Rabu, 26 April 2023

Baju baru

Menjelang hari raya Idul Fitri, orang disibukkan dengan berburu baju baru sesuai selera dan kondisi dompetnya. Seolah-oleh memakai baju baru di hari raya telah menjadi keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Dalam agamapun terdapat hadits, atsar, dan ijtihad ulama yang menganjurkannya. 

Salah satunya adalah hadits berikut ini:

 عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِى الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبِسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ  

Artinya, “Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan,’” (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim). 

Hadits lain menceritakan sahabat Ibnu Umar RA yang mengenakan pakaian bagus di hari raya. 

عَنْ نَافِعٍ : أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِى الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ

Artinya, “Diriwayatkan dari Nafi’ bahwa Ibnu Umar RA memakai baju terbaiknya di dua hari raya,” (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Abid Dunya dengan sanad shahih). 

قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى ... فَأُحِبُّ في الْعِيدَيْنِ أَنْ يَخْرُجَ بِأَحْسَنَ ما يَجِدُ من الثِّيَابِ  

Artinya, “Imam As-Syafi’i rahimahullahu ta’ala berkata, ‘… maka aku senang dalam dua hari raya orang hendaknya ke luar dengan baju terbaik yang ia temukan,’” (Lihat Muhammad bin Idris As-Syafi’i, Al-Umm, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1393 H], juz I, halaman 248). 

Kemudian hadits, atsar, dan ijtihad ulama yang menganjurkan memakai baju terbaik pada hari raya ini dimaknai sebagai anjuran untuk memakai baju baru sebagaimana dikatakan oleh pakar fiqih Maliki Syekh Ahmad bin Ghunaim An-Nafrawi (wafat 1126 H/1714 M), 

“Yang dimaksud dengan ‘baju baik’ (yang disunahkan) dalam hari raya adalah baju baru, meskipun berwarna hitam.” (Lihat Ahmad bin Ghunaim An-Nafrawi, Al-Fawakihud Dawani, [Tanpa keterangan tempat, Maktabah Ats-Tsaqafah Ad-Diniyyah: tanpa keterangan tahun], juz II, halaman 651). 

Lalu apa hikmah di balik anjuran memakai baju baru pada saat hari raya? 
Setidaknya ada tiga hal: 

pertama sebagai wujud syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan; 

kedua untuk mengagungkan hari raya; 

dan ketiga untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada hari raya. 

Ulama menjelaskan:

 وَمِنْ مَظَاهِرِ الشُّكْرِ لُبْسُ أَحْسَنِ الثِّيَابِ يَوْمَ الْفِطْرِ 

Artinya, “Dan di antara ekspresi syukur (kepada Allah) adalah memakai pakaian terbaik pada hari raya Idul Fitri,” (Lihat Muhammad Thahir bin ‘Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, [Tunis: Darut Tunisiyyah: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 177). 

Abu Sa’id Al-Khadimi mengatakan sebagai berikut:

 إنَّمَا هُوَ لِتَعْظِيمِ تِلْكَ الْأَوْقَاتِ لَا لِتَحْسِينِ مَنْظَرِ النَّاسِ، أَوْ لِتَعْظِيمِ الْمَلَائِكَةِ الْحَاضِرِينَ فِي تِلْكَ الْأَوْقَاتِ. 

Artinya, “Anjuran memakai baju bagus pada hari Jumat dan hari raya niscaya untuk mengagungkan waktu-waktu tersebut, bukan agar telihat baik dalam pandangan manusia; atau untuk mengagungkan malaikat yang hadir (di sekeliling manusia) pada waktu-waktu tersebut,” (Lihat Abu Sa’id Al-Khadimi, Bariqah Mahmadiyyah, juz II, halaman 440). 

Inilah tiga hikmah dianjurkannya memakai baju baru di hari raya yang selayaknya dijaga dan diperhatikan, bukan karena alasan untuk pamer dan gagah-gagahan di hadapan orang. 

Wallahu a’lam.

Orang terbaik menurut Nabi


Dan telah disebutkan hadits dari Abu Huroiroh rodhiallohu’anhu, Nabi bersabda:

ألا أخبركم بخيركم وشركم؟

“Maukah kalian aku beritahu, siapa yang terbaik dari kalian dan yang paling jelek dari kalian?”

Para shohabat berkata:

“بلى يا رسول الله!”

“Tentu mau, wahai Rosululloh!”.

Nabi bersabda:

“خيركم من يرجى خيره، ويؤمن شره، وشركم من لا يرجى خيره ولا يؤمن شره”

“Yang terbaik dari kalian itu adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan org merasa aman dari kejelekannya. Dan yang paling jelek dari kalian adalah yg tidaklah diharapkan kebaikan darinya dan org lain tdk merasa aman dari kejelekannya”.

Wahai sekalian manusia…!

Sesungguhnya sebaik-baik seorang hamba Alloh adalah yg org lain harapkan kebaikannya.
Istrinya mengharapkan kebaikan darinya.
Ayahnya mengharapkan kebaikan darinya.
Ibunya mengharapkan kebaikan darinya.
Tetangganya mengharapkan kebaikan darinya.
Kaum muslimin mengharapkan kebaikan darinya.

Dan mereka merasa aman dari kejelekannya.

Ia mengajak manusia kepada berkasih-sayang, perbuatan baik, saling mengasihi, saling bersaudara, dan saling bersatu, dan cinta mencintai karena Alloh.

Dan ia tidaklah mengajak manusia kepada kejelekan dan kerusakan.”

Jumat, 21 April 2023

khutbah idulfitri 1444 H

Khutbah idul fitri 1444 H

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ المُبْدِئِ المُعِيدْ الفَعَّالِ لِمَا يُرِيدْ.
الّذِي خَلَقَ الْاِنْسَانَ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَ سَعِيدْ
نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ شُكْراً مَقْرُونًا بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدْ. 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الوَفِيُّ الْوَعِيدْ 
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوثُ بِدِيْنِ التَوْحِيدْ 
اللهم صَلّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلى سيدنا اِبْراهِيمَ فى العالَمِينَ اِنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ 
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

واعْلَمُوا اَنّ يَومَكم هَذَا يَوْمُ عِيدٍ سَعِيدْ 
هَذَا يومٌ يُفْطِرُ فيه المسلمون، هذا يوم يَفْرَحُ به المؤمنون، هذا يومٌ تُكَبّرُون الله فيه على ما هداكم ولعلكم تشكرون. 
فبارك الله لكم عيدَكم -أيها المسلمون- وأعاده الله على هذه الأمة المرحومة وهي في عِزٍ وتَمكينٍ ونصر وتأييد.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih,tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر

“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan
keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat
tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang
berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak
pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

Dan Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.  

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Ramadhan telah meninggalkan kita. Ada rasa haru dalam hati kita ketika meninggalkan Ramadhan yang penuh berkah. 
Kata pepatah, 
اذا ذُقْتَ حَلَاوَةَ الوَصِيلة لَعرفْتَ مُرّةَ القاطعة
idza zuqta halawat al-washilah la ‘arafta murrat al-qathi’ah – 
jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersama, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah. 

Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap agar Allah panjangkan umur kita sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah SWT.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran Allah SWT ke segala penjuru angkasa dengan penuh sukacita – kadang dengan tetesan air mata – sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, sebagai ekspresi rasa takut kita akan azab-Nya, dan sebagai ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya. 
Kita bersyukur bahwa Allah swt masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir di sini bersama kita, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

 إِذَا صاَمُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوا إلَى عِيدِكُمْ يَقُوْلُ اللهَ تَعاَلى ياَ مَلَا ئِكَتي كُلُّ عَاملٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُناَدي مُنَادٍ ياَ أُمّةَ مُحَمّد ارْجِعوْا إلَى مَنَازِلِكمْ قد بَدَلْتُ سَيِّئاَتِكُم حَسَنَاتٍ فيَقوُل اللهُ تَعالى ياَ عِبادي صُمتُم لي وافطَرْتم لي فَقُوموْا مَغْفوْراً لَكم

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, ‘Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru, ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر الحاضرين جماعة عيد الفطر رحمكم الله

Terampuni dosa-dosa di sini adalah حَقُّ الله (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antar sesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogyanya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita masih hidup di dunia.

Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan. Lantas, bagaimana cara agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah, karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ - رواه مسلم

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan, berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta maaf atas salah dan khilaf kita. Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat di cintai Allah SWT. Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang dicintai Allah; beliau bersabda:

عَن عبدِ الله قاَل سألتُ النَبي صلى الله عليه وسلم أيُّ العَملِ أَحَبُّ إِلىَ الله عَزَّ وَجَلَّ قَالَ الصَّلاةُ عَلىَ وَقْتِهاَ قَالَ ثُمَّ أَيّ قاَلَ بِرُّ الوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيّ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Dari Abdulullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Apakah amalan yang lebih dicintai Allah?’ Jawab beliau, ‘Shalat dalam waktunya.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berbakti terhadap kedua orang tua.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berjuang di jalan Allah.’

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

مَنْ أحبَّ انْ يُبسطَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan hati yang suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT. 
تقبل الله منّا ومنكم صيامنا وصيامكم
وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين والمقبولين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين 

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. 
بسم الله الرحمن الرحيم 
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

 
وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

*****
Khutbah Kedua

الخطبة الثانية

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر -الله أكبر
 الله أكبر كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا . 
الْحَمْدُ للهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ الَّذِى لَاتَخْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِى بَدَآئَعِ مَمْلَكَتِهِ بِـعَيْنِ الْإِعْتِبَار . 
وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلـهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فِى دَارِ الْقَرَارِ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّاهِرِيْنَ الْأَخْيَارِ . 
أَمَّا بَعْدُ : فَـيَآ أَيُّهَا النَّاسُ , اِتَّقُوْا اللهَ وَ أَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَ أُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ , وَ أَنِيْبُوْا إِلَى رَبِّكُمْ وَ أَسْلِمُوْا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ . 
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . 
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ وَ ارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .  
اللهم يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ , وَ يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ , وَ يَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ , وَ يَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ , وَ يَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ , وَ يَا مَأْمَنَ كُلِّ مُخِيْفٍ , يَسِّرْ كُلَّ عَسِيْرٍ , فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِ عَلَيْكَ يَسِيْرٌ , اللهم يَا مَنْ لَا يَحْتَاجُ إِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ , حاجَاتُنَا إِلِيْكَ كَثِيْرٌ , وَأَنْتَ عَالِمٌ وَّبَصِيْرٌ .
اللهم إِنَّا نَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ يَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , اللهم بِحَقِّ مَنْ يَخَافُ مِنْكَ , نَجِّنَا مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أُحْرُسْنَا بِـعَيْنِكَ الَّتِى لَا تَنَامُ , وَاكْنُفْنَا بِـكَفَنِكَ الَّذِى لَا يُرَامُ , وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا فَلَا تُهْلِكْنَا , وَأَنْتَ رَجَآءُنَا , بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . 
اللهم أَعِنَّا عَلَى دِيْنِنَا بِالدُّنْيَا , وَعَلَى الدُّنْيَا بِالتَّقْوَى , وَعَلَى التَقْوَى بِالْعَمَلِ , وَعَلَى الْعَمَلِ بِالتَّوْفِيْقِ , وَعَلَى جَمِيْعِ ذلِكَ بِـلُطْفِكَ الْمُفِضِى إِلَى رِضَاكَ الْمُنْهِى إِلَى جَنَّتِكَ الْمَصْحُوْبِ ذلِكَ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ , يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الْمَوَاهِبِ الْعِظَامِ ... 

اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ لِـمَحَبَّتِكَ مِنَ الْأَعْمَالِ , وَصِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ , وَحُسْنَ الظَّنِّ بِكَ , وَالْغُنْيَةَ عَمَّنْ سِوَاكَ , 
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ  ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . 

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

*****
محمد نور شافع الانام حسب الله

Kamis, 20 April 2023

MUHASABAH LEBARAN 2023

MUHASABAH LEBARAN, 
1 SYAWAL 1444 H

Semoga Allah yang maha mendengar lagi maha menatap, mengabulkan semua doa-doa kita. 

Marilah sejenak, kita tutup mata, kita bebaskan pikiran, singkirkan dulu semua permasalahan kehidupan kita, kita berzikir, Memohon , Marilah kita merenungi diri dengan zikir yang sederhana tapi penuh keyakinan bahwa Allah benar-benar mendengar, melihat, menyaksikan  kita ini.

Saudara-saudariku, Mari kita kenang orang-orang di sekitar kita pada Idul Fitri yang lalu. Sebagian di antara mereka tidak lagi bersama kita. Mereka tidak lagi tertawa ria menjelang akhir Ramadhan; mereka juga tidak berangkat ke masjid ; mereka juga tidak akan mengulurkan tangannya untuk saling memaafkan. Mereka telah dipanggil, oleh Allah, di pangkuan kasih sayangnya

Saudara-saudariku, Kenanglah orang tua kita, Ayah dan Ibu kita. Ibu yang menyayangi kita, Ibu yang selalu meneteskan airmata ketika kita pergi, Ibu yang rela tidur tanpa selimut demi melihat kita tidur nyenyak dengan dua selimut. Ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kita terbaring sakit. Ibu yang selalu ingin melihat kita tersenyum walaupun ia harus bekerja keras. Coba renungkan ketika ibu kita melahirkan kita, Beliau rela mengorbankan nyawa untuk kita. Beberapa puluh tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua kita, betapa bahagia mereka, mereka menantikan kelahiran kita, dan mengharap anak yang akan lahir adalah anak yang sholeh dan sholehah, yang berbakti dan selalu sayang kepada mereka.
Saat Ibu melahirkan kita, ibu kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan, antara hidup dan mati. Bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh Tuhan antara menyelamatkan nyawanya atau nyawa bayinya, pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayinya dari pada nyawanya sendiri, Tapi apa? Apa yg kita lakukan saat ini, kita hanya melihat beliau, Ibu dan Ayah kita, dengan penderitaannya, mencaci makinya, melawannya, mengacuhkannya… Apakah kita pernah berfikir ingin memeluk mereka..?? Apakah terfikir dibenak kita untuk membuat mereka tersenyum??

Allahuma shalli wa sallim wa barik’ala Sayyidina Muhammad, wa’ala alihi wa ashbaihi ajmain.

Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.

Wahai Rabb Yang Maha Menyaksikan. Engkau saksikan kami pada hari ini berkumpul di hadapan-Mu, sebagaimana kami akan berkumpul di hari kiamat nanti.
Ya Allah, inilah kami, hamba-hamba-Mu yang hina berlumur nista, kini tengah menengadahkan tangan menghiba kepada-Mu. Sehina apapun diri kami, kami adalah makhluk ciptaan-Mu. Kami memohon di hari yang penuh kemuliaan ini, ampunilah seluruh dosa-dosa kami.

Rabbana zhalamna anfusana wa illam tagfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin. 
(Wahai Rabb kami, sungguh kami telah zalim kepada diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang merugi).

Duhai Allah Yang Maha Mendengar, ampuni orang tua kami. Ampuni segala kezaliman kami kepada ibu-bapak kami. Andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka jadikanlah kami saat ini menjadi anak-anak yang saleh dan salehah yang dapat menjadi cahaya bagi kehidupan orangtua kami, di dunia dan di akhirat.

Allahummaghfirlana wali walidaina warhamhuma kama rabbayana sighara.

Ya Allah, selamatkanlah orang tua kami yang berlumur dosa. Islamkan yang belum Islam. Beri hidayah bagi yang masih tersesat. Pertemukan bagi yang belum pernah berjumpa ibu-bapaknya ya Allah. Lapangkan kuburnya bagi yang ada di alam kubur. Cahayai kuburnya dan ringankan hisabnya. Jadikan mereka ahli surga-Mu, ya Allah. Tolonglah ya Allah, darah dagingnya melekat pada tubuh kami ini, air matanya, keringatnya. Golongkan kami menjadi anak yang tahu balas budi.


Ya Rabb, selamatkanlah guru-guru kami, para ulama yang telah mewakafkan hidupnya di jalan-Mu. Selamatkan orang-orang yang mendoakan kami, secara terang-terangan maupun tersembunyi.
Duhai Tuhan yang Maha Pengampun, ampuni tetangga-tetangga kami, sahabat-sahabat kami. Ampuni para pemimpin atas dosa-dosanya. 

Ya Allah yang Maha Mendengar, berkahilah hari ini dan hari-hari selanjutnya. Demi keagungan-Mu ya Allah, demi segala janji-janji-Mu yang tiada mungkin Engkau ingkari,
ijabah -lah siapapun yang bermunajat saat ini, ya Allah. Amin, amin, amin, ya Hayyu ya Qayyum birahmatika nastain ya arhamar rahimin. Amin ya Allah. Amin ya Allah. La ilaha illa Anta subhanaka inna kunna minaz zhalimin. Ya Hayyu ya Qayyum, ya Hannan ya Mannan, ya Badius samawati wal ardhi, ya Dzal jalali wal ikram.

Ya Allah, berikan kelapangan bagi yang dihimpit kesusahan. Berikan jalan keluar bagi yang dihimpit kesulitan . Beri kecukupan bagi yang selalu kekurangan. Ya Allah, bayarkan bagi mereka yang hidupnya dililit hutang.

Ya Allah, jadikan umur yang tersisa ini menjadi seindah-indah umur. Jadikan siapapun yang bermunajat ini menjadi ahli shalat yang khusyuk, ahli tahajjud, ahli puasa.
Jangan biarkan kami jauh dari Al-Quran. Jadikan kami di umur yang masih tersisa ini menjadi ahli sedekah yang tulus, ahli amal yang
istiqamah.

Allahumma inna nas’aluka imanan kamilan wa yaqinan shadiqan wa qalban khasyi’an wa lisanan dzakiran. Allahumma inna nas’aluka taubatan qablal maut, wa rahmatan ‘indal maut wa maghfiratan ba’dal maut. Allahumma inna nas’aluka husnul khatimah wa na’udzubika min su’il khatimah.
Allahummaghfir lil mukminina wal mukminat wal muslimina wal muslimat, alahya’I minhum wal amwat, innaka sami’un qaribun mujibud da’awat, ya qadhiyal hajat.

RABBANA ATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AKHIRATI HASANAH WAQINA ADZABANNAR.

Subhana rabbika rabbil ‘izzarti ‘amma yashifun wasalamun ‘alal mursalin walhamdulillahi rabbil ‘alamin

ﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﺎ ﻭﻣﻨﻜﻢ ﺻﻴﺎﻣﻨﺎ ﻭﺻﻴﺎﻣﻜﻢ
ﻭﺯﻛﺎﺗﻨﺎ ﻭﺯﻛﺎﺗﻜﻢ ﻭﺍﻋﻤﺎﻟﻨﺎ ﻭﺍﻋﻤﺎﻟﻜﻢ
ﻭﺟﻌﻠﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻳﺎﻛﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻔﺎﺋﺰﻳﻦ ﻭﺍﻟﻤﻘﺒﻮﻟﻴﻦ ﻭﻛﻞ ﻋﺎﻡ ﻧﺤﻦ ﻭﺍﻧﺘﻢ ﺑﺨﻴﺮ

*********************************

Sumunaring baskara
madangi ati
Suci ing dina fitri
Nyuwun agungin samudra pangaksami
Ngaturaken sugeng riyadi 1444 H
Minal aidin wal faidzin
Nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan dalem lahir batos
Mugi kito sedoyo tansah pinaringan rahmatipun gusti inkang moho suci
Matur nuwun...

ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻟﺒﺲ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ، ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻃﺎﻋﺘﻪ ﺗﺰﻳﺪ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻟﺒﺲ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ، ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻧﺠﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻮﻋﻴﺪ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻓﺮﺵ ﺍﻟﺒﺴﺎﻁ، ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻋﺒﺮ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﺣﺎﺯ ﺍﻟﺪﺭﻫﻢ ﻭﺍﻟﺪﻳﻨﺎﺭ، ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﺃﻃﺎﻉ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺍﻟﻐﻔﺎﺭ . ﻭﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻃﺎﻋﺎﺗﻜﻢ

GROUP  Hidayah & Hadiyah

Jumat, 14 April 2023

Gerhana Matahari 2023 sebelum lebaran

Dikutip dari laman BMKG, pada tahun 2023 ini diprediksi terjadi empat kali gerhana, berikut jadwalnya:

1. Gerhana Matahari Hibrid (GMH) 20 April 2023 yang dapat diamati dari Indonesia,
2. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) 5-6 Mei 2023 yang dapat diamati dari Indonesia,
3. Gerhana Matahari Cincin (GMC) 14 Oktober 2023 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, dan
4. Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 29 Oktober 2023 yang dapat diamati dari Indonesia.


Gerhana matahari yang terjadi pada penghujung bulan Ramadan 1444 Hijriah ini merupakan gerhana matahari hibrid.

Peristiwa ini akan terjadi pada Kamis (20/4/2023) mulai pukul 09.29.27 WIB, puncaknya pada pukul 10.45.23 WIB, dan berakhir pada pukul 12.06.41 WIB. Lama gerhana ini 2 jam 37 menit 14 detik. Peristiwa ini akan tampak atau terlihat di seluruh Indonesia sebagai gerhana sebagian.

Ketika terjadi gerhana matahari umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan salat sunnah gerhana matahari Dikutip dari NU Online, hukum salat gerhana matahari ini adalah sunnah muakkadah atau sangat dianjurkan.

Niat Sholat Gerhana Matahari

Lafaz Arab

أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِكُسُوْفِ الشَّمسِ اماما/مأموما  لِلَّهِ تَعَالَى

"Ushali sunnatan likusufis syamsi imaman/makmuman lillahi ta'ala."

Artinya: Saya berniat mengerjakan salat sunah Gerhana Matahari sebagai imam/makmum karena Allah semata.
 

Tata Cara Salat Gerhana Matahari

  1. Membaca niat 
  2. Takbiratul ihram 
  3. Membaca doa iftitah dan bertaawuz, 
  4. Membaca Al-Fatihah dan membaca surat yang panjang dengan dikeraskan suaranya (jahr). 
  5. Rukuk dengan waktu yang lama
  6. Bangkit dari rukuk (iktidal); 
  7. Setelah iktidal, tidak langsung sujud, tetapi membaca surat Al-Fatihah dan surat panjang. Surat yang dibaca saat berdiri yang kedua ini, lebih pendek dari pada saat berdiri sebelum rukuk. 
  8. Rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya
  9. Bangkit dari rukuk (iktidal); 
  10. Sujud yang lamanya seperti rukuk
  11. Duduk di antara dua sujud 
  12. Sujud kembali
  13. Bangkit dari sujud 
  14. Mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat
  15. Tasyahud
  16. Salam.

Hal yang Perlu Diperhatikan saat Salat Gerhana Matahari:

  • Memastikan terjadinya gerhana 
  • Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi
  • Sebelum shalat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,”As-Shalatu jami'ah.” 


Jumat, 07 April 2023

lirik sholawat Ya Sayidi

Lirik Sholawat Ya Sayyidi Ya Rasulullah Dewi Hajar feat Dina Hijriana


ﻳﺎَ ﺳَﻴِّﺪِﻯ ﻳﺎَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳَﺎ ﻣَﻦ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺠَﺎﻩ ﻋِﻨﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ
ﺍِﻥَّ ﺍﺍﻟﻤُﺴِﻴﺌِﻴﻦَ ﻗَﺪﺟَﺎﺅُﻙ
ﻟِﻠﺬَّﻧﺐِ ﻳَﺴﺘَﻐﻔِﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠﻪ

Ya Sayyidi Ya Rosulallah
Ya man lahul jahu indallah
Innal musi-ina qod ja-uk
Lidz-dzanbi yastaghfirûnallâh

Wahai tuanku, wahai Rasulullah
Wahai Rasul yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT
Sungguh orang yang berdosa ini telah datang kepadamu
Dengan membawa tumpukan dosa-dosa, dan kini berharap engkau memintakan kami ampunan Allah

Wahai Nabi penolong kami
Di dunia hingga ukhrowi
Oh, Kekasih segala puji
Hampiri kami Di dalam sunyi

Wahai Nabi pujaan hati
Cahayailah zaman ini
Tanpa mu Nabi tiada hidup ini
Hampirilah kecup kening kami

*****

سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى
سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى
سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى .. سِدْنَا النَّبِى
سِيْدِي مُحَمَّد آمِنْ قُطْبِ حَبِيْبِ النَّبِی
Sidnân-Nabî sidnân-Nabî sidnân-Nabî
Sidnân-Nabî sidnân-Nabî sidnân-Nabî
Sidnân-Nabî sidnân-Nabî sidnân-Nabî
Siidii Muhammad aamin quthbi habiibin Nabiy
Ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi
Ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi
Ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi, ku muliakan Nabi
Siidii Muhammad aamin quthbi habiibin Nabiy

Yang merindukan, yang meridukan Nabi Muhammad
Pastilah akan, Pastilah akan dapat syafaat
Hidupnya nimat, Hidupnya nimat berkat sholawat
Tinggi martabat, Tinggi martabat juga derajat
Tinggi martabat, Tinggi martabat juga derajat

Kamis, 06 April 2023

Hidayah laksana hujan mengguyur bumi



Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا مِنْهَا وَسَقَوْا وَرَعَوْا وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللهِ وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ

“Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan itu seperti perumpamaan hujan yang membasahi tanah di bumi. Diantara tanah tersebut ada jenis tanah yang baik yang menyimpan air dan menumbuhkan tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Diantara tanah itu juga ada (ajadib)[1] yang dapat menampung air sehingga Allah memberi manfaat kepada manusia dengan air tersebut lalu mereka meminumnya dan memberi minum hewan ternak, dan menyiram tanaman. Namun air hujan tersebut juga menimpa tanah yang lain yang disebut dengan (Qi’an) yang tidak bisa menampung air dan dan tidak pula menumbuhkan rerumputan. Permisalan itu seperti permisalan orang yang memahami ilmu agama Allah lalu dan mendapat manfaat dengan sesuatu yang Allah mengutusku dengannya, iapun mengilmui dan mengajarkannya. Dan juga permisalan orang yang enggan mengangkat kepalanya untuk ilmu serta tidak mau menerima petunjuk Allah dimana Allah mengutusku dengan hal itu” (HR. Bukhari dan Muslim).[2]

Imam Nawawiy[3] rahimahullah menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah perumpamaan petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diibaratkan air hujan. Jadi bumi itu ada tiga jenis sebagaimana manusia juga ada tiga jenis.

Adapun jenis tanah yang pertama adalah tanah yang begitu subur dan dapat menyimpan air. Gabungan antara kesuburan pada tanah dan air yang dikandungnya akan mampu memberi manfaat untuk dapat menumbuhkan pepohonan, menumbuhkan rerumputan serta dapat menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berkembang dengan baik di atasnya. Jenis tanah inilah yang paling baik dan paling bermanfaat bagi seluruh makhluk karena kemudahannya untuk diolah untuk pertumbuhan tanaman.

Adapun jenis tanah yang kedua adalah jenis yang tidak begitu subur namun ia mampu menahan air di atasnya. Sehingga dalam jumlahnya yang begitu luas, tanah ini dapat membentuk sungai atau membentuk danau, dimana dari keberadaan sungai atau danau tersebut siapa saja dapat memanfaatkan air yang berada di atasnya, seperti untuk kebutuhan minum, memberikan minuman untuk binatang ternak, serta kebutuhan untuk mengairi lahan pertanian dan lain sebagainya.

Sedangkan jenis tanah yang ketiga adalah jenis tanah berpasir yang tidak mampu menahan air dengan baik. Ketika air disiramkan dari atasnya maka yang terjadi adalah air tersebut dengan mudahnya menerobos hingga ke bawah tanah. Sehingga amat sedikit sisa-sisa air yang ada di permukaannya. Karena sedikitnya air yang dapat tertampung dan ditahan oleh tanah berpasir ini maka tentu akan sulit bagi tumbuh-tumbuhan untuk dapat bertahan hidup di atasnya kecuali dengan siraman yang dilakukan secara terus menerus.


Rabu, 05 April 2023

Alal kafi salatullah Semoga Hajat berkah qobul #ibadallahrijalallah

ibadallah rijalallah


Ibadallah

عِبَــادَ اللّٰهِ رِجَــالَ اللهِ – أَغِيْثُـوْنَـا لِأَجْـلِ اللّٰهِ

‘Ibādallāh Rijālallāh Aghītsūna li ajlillāh

(Wahai Hamba-hamba Allah, Wahai wali-wali Allah. Tolonglah kami karena Allah)

وَكُـونُـوا عَوْنَـنَــــا لِلّٰهِ – عَـسٰـى نَحْـــظَى بِـفَضْـــــلِ لِلّٰهِ

Wa kūnū ‘aunanā lillāh ‘asā naḥdha bifadllillāh

(Jadilah penolong kami karena Allah, Semoga kami memperoleh anugerah Allah)

وَيَـا أَقْـــطَابُ وَيـَا أَنْجَـــابُ  –   وَيَـا سَادَاتُ ويَـا أَحْبَــابُ

Wa Yā Aqthāb wa Yā Anjāb wa Yā Sādāt wa Yā Ahbāb

(Wahai para wali qutub, wahai para wali yang dermawan, wahai para sayyid dan habaib (keturunan Rasulullah saw))

وَأَنْــتُمْ يـــَاأُوْلِى اْلأَ لْبَـــــاب – تَـعَـالَـوْا وَانْـصُـــرُوْا لِلّٰهِ

Wa antum Yaa Ulil Albāb ta’ālau wanshurū lillāh

(Wahai para wali yang memiliki akal sempurna, datanglah kemari, tolonglah karena Allah)

سَـــأَلْنَــــاكُــمْ سَـأَلْنَـــاكْــمْ – وَلِلـزُّلْـفٰى رَجَوْنَاكُـمْ

Saalnākum saalnākum wa lizzulfā rajaunākum

(Dengan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan engkau kami memohon dengan mengharapkan do’amu kami dekat dengan Allah)


وَفِيْ أَمْـرٍ قَـصَــدْنَـاكُــمْ – فَـشُـــدُّوْا عَـزْمَـــكُــمْ لِلّٰهِ

Wa fii amrin qashadnākum fa syuddū ‘azmakum lillāh

(Dengan maksud perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami, maka kokohkanlah tujuan kalian karena Allah).

فَـيَـــا رَبِّيْ بِسَــادَاتِيْ   –   تَحَـقَّـــقْ لِيْ إِشَــــارَتِيْ

Fa Yā Rabbī bi sādātī tahaqqaq lī isyāratī

(Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan-tuan kami (wali-wali Allah), kokohkanlah petunjukMu kepada kami)

عَـسٰى تَـأْ تِيْ بِشَـــــــارَتِيْ   –  وَيَــصْـــفُوْ وَقْـــتُـــــنَا لِلّٰهِ

‘Asā ta’tī bisyārāti wa yashfū waqtunā lillāh

(Semoga datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih (untuk beribadah) karena Allah)

بِكَشْفِ الْحُجْبِ عَنْ عَـيْـنِيْ – وَرَفْــــعِ اْلبَــْيــنِ مِنْ بَـــيْنِيْ

Bi kasyfil hujbi ‘an ‘ainī wa raf’il baini mim bainī

(Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangnya penghalang antara Allah dan kami)


وَطَـمْـسِ اْلكَيْــفِ وَاْلأَيـْنِ – بِـنُـوْرِالْـوَجْــهِ يـَا اَللّٰهُ

Wa thamsil kaifi wal aini binūril wajhi Yā Allah

(Dan terhapusnya (keraguan tentang) bagaimana Allah dan dimana Allah dengan cahaya Dzat Ya Allah)

صَــلَاةُ اللّٰهِ مَـوْلَانَـــــا   –  عَلٰى مَنْ بـِالهُـدٰى جَانَــا

Shalatullāhi mawlānā ‘alā man bil hudā jānā

(Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami)

وَمَنْ بِاْلحَـــقِّ أَوْلَانــَـــا  –  شَـفِـيْـــــعِ اْلخـَـلْــقِ عِنْـــدَ اللّٰه

Wa man bil haqqi aulānā syafī’il khalqi ‘indallāh

(Yaitu nabi Muhammad, yang memberikan Islam sebagai agama kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk di sisi Allah)


علی الگافی صلاة الله  ؛  علی الشافی سلام الله

بمحي الدين خلصنا  ؛  من البلوآء ياالله

Semoga rohmat Allah atas Nabi-Nya yang penurut, semoga salam Allah atas Nabi-Nya yang menyembuhkan penyakit. Dengan perantara syeh Abdul Qodir Al Jilani ra. selamatkanlah dari segala bala’


Sabtu, 01 April 2023

Memindahkan zakat

Memindahkan Zakat ke Dalam Batas Kota

Pertanyaan :

Seseorang di dalam batas kota, memberikan zakatnya kepada orang yang di luar batas kota, termasuk memindahkan zakat, atau tidak? Dan orang yang datang dari bepergian, kemudian sewaktu matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan, ia belum datang di tempatnya (di luar batas kota), bolehkah ia memberikan fitrahnya kepada mustahiqqin di tempatnya?.

Jawab :

Bahwa menerimakan zakat kepada mustahiqqin di luar batas kota, bagi orang-orang yang berada di kota, itu termasuk memindahkan zakat ke lain tempat. Adapun orang yang sewaktu matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan belum sampai di tempatnya, maka ia wajib memberikan zakat fitrahnya kepada mustahiqqin yang berada di tempat ia berada waktu itu termasuk orang yang berkewajiban zakat fitrah, karena ia mempunyai kelebihan untuk keperluan sehari semalamnya. Apabila ia memberikan zakat fitrahnya kepada mustahiqqin yang berada di tempatnya, maka termasuk memindahkan zakat, yang tidak sah menurut kebanyakan ulama (jumhur), yaitu Qaul Azhhar dari beberapa Qaul Imam Syafi’i Ra., dan sah menurut beberapa ulama yang memperbolehkan memindahkan zakat.

Keterangan, dari kitab:

  1. Bughyah al-Mustarsyidin [1]

الرَّاجِحُ فِي الْمَذْهَبِ عَدَمُ جَوَازِ نَقْلِ الزَّكَاةِ وَاخْتَارَ جَمْعٌ الْجَوَازَ كَابْنِ عُجَيْلٍ وَابْنِ الصَّلاَحِ وَغَيْرِهِمَا قَالَ أَبُوْ مَخْرَمَةَ وَهُوَ الْمُخْتَارُ إِذَا كَانَ لِنَحْوِ قَرِيْبٍ وَاخْتَارَهُ الرَّوْيَانِيّ وَنَقَلَهُ الْخَطَّابِيُّ عَنْ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ وَبِهِ قَالَ ابْنُ عَتِيْقٍ فَيَجُوْزُ تَقْلِيْدُ هَؤُلاَءِ (مَسْأَلَةٌ ي ك) لاَ يَجُوْزُ نَقْلُ الزَّكَاةِ وَالْفِطْرَةِ عَلَى اْلأَظْهَرِ مِنْ أَقْوَالِ الشَّافِعِيّ  نَعَمْ اُسْتُثْنِيَ فِي التُّحْفَةِ وَالنِّهَايَةِ مَا يُقْرُبُ مِنَ الْمَوْضِعِ وَيُعَدُّ مَعَهُ بَلَداً وَاحِدًا وَإِنْ خَرَجَ عَنِ السُّوْرِ. زَادَ ك وح. فَالْمَوْضِعُ الَّذِيْ حَالَ الْحَوْلُ وَالْمَالُ فِيْهِ هُوَ مَحَلُّ إِخْرَاجُ زَكَاتِهِ هَذَا إِنْ كَانَ قَارًّا بِبَلَدٍ وَإِنْ كَانَ سَائِرًا وَلَمْ يَكُنْ نَحْوَ الْمَالِكِ مَعَهُ جَازَ تَأْخِيْرُهَا حَتَّى يَصِلَ إِلَيْهِ وَالْمَوْضِعُ الَّذِيْ غَرُبَتْ الشَّمْسُ وَالشَّخْصُ بِهِ هُوَ مَحَلُّ إِخْرَاجِ فِطْرَتِهِ.

Pendapat mazhab (Syafi’i) yang unggul tidak boleh memindah zakat ke (daerah lain). Sekelompok ulama memilih diperbolehkan pemindahan zakat seperti pendapat Ibn ‘Ujail dan Ibn al-Shalah. Menurut Ibn Makhramah itulah pendapat yang terpilih ketika zakat diberikan kepada semisal kerabat. Pendapat tersebut dipilih pula oleh al-Rauyani. Al-Khaththabi menukilnya dari mayoritas ulama, dan Ibn ‘Atiq juga berpendapat seperti itu. Maka boleh mengikuti mereka itu. Menurut salah satu pendapat Imam Syafi’i yang lebih kuat (al-Azhhar), tidak diperkenankan memindahkan zakat (mal) dan fitrah. Dalam kitab Tuhfah dan Nihayah terdapat pengecualian untuk tempat yang berdekatan dan masih dianggap satu daerah walaupun di luar perbatasan. Al-Qurdi dan seorang ulama menambahkan: “Oleh sebab itu, tempat harta mencapai haul dan harta itu di situ, maka menjadi tempat pengeluaran zakatnya. Hal ini jika si pemilik menetap di suatu tempat, sedangkan ia bepergian dan tidak ada harta yang bersamanya, maka boleh menunda zakat hingga sampai ke tempatnya. Dan tempat terbenamnya matahari sementara seseorang berada di situ, maka tempat itu merupakan tempat zakat fitrahnya.

[1] Abdurrahman Ba’alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, (Mesir: Musthafa al-Halabi, 1371 H/1952 M)), h. 105.

Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 176 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-10 Di Surakarta Pada Tanggal 10 Muharram 1354 H. / April 1935 M.

Perantauan Zakat dimana ?

Para ulama Syafi’iyah memberikan ketentuan tentang tempat pendistribusian zakat fitrah dengan mengacu pada tempat di mana seseorang berada pada saat terbenamnya matahari di hari akhir bulan Ramadhan atau malam hari raya Id. Maka bagi orang yang masih berada di tanah rantau pada saat malam hari raya Id, wajib baginya untuk membayar zakat fitrah di tanah rantaunya. Ketentuan ini salah satunya dijelaskan dalam kitab Ghayah Talkhish al-Murad:

مسألة): تجب زكاة الفطر في الموضع الذي كان الشخص فيه عند الغروب، فيصرفها لمن كان هناك من المستحقين، وإلا نقلها إلى أقرب موضع إلى ذلك المكان 

“Zakat fitrah wajib (ditunaikan) di tempat di mana seseorang berada pada saat matahari (di hari akhir Ramadhan) tenggelam. Maka ia memberikan zakat fitrah pada orang yang berhak menerima zakat yang berada di tempat tersebut, jika tidak ditemukan, maka ia berikan di tempat terdekat dari tempatnya” (Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Ba’lawi, Ghayah Talkhish al-Murad, hal. 43). Berdasarkan referensi di atas, menunaikan zakat fitrah yang benar adalah di tempat di mana seseorang berada. Ketika seseorang masih berada di tanah rantau pada saat malam hari raya, maka ia harus menunaikan zakat pada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) yang ada di tempat tersebut. Jika ia berada di kampung halamannya, maka zakat fitrahnya diberikan pada orang-orang yang berhak menerima zakat di kampung halamannya. Sedangkan ketika ketentuan demikian tidak dilaksanakan, misalnya orang yang berada di perantauan pada saat malam hari raya, mewakilkan kepada keluarganya di kampung halaman agar membayarkan zakat fitrah atas dirinya dan dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat di kampung halamannya, maka dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat di antara ulama tentang masalah naql az-zakat (memindahkan pengalokasian harta zakat). Hal ini seperti dijelaskan dalam kitab al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab:
 قال أصحابنا إذا كان في وقت وجوب زكاة الفطر في بلد وماله فيه وجب صرفها فيه فإن نقلها عنه كان كنقل باقي الزكوات ففيه الخلاف والتفصيل السابق 

“Para Ashab (ulama Syafi’iyah) berkata: ‘Ketika seseorang pada saat wajibnya zakat fitrah berada di suatu daerah, dan hartanya juga berada di daerah tersebut, maka wajib untuk menunaikan zakat di daerah tersebut. Jika ia memindahkan pembagian zakatnya (ke tempat yang lain) maka hukumnya seperti halnya hukum memindahkan pembagian zakat yang terdapat perbedaan di antara ulama dan terdapat perincian yang telah dijelaskan.” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab, juz 6, hal. 225)  Sedangkan perbedaan pendapat dalam menyikapi naql az-zakat dalam mazhab Syafi’i, yakni menurut pendapat yang unggul (rajih), memindah pengalokasian harta zakat adalah hal yang tidak diperbolehkan, sedangkan menurut sekelompok ulama yang lain, seperti Ibnu ‘Ujail dan Ibnu Shalah memperbolehkan naql az-Zakat (Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Husein Ba’lawi, Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 217). Maka dapat disimpulkan bahwa wajib bagi orang yang berada di perantauan agar menunaikan zakat fitrah di tempat di mana ia berada pada saat malam hari raya. Kebiasaan menunaikan zakat fitrah di kampung halaman bagi orang yang masih berada di perantauan tidak bisa dibenarkan, kecuali menurut sebagian ulama yang memperbolehkan naql az-zakat. Wallahu a’lam.