Kamis, 25 Mei 2023

kewajiban haji



اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم


Sidang Jum’at rahimakumullah,


Ibadah haji merupakan salah satu dari kelima Rukun Islam, yakni sebagai rukun terakhir setelah syahadat, shalat, puasa dan zakat. Perintah menunaikan ibadah haji adalah sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, Surah Ali Imran, Ayat 97 sebagai berikut: 

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa ibadah haji itu wajib. Tetapi hukum wajib itu dikaitkan dengan kemampuan karena ibadah ini merupakan sebuah perjalanan yang membutuhkan kemampuan materi dan kekuatan fisik. Bila sebuah ibadah dikaitkan langsung dengan kemampuan para hamba-Nya, maka terdapat hikmah tertentu yang menunjukkan kebijaksanaan Allah SWT. Orang-orang beriman akan menerima ketentuan tersebut tanpa berat hati.
 
Di sisi lain, dikaitkannya ibadah haji dengan kemampuan para hamba-Nya menunjukkan kasih sayang Allah SWT yang besar terhadap mereka. Semua ini sebagaimana telah ditegaskan di dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah, Ayat 286:

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.”

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Surah Al Maidah, Ayat 6:

مَا يُرِيْدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ

Artinya: “Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.”

Selain di dalam Al-Qur’an, perintah ibadah haji juga disebut di dalam hadits Rasulullah SW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda dalam suatu pidatonya:

أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا. فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ. ثُمَّ قَالَ: ذَرُوْنِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ

Artinya: “Wahai sekalian manusia, sungguh Allah telah mewajibkan bagi kalian haji maka berhajilah kalian!” Seseorang berkata: “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau terdiam sehingga orang tersebut mengulangi ucapannya tiga kali. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Kalau aku katakan ya, niscaya akan wajib bagi kalian dan kalian tidak akan sanggup.” Kemudian beliau berkata: “Biarkanlah apa yang aku tinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya orang sebelum kalian telah binasa karena mereka banyak bertanya yang tidak diperlukan dan menyelisihi nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian maka lakukanlah sesuai dengan kesanggupan kalian. Dan bila aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah.”

Dari hadits tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa kewajiban menjalankan ibadah haji hanya sekali seumur hidup. Selebihnya tidak wajib. Ibadah haji kemanfaatannya lebih banyak untuk diri sendiri daripada untuk orang banyak. Misalnya, dengan berhaji seseorang dapat mencapai kesalehan personalnya karena berarti telah melaksanakan salah satu perintah-Nya. 

Dalam konteks Indonesia, dengan berhaji seseorang juga mendapat pengakuan status sosial tertetu di masyarakat dengan adanya gelar “Haji” atau “Hajjah” yang disandangnya. Selain itu, dengan berhaji ke Mekah Saudi Arabia, seseorang memiliki pengalaman berkunjung ke luar negeri yang di masa sekarang umumnya menggunakan pesawat terbang. Ini merupakan pengalaman luar biasa karena tidak setiap orang mendapat kesempatan seperti itu. 

Kemanfaatan ibadah haji seperti itu berbeda dengan zakat atau sedekah yang kemanfaatannya lebih banyak dirasakan langsung oleh orang lain maupun diri sendiri. Maka bisa dimengerti ibadah zakat diwajibkan setiap tahun sekali, sedangkan ibadah haji hanya sekali selama hidup. 

Sidang Jum’at rahimakumullah,

Menunaikan ibadah haji hendaknya tidak ditunda-tunda sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa jadi kita akan sakit atau malah mengalami kemunduran secara ekonomi, atau malah sudah meninggal dunia. Hal-hal seperti ini bisa menghilangkan kesempatan ibadah haji yang sebenarnya sudah ada di tangan. 

Hilangnya kesempatan itu tidak berarti Allah SWT belum memanggil kita. Dengan diwajibkannya menunaikan ibadah haji sebagaimana termaktub dalam Al Quran dan Hadits, sesungguhnya setiap orang sudah dipanggil Allah SWT untuk menunaikan ibadah tersebut. Tentu saja bagi mereka yang memang sudah mampu hendaknya segera memenuhi panggilan itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW: 

مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ فَإِنَّهُ قَدْ يَمْرَضُ الْمَرِيْضُ وَتَضِلُّ الضَالَّةُ وَتَعْرِضُ الْحَاجَةُ

Artinya: “Barangsiapa hendak melaksanakan haji, hendaklah segera ia lakukan, karena terkadang seseorang itu sakit, binatang (kendaraannya) hilang, dan adanya suatu hajat yang menghalangi.”

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

مَنْ لَمْ تَحْبِسْهُ حَاجَةٌ ظَاهِرَةٌ ، أَوْ مَرَضٌ حَابِسٌ ، أَوْ سُلْطَانٌ جَائِرٌ وَلَمْ يَحُجَّ ، فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ يَهُودِيًّا وَإِنْ شَاءَ نَصْرَانِي

Artinya: “Siapa saja mati (sebelum mengerjakan haji) tanpa teralangi oleh kebutuhan yang nyata, penyakit yang menghambat ataupun penguasa yang dzalim, bolehlah ia memilih saja mati sebagai seorang Yahudi atau Nasrani”.

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa menunda-nunda ibadah haji padahal benar-benar sudah mampu dan semua keadaan memungkinkan, merupakan hal yang sangat tidak baik. Rasulullah SAW sampai mempersilakan orang seperti itu untuk memilih mati saja sebagai orang Yahudi ataupun Nasrani. Na’udzu billahi min dzalik.

Sidang Jum’at Rahimakumullah
 
Semoga Allah yang Mengetahui apa yang terkandung dalam sanubari, menunjukkan cahaya iman yang suci dan mengeluarkan kita dari kegelapan hati.

Ya Allah, kami mohon keselamatan dalam meniti kehidupan, selamat menuju surgaMu yang penuh kedamaian.

Ya Allah dzat yang berhak atas segalanya, hindarkan kami dari siksa api neraka. Rengkuhlah kami dalam dekapanMu yang penuh dengan pertolongan dan cinta.

Ya Allah, kabulkanlah doa kami. Amin


جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: 
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ (الحج: ٢٧)
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

Khutbah II
 
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

khutbah dzulqodah hikmah haji

 الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ 


أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ: وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ (الحج: ٢٧)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.

 

Kaum muslimin rahimakumullah,

Hari-hari ini, beberapa kloter jamaah calon haji telah diberangkatkan ke Tanah Suci.

Allah subhanahu wata’ala telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan menjadikan Ka’bah sebagai tujuan dan dambaan hati jutaan umat Islam. Kaum muslimin, tua-muda, fakir-kaya, pejabat-rakyat jelata, Arab-China dan apa pun suku dan negaranya berbondong-bondong dari berbagai penjuru dunia pergi menuju ke Baitullah tiap tahun untuk melaksanakan ibadah haji. Perbedaan bangsa, ras, suku, bahasa dan warna kulit tidak menghalangi mereka untuk bersatu melaksanakan ibadah yang sama, di tempat yang sama dan dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama memenuhi panggilan Allah dengan niat mendapatkan ridha-Nya semata. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jika direnungkan dengan seksama dan mendalam, berbagai rangkaian manasik haji memiliki makna dan pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Haji adalah momen pertemuan tahunan yang begitu besar, yang jutaan kaum muslimin berkumpul di sana. Mereka bersatu dalam kalimat (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ), berdoa kepada Tuhan dan pencipta mereka serta saling mengenal dan mengeratkan hubungan antar mereka. Di sana, di tanah suci, mereka saling memahami dan tolong menolong dalam kebaikan agar mereka semakin kuat melawan godaan Iblis dan bala tentaranya.

 

Di sanalah tampak dengan jelas makna dan nilai persaudaraan dan kesetaraan di antara kaum muslimin. Para jamaah haji seluruhnya melepas pakaian masing-masing dan menggantinya dengan pakaian ihram yang lebih mirip dengan kain kafan. Mereka menyerukan kalimat talbiyah

 

لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ

 

dalam keadaan menanggalkan semua pakaian dan perhiasan dunia yang fana’. Hanya pakaian Ihram yang mereka kenakan. Tua-muda, miskin-kaya, Arab-non Arab, semuanya sama menurut Allah. Mereka tidak saling mengungguli kecuali dengan takwa sebagaimana ditegaskan oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

 

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ إِلَّا بِالتَّقْوَى (رواه أبو نعيم فِى الحلية)

 

Maknanya: “Tidak ada kemuliaan bagi orang Arab melebihi non Arab kecuali dengan takwa” (HR Abu Nu’aym dalam Hilyah al-Auliya’)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Haji adalah latihan sekaligus praktik dari kesabaran, menanggung berbagai kesulitan dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan untuk memperoleh derajat yang tinggi dan meraih surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Haji adalah pintu yang luas untuk melakukan kebaikan dan ketaatan serta meraih derajat takwa yang merupakan sebaik-baik bekal menuju kehidupan akhirat.

 الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ


(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Saudara-saudaraku seiman,

Ketika jutaan jamaah haji menyerukan kalimat talbiyah dengan mengucapkan (لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ), maka momen dan seruan ini mengingatkan kita akan dahsyatnya peristiwa hari kiamat pada saat manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Ketika malaikat Israfil ‘alaihis salam meniup sangkakala maka terbelahlah kuburan-kuburan dan orang-orang keluar darinya secara berbondong-bondong. Kemudian dikumpulkan di Mahsyar dalam tiga keadaan. Sebagian dalam keadaan makan, minum, berpakaian dan menaiki kendaraan. Mereka adalah kaum muslimin yang bertakwa yang menjalankan semua kewajiban dan menjauhi perkara-perkara yang diharamkan. Sebagian dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang bulat. Mereka adalah para pelaku dosa besar di antara kaum muslimin. Dan sebagian lagi dikumpulkan dalam keadaan terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah lalu diseret oleh para malaikat sebagai penghinaan terhadap mereka. Mereka adalah orang-orang kafir.

 

Sedangkan sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan kita akan kedatangan Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam ke Makkah al-Mukarramah, tempat turunnya wahyu, yang Allah jadikan aman dan tenteram. Sa’i antara Shafa dan Marwah merupakan perjalanan menapak tilas kembali apa yang dilakukan Sayyidah Hajar. Di Makkah, tempat yang tidak ada air dan tanamannya, Hajar bersama Isma’il yang masih bayi ditinggal oleh Nabiyyullah Ibrahim ’alaihis salam. Hajar pun bertawakkal secara penuh kepada Allah sembari beriktiar dengan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah mencari air saat Ismail menangis dan butuh air. Hingga pada akhirnya Allah hilangkan kesulitannya dan Allah berikan jalan keluar dari masalahnya. Allah keluarkan untuknya air Zamzam yang nikmat dan penuh berkah. Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (سورة الطلاق: ٢-٣)

Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.”  (QS ath-Thalaq: 2-3)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sedangkan Wuquf di Padang ‘Arafah, maka di dalamnya terdapat hikmah yang besar dan kenangan yang agung. Di sana kita melihat lautan manusia. Kita mendengar lantunan suara mereka yang keras, berdoa kepada Allah yang Mahakuasa, dalam keadaan merendahkan diri, tunduk, berharap rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya. Mereka berdoa kepada Allah, Sang Pencipta dan Pemilik mereka, dengan bahasa yang bermacam-macam dan logat yang beragam. Ini semua mengingatkan jamaah haji akan hari kiamat dan tahapan-tahapannya yang menakutkan dan luar biasa, saat semua hamba berdiri merendahkan diri dan sangat berhajat kepada pencipta mereka, pemilik semua kekuasaan, yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.

Kaum muslimi rahimakumullah,

Adapun melempar jamrah, maka ibadah ini juga mengandung hikmah yang agung bagi kita. Ketika melempar jamrah, jamaah haji akan mengingat dan mengenang bagaimana Iblis menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim ’alaihis salam untuk menggodanya setiap kali berada di masing-masing jamrah. Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam pun menghinakan Iblis dengan melemparnya dengan batu kerikil sebagaimana diperintahkan oleh Allah ta’ala. Maka kita, segenap umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diperintah untuk melempar jamrah dalam rangka menghidupkan sunnah Ibrahim ‘alaihis salam. Ini semua adalah simbol perlawanan kepada Iblis dan penghinaan terhadapnya. Seakan orang yang melempar berkata dalam dirinya kepada setan: “Seandainya engkau menampakkan diri kepada kami sebagaimana engkau menampakkan diri kepada Ibrahim, niscaya kami akan melemparmu sebagai penghinaan terhadapmu.” Namun demikian, tempat-tempat ini bukanlah tempat tinggal setan seperti dugaan sebagian orang. 

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,

Sedangkan thawaf adalah bentuk konsistensi dalam ketaatan kepada Allah. Seakan orang yang berthawaf mengatakan: “Wahai Tuhanku, ke manapun kami berkeliling dan di manapun kami berada, kami tetap istiqamah taat kepada-Mu.” Thawaf juga merupakan pengagungan terhadap rumah atau bangunan Ka’bah yang dimuliakan oleh Allah. Allah ta’ala memerintahkan kita untuk mengagungkannya. Baitullah adalah simbol yang menyatukan hati kaum muslimin dalam beribadah kepada Allah. Oleh karenanya, kaum muslimin berthawaf mengelilingi Ka’bah bukan untuk beribadah kepada Ka’bah, melainkan karena melaksanakan perintah Allah. 

 

Allah memerintahkan agar kita berthawaf mengelilinginya, mengagungkannya dan Allah menjadikannya simbol untuk menyatukan hati kaum muslimin di sekelilingnya dalam beribadah kepada Allah yang Mahahidup dan mengatur segenap hamba-Nya. Sebagaimana kita bahwa Allah tidaklah bertempat tinggal di Ka’bah. Kita wajib meyakini bahwa Allah ta’ala ada, tanpa bersifat dengan sifat-sifat makhluk, tidak membutuhkan tempat dan tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya.

 

Allah tidak tinggal di Ka’bah, tidak bertempat di langit dan tidak menempati seluruh tempat. Akidah seorang muslim tidak lain adalah bahwa Allah yang menciptakan semua makhluk tidaklah menyerupai semua makhluk, tidak menyerupai langit dan bumi, tidak menyerupai manusia dan tidak menyerupai sesuatu pun. Allah bukanlah benda (jism), Allah bukan cahaya. Allah tidak memiliki gambar, rupa dan bentuk serta  sifat makhluk, apa pun itu. Apapun yang terlintas di benak kita, maka Allah tidak menyerupainya. Inilah akidah yang diyakini dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat dan umat Islam dari masa ke masa di berbagai belahan dunia.

 
Ya Allah yang Mengetahui apa yang terkandung dalam sanubari, tunjukkanlah cahaya iman yang suci dan keluarkan kami dari kegelapan hati.

Ya Allah, kami mohon keselamatan dalam meniti kehidupan, selamat menuju surgaMu yang penuh kedamaian.

Ya Allah dzat yang berhak atas segalanya, hindarkan kami dari siksa api neraka. Rengkuhlah kami dalam dekapanMu yang penuh dengan pertolongan dan cinta.

Ya Allah, kabulkanlah doa kami. Amin


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 


Selasa, 02 Mei 2023

Syailillah Habib Sholih tanggul

Syailillah, Syailillah , Syailillah ...
Habibana Alwy ...
Munthahal Matholib Sayyiduna Gautsul Mauhub
Sayyidinal Faqihil Muqoddam Alwaliyil A'dzom...

Habibanal Walihil A'thos Fa Agitsna
Saggaffanal Qutbul Ghaus Sulthon Alwali..
Saggaffanal Ghaus Kullal Wali Sayyidina

Habibana Umar Almuhdor Lissyadaid
Hizabrol Usudul Muhdor Lissyadaid Lissyadaid
Al'aydarusul Akbar Qutbul Malaa Al'aydarus
Al'aydarusul Akbar Muhyinnufus Syamsi Syumus...

Assyaikh Ali Sakron Quthbul Masthur Sayyidi
Assyaikh Ali Sakron Alwali ibnil Wali
Wa bil Aulia fi Jawa Irfa' Kullal Balaa
Minhum Ba'alawy Wa'abdul Malik Fandzurna...


Wa Husainuna bil 'Idrusina fi Jakarta Waliyuna
Wa Qutbul Makin bin Muhsin fi Bogor Thobibuna
Wa bil Auladi Muhsin wa Husain wa Zain Undzur Ilaina
Wa abubakar wa Nur Ashlih Suduruna...

Wa bi Tegal bil Haddad Muhammad Habibana
Wa fi Pekalongan bil 'Athos Ahmad Shofiyuna
Wa bi Gersik Saggaffuna Abubakar Qudhwatuna
Wa fi Malang Syuyukhuna wa Quthbuna wa Imamuna...

Wa Sulthonuna Abdul Qodir wa Abdulloh Habibana
Wa bi Tanggul Yassir Kulla Ummur Habib Sholeh Tanggul
Wa Jami' Ba'alawy Agitsna Agitsna
Min Kulli Baliyyah Unsurna Yaa Robbana...