق وهم أربعون اهـ

Dan Nujaba mereka disibukan dengan tali beban-beban makhluk jumlah Wali Nujaba 40 orang
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

ويقول أيضا فى كشف اللغات : النجباء أربعون رجلا من رجال الغيب القائمون بإصلاح أعمال الناس . ويتحملون مشاكل الناس ويتصرفون فى أعمالهم ويقول فى شرح الفصوص : النجباء سبعة رجال يقال لهم رجال الغيب والنقباء ثلاثمائة ويقال لهم الأبرار وأقل مراتب الأولياء هي مرتبة النقباء

Dia ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) juga mengatakan dalam Kitab kasyful Lughoh : bahwa Wali Nujaba berjumlah 40 orang dari golongan Wali Rijalil Ghoib yang menyelenggarakan dengan amal-amal manusia dan menanggung masalah manusia serta mereka bertindak dalam amal-amal mereka , dan ia ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) mengatakan di dalam kitab syarohul Fushush : bahwa Wali Nujaba berjumlah 7 orang dan disebut juga mereka Wali Rijalul Ghoib , Wali Nuqoba berjumlah 300 orang disebut juga mereka Wali Abrar dan peringkat yang lebih rendah dari para wali adalah pangkat wali Nuqoba.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

وثمّة سبعون آخرون يقال لهم النجباء ، وهؤلاء فى المغرب وأربعون آخرون هم الأبدال ومقرّهم فى الشام ،

Dan ada 70 orang yang lain disebut bagi mereka Wali Nujaba, dan orang-orang ini tinggal di Maroko dan 40 orang lainnya adalah Wali Abdal yang berpusat di Suriah,
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )
Wali ini hanya bisa dikenali oleh wali yg tingkatannya lebih tinggi.
jumlahnya selalu 8 orang dan du`a mereka sangat mustajab An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari 8 orang.

النُّقَبَاءُ

6. Nuqoba’ ( Naqib ) ( 1 Abad 12 orang Di Wakilkan Alloh Masing2 pada tiap-tiap Bulan).
Wali yang mengetahui batinnya manusia

وَتَفْسِيْرُ ذَلِكَ أَنَّ النُّقَبَاءَ هُمُ ثَلَثُمِائَةٌ وَهُمُ الَّذِيْنَ اِسْتَخْرَجُوْا خَبَايًّا النُّفُوْس وَلَهُمُ عَشْرَةُ أَعْمَالٍ : أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ وَسِتَّةٌ بَاطِنَةٌ

Dan penjelasan tersebut : sesungguhnya bahwa Wali Nuqaba’ itu jumlahnya 300. Mereka itu yang menggali rahasia jiwa dalam arti mereka itu telah lepas dari reka daya nafsu, dan mereka memiliki 10 amaliyah: 4 amaliyah bersifat lahiriyah, dan 6 amaliyah bersifat bathiniyah.

فَاْلأَرْبَعَةُ الظَّاهِرَةُ : كَثْرَةُ اْلعِبَادَةِ وَالتَّحْقِقُ بِالزُّهَّادَةَ وَالتَّجْرِدُ عَنِ اْلإِرَادَةَ وَقُوَّةُ الْمُجَاهَدَةَ

Maka 4 `amaliyah lahiriyah itu antara lain:
1) Ibadah yang banyak,
2) Melakukan zuhud hakiki,
3) Menekan hasrat diri,
4) Mujahadah dengan maksimal.

وَأَمَّا ْالبَاطِنَةُ فَهِيَ التَّوْبَةُ وَاْلإِنَابَةُ وَالْمُحَاسَبَةُ وَالتَّفَكُّرُ وَاْلإِعْتِصَامُ وَالرِّيَاضَةُ فَهَذِهِ الثَّلَثُمِائَةٌ لَهُمْ إِمَامٌ مِنْهُمْ يَأْخُذُوْنَ عَنْهُ وَيَقْتَدُوْنَ بِهِ فَهُوَ قُبْطُهُمْ

Sedangkan `amaliyah batinnya:
1) Taubat,
2) Inabah,
3) Muhasabah,
4) Tafakkur,
5) Merakit dalam Allah,
6) Riyadlah.

Di antara 300 Wali ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.

وفى اصطلاحات شيخ الإسلام زكريا الأنصاري : النقباء هم الذين استخرجوا خبايا النفوس وهم ثلثمائة

Dalam istilah Syaikh al-Islam Zakaria Al-Anshar ra.: Wali Nuqoba adalah orang-orang yang telah menemukan rahasia jiwa, dan mereka ( wali Nuqoba ) berjumlah 300 orang
( dituqil dari mafahirul a`liyyah )

والنقباء ثلاثمائة شخص واسم كلّ منهم على
والنجباء سبعون واسم كلّ واحد منهم حسن
والأخيار سبعة واسم كل منهم حسين
والعمدة أربعة واسم كلّ منهم محمّد

Dan Wali Nuqoba berjumlah 300 orang dan nama masing-masing dari mereka yaitu A`li
Dan Wali Nujaba berjumlah 70 orang dan nama salah satu dari mereka yaitu Hasan
Dan Wali Akhyar berjumlah 7 orang dan nama masing-masing dari mereka yaitu Husain
Dan Wali U`mdah berjumlah 4 orang dan nama masing-masing dari mereka yaitu Muhammad
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

وأما مكان إقامة النقباء فى أرض المغرب أي السويداء واليوم هناك من الصبح إلى الضحى وبقية اليوم ليل أما صلاتهم فحين يصل الوقت فإنهم يرون الشمس بعد طيّ الأرض لهم فيؤدّون الصلاة لوقتها

Adapun tempat kediaman Wali Nuqoba di tanah Maghrib yakni Khurasan, pada hari ini dari mulai Shubuh sampai Dhuha dan pada sisa malam hari itu mereka shalat ketika waktu tiba, mereka melihat matahari sesudah bumi melipat , mereka melakukan Shalat pada waktunya.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

Jumlahnya selalu 12. mereka sangat menguasai hukum syariat.
Jika wali Nuqaba’ melihat jejak kaki seseorang, maka ia akan dapat mengetahui apakah jejeak tsb milik orang baik, jahat, pandai atau bodoh.
An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai arti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahasia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahsia seseorang kepada seorang waliNya?

الرُّقَبَاءُ

7. Ruqooba ( 1 Abad 4 Orang)

Wali yang waspada akan firman-firman Allah

الْخَتْمُ الزَّمَانِ

8. Khotmz Zamaan ( penutup Wali Akhir zaman )( 1 Alam dunia hanya 1 orang ) Yaitu Nabi Isa A S ketika diturunkan kembali ke dunia, Alloh Angkat menjadi Wali Khotmz Zamaan.

Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang mempunyai arti penutup atau penghabisan. Maksudnya pangkat AlKhatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada pangkat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa,yaitu ketika Nabi Isa as.datang kembali.

الرِّجَالُ الْمَاءِ

9. Rijalul Ma’ ( 1 Abad 124 Orang )

Wali yang beribadah didalam air dan berjalan di atas air
Wali dengan Pangkat Ini beribadahnya di dalam Air di riwayatkan oleh Syeikh Abi Su’ud Ibni Syabil ” Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai tikrit di Bagdad dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku “Apakah ada hamba2 Alloh yang beribadah di sungai2 atau di Lautan” Belum sampai perkataan hatiku tiba2 dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata “akulah salah satu hamba Alloh yang di tugaskan untuk beribadah di dalam Air”, Maka akupun mengucapkan salam padanya lalu Dia pun membalas salam aku tiba2 orang tersebut hilang dari pandanganku.

الرِّجَالُ الْغَيْبِ

10. Rijalul Ghoib ( 1 Abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang )
Wali yang dapat melihat rahasia alam ghaib dengan mata hatinya
tiap2 Wali Rijalul Ghoib ada yg Wafat seketika juga Alloh mengangkat Wali Rijalul Ghoib Yg lain, Wali Rijalul Ghoib merupakan Wali yang di sembunyikan oleh Alloh dari penglihatannya Makhluq2 Bumi dan Langit tiap2 wali Rijalul Ghoib tidak dapat mengetahui Wali Rijalul Ghoib yang lainnya, Dan ada juga Wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan Jin Mu’min, Semua Wali Rijalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari Rizqi Alam nyata ini tetapi mereka mengambil atau menggunakan Rizqi dari Alam Ghaib.

الرِّجَالُ الشَّهَادَةِ

11. Rijalul Syahaadah /Adz-Dzohirun ( 1 Abad 18 orang )

Wali yang ahli dalam ibadah zhohir

الرِّجَالُ اْلإِمْدَادِ

12. Rijalul Imdad ( 1 Abad 3 Orang )

Wali penolong

Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat kurniaan Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap abad. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. Adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah kepada makhlukNya.

الرِّجَالُ الْهَيْبَةِ وَالْجَلَالِ

13. Rijalul Haybati Wal Jalal ( 1 Abad 4 Orang )

Wali yang berwibawa dan memiliki keagungan

الرِّجَالُ الْفَتْحِ

14. Rijalul Fath ( 1 Abad 24 Orang )

Wali yang terbuka mata hatinya

Allah mewakilkannya di tiap Sa’ah ( Jam ) Wali Rijalul Fath tersebar di seluruh Dunia 2 Orang di Yaman, 6 orang di Negara Barat, 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua Jihat ( Arah Mata Angin )

ويقول فى توضيح المذاهب :

Dia ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) berkata dalam kitab Taudhil Madzahib:

اْلمَكْتُوْمُوْنَ

15. Wali Maktum ( para wali yang tersembunyi )

berjumlah 4.000 orang

ويقول فى توضيح المذاهب :

Dia ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) berkata dalam kitab Taudhil Madzahib:

المكتومون أربعة آلاف رجل ويبقون مستورين وليسوا من أهل التصرف.

Wali Maktum berjumlah 4.000 orang dan tetap Masturin ( yakni tetap menjadi para wali yang tidak dikenal oleh orang-orang ) dan mereka bukan dari Ahlut Tashrif.

أما الذين هم من أهل الحل والعقد والتصرّف وتصدر عنهم الأمور وهم كقرّبون من الله فهم ثلاثمائة .

Adapun Ahlu Tashrif mereka itu dari Ahlul Hal yakni orang yang berpengaruh dan bertindak dengan mereka yakni Wali Kaqorrobun dari Allah Swt dan mereka berjumlah 300 orang.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

قُطْبُ الْخَتْمِ الْمَكْتُوْمِ

16. Quthbul khotmil maktum( 1 Abad 1 Orang )
Wali paripurna yang disembunyikan

كَقَرَّبُوْنَ

17. Wali Kaqorrobun

berjumlah 300 orang.

الْخُلَفَاءُ

18. Wali Khulafa ( wali para pengganti )

berjumlah 3 orang

والثلاثة الذين هم الخلفاء من الأئمة يعرفون السبعة ويعرفون الأربعين وهم البدلاء والأربعون يعرفون سائر الأولياء من الأئمة ولا يعرفهم من الأولياء أحد فإذا نقص واحد من الأربعين أبدل مكانه من الأولياء وكذا فى السبع والثلاث والواحد إلا أن يأتي بقيام الساعة انتهى

Dan berjumlah 3 orang yang merupakan Wali Khulafa dari 7 Wali Aimah yang A`rif, dan 40 yang A`rif mereka adalah Wali Budalaa dan 40 golongan para wali yang A`rif dari Wali Aimah dan tidak ada yang mengetahui mereka dari para wali seorang pun Jika salah satu dari 40 kurang maka ia menggantikan tempatnya dari para wali demikian juga yang berjumlah tujuh dan tiga dan satu orang kecuali jika datang kiamat. ( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

البُدَلَاءُ

19. Budala’ ( 1 Abad 12 orang )

Wali yang menjadi penggantinya ulama
Budala’ Jama’ nya ( Jama’ Sigoh Muntahal Jumu’) dari Abdal tapi bukan Pangkat Wali Abdal

وقال أبو عثمان المغربي : البدلاء أربعون والأمناء سبعة والخلفاء من الأئمة ثلاثة والواحد هو القطب :

Said Abu U`tsman Al Maghriby berkata : bahwa Wali Budala`a berjumlah 40 orang, Wali Umana berjumlah 7 orang, Wali Khulafa dari Wali Aimah berjumlah 7 orang dan 1 orang adalah Wali Qutub .
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

اْلأَخْيَارُ

20. Wali Akhyar ( para wali pilihan )

berjumlah 7 orang

وفى كشف اللغات يقول : الأولياء عدة أقسام : ثلاثمائة منهم يقال لهم أخيار وأبرار وأربعون يقال لهم الأبدل وأربعة يسمّون بالأوتاد وثلاثة يسمّون النقباء وواحد هو المسمّى بالقطب انتهى

dalam Kitab kasyful Lughoh ( Syaikh Abdul Qodir Jailani ra. ) mengatakan: bahwa para wali ada beberapa tingkatan : 300 orang dari mereka disebut Wali Akhyar dan Wali Abrar dan 40 orang disebut dengan Wali Abdal dan 4 orang disebut dengan Wali Autad dan 3 orang disebut dengan Wali Nuqoba dan 1 orang disebut dengan Wali Quthub……….. berakhir
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

وفى رواية خلاصة المناقب سبعة . ويقال لهم أيضا أخيار وسيّاح ومقامهم فى مصر.

Di dalam kitab Riwayat ringkasan Manaqib yang ke-7 . Dikatakan bahwa Wali Akhyar juga melakukan perjalanan di muka bumi, dan tetap tinggal di Mesir.

وقد أمرهم الحقّ سبحانه بالسياحة لإرشاد الطالبين والعابدين .

Sungguh telah memerintahkan mereka kepada Allah yang Maha Haq lagi yang maha suci dengan perjalanan petunjuk untuk memandu pemohon ( Tholibun ) dan A`bidun.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

اْلعُمْدَةُ

21. Wali Umdah ( para wali pembaiat )

berjumlah 4 orang

وثمّة خمسة رجال يقال لهم العمدة لأنهم كالأعمدة للبناء والعالم يقوم عليهم كما يقوم المنزل على الأعمدة . وهؤلاء فى أطراف العالم .

Dan ada 5 orang disebut bagi mereka Wali U`mdah, karena sesungguhnya mereka seperti tiang bagi gedung dan dunia yang berdiri bagi mereka, sebagai mana berdirinya rumah diatas tiang. Dan orang-orang ini tinggal di belahan dunia.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

وأما العمدة الأربعة ففى زوايا الأرض وأمّاالغوث فمسكنه مكّة وأمّا الأخيار فهم سيّاحون دائما وأمّا النجباء فمسكنه مصر ولايقرّون فى مكان وهذا غير صحيح
ذلك لأنّ حضرة السيد عبد القادر الجلاني رحمه الله وكان غوثا إنّما أقام فى بغداد .

Adapun ( tempat kediaman ) wali U`mdah di empat penjuru bumi, dan Wali Gauts tempat kediamannya di Makkah, Wali Akhyar melakukan perjalan (sayyâhûn) di muka bumi) selamanya, Wali Nujaba di Mesir dan mereka tidak menetap di satu tempat maka hal ini tidak benar, karena sesungguhnya Hadroh Sayyid Abdul Qodir Jailani menjadi Wali Gauts dan pastinya tempat kediaman Wali Gauts di Baghdad.

هذا وتفصيل أحوال الباقى فسيأتي فى مواضعه

Ini perincian kondisi sisanya yang akan datang pada tempatnya
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

اْلأَبْرَارُ

22. Wali Abrar ( para wali yang berbakti )

berjumlah 7 orang

وثمّة سبعة هم الأبراروهم فى الحجاز .

Dan Ada 7 orang mereka adalah Wali Abrar dan mereka tinggal di Hijaz.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

اْلمَحْبُوْبُوْنَ

23. Wali Mahbubun ( para wali yang saling mencintai )

berjumlah 7 orang

الرِّجَالُ الْمَعَارِجِ اْلعُلَى

24. Rizalul Ma’arijil ‘Ula ( 1 Abad 7 Orang )

Wali yang terus naik derajat luhurnya

الرِّجَالُ الْعَيْنِ التَّحْكِيْمِ وَالزَّوَائِدِ

25. Rizalun Ainit Tahkimi waz Zawaid ( 1 Abad 10 Orang )

Wali yang kuat keyakinannya dengan ilmu hikmah ( ilmu para hukama/para wali ) dan ma`rifatnya

الرِّجَالُ الْغِنَى بِاللهِ

26. Rijalul Ghina ( 1 Abad 2 Orang )

Wali yang merasa cukup

sesuai Nama Maqomnya ( Pangkatnya ) Rijalul Ghina ” Wali ini Sangat kaya baik kaya Ilmu Agama, Kaya Ma’rifatnya kepada Alloh maupun Kaya Harta yg di jalankan di jalan Alloh, Pangkat Wali ini juga ada Waliahnya ( Wanita ).

الرِّجَالُ اْلإِسْتِيَاقِ

27. Rizalul Istiyaq ( 1 Abad 5 Orang )

الرِّجَالُ الْجَنَانِ وَالْعَطْفِ

28. Rizalul Janaani wal A`thfi ( 1 Abad 15 Orang )

Wali yang ahli menjaga jiwanya dan pengasih
Ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.

الرِّجَالُ تَحْتِ اْلأَسْفَلِ

29. Rizalut Tahtil Asfal ( 1 Abad 21 orang )

الرِّجَالُ اْلقُوَّاةِ اْلإِلَهِيَّةِ

30. Rizalul Quwwatul Ilahiyyah (1 Abad 8 Orang )

Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang saja di setiap zaman. Wali jenis ini mempunyai keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka mengecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Beliau dikenal sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zaman. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.

خَمْسَةُ الرِّجَالِ

31. Khomsatur Rijal ( 1 Abad 5 orang )

رَجُلٌ وَاحِدٌ

32. Rojulun Wahidun ( 1 Abad 1 Orang )

رَجُلٌ وَاحِدٌ مَرْكَبٌ مُمْتَزٌّ

33. Rojulun Wahidun Markabun Mumtaz ( 1 Abad 1 Orang )

Wali dengan Maqom Rojulun Wahidun Markab ini di lahirkan antara Manusia dan Golongan Ruhanny( Bukan Murni Manusia ), Beliau tidak mengetahui Siapa Ayahnya dari golongan Manusia , Wali dengan Pangkat ini Tubuhnya terdiri dari 2 jenis yg berbeda, Pangkat Wali ini ada juga yang menyebut ” Rojulun Barzakh ” Ibunya Dari Wali Pangkat ini dari Golongan Ruhanny Air INNALLOHA ‘ALA KULLI SAY IN QODIRUN ” Sesungguhnya Alloh S.W.T atas segala sesuatu Kuasa.

الشَّمْسُ الشُّمُوْسِ

34. Syamsis Syumus ( 1 abad 1 orang )

Wali yang bercahaya bagaikan matahari

القُطْبَانِيَّةُ الْعُظْمَى / قُطْبُ اْلأَعْظَمُ

35. Quthbaniyatul Uzhma ( 1 abad 1 orang )

Penghulu wali yang agung

الشَّخْصُ الْغَرِيْبِ

36. Syakhshul Ghorib ( di dunia hanya ada 1 orang )

الشَّخْصُ الْوَاحِدِ

37. Syakhshul Wahid ( 1 Abad 1 Orang )

قُطْبُ السَّقِيْطِ الرَّفْرَفِ ابْنِ سَاقِطِ الْعَرْشِ

38. Saqit Arofrof Ibni Saqitil ‘Arsy ( 1 Abad 1 Orang )

Wali yang menerima firman dari rof-rof putra wali yang menerima firman dari arasy

قُطْبُ السَّاقِطِ الْعَرْشِ

39. Saqitil ‘Arsy ( 1 Abad 1 Orang )

Wali yang menerima firman dari arasy

الْأَنْفَاسِ

40. Sittata Anfas ( 1 Abad 6 Orang )

Wali yang ahli menjaga nafasnya dengan dzikir
salah satu wali dari pangkat ini adalah Putranya Raja Harun Ar-Royid yaitu Syeikh Al-’Alim Al-’Allamah Ahmad As-Sibty

الرِّجَالُ الْعَالَمِ الْأَنْفَاسِ

41. Rijalul ‘Alamul Anfas ( 1 Abad 313 Orang )

حَوَارِىٌّ

42. Hawariyyun ( 1 Abad 1 Orang )

Wali Pembela. Jumlahnya 1 orang.

Tugasnya membela agama Allah baik dengan argumen maupun dengan senjata. Wali Hawariyyun di beri kelebihan Oleh Alloh dalam hal keberanian, Pedang ( Zihad) di dalam menegakkan Agama Islam Di muka bumi. Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang sahaja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan darjat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh Rasululloh: “Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”. Walaupun pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Karena beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih pangkat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.

رَجَبِىٌّ

43. . Rojabiyyun ( 1 Abad 40 Orang Yg tidak akan bertambah & Berkurang Apabila ada salah satu Wali Rojabiyyun yg meninggal Alloh kembali mengangkat Wali rojabiyyun yg lainnya, Dan Alloh mengangkatnya menjadi wali Khusus di bulan Rajab dari Awal bulan sampai Akhir Bulan oleh karena itu Namanya Rojabiyyun.

Jumlahnya selalu 40 orang. tersebar diberbagai negara dan mereka saling mengenal satu sama lain.

Karamah mereka muncul setiap bulan RAJAB.
Konon tiap memasuki bulan rajab, badan kaum Rajabiyyun terasa berat bagai terhimpit langit.
mereka hanya berbaring diranjang tak bergerak & kedua mata mereka tak berkedip hingga sore hari.

Keesokan harinya hal tsb mulai berkurang. Pada hari ketiga, mereka masih berbaring tapi sudah bisa berbicara & menyaksikan tersingkapnya rahasia Illahi. Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya keadaan mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang sahaja. Para wali Rajbiyun ini terbagi di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal dan ada yang tidak saling mengenal.

Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula.

قَلْبُ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامِ

44. Qolbu Adam A.S ( 1 Abad 300 orang )

قَلْبُ نُوْحٍ عَلَيْهِ السَّلَامِ

45. Qolbu Nuh A.S ( 1 Abad 40 Orang )

قَلْبُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامِ

46. Qolbu Ibrohim A.S ( 1 Abad 40 Orang )

قَلْبُ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامِ

47. Qolbu Musa A.S ( 1 Abad 7 Orang )

قَلْبُ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامِ

48. Qolbu Isa A.S ( 1 Abad 3 Orang )

قَلْبُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

49. Qolbu Muhammad Saw. ( 1 Abad 1 Orang )

وعن النبي صلعم أنّه قال : فى هذه الأمّة أربعون على خلق إبرهيم وسبعة على خلق موسى وثلاثة على خلق عيسى وواحد على خلق محمّد عليهم السلام والصلاة فهم على مراتبهم سادات الخلق

Sebagaimana Nabi Saw. Bersabda : ” Pada Ummat ini ada 40 orang pada hati Nabi Ibrahim as, 7 orang pada hati Nabi Musa as, 3 orang pada hati Nabi Isa as , dan 1 orang pada hati Nabi Muhammad Saw. atas mereka tingkatan-tingkatan hati yang mulia.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

قَلْبُ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامِ

50. Qolbu Jibril A.S ( 1 Abad 5 Orang )

قَلْبُ مِيْكَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامِ

51. Qolbu Mikail A.S ( 1 Abad 3 Orang tidak kurang dan tidak lebih )

Alloh selau mengangkat wali lainnya Apabila ada salah satu Dari Wali qolbu Mikail Yg Wafat )

قَلْبُ إِسْرَافِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامِ

52. Qolbu Isrofil A.S ( 1 Abad 1 Orang )

إِِلَهِىٌ رُحَمَانِيٌّ

53. Ilahiyyun Ruhamaniyyun ( 1 Abad 3 Orang )

Pangkat ini menyerupai Pangkatnya Wali Abdal
Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Ilahiyun Rahmaniyyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaran mereka suka mengkaji firman-firman Allah.

الرِّجَالُ اْلغَيْرَةِ

54. Rizalul Ghoiroh ( 1 Abad 5 Orang )

Wali pembela agama Allah

الرِّجَالُ الْأَخْلَاقِ

55. Rizalul Akhlaq( 1 Abad 3 Orang )

Wali yang mempunyai budi pekerti yang luhur

الرِّجَالُ السَّلَامَةِ

56. Rizalul Salamah( 1 Abad 7 Orang )

Wali penyelamat

Wali penyelamat

الرِّجَالُ الْعِلْمِ

57. Rizalul Ilmi ( 1 Abad 11 Orang )

Wali yang berilmu

الرِّجَالُ الْبَسْطِ

58. Rizalul basthi ( 1 Abad 9 Orang )

Wali yang lapang dada

الرِّجَالُ الْضِّيْفَانِ

59. Rizalul dhiifaan( 1 Abad 3 Orang )
Wali yang ahli menghormati tamu

الشَّخْصُ الْجَامِعِ

60. Syakhshul Jaami`i ( 1 Abad 5 Orang )

Wali yang ahli mengumpulkan ilmu syari`ah, thoriqoh, haqoiqoh dan ma`rifat

قُطْبُ الْعِرْفَانِ

61. Quthbul Irfan( 1 Abad 1 Orang )

Wali yang tinggi ma`rifatnya

الرِّجَالُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

62. Rijalul Ghoibi wasy syahadah ( 1 Abad 28 Orang )

Wali yang tidak kelihatan dan kelihatan

الرِّجَالُ الْقُوَّةِ وَالْعَزْمِ

63. Rijalul Quwwati wal `Azmi ( 1 Abad 17 Orang )

Wali yang ahli meningkatkan ketaatannya kepada Allah

الرِّجَالُ النَّفْسِ

64. Rijalun Nafsi ( 1 Abad 3 Orang )

Wali yang ahli memerangi nafsunya

الصَّلْصَلَةِ الْجَرَسِ
65. Sholsholatil Jaros ( 1 Abad 17 Orang )
Wali yang ahli menerima ilham yang suaranya bagaikan bel
قُطْبُ الْقَاهِرِ
66. Quthbul Qoohir ( 1 Abad 1 Orang )

Wali yang menjadi paku jagat yang mengalahkan

قُطْبُ الرَّقَائِقِ

67. Quthbur Roqooiq ( 1 Abad 1 Orang )
Wali yang hatinya lunak

قُطْبُ الْخَشْيَةِ

68. Quthbul Khosyyah ( 1 Abad 1 Orang )
Wali yang penakut kepada Allah

قُطْبُ الْجِهَاتِ السِّتِّ

69. Quthbul Jihatis sitti ( 1 Abad 1 Orang )
Wali yang menetap pada enam arah

الْمُلَامَتِيَّةُ

70. Mulamatiyyah ( 1 Abad 300 Orang )

Wali yang tidak menampakkan kebaikannya dan tidak memendam kejahatannya

الرِّجَالُ الْفُقَرَاءِ

71. Rijalul Fuqoro ( 1 Abad 4 Orang )

Wali yang mengharafkan rahmat Allah

الرِّجَالُ الصُّوْفِيَّةِ

72. Rijalush Shufiyah ( 1 Abad 3 Orang )

Wali yang bersih jiwanya

الرِّجَالُ الْعُبَّادِ

73. Rijalul ibbad ( 1 Abad 7 Orang )

Wali yang ahli ibadah

الرِّجَالُ الزُّهَادِ

74. Rijaluz Zuhad( 1 Abad 17 Orang )

Wali yang menjauhi dunia

الْأَفْرَادِ

75. Afrod ( 1 Abad 7 Orang )

Wali yang menyendiri

قال : الأفراد هم الرجال الخارجون عن نظر القطب

Berkata Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala : Wali Afrod adalah Orang-orang yang keluar dari penglihatan wali qutub artinya Wali yang sangat spesial, di luar pandangan dunia Quthub.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

الْأُمَنَاءِ

76. Umana ( 1 Abad 13 Orang )

Wali kepercayaan Allah

الأمناء : وهم الملامتية ، وهم الذين لم يظهر مما فى بواطنهم أثر علي ظواهرهم وتلامذتهم فى مقامات أهل الفتوة

Wali Umana Mereka adalah kalangan Malamatiyah, yaitu orang-orang yang tidak menunjukkan dunia batinnya ( mereka yang menyembunyikan dunia batinnya ) dan tidak tampak sama sekali di dunia lahiriyahnya. Biasanya kaum Umana’ memiliki pengikut Ahlul Futuwwah, yaitu mereka yang sangat peduli pada kemanusiaan.
( dituqil dari safinatul Qodiriyyah )

الرِّجَالُ اْلقُرَّاءِ

77. Rijalul Qurro ( 1 Abad 7 Orang )

Wali yang selalu membaca Al-Qur`an

الرِّجَالُ الْأَحْبَابِ

78. Rijalul Ahbab ( 1 Abad 3 Orang )

Wali yang menjadi kekasih Allah

الرِّجَالُ اْلأَجِلَّاءِ

79. Rijalul Ajilla( 1 Abad 3 Orang )

Wali yang tinggi pangkatnya

الرِّجَالُ الْمُحَدِثِيْنَ

80. Rijalul Muhaditsin ( 1 Abad 5 Orang )

Wali yang ahli hadits

السُّمَرَاءِ

81. Sumaro ( 1 Abad 17 Orang )

Wali yang ahli bangun malam bermunajat kepada Allah

الرِّجَالُ اْلوَرَثَةَ الظَّالِمِ لِنَفْسِهِ مِنْكُمْ وَالْمَقْتَصِدِ وَالسَّابِقِ بِالْخَيْرَاتِ

82. Rijalul warotsatazh Zholimi Linnafsih ( 1 Abad 4 Orang )

Wali yang mewarisi para wali yang selalu zholim kepada dirinya serta menuju dan berlomba kepada kebaikan

اْلأَبْطَالُ

83. Abthol ( 1 Abad 27 Orang )

Wali pahlawan

الْأَطْفَالُ

84. Athfal ( 1 Abad 4 Orang )

Wali yang bertingkah seperti anak kecil

الدَّاخِلُ الْحِجَابِ

85. Dakhilul Hizab ( 1 Abad 4 Orang )

Wali yang berada dalam hijab Allah
Wali dengan Pangkat Dakhilul Hizab sesuai nama Pangkatnya , Wali ini tidak dapat di ketahui Kewaliannya oleh para wali yg lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani, Karena Wali ini ada di dalam Hizab nya Alloh, Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia, Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para Aulia Seperti di riwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani Melaksanakan Towaf di Baitulloh Mekkah Mukarromah tiba2 Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul qodir Al-Jailani Mukasyafah ke Lauhil Mahfudz dilihat di lauhil mahfudz nama Wanita ini tidak ada di barisan para Wali2 Alloh, Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Alloh untuk mengetahui siapa Wanita ini dan apa yang menjadi Amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat , Kemudian Alloh memerintahkan Malaikat Jibril A.S untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang Waliyyah dengan Maqom/ Pangkat Dakhilul Hizab ” Berada di Dalam Hizabnya Alloh “, Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa Ber Husnudzon ( Berbaik Sangka ) kepada semua Makhluq nya Alloh, Sebetulnya Masih ada lagi Maqom2 Para Aulia yang tidak diketahui oleh kita, Karena Alloh S.W.T menurunkan para Aulia di bumi ini dalam 1 Abad 124000 Orang, yang mempunyai tugasnya Masing2 sesuai Pangkatnya atau Maqomnya.

Wallohu A`lam