Rabu, 30 Desember 2020

cara wudhu orang yg memakai perban

Cara berwudhu bagi orang yg luka tidak boleh terkena air

Dalam aktivitas sehari-hari, seringkali kita menemui atau malah mengalami musibah-musibah yang tidak diinginkan. Musibah itu bisa berupa kecelakaan atau penyakit-penyakit yang menyulitkan. Tentu saja kita senantiasa berlindung dan berdoa kepada Allah agar diberikan keselamatan dalam setiap aktivitas kita. 

Tapi jika memang kecelakaan atau penyakit tersebut tiba-tiba menimpa kita, selain tetap berikhtiar dan memohon kesembuhan, tentu ada hal-hal yang membuat kita berpikir, seperti “Bagaimana ya semisal kecelakaan atau penyakit ini menyebabkan luka yang tidak boleh terkena air sehingga menimbulkan halangan untuk wudhu?” Atau, misal pada suatu waktu, ada perawatan dan pengobatan oleh dokter yang tidak menyarankan terkena air. Bagaimana menindaklanjutinya untuk ibadah? 

Fiqih Islam memberikan jalan keluar bagi yang memiliki uzur untuk melakukan wudhu, disebabkan oleh luka maupun penyakit yang menyebabkannya diperban, yang dilarang terkena air dulu agar segera sembuh. 

Dalam kitab Fathul Qaribil Mujib yang merupakan syarah dari kitab Taqrib karangan Syekh Abu Syuja’ disebutkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat berwudhu bagi shahibul jaba’ir, orang-orang yang diperban. 

1. Bagian anggota wudhu yang masih sehat, dibasuh terlebih dahulu dengan wudhu sebagaimana biasanya. Semisal di bagian yang diperban itu tidak menutupi seluruh bagian anggota wudhu yang wajib dibasuh, maka ia sebisa mungkin dibasuh terlebih dahulu.  
2. Mengusap di atas bagian anggota wudhu yang diperban. Mengusapnya tidak perlu sampai basah, hanya sekadar di atas perban tersebut. Jika luka itu tidak diperban, maka tidak perlu diusap. 
3. Mengganti wudhu yang basuhannya tidak sempurna pada anggota wudhu yang diperban itu dengan melakukan tayamum. 

Tayamum yang dilakukan sama seperti tayamum biasanya, yaitu dengan debu mengusap wajah dan kedua tangan.

Bagaimana semisal hendak melakukan shalat lagi? Semisal seseorang belum batal wudhunya, tapi sudah masuk waktu shalat fardlu yang lain, maka ia hanya melakukan tayamum lagi. 

Patut diketahui bahwa tayamum itu diperbarui di setiap shalat fardlu. Sedangkan untuk shalat sunah, maka sekiranya belum batal wudhunya, ia tetap sah dilakukan tanpa memperbarui tayamum.
Selanjutnya, keringanan ini dilakukan tanpa ada batasan waktu tertentu. Seorang yang terkena uzur ini, baik dengan perban maupun tidak, tetap boleh melakukan tatacara di atas sampai sekiranya lukanya sembuh dan sudah diperkenankan terkena air lagi. 

Wallahu alam.

Sabtu, 26 Desember 2020

khutbah intropeksi diri

Intropeksi diri

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إَلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. 
أَمَّابَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ:يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨(سورة الحشر: ١٨)  

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ 
Memasuki Awal Tahun Baru 2021 ini 
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah2Nya dan menjauhi larangan2Nya

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bertakwa dan berinstrospeksi diri. Masing-masing dari kita hendaknya selalu berpikir dan mencermati apa yang telah dipersiapkan untuk akhiratnya kelak. Jika telah berbuat baik dan beramal shalih, maka hendaknya kita memuji Allah subhanahu wa ta’ala atas kemurahan-Nya, dan tetap istiqamah (konsisten) dalam kebaikan itu sepanjang hidup kita. Namun jika kita masih berbuat maksiat, maka hendaknya kita tinggalkan semua maksiat, beristighfar (memohon ampun), dan memperbaiki hati, karena di akhirat kelak tidaklah bermanfaat harta dan keturunan serta apa pun jua kecuali orang-orang yang memasuki kehidupan akhirat dengan hati yang bersih.  
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (٨٨) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (٨٩)

 
Saudara-saudaraku seiman, Di akhirat kelak, seseorang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban atas pendengaran, penglihatan dan hatinya, sebagaimana ia akan dihisab atas apa yang dilakukan oleh seluruh anggota badannya. Oleh karena hati adalah pemimpin anggota badan, maka perbuatan-perbuatan anggota badan sejatinya mencerminkan apa yang ada dalam hati. Jika hati baik, maka anggota badan menjadi baik. Dan jika hati rusak, maka rusaklah anggota badan.

Hadirin yang berbahagia, 
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam hadits shahih dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ بِالْأَسْوَاقِ جِيفَةٍ بِالَّليْلِ حِمَارٍ بِالنَّهَارِ عَالِـمٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا جَاهِلٍ بِأَمْرِ اْلآخِرَةِ (حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ)   
"Sesungguhnya Allah murka kepada setiap kata-kata kasar lagi sombong, banyak makan,suka berteriak teriak di pasar, bagai bangkai di waktu malam, seperti keledai di waktu siang, pandai dengan urusan dunia namun bodoh dengan urusan akhirat."

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala membenci seseorang yang memiliki enam sifat berikut ini:  
  جَعْظَرِيٍّ 

Yakni orang yang keras kepala takabbur atau sombong. 
Sombong ada dua macam.   
Pertama, menolak kebenaran yang disampaikan oleh orang lain padahal ia tahu bahwa hal itu benar, dikarenakan penyampai kebenaran lebih muda usianya, lebih miskin hartanya, lebih rendah status sosialnya atau karena hal lain. Padahal fir’aun tidaklah binasa kecuali karena sifat takabburnya. 
Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalam, namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. 
Haman, perdana menteri Fir’aun ketika itu berkata kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa, maka engkau akan kembali menjadi hamba yang menyembah, padahal selama ini engkau sudah menjadi tuhan yang disembah.” 

Demikian pula Bani Isra’il yang diutus kepada mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihat mu’jizat Nabi Isa ‘alaihissalam, tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabbur mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah kehormatan dan kekuasaan mereka.   

Jenis takabbur yang kedua adalah merendahkan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat takabbur jenis kedua ini dalam hatinya, ia akan menganggap dirinya memiliki keistimewaan lebih atas orang lain sehingga melihat dirinya dengan pandangan kesempurnaan dan penuh kebaikan. Dia melupakan bahwa itu semua adalah 
anugerah yang Allah berikan kepadanya.   

جَوَّاظٍ 
Yaitu seseorang yang rakus pengumpul harta yang sangat pelit,ia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan niat yang tidak benar dan didorong kecintaannya yang sangat besar terhadap harta. Ia tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari sumber yang halal ataukah haram. Dengan itu, ia bertujuan untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya yang haram dan membanggakan diri di hadapan para hamba yang lain.  

 سَخَّابٍ بِالْأَسْوَاقِ   
Artinya orang yang selalu berkeliling di pasar pasar hanya mengurus dunia, ia memperbanyak omongan dengan tujuan supaya bisa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli apakah omongannya halal ataukah haram.  

 جِيفَةٍ بِاللَّيْلِ   
Menjadi bangkai di malam hari.
 Yakni menghabiskan seluruh waktu malamnya untuk tidur. Ia tidak peduli untuk melakukan ibadah sama sekali.   

حِمَارٍ بِالنَّهَارِ  
 Menjadi keledai di siang hari. Yakni yang ia pikirkan hanya bagaimana bisa memakan berbagai menu makanan dan banyak menikmati berbagai kemewahan hidup. Dengan sebab itu, ia lalai melakukan hal-hal yang Allah wajibkan kepadanya.  Hanya memikirkan kesenangan dunia belaka

 عَالِـمٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا جَاهِلٍ بِأَمْرِ الْآخِرَةِ   
Mengetahui perkara dunia namun bodoh mengenai perkara akhirat. Yakni mengetahui bagaimana cara mencari dan mengumpulkan harta, akan tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bagian ilmu agama yang fardlu ‘ain untuk dipelajari, yang disebut para ulama dengan istilah
 عِلْمُ الدِّيْنِ الضَّرُوْرِيِّ ilmu agama yang pokok).
Terhadap urusan duniawi sangat faham
Terhadap urusan ukhrowi sama sekali tidak faham نعوذ بالله من ذالك

  مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ  

Di akhir khutbah, kami mengutip mutiara nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah yang mengingatkan kepada kita semua bahwa kehidupan dunia adalah waktu untuk beramal, dan semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan di akhirat:  

 ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَتَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ اليَوْمَ عَمَلٌ وَلاَحِسَابَ، وَغَدًاحِسَابٌ وَلاَعَمَلٌ   

Maknanya: “Dunia berjalan membelakangi kita, sedangkan akhirat berjalan menghampiri kita. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anaknya. Maka jadilah bagian dari anak-anak akhirat (senantiasa mementingkan kehidupan akhirat) dan janganlah menjadi bagian dari anak-anak dunia (selalu mementingkan kehidupan dunia yang sementara), karena hari ini (kehidupan dunia) adalah waktunya beramal dan tidak ada hisab, sedangkan besok (kehidupan akhirat) adalah waktunya mempertanggungjawabkan amal, dan bukan waktunya beramal,” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari)  

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ، ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (٨٣) وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ (٨٤) وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. 
 (وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)

بسم الله الرحمن الرحيم

ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺟَﻌَﻞَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔِ ﺃَﻓْﻀَﻞَ ﺍَﻳَّﺎﻡِ ﺍْﻻُﺳْﺒُﻮْﻉِ
ﻭَﺍﺧْﺘَﺼَّﻪُ ﺑِﺴَﺎﻋَﺔٍ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣُﺠَﺎﺏٌ ﻣَﺴْﻤُﻮْﻉٌ
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠّٰﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓً ﻣُﺤَﺘَﻮِﻳَﺔً ﻋَﻠَﻰ ﻛَﻤَﺎﻝِ ﺍْﻻِﺧْﻼَﺹِ ﻭَﺍﻟْﺤُﻀُﻮْﻉِ
ﻭَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﺳَﻴِّﺪَﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﺻَﺎﺣِﺐُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﻡِ ﺍﻟْﻤَﺤْﻤُﻮْﺩِ ﻭَﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺍﻟْﻤَﺮْﻓُﻮْﻉِ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺍٰﻟِﻪِ ﻭَ ﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺫَﻭِﻯ ﺍﻟﺰُّﻫْﺪِ ﻭَﺍﻟْﺨُﺸُﻮْﻉِ
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ
ﻓَﻴَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ، ﺍِﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟْﺤَﺎﻻَﺕِ،
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺟَﻞَّ ﺟَﻼَﻟُﻪُ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻳَﺎٓ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻧُﻮْﺭِ ﺍْﻻَﻧْﻮَﺍﺭِ ﻭَﺳِﺮِّ ﺍْﻻَﺳْﺮَﺍﺭِ ﻭَﺗِﺮْﻳَﺎﻕِ ﺍْﻻَﻏْﻴَﺎﺭِ ﻭَﻣِﻔْﺘَﺎﺡِ ﺑَﺎﺏِ ﺍﻟْﻴَﺴَﺎﺭِ، ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﻥِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻭَ ﺍٰﻟِﻪِ ﺍْﻻَﻃْﻬَﺎﺭِ، ﻭَ ﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﺍْﻻَﺧْﻴَﺎﺭِ ﻋَﺪَﺩَ ﻧِﻌَﻢِ ﺍﻟﻠّٰﻪِ ﻭَ ﺍِﻓْﻀَﺎﻟِﻪ ﻭَ ﺍَﺭْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻭَﺍﺣْﺸُﺮْﻧَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ ﺍَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﺍَﻟْﺎَﺣْﻴَﺂﺀِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﺎَﻣْﻮَﺍﺕِ
وَضَعِّفْ لَهُمُ الْحَسَنَاتْ وَكَفِّرْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ، ﻳَﺎ ﻗَﺎﺿِﻲَ ﺍﻟْﺤَﺎﺟَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﺎ ﻋَﺎلِمَﺍﻟﺴِّﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺨَﻔِﻴَّﺎﺕِ
وَيَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ وَيَاارْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻧْﺼُﺮِ ﺍﻹِﺳْﻠَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْ ﺟُﻴُﻮْﺵَ ﺍﻟْﻤُﻮَﺣِّﺪِﻳْﻦَ ﻭَ ﺍَﻋْﻞِ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﻓِّﻘْﻨَﺎ ﻭَﺟَﻤِﻴْﻊَ ﻭُﻻَﺓِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَ ﻗُﻀَﺎﺗِﻬِﻢْ ﻟِﻠْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﻧُﺼْﺮَﺓِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻭَﺍﺗِّﺒَﺎﻉِ ﺷَﺮِﻳْﻌَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺪُﻭِّﻫِﻢْ ﺍَﻋْﺪَﺍﺋِﻚَ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ
ﻭَ ﺍَﻫْﻠِﻚِ ﺍﻟْﻜَﻔَﺮَﺓَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﺪِﻋَﺔَ ﻭَﻛُﻞَّ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻋَﺪُﻭٌ ﻟِﻠﺪِّﻳِﻦِ
اللهم اجْعَلْ بَلدتَنا هذه وسائرَ بُلدان المسلمين بلدةً امنة مطمئنة تجرى فيها احكامك وسنةُ رسولك برحمتك ياارحم الراحمين
اللهم اكشف عنّا البلاء والغلاء والوباء والفحشاء والمنكر والبغي والشدائد والمحن ما ظهر منها ومابطن من بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة انك على كل شيء قدير
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍٰﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺎٰﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَ ﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠّٰﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ  يَأْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَ ﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢَ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ .

Selasa, 22 Desember 2020

SAHABAT SYA'BAN RA

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Sya’ban ra memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.

Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.

Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban

Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, memimnta diantarkan ke rumah Sya’ban.  Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki.

Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.

“Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.

“Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.

Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“D imasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.

Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”

“Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalatb berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.

Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.

Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.

Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.

Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. Bagi yang pernah ke Tanah Suci tentu mengetahui ukurang roti Arab (sekitar tiga kali ukuran  rata-rata roti Indonesia). ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua rotu tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah.

Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban ra kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis  tersebut, pasti dia akan mendapat surga yabg lebih indah. Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal.

Seseungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mati, akan menyesal dan tentu dengan kadar yang berbeda. Bahkan ada yang memiunta untuk ditunda matinya, karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia. Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah. Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan.

Senin, 23 November 2020

Syaikhona

يَا بَدْرَتِمٍّ حَازَ كُلَّ كَمَـالِ
Ya Badrotim ya badrotimmin haza kulla kamaali
Wahai bulan purnama yang indah lagi sempurna

مَا ذَا يُعَبِّرُ عَنْ عُلاَكَ مَقَالِيْ
Maaza yu’a maaza yu’abbiru ‘an ‘ulaaka maqoalii
Ketinggianmu tidak bisa terungkap dengan kata-kata

مَعَ السَّلاَمَةَ فِی أَمَانِهْ شَيْخَنَا
Ma’as-salaamah fii amaanih Syaikhonaa
Selamat jalan semoga dalam keselamatan wahai guruku


اَللهُ رَبِّ ارْحَمْ مُرَبِّی رُوْحِنَا يَا رَبَّنَا
Allaahu Robbi-rham murobbii ruuhinaa Yaa Robbanaa
Ya Allah Tuhanku, rahmatilah pendidik jiwa kami wahai Tuhanku


Sabtu, 21 November 2020

khutbah 2

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.  عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ 

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/124007/khutbah-jumat--pentingnya-berbakti-pada-orang-tua

khutbah Berbakti pada orang tua

بسم الله الرحمن الرحيم

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَرَنَا بِبِرِّ الْاَبَاءِ، اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوَالِى النَّعْمَاءِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ خَالِقُ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ،  شَهَادَةً تَكُوْنُ لَنَا ذُخْرًا لِيَوْمِ الجَزَاءِ 
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَتْقَى الْأَتْقِيَاءِ واَصْفَى الأصْفِياءِ
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تَعْصِمُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الاَفَاتِ وَأَنْوَاعِ الْبَلَاءِ 
وَعَلَى اَلِهِ الْكُرَمَاءِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى الْيَوْمِ اللِّقَاءِ
أَمَّا بَعْدُ - فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ اِتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَبِرُّوْا اَبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ اَبْنَاءُكُمْ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita terus-menerus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya,
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berbuat baik pada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Kewajiban ini diperintahkan Allah dan Rasulullah dalam berbagai redaksi ayat Al-Qur’an ataupun hadist Nabi. Bahkan kewajiban berbuat baik pada kedua orang tua, dalam Al-Qu’ran, disebut setelah kewajiban menyembah atau beribadah kepada-Nya.  Dalam Surat An-Nisa ayat 36 disebutkan:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua…” (QS an-Nisa: 36) 
Kalimat “wa bil walidaini ihsana” ini juga diulang dalam Surat Al-Isra ayat 23 dan Surat Al-An’am ayat 151. Dalam Surat Al-Isra ayat 23 disebutkan:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua.”  
Sementara dalam Surat Al-An’am ayat 151: 
قُلْ تَعَالَوْا أُتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَليْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Katakanlah, mari kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yakni janganlah kamu mempersekutukan-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.
” Kalimat “wa bil walaidaini ihsana” diulang dalam redaksi yang sama, dan rangkaian perintah serupa. Hal ini menegaskan bahwa kewajiban menghormati, berbuat santun dan baik kepada orang tua adalah kemutlakan yang harus dipegang oleh setiap orang. Tentu saja kemampuan kita berbuat baik pada kedua orang tua akan diganjar oleh Allah dalam berbagai bentuk, baik kebaikan di dunia ataupun di akhirat kelak. Di dunia, Allah akan memudahkan hidup kita dan anak-anak kita. Mungkin kita dimudahkan rezeki, diberi umur yang panjang dan keberkahan, diberikan anak-anak yang shalih dan shalihah.  Rasulullah pernah bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمِدَّ اللهُ بِعُمْرِهِ وَيَزِيْدَ فِي رِزْقِهِ فَلْيُبِرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيُصِلْ رَحِمَهُ (رواه البيهقي
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa berharap Allah menambah umur dan rezekinya, hendaklah berbakti pada kedua orang tuanya dan menyambung hubungan sanak famili” (HR al-Baihaqi). 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berbuat baik pada orang tua dapat kita wujudkan dalam berbagai bentuk, seperti menghormatinya, memuliakannya, berkata lembut, tidak melukai perasaannya, mewujudkan cita-cita luhurnya, memberikan sedekah kepadanya, dan lain sebagainya
Berbakti kepada orang tua tidak hanya ketika mereka berdua masih hidup, tetapi saat keduanya telah tiada pun, kita tetap bisa berbakti kepadanya. Bisa dengan harta benda yang kita miliki ataupun dengan bacaan Al-Qur’an dan doa-doa yang kita panjatkan untuk keduanya. Arwah orang tua kita akan menerimanya sebagai hadiah yang indah ketika di alam barzah. 
Semoga bakti kita kepada orang tua, menjadikan ridha Allah untuk kebaikan kita baik di dunia ataupun akhirat kelak.
ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ، ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
{ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا }
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. 
 (وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)




بسم الله الرحمن الرحيم

ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّٰﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺟَﻌَﻞَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔِ ﺃَﻓْﻀَﻞَ ﺍَﻳَّﺎﻡِ ﺍْﻻُﺳْﺒُﻮْﻉِ
ﻭَﺍﺧْﺘَﺼَّﻪُ ﺑِﺴَﺎﻋَﺔٍ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣُﺠَﺎﺏٌ ﻣَﺴْﻤُﻮْﻉٌ
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠّٰﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓً ﻣُﺤَﺘَﻮِﻳَﺔً ﻋَﻠَﻰ ﻛَﻤَﺎﻝِ ﺍْﻻِﺧْﻼَﺹِ ﻭَﺍﻟْﺤُﻀُﻮْﻉِ
ﻭَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﺳَﻴِّﺪَﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﺻَﺎﺣِﺐُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﻡِ ﺍﻟْﻤَﺤْﻤُﻮْﺩِ ﻭَﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺍﻟْﻤَﺮْﻓُﻮْﻉِ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺍٰﻟِﻪِ ﻭَ ﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺫَﻭِﻯ ﺍﻟﺰُّﻫْﺪِ ﻭَﺍﻟْﺨُﺸُﻮْﻉِ
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ
ﻓَﻴَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ، ﺍِﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻓِﻰ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟْﺤَﺎﻻَﺕِ،
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺟَﻞَّ ﺟَﻼَﻟُﻪُ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻳَﺎٓ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻧُﻮْﺭِ ﺍْﻻَﻧْﻮَﺍﺭِ ﻭَﺳِﺮِّ ﺍْﻻَﺳْﺮَﺍﺭِ ﻭَﺗِﺮْﻳَﺎﻕِ ﺍْﻻَﻏْﻴَﺎﺭِ ﻭَﻣِﻔْﺘَﺎﺡِ ﺑَﺎﺏِ ﺍﻟْﻴَﺴَﺎﺭِ، ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﻥِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻭَ ﺍٰﻟِﻪِ ﺍْﻻَﻃْﻬَﺎﺭِ، ﻭَ ﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﺍْﻻَﺧْﻴَﺎﺭِ ﻋَﺪَﺩَ ﻧِﻌَﻢِ ﺍﻟﻠّٰﻪِ ﻭَ ﺍِﻓْﻀَﺎﻟِﻪ ﻭَ ﺍَﺭْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻭَﺍﺣْﺸُﺮْﻧَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ ﺍَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﺍَﻟْﺎَﺣْﻴَﺂﺀِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﺎَﻣْﻮَﺍﺕِ
وَضَعِّفْ لَهُمُ الْحَسَنَاتْ وَكَفِّرْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ، ﻳَﺎ ﻗَﺎﺿِﻲَ ﺍﻟْﺤَﺎﺟَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﺎ ﻋَﺎلِمَﺍﻟﺴِّﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺨَﻔِﻴَّﺎﺕِ
وَيَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ وَيَاارْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻧْﺼُﺮِ ﺍﻹِﺳْﻠَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْ ﺟُﻴُﻮْﺵَ ﺍﻟْﻤُﻮَﺣِّﺪِﻳْﻦَ ﻭَ ﺍَﻋْﻞِ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﻓِّﻘْﻨَﺎ ﻭَﺟَﻤِﻴْﻊَ ﻭُﻻَﺓِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَ ﻗُﻀَﺎﺗِﻬِﻢْ ﻟِﻠْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﻧُﺼْﺮَﺓِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻭَﺍﺗِّﺒَﺎﻉِ ﺷَﺮِﻳْﻌَﺔِ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺪُﻭِّﻫِﻢْ ﺍَﻋْﺪَﺍﺋِﻚَ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ
ﻭَ ﺍَﻫْﻠِﻚِ ﺍﻟْﻜَﻔَﺮَﺓَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﺪِﻋَﺔَ ﻭَﻛُﻞَّ ﻣَﻦْ ﻫُﻮَ ﻋَﺪُﻭٌ ﻟِﻠﺪِّﻳِﻦِ
اللهم اجْعَلْ بَلدتَنا هذه وسائرَ بُلدان المسلمين بلدةً امنة مطمئنة تجرى فيها احكامك وسنةُ رسولك برحمتك ياارحم الراحمين
اللهم اكشف عنّا البلاء والغلاء والوباء والفحشاء والمنكر والبغي والشدائد والمحن ما ظهر منها ومابطن من بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة انك على كل شيء قدير
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍٰﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺎٰﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَ ﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠّٰﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ  يَأْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَ ﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢَ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ .

khotbah Sentuhlah jiwamu

KHOTBAH I:

بِسْمِ اللهِ وَبـِحَمْدِهِ, اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفٰى ، وَسَلاَمٌ عَلٰى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفٰى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى يَوْمِ الدّيْن اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ, اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

اَللّٰهُمَّ اَصْلِحْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَفَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَارْحَمْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَانْشُرْ وَاحْفَظْنَا والمسلمين بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Kaum muslimin sidang jemaah jumat yang berbahagia, Rahimakullah.

Puji dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Robbul’izzati, pada kesempatan Jumat ini kita dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang muslim yaitu salat Jumat secara berjemaah di masjid yang kita cintai ini. Selawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kelak di hari kiamat, kita semua yang hadir di masjid ini mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa Robbal ‘aalimiin.

Mengawali khotbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri saya dan kepada seluruh jemaah, marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Kaum muslimin sidang jemaah jumat yang berbahagia, Rahimakullah.

Pada khotbah kali ini tema yang akan khatib sampaikan adalah tentang “sentuhlah jiwamu”. Di antara sekian banyak unsur yang ada dalam diri manusia, ada satu unsur yang paling penting yaitu jiwa. Jiwa itu bagian terdalam dalam diri manusia. Dari jiwa dimulai segala sesuatu, jika jiwa itu bersih dan suci maka instruksi yang diberikan adalah melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Jika jiwa itu kotor maka instruksi yang diberikan adalah hal-hal yang buruk dan membawa malapetaka. Maka pantaslah Allah memberi penegasan dalam surah Asy Syams ayat 9-10:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya”.

Betapa banyak orang terganggu jiwanya, sehingga mengalami kerusakan pada akalnya. Orang yang terganggu jiwanya biasanya mengalami stres dan depresi berat, akhirnya menjadi gila. Ini semua terjadi, karena kotornya jiwa manusia.

Saking pentingya namanya jiwa, sampai-sampai WR. Supratman menciptakan sebuah lagu wajib nasional Indonesia Raya, dimana terdapat kalimat pamungkas, “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya”. Lagu Indonesia raya ini senantiasa dinyanyikan oleh seluruh guru dan siswa di seluruh Indonesia pada acara upacara bendera setiap hari Senin. Demikian juga senantiasa dinyanyikan untuk mengawali acara-acara penting dalam satu kegiatan.

Hal ini menunjukkan betapa berartinya hidup, bila jiwa terbangun dan terbentuk oleh hal-hal yang positif. Karena jika jiwa rapuh, hancurlah sistem kinerja otak dan organ-organ tubuh lainnya. Sehingga menyebabkan hilangnya keseimbangan tubuh manusia.

Bagaimana mungkin Indonesia bisa maju dan menunjukkan eksistensi kemandiriannya, jika jiwa rakyatnya lemah dan rapuh. Seharusnya setiap kita mengamalkan isi lagu tersebut, tetapi sayang tidak semua menjiwainya hanya sekedar sebagai pemanis yang terucap di bibir saja. Karena jiwa tersebut letaknya sangat dalam, kalau boleh diumpamakan lebih dalam dari dasar lautan samudra, maka mesti ada upaya ekstra untuk menyentuhnya.

Kaum muslimin sidang jemaah jumat yang berbahagia, Rahimakullah.

Kalau kita kembali kepada ajaran agama Islam, ada beberapa langkah untuk menyentuhnya yaitu:

Pertama, Perbanyaklah berzikir dan memohon ampun kepada Allah. Dengan berzikir jiwa akan tersentuh dengan sendirinya, karena zikir itu adalah mengingat Allah dengan kalimat suci. Sehingga kesucian zikir itu akan mensucikan jiwa manusia. Ketika jiwa itu suci, maka jiwa mudah tersentuh dengan nasihat atau masukan dari orang lain. Kemudian zikir itu disempurnakan dengan istighfar (memohon ampun) kepada Allah, agar benar-benar jiwa itu bersih dan suci dari segala kotoran dosa.

Kedua, bacalah Al Quran setiap hari secara rutin terutama sehabis shalat lima waktu. Jiwa itu akan mudah tergetar dan dipenuhi rasa iman, bila selalu disentuh dengan ayat-ayat Al Quran. Inilah diantara rahasia besar untuk menentramkan jiwa manusia. Orang-orang yang tidak pernah membaca Al Quran pasti jiwanya kotor, sehingga dari hari kehari jiwa bergoncang menjadi gelisah, galau dan tertekan. Oleh karena itu mari kita selalu menentramkan jiwa kita dengan ayat-ayat Al Quran, agar jiwa kita lapang, damai dan tentram.

Ketiga, banyaklah mendengar taushiah dari guru-guru/ustaz yang kita senangi. Dari mereka kita akan mendapatkan banyak pelajaran yang mencerahkan jiwa kita.

Keempat, banyaklah melihat orang-orang yang dalam kekurangan tapi tetap semangat, tabah dan sabar menjalani hidup. Lihatlah ada orang miskin, terus gigih berjuang akhirnya menjadi sarjana dan sukses berkiprah dalam pentas nasional. Ada orang cacat tidak punya kaki, tidak punya tangan menjadi juara pada olimpiade tingkat dunia. Ada orang lumpuh dan buta hafal Al Quran. Dan masih banyak lagi contohnya.

Dengan melihat prestasi mereka walaupun dalam kondisi serba kekurangan (cacat), ini bisa membuat hati dan jiwa kita tersentuh dan termotivasi untuk menjadi orang-orang yang sukses dan berprestasi. Kalau mereka saja bisa mengapa kita tidak bisa?. Justru kita mestinya malu dengan mereka.

Semoga khotbah singkat edisi jumat ini, menjadi tambahan ilmu yang besar faedahnya bagi diri khatib dan jamaah sekalian.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلـمـُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHOTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيـْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Kamis, 12 November 2020

Doa setelah Sholat

Doa Sesudah Sholat Fardhu


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرِّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَابِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ. وَتَقْضِىْ لَنَابِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ.وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ. وَتَرْفَعُنَابِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَيَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِىَ الْحَاجَاتِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَيُسْتَجَابُ لَهَا

رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Senin, 09 November 2020

sifate murid ingkang bagus

Sifate Murid ingkang bagus


Sifate murid ingkang bagus
Iku limo di ngamal terus
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune

Sifate murid ingkang bagus
Iku limo di ngamal terus
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune

Kapindo ngelakoni perintah
Sangking gurune ikhlash manah
Kapindo ngelakoni perintah
Sangking gurune ikhlash manah
Selagine ora maksiat
Iku anut ing hukum syari’at
Selagine ora maksiat
Iku anut ing hukum syari’at

Sifate murid ingkang bagus
Iku limo di ngamal terus
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune

Kaping telu tinggal cegahan
Sangking guru aweh pituturan
Kaping telu tinggal cegahan
Sangking guru aweh pituturan
Kaping papat hormat gurune
pinglimo ndonga’aken kebagusane
Kaping papat hormat gurune
pinglimo ndonga’aken kebagusane

Sifate murid ingkang bagus
Iku limo di ngamal terus
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune

Supoyo murid hasil berkah
Ilmu ne manfaat kanggo ibadah
Supoyo murid hasil berkah
Ilmu ne manfaat kanggo ibadah
Ojo murid iku su’ul adab
Supoyo dadi ulul albab
Ojo murid iku su’ul adab
Supoyo dadi ulul albab

Sifate murid ingkang bagus
Iku limo di ngamal terus
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune
Kangdihin iku husnudhone
Marang guru tingkah lakune

Jumat, 30 Oktober 2020

Midle Hubunnabi SAW

Rabu, 28 Oktober 2020

Maulid Nabi SAW

MAULID NABI MUHAMMAD SAW
dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Di Indonesia, hari kelahiran Rasulullah bertepatan dengan hari ini, Kamis (29/10/2020)

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, tak ada salahnya menceritakan tentang kisah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT ke dunia ini. Banyak sifat-sifatnya dan perjalanan hidupnya yang dapat dipelajari dan diteladani dalam keseharian.

Nabi Muhammad yang merupakan Nabi akhir zaman ini lahir di Makkah pada tahun gajah atau sekitar 570 Masehi. Disebut tahun gajah karena saat itu ada pasukan gajah yang dipimpin oleh Abharah Habasyah, yang ingin merobohkan Ka'bah.

Mengutip Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan 'Ali Al-Hasani An-Nadwi', beberapa sejarawan dan pakar hadist mengatakan, menjelang kelahiran Nabi Muhammad, ada sejumlah peristiwa besar yang terjadi.

"Peristiwa itu di luar nalar manusia, mengarah pada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia," tulis Abdul Hasan dalam Surah Nabawiyah.

Beberapa peristiwa besar itu, seperti singgasana Raja Persia Kisra Anusyirwan yang bergoyang dan 14 balkon istananya ikut runtuh. Selain itu, padamnya api sesembahan kaum Majusi di kuil pemujaan di Persia (sekarang Iran), yang sebelumnya tak pernah padam.

Peristiwa besar lain menjelang kelahiran Nabi Muhammad, yaitu air Danau 'A' yang dikultuskan oleh masyarakat Persia, tiba-tiba surut. Tasik Sava atau semenajung suci bagi masyarakat Persia pun mendadak tenggelam.

Sementara di Makkah, pasukan gajah yang dipimpin Raja Yaman, Abrahah gagal menyerang Ka'bah. Tak lama setelah itu, Nabi Muhammad lahir.

*****

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Yang paling cinta kepadaku di antara umatku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, di mana salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim bab Fii man yawaddu ru’yatan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Kamis, 22 Oktober 2020

Qashidah Lamyahtalim

Lam Yahtalim Qotthu Thoha

لم يحتلم قط طه مطلقا أبدا
Lam yahtalim qoththu Thôha muthlaqôn abadân

وما تثاءب أصلا فی مدی الزمن
Wa mâ tatsâ-aba ashlân fî madâz-zamani

Nabi Muhammad Saw. tidak pernah bermimpi jelek. Dan tidak pernah pula menguap selamanya.

منه الدواب فلم تهرب ولم وقعت
Minhud-dawâbu falam tahrob walam waqo’at

ذبابة أبدا فی جسمه الحسن
Dzubâbatun abadân fî jismihil hasani

Semua binatang tunduk patuh pada Nabi Saw. Betapa indahnya badan beliau Saw. sampai seekor lalat pun tak berani menghinggapinya.

بخلفه گأمام رؤية ثبتت
Bikholfihi ka amâmin ru,yatan tsbatat

ولا يری أثر بول منه فی علن
Wa lâ yurô atsru baulin minhu fî ‘alani

Nabi Saw. mampu melihat belakang sama seperti melihat depan. Dan sama sekali tak berbekas tatkala buang hajat.

وقلبه لم ينم والعين قد نعست
Wa qolbuhu lam yanam wal ‘ainu qod na’asat

ولا يری ظله فی الشمس ذو فطن
Wa lâ yurô dhillahu fîsy-syamsi dzû fathoni

Hatinya tidak pernah tertidur, walau mata terpejam. Tak ada bayangan meskipun berjalan di bawah terik matahari.

گتفاه قد علتا قوما إذا جلسوا
Katfâhu qod ‘alatâ qoumân idzâ jalasû

عند الولادة صف ياذا بمختتن
‘Indal wilâdati shif yâ dzâ bimukhtatani

Dua pundaknya selalu lebih tinggi dari para sahabat. Sudah tersunat tatkala dilahirkan ke dunia.

هذه الخصائص فاحفظها تکن امنا
Hâdzihil khoshô-ishu fahfadh-hâ takun âminân

من شر نار وسراق ومن محن
Min syarri nârin wa surrôqin wa min mihani

Inilah 10 kekhususan pada Nabi Saw., maka hafalkanlah. Agar kita terhindar dari api, pencuri dan bencana.

Syair pujian K.H Ahmad Dalhar Watucongol pada junjungan Nabi Muhammad Shollallahu’alayhi Wasallam. Syair pujian ini biasa dibaca atau diwiridkan setiap selesai sholat fardhu, dan khususnya setelah adzan Maghrib, biasanya syair ini dikumandangkan di mushalla atau masjid. Dan bagi santri-santri biasa juga dibaca sebelum dimulainya mengaji. Syair ini kemungkinan beliau kutip dari kitabnya Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi, Maraqiy al-‘Ubudiyah syarah kitab Bidayat al-Hidayah karya Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali.

Qashidah Sa'duna dan artinya

QASHIDAH SA'DUNA BESERTA ARTINYA
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

سعدنا في الدنيا * فوزنا في الأخرى
Kebahagiaan kami di dunia
Keberuntungan kami di akhirat

بخديجة الكبرى * وفاطمة الزهرا * * *
Dengan perantara Khodijah al Kubro
Dan Fathimah az Zahro

يا أهيل المعروف* والعطاء المألوف
Wahai pemilik kebaikan
Dan pemberian yang disukai

غارة للملهوف * إنكم به أدرى * * *
Berikanlah kepada orang yang berduka
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهيل المطلوب * والعطاء الموهوب
Wahai pemilik hal yang dicari
Dan pemberian yang diberikan

نفحة للمكروب * إنكم به أدرى * * *
Berikanlah kepada orang yang bersedih
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهيل الإحسان * والعطا والغفران
Wahai pemilik kemurahan hati
Pemberian, dan ampunan

عطفة للجيران * إنكم به أدرى * * *
Kasihanilah tetangga dekat
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهيل الإسعاد * والعطا والإرفاد
Wahai pemilik kebahagiaan,
Pemberian, dan pertolongan

غارة للإسعاد * إنكم به أدرى * * *
Berikanlah kepada pencari kebahagiaan
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهيل الإسعاف * والعطاء ذي هو واف
Wahai pemilik bantuan,
Dan pemberian yang mencukupi

أمنة للمختاف * إنكم به أدرى * * *
Berikanlah keamanan kepada orang yang takut
Sungguh kalian lebih mengerti

يا أهيل الجاهات * والمنح للفاقات
Wahai pemilik kemuliaan,
Pemberian bagi orang-orang miskin

والدرك للغارات * إنكم به أدرى * * *.
Capaikanlah pemberian-pemberian tersebut
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهيل الهمات * يارجال العزمات
Wahai pemilik kekuatan,
Wahai wali-wali yang memiliki kesabaran

يارجال الحملات * إنكم بي أدرى * * * .
Wahai wali-wali yang membawa (ilmu syariat)
Sungguh kalian lebih mengerti diriku

يا أهل بيت المختار * عاليين المقدار
Wahai keluarga Nabi yang terpilih
Yang tinggi-tinggi derajatnya

اشفعوا للمحتار * إنكم به أدرى ***
Berikanlah syafaat kepada orang yang bingung
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

يا أهل بيت الهادي* قدوتي واسيادي
Wahai keluarga Nabi yang memberi petunjuk
Panutanku dan pemimpinku

أجزلوا لي زادي * إنكم بي أدرى ***
Limpahkanlah bekal bagiku
Sungguh kalian lebih mengerti diriku

قدركم رافع عال * وعطاكم هطال
Derajat kalian tinggi sekali
Dan pemberian kalian mengalir terus menerus

وسناكم هيال * أرسلوا لي نهرا ***
Kemuliaan kalian curahanku
Datangkanlah sungai untukku

أنتموا خير الناس * جودكم يشفي الباس
Kalian ialah sebaik-baiknya manusia
Kebaikan kalian bisa menyembuhkan sakit

اشفعوا للقساس * إنكـم به أدرى ***
Berikanlah syafaat kepada tukang fitnah
Sungguh kalian lebih mengerti dirinya

بخديجة أمي * ذي تجلي همي
Perantara Khodijah, ibuku
Yang menghilangkan kesusahanku

اجزلي قسمي * إنك بي أدرى***
Limpahkanlah bagianku
Sungguh engkau lebih mengerti diriku

وهتفي بالزهرا * ذي تعالت قدرا
Ku memanggil perantara (Fathimah) az Zahro
Yang luhur derajat beliau

وتجلت بدرا * إنها بي أدرى *** .
Yang menjelma rembulan
Sungguh beliau lebih mengerti diriku

وأبيها المختار * والمصاحب في الغار
Dan ayahnya, Nabi yang terpilih
Serta (Abu Bakar) orang yang menemani di gua

وعلي الكرار * إنهم بي أدرى ***.
Dan Ali al Karror,
Merekalah orang-orang yang lebih mengerti diriku

وأهل شعب المعلاه * وللمنى في علاه
Dan penduduk negri Ma'la
Serta Mina yang tinggi derajatnya

حي تلك المولاه * إنهم بي أدرى ***.
Hiduplah mereka, para pemimpin
Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku

وبحق السبطين * للنبي نور العين
Dan perantara dua cucu Nabi yang menjadi cahaya pelita

وبجاه العمين * إنهم بي أدرى***.
Dan dengan perantara pangkat dua paman Nabi
Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku

وبذات العلمين* عائشة نور العين
Dan dengan perantara pemilik dua ilmu (dunia &  akhirat)
'Aisyah cahayanya pelita

زوج خير الكونين * إنها بي أدرى ***.
Yang menjadi istri sebaik-baiknya manusia di dua alam (jin & manusia)
Sungguh beliau yang lebih mengerti diriku

وبقيه الأزواج * طيبات الآراج
Dan perantara semua istri Nabi
Wanita-wanita yang bagus dan wangi

مغنيات المحتاج * إنهن بي أدرى .
Yang memberi kecukupan bagi orang yang membutuhkan
Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku

#Sumber: Omartvdotnet

#SyaikhinaMaimunZubair
#ObatRinduBeliauDgnQasidah

Sabtu, 17 Oktober 2020

khutbah maulid 23 10 20

Khutbah maulid 8 11 19

Khutbah bulan Maulid
Bergembira atas Rahmat Allah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلِه الَّذِي أَرْسَلَ سيدنا مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ اَلْمَالِكُ الْحقُّ الْمُبِيْنُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله صَادِقُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Memasuki bulan Rabi’ul Awal di tahun ini marilah kita mengingat peristiwa penting kelahiran manusia sempurna pilihan Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam, yakni Nabi Muhammad ﷺ.

Rasul yg sangat mencintai dan dicintai umatnya, pembawa Risalah terakhir, Nabi yg penuh kasih sayang,Nabi yg mensyafaati umatnya dan nabi yg menghilangkan kegelisahan dan kesedihan....

 Allah SWT Berfirman Dalam Surat Ali Imron 164 :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.


Peringatan disini dalam arti mempelajari sejarah perjuangannya dalam mendakwahkan agama Islam, meneladani kebaikan-kebaikan akhlaknya, dan mengikuti sunnah-sunnah serta memperbanyak bacaan shalawat atasnya. Agar kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencintai dan dicintai oleh rasulullah ﷺ dan akan mendapatkan syafaatnya di dunia ini sampai Akherat kelak.
عن عائشة رضى الله عنها انها قالت . مَن احبَّ اللهَ تعالى اكثرَ ذِكرَه، وثمرتُه ان يَذكُرَه اللهُ برحمتِه وغفرانه ويُد خِلَه الجنةَ مع انبيائه واوليائه ويُكرِمَه برؤية جمالهِ، ومن احبَّ النبىَّ عليه السلام اكثرَمن الصلاة عليه وثمرتُه الوصولُ الى شفاعتِه و صُحبتهِ فى الجنة (كذافى الجامع الصغير)

Dari Aisyah RA, bahwa dia berkata:” Barang siapa mencintai Allah Ta’ala, maka dia banyak mengingat-Nya, sedang buahnya ialah, bahwa Allah mengingat dia dengan rahmat-Nya dan ampunan-Nya serta memasukanya ke dalam surga bersama para Nabi-Nya dan para Wali-Nya, dan dimuliakan dia oleh-Nya dengan melihat keindahan-Nya. Dan barang siapa mencintai Nabi SAW, maka dia banyak bershalawat kepadanya, sedang buahnya ialah, mencapai syafaatnya dan bersama dengannya di surga,” (Demikian tersebut dalam al-Jami ‘us-Shagir)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Kewajiban Pertama Atas Umat Ini, Setelah Meyakini Kenabian Beliau Adalah Mencintai Beliau, Cinta yang Benar-Benar Tumbuh dari Hati yang Suci.
Bahkan seharusnya mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua, anak, istri, bahkan seluruh manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

{ لا يؤمن أحدُكم حتى أكونَ أحبُّ إليه من والِده وولَده و الناسِ أجمعين }

“Tidaklah beriman sempurna salah seorang di antara kalian sehingga dia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada orang tua, anak, bahkan manusia seluruhnya”. (HR. Bukhari bab Hubbur rasuul shallallahu ‘alaihi wa sallam minal iimaan)

Di antara tanda kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keinginan mereka untuk dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti sabda beliau di dalam shahih Muslim:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Yang paling cinta kepadaku di antara umatku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, di mana salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim bab Fii man yawaddu ru’yatan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Mari memuliakan bulan Rabiul Awal ini dengan sebaik-baiknya memuliakan. Mengagungkannya dengan memperbanyak shalawat, shalat, sedekah, puasa, dan segala bentuk amal kebajikan lainnya. Mari berusaha sekuat tenaga meninggalkan kemaksiatan dan perbuatan tak berguna demi kemuliaan bulan maulid ini.
Semoga kita semua diakui sebagai umat Rasulullah SAW dan mendapat syafaat beliau kelak di hari pembalasan.

ﺟَﻌَﻠَﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺇﻳَّﺎﻛﻢ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻔَﺎﺋِﺰِﻳﻦ ﺍﻵﻣِﻨِﻴﻦ، ﻭَﺃﺩْﺧَﻠَﻨَﺎ ﻭﺇِﻳَّﺎﻛﻢ ﻓِﻲ ﺯُﻣْﺮَﺓِ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ
 أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

(وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)

Berapa kali dalam setahun sebaiknya khatam ALQUR'AN

Berapa kali dalam setahun sebaiknya khatam ALQUR'AN

Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan salah satu amal yang sangat besar nilai pahala dan barakahnya. Besarnya keutamaan mengkhatamkan Al-Qur’an ini, salah satunya terdeskripsikan dalam hadits: 

 إِذَا خَتَمَ الْعَبْدُ القُرْآنَ صَلَّى عَلَيْهِ عِنْدَ خَتْمِهِ سِتُّوْنَ أَلـْفِ مَلَكٍ  

“Apabila seseorang mengkhatamkan Al Qur’an, maka pada saat khatamannya 60.000 malaikat memohonkan rahmat untuknya” (HR. Ad-Dailami). 

Dengan mengkhatamkan Al-Qur’an, seorang muslim berarti telah meneladani amal para salafus shalih yang senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan yang istiqamah dibaca hingga selesai khatam dan hal demikian mereka lakukan secara terus menerus sepanjang hidup mereka. 

Lantas berapa kali idealnya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu tahun? Imam Abu al-Laits dan Imam Abu Hanifah memberikan patokan mengenai hal ini, bahwa umat Islam setidaknya dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak dua kali dalam satu tahun. Bahkan menurut Imam Ahmad bin Hanbal, makruh hukumnya tidak mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 40 Hari. Keterangan demikian seperti dijabarkan dalam kitab Fath al-Mu’in berikut:

قال أبو الليث في البستان: ينبغي للقارئ أن يختم القرآن في السنة مرتين إن لم يقدر على الزيادة. وقال أبو حنيفة: من قرأ القرآن في كل سنة مرتين: فقد أدى حقه .وقال أحمد: يكره تأخير ختمة أكثر من أربعين يوما بلا عذرلحديث ابن عمر 

“Imam Abu al-Laits dalam kitab al-Bustan berkata: ‘Hendaknya bagi seseorang yang dapat membaca Al-Qur’an untuk mengkhatamkan Al-Qur’an satu tahun sebanyak dua kali, jika ia tak mampu untuk mengkhatamkan lebih’. Imam Abu Hanifah berkata: ‘Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an pada setiap tahun sebanyak dua kali, maka sungguh ia telah memenuhi haknya’. Imam Ahmad berkata: “Makruh mengakhirkan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari 40 Hari tanpa adanya uzur, berdasarkan hadits Ibnu Amr” (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-Mu’in, Hal 275) 

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa para ulama cenderung berbeda-beda dalam menetapkan durasi waktu minimal mengkhatamkan Al-Qur’an bagi mereka, sebagian ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an dua bulan sekali, satu bulan sekali, sepuluh hari sekali, delapan hari sekali, bahkan ada yang satu hari sekali, dan satu hari bisa sampai dua kali khataman. Namun mayoritas ulama lebih memilih untuk mengistiqamahkan mengkhatamkan Al-Qur’an satu minggu sekali. Berpijak pada berbagai perbedaan tersebut, pendapat yang lebih dipilih (al-mukhtar) dalam merangkum perbedaan amaliah yang ada dalam mengkhatamkan Al-Qur’an, bahwa  durasi minimal mengkhatamkan Al-Qur’an relatif berbeda-beda bagi masing-masing individu. Orang yang memiliki banyak waktu luang tentu anjuran mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu tahun lebih banyak jika dibandingkan orang yang waktunya banyak tercurahkan untuk mengurusi kemaslahatan umat atau bekerja guna menafkahi keluarga.  Selain itu, sebaiknya mengkhatamkan Al-Qur’an sebisa mungkin diupayakan beriringan dengan merenungkan kandungan makna yang terdapat dalam lafadz-lafadz Al-Qur’an. Seseorang yang dapat meresapi makna Al-Qur’an dengan bacaan pelan meski khatam relatif lama lebih baik dibandingkan ia membaca Al-Qur’an dengan terburu-buru tanpa meresapi makna Al-Qur’an. Cepatnya khatam tak menjamin kualitas ibadah khataman itu sendiri. Dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin dijelaskan:
 والمختار أن ذلك يختلف باختلاف الأشخاص، فمن كان يظهر له بدقيق الفكر لطائف ومعارف، فليقتصر على قدر يحصل له معه كمال فهم ما يقرأ، وكذا من كان مشغولا بنشر العلم، أو فصل الحكومات بين المسلمين، أو غير ذلك من مهمات الدين والمصالح العامة للمسلمين، فليقتصر على قدر لا يحصل بسببه إخلال بما هو مرصد له، ولا فوات كماله، ومن لم يكن من هؤلاء المذكورين فليستكثر – ما أمكنه – من غير خروج إلى حد الملل أو الهذرمة في القراءة 

“Pendapat yang dipilih adalah bahwa anjuran mengkhatamkan Al-Qur’an setiap individu relatif berbeda-beda. Seseorang yang dapat tercerahkan dengan pemikiran mendalamnya wujud kelembutan dan kemakrifatan Al-Qur’an, maka ia hendaknya mencukupkan dengan kadar yang sekiranya hasil kesempurnaan dalam memahami apa yang ia baca. Sama halnya bagi orang yang tersibukkan dengan menyebarkan ilmu, memutuskan putusan hukum diantara orang muslim atau kesibukan yang lain berupa kepentingan agama dan kemaslahatan umat islam secara umum, hendaknya bagi mereka untuk mencukupkan membaca Al-Qur’an sekiranya tidak mengganggu kesibukan yang menjadi tanggung jawabnya dan tidak menghilangkan keoptimalan menjalankan kesibukannya. Barang siapa yang tidak termasuk golongan di atas, maka hendaknya memperbanyak membaca Al-Qur’an sebisa mungkin, sekiranya tidak sampai merasa bosan atau terburu-buru dalam membaca” (Syekh Abu Bakr Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz 2, hal. 285).   
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anjuran mengkhatamkan Al-Qur’an bagi seorang Muslim yang sudah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik cenderung berbeda-beda, tergantung kesibukan serta penyerapannya atas kandungan makna Al-Qur’an. Namun setidaknya sesibuk apa pun seseorang, hendaknya dapat meluangkan waktunya untuk dapat mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali dalam waktu satu tahun. Ini merupakan batas minimal. Untuk merealisasikannya, perlu manajemen waktu yang baik, terjadwal, dan dilakukan secara istiqamah. Misalnya untuk mengkhatamkan dua kali dalam satu tahun, setidaknya seseorang membaca Al-Qur’an sebanyak empat halaman mushaf Al-Qur’an setiap harinya. Di samping itu, patut dipahami mengenai anjuran mengkhatamkan Al-Qur’an ini hanya terkhusus pada orang yang sudah baik bacaan Al-Qur’annya, sekiranya sudah dapat melafalkan dengan makhraj huruf dan bacaan tajwid yang benar. Jika masih belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, sebaiknya seseorang tidak memfokuskan diri pada kuantitas mengkhatamkan Al-Qur’an, tapi lebih pada perbaikan bacaan serta kualitas membaca Al-Qur’annya. Wallahu a’lam.   

Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/120840/sebaiknya-berapa-kali-mengkhatamkan-al-qur-an-dalam-setahun-

Hukum khataman online

Kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang positif rupanya betul-betul dirasakan saat ini. Kita dapat melihat di berbagai platform media sosial begitu banyak konten-konten keagamaan yang dibagikan para netizen, seperti ceramah keagamaan, majelis dzikir, dan berbagai aktivitas lain yang membuat media sosial bisa memberi manfaat dan bernuansa religius. 

Realitas demikian tak lain disebabkan animo masyarakat untuk menjadikan media sosial sebagai ladang ibadah. Salah satu di antara ikhtiar tersebut adalah dengan mengagendakan khataman Al-Qur’an secara daring atau online. Hal ini biasanya dilakukan di grup-grup Whatsapp, di mana masing-masing anggota grup ditugaskan untuk membaca satu atau dua juz, hingga jika dijumlah semuanya mencapai 30 juz Al-Qur’an. Apakah tradisi khataman Al-Qur’an dengan model demikian mendapatkan fadhilah (keutamaan) khatmil Qur’an? Pahala apa saja yang didapatkan dengan melakukan khataman Al-Qur’an via online ini? 

Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang besar nilai pahala dan barakahnya. Salah satu fadhilahnya secara tegas dijelaskan dalam hadits:

 إِذَا خَتَمَ الْعَبْدُ القُرْآنَ صَلَّى عَلَيْهِ عِنْدَ خَتْمِهِ سِتُّوْنَ أَلـْفِ مَلَكٍ  

“Apabila seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an, maka 60.000 malaikat memohonkan rahmat untuknya pada saat khatamannya” (HR Ad-Dailami). 

Dalam memaknai hadits di atas, para ulama cenderung mengartikan fadhilah tersebut didapatkan secara perseorangan, bukan bersifat kolektif. Sehingga fadhilah mengkhatamkan Al-Qur’an hanya diperuntukkan bagi orang yang membaca Al-Qur’an mulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas secara sempurna. Pemaknaan ini salah satunya seperti yang disebutkan dalam kitab as-Siraj al-Munir Syarh al-Jami’ as-Shagir:

 ـ(إذا ختم العبد القرآن) أي كلّما قرأه من أوّله إلى آخره (صلى عليه عند ختمه ستون ألف ملك) أي استغفروا له. قال المناوي يحتمل أنّ هذا العدد يحضرون عند ختمه والظاهر أنّ المراد بالعدد التكثير لا التحديد 

“Ketika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an, maksudnya ketika ia membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir, maka 60.000 malaikat memohonkan rahmat untuknya, maksudnya memintakan ampun untuknya. Imam al-Munawi berkata: ‘Maksud dari jumlah malaikat yang hadir saat khatam Al-Qur’an, secara jelas hanya sebatas menunjukkan arti banyak, bukan bilangan tertentu” (Syekh Ali bin Ahmad al-Azizi, as-Siraj al-Munir Syarh al-Jami’ as-Shagir, juz 1, Hal. 111) 
Pemaknaan tersebut tak lain berdasarkan kandungan ‘urf dari lafadz dalam hadits yang hanya terkhusus pada perseorangan yang menyempurnakan membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir. Dalam kitab at-Tanwir Syarh Jami’ as-Shagir disebutkan:

 ـ (ومن ختم القرآن) أي تمّه إلى آخره إذ هو عرف هذا اللفظ  

“Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, maksudnya menyepurnakan membaca Al-Qur’an sampai akhir/khatam, sebab makna ini merupakan ‘urf dari lafadz hadits tersebut” (Muhammad bin Isma’il al-Hasani, at-Tanwir Syarh Jami’ as-Shagir, juz 10, hal. 295) 

Maka dapat disimpulkan bahwa tradisi khataman Al-Qur’an secara daring tidak termasuk kategori mengkhatamkan Al-Qur’an yang dimaksud dalam beberapa hadits, sehingga tidak betul jika dipahami bahwa khataman via online mendapatkan fadhilah khatmil Qur’an.  

Meski tidak mendapatkan fadhilah khatmil Qur’an, mengkhatamkan Al-Qur’an secara berjamaah via online bukan berarti tak bermanfaat dan tak berpahala sama sekali. Di zaman ini, cara khataman daring bisa memotivasi orang lain untuk membaca atau mendengarkan Al-Qur’an, serta mendapatkan fadhilah berkumpul dalam majelis Al-Qur’an. Mengenai fadhilah berkumpul dalam majelis Al-Qur’an, salah satunya disebutkan dalam hadits:

 وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيمَنْ عِنْدَهُ رواه أحمد 

“Tidak berkumpul suatu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) sembari melantunkan Al-Qur’an dan saling mempelajari Al-Qur’an di antara mereka, kecuali turun pada mereka ketenangan, rahmat Allah menaungi mereka, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut mereka dalam golongan orang yang ada di sisi-Nya” (HR Ahmad). 

Maksud dari redaksi “rumah Allah” dalam hadits di atas adalah masjid. Namun, para ulama berpandangan bahwa penyebutan kata “rumah Allah” yang berarti masjid dalam hadits di atas bukanlah sebuah pengkhususan, sebab fadhilah berkumpul dalam majelis Al-Qur’an juga didapatkan bagi orang yang berkumpul di tempat-tempat yang lain, termasuk via Online. Pandangan ini seperti yang dijelaskan Imam an-Nawawi dalam kitab Syarh an-Nawawi li al-Muslim:

 ويلحق بالمسجد في تحصيل هذه الفضيلة الاجتماع فى مدرسة ورباط ونحوهما إن شاء الله تعالى ويدل عليه الحديث الذي بعده فإنه مطلق يتناول جميع المواضع ويكون التقييد في الحديث الأول خرج على الغالب لا سيما في ذلك الزمان فلا يكون له مفهوم يعمل به 

“Disamakan dengan masjid dalam hasilnya fadhilah yaitu berkumpul di madrasah, pondok dan tempat-tempat sesamanya, Insya Allah. Hal ini ditunjukkan dengan hadits setelahnya yang berlafalkan mutlak, sehingga mencakup semua tempat. Maka memberi batasan makna dalam hadits pertama keluar dari pemahaman umum, terlebih pada zaman tersebut. Maka tidak ada mafhum yang dapat diamalkan” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh an-Nawawi li al-Muslim, juz 17, hal. 22) 

Dengan demikian, tradisi mengkhatamkan Al-Qur’an via online layak kita dukung dan apresiasi setinggi-tingginya dalam rangka menjadikan media sosial sebagai sarana yang positif, sebab dalam tradisi ini terdapat pahala yang amat besar, seperti membiasakan diri kita membaca Al-Qur’an, mendorong orang lain membaca Al-Qur’an dan berkumpul dalam majelis Al-Qur’an. Namun meski begitu, tradisi ini tidak perlu dipromosikan dengan iming-iming yang terlalu berlebihan dan tidak benar menurut pandangan para ulama salafus shalih, seperti menganggap tradisi ini mendapatkan fadhilah khatmil Qur’an, sehingga dianggap sama dengan mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan yang dilakukan oleh satu orang. Dengan memberikan pemahaman yang benar tentang tradisi ini, masyarakat akhirnya dapat lebih ikhlas dalam beramal dan lebih mengerti tentang batasan fadhilah yang didapatkan dalam tradisi khataman via online ini. Wallahu a’lam.  

Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pon. Pes. Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/121017/30-juz-diselesaikan-berjamaah--dapatkah-keutamaan-khataman-al-qur-an-

Minggu, 11 Oktober 2020

Mahalul qiyam Maulid habsyi


محل القيام فی المولد سمط الدرار
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

ﻳﺎ ﻧﺒﻲ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ  ۰۞۰ ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ
Yâ nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaika
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu
Wahai Rosul salam sejahtera untukmu

ﻳﺎﺣﺒﻴﺐ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ  ۰۞۰ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ
Yâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaika
Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu
dan Shalawat (Rahmat) Allah untukmu

أشرق الگون ابتهاجا ۰۞۰ بوجود المصطفی احمد
Asyroqol-kawnubtihâjan biwujûdil-mushthofa Ahmad
Alam bersinar bersuka ria.. menyambut kelahiran Al-Musthafa Ahmad

ولأهل الگون أنس ۰۞۰ وسرور قد تجدد
Wa li-ahlil-kawni unsun wa surûrun qod tajaddad
Riang gembira meliput penghuninya.. sambung-menyambung tiada hentinya

فاطربوا يااهل المثانی ۰۞۰ فهزار اليمن غرد
Fathrobû yâhlal-matsânî fahazârul-yumni ghorrod
Bergembiralah, wahai pengikut Al-Quran.. burung-burung kemujuran kini berkicauan

واستضيئوا بجمال ۰۞۰ فاق فی الحسن تفرد
Wastadlî-û bijamâlin fâqo fîlhusni tafarrod
Bersinarlah dengan sinar keindahan.. mengungguli semua yang indah tiada bandingan

ولناالبشری بسعد ۰۞۰ مستمر ليس ينفد
Wa lanaal-busyrô bisa‘din mustamirrin laisa yanfad
Kini wajiblah bersuka cita.. Dengan keberuntungan terus-menerus tiada habisnya

حيث أوتيناعطاء ۰۞۰ جمع الفخر المؤبد
Haitsu ûtînâ ‘athô-an jama‘al-fakhrol-mu’abbad
Manakala kita peroleh anugerah.. Padanya terpadu kebanggaan abadi

فلربی کل حمد ۰۞۰ جل أن يحصره العد
Falirobbî kullu hamdin jalla an yahshurohul-‘ad
Bagi Tuhan segala puji.. tiada bilangan mampu mencakupnya

إذحبانا بوجود المصطفی الهادی محمد
Idz habânâ biwujûdil mushthofal-hâdî Muhammad
Atas penghormatan dilimpahkan-Nya bagi kita.. dengan lahirnya Al-Musthafa Al-Hadi Muhammad


يارسول الله أهلا ۰۞۰ بك إنا بك نسعد
Yâ Rosûlallâhi ahlan bika innâ bika nus‘ad
Ya Rasulullah, selamat datang, ahlan wa sahlan.. Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu

وبجاهه ياإلهی ۰۞۰ جد وبلغ کل مقصد
Wa bijâhih yâ ilâhî jud wa balligh kulla maqshod
Ya Ilahi, ya Tuhan kami.. semoga Kau berkenan memberi nikmat karunia-Mu
menyampaikan kami ke tujuan idaman.. demi ketinggian derajat Rasul di sisi-MU


واهدنا نهج سبيله ۰۞۰ گي به نسعد ونرشد
Wahdinâ nahja sabîlih kay bihi nus‘ad wa nursyad
Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh.. agar dengannya kami bahagia beroleh kebaikan melimpah

رب بلغنا بجاهه ۰۞۰ فی جواره خير مقعد
Robbi ballighnâ bijâhih fî jiwârihi khoiro maq‘ad
Rabbi, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu.. tempatkanlah kami di sebaik tempat di sisinya

واختم الارواح منا ۰۞۰ باللقاء خير الانام
akhiri ruh ruh kami berjumpa dengan sebaik baik makhluk

رب فاغفر لي ذنوبى  ۰۞۰  ببركة الهادى محمد
Ya Rob Ampuni dosa kami dengan berkah pemberi petunjuk yaitu Nabi Muhammad

وابلغ المختار عنا ۰۞۰ من صلوة وسلام
Sampaikan Salawat salam kami pada Nabi Pilihan

رب فاغفر لي ذنوبى ۰۞۰ ببركة الهادى محمد
Ya Rob Ampuni dosa kami dengan berkah pemberi petunjuk yaitu Nabi Muhammad

رب فاجعل مجتمعنا ۰۞۰ غايته حسن الختام
Ya Tuhan jadikan perkumpulan kami  ujungnya adalah husnul khatimah

رب فاغفر لي ذنوبى  ۰۞۰  ببركة الهادى محمد
Ya Rob Ampuni dosa kami dengan berkah pemberi petunjuk yaitu Nabi Muhammad

واعطنا ما قد سألنا ۰۞۰ من عطايك الجسام
berilah kami segala permohonan yaitu pemberianMU yang nyata

رب فاغفر لي ذنوبى ۰۞۰ ببركة الهادى محمد
Ya Rob Ampuni dosa kami dengan berkah pemberi petunjuk yaitu Nabi Muhammad

وصلاة الله تغشی ۰۞۰ أشرف الرسل محمد
Wa sholâtullâhi taghsyâ asyrofar-rusli Muhammad
Semoga shalawat Allah meliputi selalu.. rasul termulia, Muhammad

وسلام مستمر ۰۞۰ کل حين يتجدد
Wa salâmun mustamirrun kulla hînin yatajaddad
Serta salam terus-menerus.. silih berganti setiap saat
*****
طلع البدر علينا ۰۞۰ من ثنيات الوداع

Thala‘a al-badru ‘alaynā Min tsanīyāti al-wadā

Wahai bulan purnama yang terbit kepada kita Dari lembah Wadā

 وجب الشكر علينا ۰۞۰ ما دعى لله داع

Wajab al-syukru ‘alaynā Mā da‘ā lillāhi dā‘

Dan wajiblah kita mengucap syukur Di mana seruan adalah kepada Allah

صلى الله على محمد ۰۞۰ صلى الله عليه وسلم

صلى الله على محمد ۰۞۰ يا رب صل وسلم

Rabu, 07 Oktober 2020

MABADI FIQIH BAB SHOLAT

Bab Sholat

قَالَ تَعَالَى ِإنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا
Allah berfirman: sesungguhnya sholat itu kewajiban yang terjadwal bagi orang-orang mukmin

َوقال تعالى حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوْا لِلهِ قَانِتِيْن
dan Allah berfirman: jagalah sholat-sholat dan sholat wustho dan berdirilah kepada Allah dengan patuh

َّوقال صلى الله عليه وسلم خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ مَنْ أَتَى بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئاً اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِن كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ اَنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يَاْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِِ عَهْدٌ اِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَاِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ
dan nabi SAW bersabda: lima sholat yang allah wajibkan kepada hamba, barangsiapa melakukannya dan tidak menyia-nyiakannya karena meremehkan hak-hak nya maka ia memiliki janji disisi Allah untuk Ia masukan surga, dan barangsiapa yang tidak mendatanginya maka ia tidak memiliki janji di sisi Allah, jika Allah menghendaki Allah akan menyiksanya, dan jika Allah menghendaki Allah akan mengampuninya 

ْشُرُوْطِ وُجُوْبِ الصَّلَاةِ(1) الْاِسْلَامُ (2) وَاْلعَقْلُ (3) وَالتَّمْيِيْزُ لقوله صلى الله عليه وسلم رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَعْقِلُ (4) وَالنَّقَاءُ مِنَ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ
syarat-syarat wajib sholat: (1) islam (2) berakal (3) tamyiz karena sabda nabi SAW: pena di angkat dari tiga orang: dari orang yang tidur sampai bangun, dari anak kecil sampai baligh dan dari orang gila sampai berakal (4) suci dari haid dan nifas

صَلَاةُ الصَّبِيِّ: يُؤْمَرُ الصَّبِيُّ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعٍ وَيُضْرَبُ عَلَى تَرْكِهَا لِعَشْرٍ لقوله صلى الله عليه وسلم مُرُوْ ا اَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ الْحَدِيْثَ

sholat anak kecil: anak kecil diperintah sholat saat umur tujuh, dan dipukul karena meninggalkan sholat saat umur 10, karena sabda nabi SAW perintahkan anak kalian sholat ketika umur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika umur sepuluh


شُرُوْطُ صِحَّةِ الصَّلَاةِ (1) طَهَارَةُ الْبَدَنِ مِنَ الْحَدَثَيْنِ وَطَهَارَةُ الْبَدَنِ وَالثَّوْبِ وَالْمَكَانِ مِنَ الْخَبَثِ لقوله صلى الله عليه وسلم لَا يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طَهُوْرٍ (2) سَتْرُ الْعَوْرَةِ لقوله صلى الله عليه وسلم إِذَا صَلَّيْتَ فِيْ ثَوْبٍ وَاحِدٍ فَإِنْ كَانَ وَاسِعًا فَالْتَحِفْ بِهِ وَإِنْ كَانَ ضَيِّقًا فَاتَّزِرْ بِهِ وقوله صلى الله عليه وسلم لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةَ حَائِضٍ إِلَّا بِخِمَارٍ (3) مَعْرِفَةُ دُخُوْلِ الْوَقْتِ فَإِنْ جَهَلَهُ وَجَبَ الْاِجْتِهَادُ وَالتَّحَرِّى لقوله صلى الله عليه وسلم صَلُّوْا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا (4) اِسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ لقوله تعالى فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ وقوله صلى الله عليه وسلم فَاِذَا قُمْتَ اِلَى الصَّلَاةِ فَاَسْبِغِ الْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ


syarat-syarat sahnya sholat: (1) sucinya badan dari dua hadas sucinya badan dan baju dan tempat dari najis karena sabda nabi SAW Allah tidak menerima sholat yang tanpa bersuci (2) menutupi aurat karena sabda nabi SAW jika kamu sholat dengan satu baju dan jika baju itu luas maka pakailah selimut, dan jika sempit maka pakailah sarung, dan sabda nabi SAW Allah tidak menerima sholat orang yang sudah haid kecuali dengan kerudung (3) mengetahui masuknya waktu , jika ia tidak mengetahui maka wajib berijtihad dan meneliti karena sabda SAW: sholatlah karena waktunya (4) menghadap kiblat, karena firman Allah: maka hadapkan lah wajahmu ke arah masjidil haram , dan dimanapun kamu berada maka arahkan wajahmu ke arahnya, dan sabda nabi: jika kalian sholat maka sempurnakanlah wudlu, lalu menghadaplah kiblat, lalu takbirlah


أَرْكَانُ الصَّلَاةِ

rukun-rukun sholat

١. النِّيَةُ لقوله صلى الله عليه وسلم اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَيُشْتَرَطُ مُقَارَنَتُهَا لِأَيِّ جُزْءٍ مِنْ أَجْزَاءِ تَكْبِيْرَةِ الْاِحْرَامِ

Niat karena sabda nabi SAW sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan di syaratkan bersamanya niat dengan takbiratul ihram

٢. الْقِيَامُ فِي الْفَرَائِضِ لِلْقَادِرِ عَلَيْهِ لقوله تعالى وَقُوْمُوْا لِلهِ قَانِيْتِيْنَ وفوله صلى الله عليه وسلم صَلِّ قَائِمًا فَاِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَاِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ فَاِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَمُسْتَلْقِيًا لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا

 Berdiri di sholat fardlu bagi yang mampu karena firman Allah dan berdirilah karena Allah dengan khusyu’ , dan karena sabda nabi: sholatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu maka dengan duduk, jika kamu tidak mampu maka dengan berbaring, jika kamu tidak mampu maka dengan terlentang, Allah tidak menyuruh seseorang kecuali semampunya

٣. تَكْبِيْرَةُ الْاِحْرَامِ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ لقوله تعالى وَرَبُّكَ فَكَبِّرْ وقوله صلى الله عليه وسلم مِفْتَاحُ الصَّلاَة ِالطُّهُوْرُ وَتَحْرِيْمُهَا  التَّكْبِيْرُ وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيْمُ
takbiratul ihram dengan suara yang ia dengarkan, karena firman Allah : dan besarkan tuhanmu, dan sabda nabi SAW kunci sholat adalah bersuci, dan permulaanya adalah takbir dan akhirnya adalah salam

٤. قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ وَالْبَسْمَلَةِ اَيَةٌ مِنْهَا لفوله صلى الله عليه وسلم لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ اْلِكَتابِ وقوله صلى الله عليه وسلم اِذَا قَرَأْتُمُ الْحَمْدَ فَاقْرَؤُا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِنَّهَا اُمُّ الْقُرْاَنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ المَثَانِي وَبِسْمِ اللِه الرَّحْْمَنِ الرَّحِيْمِ اِحْدَى  اَيَاتِهَا
membaca fatihah dan basmallah adalah termasuk ayat fatihah dan karena sabda nabi SAW: tiada sholat bagi seorang yang tidak baca fatihah, dan sabda nabi SAW jika kalian baca alhamdu maka bacalah bismillahirrohmanirrohim, sesungguhnya bismillah itu ibu alquran dan ibu kitab dan tujuh yang diulang-ulang dan bismillah itu salah satu ayatnya

٥. الرُّكُوْعُ وَالطُّمَأْنِيْنَةُ فِيْهِ لقوله صلى الله عليه وسلم اِرْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
rukuk dan tenang di ruku’ karena sabda nabi SAW rukuklah sampai kamu tenang dalam keadaan ruku’

٦. الْاِعْتِدَالُ وَالطُّمَاْنِيْنَةُ فِيْهِ لقوله صلى الله عليه وسلم اِرْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلِ قَائِمًا
i’tidal dan tenang di dalam i’tidal karena sabda nabi SAW: angkatlah sampai kamu i’tidal dalam keadaan berdiri

٧. السُّجُوْدُ مَرَّتَيْنِ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مَعَ الطُّمَأْنِيْنَتُ لقوله صلى الله عليه وسلم اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
sujud dua kali di setiap rokaat serta tenang karena sabda nabi SAW sujudlah sampai kamu tenang dalam keadaan sujud

٨. الْجُلُوْسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ لقوله صلى الله عليه وسلم اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا

duduk diantara dua sujud karena sabda nabi SAW bangunlah sampai kamu tenang dalam keadaan duduk

٩. الْجُلُْسُ لِلتَّشَهُّدِ الْأَخِيْرِ 

١٠. وَالتَّشَهُّدُ فِيْهِ

١١. وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ فِيْ التَّشَهُّدِ الْاَخِيْرِ
duduk untuk tasyahud akhir , dan tasyahud dalam tasyahud akhir dan bershalawat bagi nabi di tasyahud akhir

١٢ التَّسْلِيْمَةُ الْأُوْلَى
salam yang pertama

١٣ ترتيب

الْأَذَانُ وَالْإِقَامَةُ: سُنَّةٌ فِيْ السَّفَرِ وَالْحَضَرِ لِلصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَةِ لقوله تعالى إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ وقوله صلى الله عليه وسلم إِذَا حَضَرَةِ الصَلَاةِ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ اَحَدُكُمْ
adzan dan iqomah itu sunnah di perjalanan dan di rumah untuk sholat fardlu karena firman Allah jika dikumandangkan sholat, dan sabda nabi: jika shalat telah hadir maka hendaknya salah seorang kalian mengimami kalian

وَلَا يَصِحُّ إِلَّا بَعْدَ دُخُوْلِ الْوَقْتِ إِلَّا فِي الصُّبْحِ فَإِنَّ لَهُ أَذَانَيْنِ أَحَدُهُمَا مِنْ نِصْفِ اللَّيْلِ وَثَانِيْهِمَا بَعْدَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ
adzan tidak sah kecuali setelah masuknya waktu kecuali di subuh karena subuh memiliki dua adzan salah satunya di pertengahan malam, yang kedua setelah terbitnya fajar

سُنَنُ الصَّلاَةِ
SUNNAH-SUNNAH SHOLAT

(1) الْقُنُوْتُ فِي اِعْتِدَلِ الرَّكْعَةِ الاَخِيْرَةُ مِنَ الصُّبْحِ وَمِنْ وِتْرِ النِّسْفِ الثَّانِيْ مِنْ رَمَضَانَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ القُنُوْتِ وَالْقِيَامُ لِلْجَمِيْعِ
qunut di i’tidal rakaat yang akhir subuh dan witir pertengahan kedua bulan ramadlan dan sholawat serta salam kepada nabi dan keluarganya dan sahabatnya di qunut dan berdiri di semua qunut

(2) التَّشَهُّدُ الْأَوَّلُ فِي الثُّلَاثِيَّةِ وَالرُّبَاعِيَّةِ وَالْجُلُوْسُ لَهُ وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ بَعْدَ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ
tasyahud pertama di sholat ketiga dan keempat dan duduk dan sholawat kepada nabi setelah tasyahud pertama

هَيْئَاتُ الصَّلَاةِ
HAIAT-HAIAT SHOLAT

(١) رَفَعَ الْيَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيْرَةِ الْاِحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوْعِ وَعِنْدَ الرَّفْعِ مِنْهُ وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ
mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram dan ketika ruku’ dan ketika bangun dari ruku’ dan ketika berdiri dari tasyahud pertama

(٢) وَضَعَ الْيَمِيْنِ عَلَى كُوْعِ الشِّمَالِ
meletakkan tangan kanan di pergelangan tangan kiri

(٣) دُعَاءُ الْاِفْتِتَاحِ بَعْدَ تَكْبِيْرَةُ الْاِحْرَامِ
doa iftitah setelah takbiratul ihram

(٤) التَّعَوُّذُ
membaca taawudz

(٥) التَّاْمِيْنُ
membaca amin

(٦) قِرَاءَةُ سُوْرَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ
membaca surat setelah fatihah

(٧) الْجَهْرُ فِي مَوْضِعَهُ وَالْاِسْرَارِ فِي مَوْضِعَهِ
keras di tempatnya dan pelan di tempatnya

(٨) تَكْبِيْرَاتُ الْاِنْتِقَالِ
takbir perpindahan

(٩) التَّسْبِيْحُ لِلْاِعْتِدَالُ
tasbih setelah i’tidal

(١٠) التَّسْبِيْحُ فِي الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ
tasbih di ruku’ dan sujud

(١١) وَضْعُ يَدَيْهِ فِي التَّشَهُّدِ عَلَى فَخِذَيْهِ نَاشِرًا يُسْرَاهُ قَابِضًا يُمْنَاهُ اِلَّا الْمُسَبِّحَةَ
meletakkan kedua tangannya ketika tasyahud di atas kedua pahanya seraya melebarkan tangan kirinya seraya menggenggam tangan kanannya kecuali telunjuk

(١٢) الْاِفْتِرَاشُ فِي جَمِيْعِ الْجَلِسَاتِ
duduk iftirasy di setiap duduk

(١٣) التَّوَرُّكُ فِي الْجَلِسَةِ الْاَخِيْرَةِ
duduk tawaruk di duduk akhir

(١٤) التَّسْلِيْمَةُ الثَّانِيَةُ
salam yang kedua

(١٥) نِيَّةُ الْخُرُوْجِ مِنَ الصَّلَاةِ
niat keluar dari sholat

مُبْطِلاَتُ الصَّلَاةِ
PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN SHOLAT

(1) الْكَلَامُ الْعَمْدُ لقوله صلى الله عليه وسلم إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاِس إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيْحُ وَالتَّكْبِيْرُ وَقِرَاءَةِ الْقُرْاَنِ
berbicara dengan sengaja karena sabda nabi SAW: sesungguhnya shalat ini itu tidak layak ucapan manusia di dalamnya, sesungguhnya shalat itu tasbih, takbir dan membaca al quran

(2) الْعَمَلُ الْكَثِيْرُ لقوله صلى الله عليه وسلم فِي مَسِّ الْحَصَى : إِنْ كُنْتَ فَاعِلًا فَمَرَّةً وَاحِدَةً
pekerjaan yang banyak karena sabda nabi SAW : tentang memegang krikil jika kau melakukan maka satu kali

(3) وَالْقَهْقَهَةُ وَمِثْلُهَا الْبُكَاءُ وَالْاَنِيْنَ والتَّنَحْنُحُ إِنْ ظَهَرَ مِنْ ذَلِكَ حَرْفٌ لَهُ مَعْنًى اَوْ حَرْفَانِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمَا مَعْنًًى
terbahak bahak dan seperti itu adalah menangis , merintih, berdahak jika keluar satu huruf yang mempunyai makna atau dua huruf walaupun tidak memiliki makna

(4) الْأَكْلُ وَالشُّرْبُ عَمْدًا كَثِيْرًا كَاَن أَوْ قَلِيْلًا أَوْ كَثِيْرًا وَإِنْ كَانَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا
makan dan minum secara sengaja, banyak atau sedikit, atau banyak walaupun secara lupa atau tidak mengerti

(5) تَرْكُ رُكْنٍ مِنْ أَرْكَانِهَا أَوْ فَوَاتُ شَرْطٌ مِنْ شُرُوْطِهَا
meninggalkan suatu rukun dari rukun-rukun shalat atau kehilangan suatu syarat dari syarat-syarat sholat

قَضَاءُ الْفَوَائِتِ
MENGQODLO SHOLAT YANG TERTINGGAL

(1) مَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَجَبَ عَلَيْهِ قََضَاءُهَا مَتَى تَذَكَّرَهَا فَوْرًا
barang siapa meninggalkan shalat tanpa udzur maka wajib menqodlo(mengganti) shalat, ketika ia ingat secara langsung

(2) وَأَعْذَارُ الصَّلَاةِ هِيَ النَّوْمُ وَالنِّسْيَانُ
udzur-udzur shalat itu tidur dan lupa

(3) وَيَجِبُ قَضَاءُ الْفَوَائِتِ فَاِنْ كَانَ مُسَافِرًا وَفَاتَتْهُ صَلَاةٌ رُبَاعِيَّةٌ قَضَاهَا رَكْعَتَيْنِ فِي السَّفَرِ لَا فِي الْحَضَرِ فَاِنَّهُ يَتِمُّهَا
wajib menqodlo shalat, jika ia musafir dan meninggalkan sholat empat rakaat maka ia menqodlo dua rakaat di perjalanan, tidak di rumah, maka ia menyempurnakan shalat

وَ اِنْ كَانَ مُقِيْمًا وَفَاتَتْهُ الصَّلَاةُ فِي الْحَضَرِ قَضَاهَا أَرْبَعًا وَلَوْ كَانَ الْقَضَاءُ فِي السَّفَرِ
dan jika ia mukim dan meninggalkan sholat di rumah maka ia menqodlo empat walaupun qodlo’nya di perjalanan

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ : فَرْضُ كِفَايَةٍ لقوله تعالى وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ
shalat jamaah itu fardlu kifayah karena firman Allah: dan jika engkau dengan sahabat lalu engkau mendirikan shalat maka hendaknya suatu kelompok berdiri bersamamu

وقال صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ الْجَمَاعَةِ أََفْضَلُ مِنْ صَلَاِة الْفَذِّ بِسَبْعِ وَعِْرِيْنَ دَرَجَةً
dan nabi SAW bersabda: sholat jamaah itu lebih baik dari sholat sendiri , terpaut dua puluh derajat

مَا تُدْرُكُ بِهِ الرَّكْعَةُ :  تُدْرَكُ الرَّكْعَةُ بِإِدْرَاكِ الرُّكُوْعِ لقوله صلى الله عليه وسلم إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ ِإلَى الصَّلَاةِ وَنَحْنُ سُجُوْدٌ فَاسْجُدُوْا وَلَا تَعُدُّوْهَا شَيْئًا وَمَنْ أَدْرَكَ الرُّكُوْع َفَقَدْ اَدْرَكَ الرَّكْعَةَ
perkara untuk menemui rakaat: rakaat di temui dengan menemui rukuk karena sabda nabi SAW jika salah seorang di antara kalian datang ke shalat dan kita dalam keadaan sujud maka sujudlah dan jangan dihitung, dan barang siapa menemui rukuk maka ia menumui rakaat

شُرُوْطُ صِحَّةِ الْجَمَاعَةِ

SYARAT SAH JAMAAH

(1) نِيَّةُ الْاِقْتِدَاءِ
niat mengikuti

(2) الْعِلْمُ بِصَلَاِة الْاِمَامِ وَلَوْ بِوَاسِطَةٍ
mengetahui shalatnya imam walaupun dengan perantara

(3) اَنْ لَا يَتَقَدَّمَ الْمَأْمُوْمُ عَلَى الْإِمَامِ
hendaknya makmum tidak mendahului imam

(4) اَنْ يَقْرُبَ مِنَ الْاِمَامِ فِي غَيْرِ الْمَسْجِدِ ثَلَاثَمِائَةٍ ذِرَاءٍ فَأَقَلَّ وَأَنْ لَا يَحُوْلَ بَيْنَهُمَا حَائِلٌ
hendaknya makmum mendekat ke imam di selain masjid 300 dzira atau kurang, dan hendaknya tiada penghalang antara keduanya