Jumat, 29 Mei 2020

Qodho atau serta fidyah

Qodho atau serta fidyah


Bolehnya wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa di Bulan Ramadhan hanya ditetapkan berdasarkan ijma' para ulama. 

Kondisi wanita hamil yang disebut Alquran seperti "wahnan 'ala wahnin" (lemah yang bertambah-tambah) membuat para ulama membolehkan mereka untuk membatalkan puasa. Apalagi kondisinya bisa membahayakan bayi atau ibu hamil.
 
Konsekwensinya, karena tidak ditemui adanya nash dari Alquran maupun hadis-hadis Nabi SAW yang secara sharih (jelas) membolehkan wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa, hal ini berdampak pula pada cara mengqadha puasa yang mereka tinggalkan. Bagaimana cara menggantinya?
 
Dalam hal mengqadha puasa Ramadhan ini, ulama berbeda pendapat. Para ulama ada yang mewajibkan qadha saja tanpa perlu membayar fidyah. 

Pendapat kedua, ulama berpendapat hanya membayarkan fidyah saja tanpa perlu mengqadha puasa. 

Ketiga, ada pula ulama yang mewajibkan qadha dan ditambah fidyah sekaligus.
 
Pendapat pertama, ulama yang mengatakan hanya perlu mengqadha Saja tanpa fidyah mengqiyaskan hukumnya kepada orang sakit. Sebab, kondisi wanita hamil dan menyusui yang lemah mirip sekali dengan orang yang sakit. Sedangkan qadha bagi orang yang sakit adalah mengganti puasanya di hari lain di luar Ramadhan. 
 
Ulama yang memakai pendapat ini adalah mazhab Hanafi dari Abu Hanifah, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur. Para ulama ini berdalil dengan firman Allah SWT, "(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. 

Maka, jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (QS al-Baqarah [2]: 184).
 
Pendapat kedua, mengatakan qadha bagi wanita hamil dan menyusui hanya fidyah saja. Pendapat ini dipakai di kalangan ulama seperti; Ibnu Umar dan Ibnu Abbas. Mereka mengqiyaskan kondisi wanita hamil dan menyusui dengan orang-orang yang lanjut usia, atau kalangan mereka yang tidak sanggup melaksanakan puasa. 

Ulama ini berdalil dengan firman Allah SWT, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. (QS al-Baqarah [2]: 184 )

Kondisi ibu hamil atau orang yang menyusui lebih dekat qiyasnya kepada orang lanjut usia. Jika mereka tidak berpuasa di bulan Ramadhan sebab mengkhawatirkan kondisi dirinya ataupun bayinya, maka harus membayar Fidyah tanpa perlu mengqadha.
 
Sedangkan pendapat ketiga, wanita hamil dan menyusui yang meninggalkan puasa Ramadhan wajib mengqadha sekaligus membayar fidyah. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. 

Menurut dia, kondisi wanita hamil dan menyusui serupa dengan orang sakit dan juga orang yang terbebani dalam melakukan puasa. Jadi, Imam Syafi'i menggabungkan dua pendapat di atas.

Apabila mereka tidak berpuasa di bulan Ramadhan, maka mereka harus membayar qadha dan fidyah juga. Pendapat ini menggabungkan dua dalil dari ayat yang disebutkan diatas. 
 
Jika alasan meninggalkan puasa bagi ibu hamil karena khawatir dengan kondisi bayinya, maka ia wajib qadha dan fidyah sekaligus. Namun, jika alasannya tak berpuasa hanya karena mengkhawatirkan dirinya saja, atau dirinya dan bayinya, maka ia hanya perlu mengqadha puasa saja tanpa membayar fidyah. 
 
Sedangkan mazhab Maliki punya pendapat lain. Menurutnya, bagi wanita hamil cukup mengqadha saja. Sedangkan bagi wanita yang menyusui harus mengqadha dan membayar fidyah. Mereka berpendapat, kondisi wanita hamil dan menyusui berbeda. Jadi mereka juga dibedakan dari segi hukumnya. 

Menurut mazhab Maliki, Wanita hamil lebih dekat diqiyaskan hukumnya kepada orang sakit. Sedangkan wanita menyusui qiyasnya mencakup dua kondisi, yaitu orang sakit sekaligus orang yang terbebani melakukan puasa. Apabila ia tidak berpuasa di bulan Ramadhan, maka ia wajib membayar qadha’ dan juga fidyah.
 
Lantas, manakah pendapat yang paling kuat? Ulama Indonesia banyak yang mengambil pendapat ketiga sebagai langkah ihtiyath (kehati-hatian). 

Bagi mereka yang punya kelapangan waktu dan harta tentu lebih baik bagi mereka untuk menjalankan pendapat yang ketiga. Disamping membayarkan fidyah untuk membantu fakir miskin, mereka bisa pula berpuasa dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT. 

Hukum telat qadha puasa sampai datang Ramadhan berikutnya tiba

Hukum telat qadha puasa sampai datang Ramadhan berikutnya tiba

Allah ta‘ala mewajibkan puasa bagi setiap orang yang memenuhi syarat puasa. Mereka yang terlanjur membatalkan puasanya di bulan Ramadhan karena sakit dan lain hal, harus mengganti di bulan yang lain. Adapun orang yang membatalkan puasanya demi orang lain seperti ibu menyusui atau ibu hamil dan orang yang menunda qadha puasanya karena kelalaian hingga Ramadhan tahun berikutnya tiba mendapat beban tambahan. Keduanya diwajibkan membayar fidyah di samping mengqadha puasa yang pernah ditinggalkannya.

 والثاني الإفطار مع تأخير قضاء) شىء من رمضان (مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر) لخبر من أدرك رمضان فأفطر لمرض ثم صح ولم يقضه حتى أدركه رمضان آخر صام الذي أدركه ثم يقضي ما عليه ثم يطعم عن كل يوم مسكينا رواه الدارقطني والبيهقي فخرج بالإمكان من استمر به السفر أو المرض حتى أتى رمضان آخر أو أخر لنسيان أو جهل بحرمة التأخير. وإن كان مخالطا للعلماء لخفاء ذلك لا بالفدية فلا يعذر لجهله بها نظير من علم حرمة التنحنح وجهل البطلان به. واعلم أن الفدية تتكر بتكرر السنين وتستقر في ذمة من لزمته. 

Artinya, “(Kedua [yang wajib qadha dan fidyah] adalah ketiadaan puasa dengan menunda qadha) puasa Ramadhan (padahal memiliki kesempatan hingga Ramadhan berikutnya tiba) didasarkan pada hadits, ‘Siapa saja mengalami Ramadhan, lalu tidak berpuasa karena sakit, kemudian sehat kembali dan belum mengqadhanya hingga Ramadhan selanjutnya tiba, maka ia harus menunaikan puasa Ramadhan yang sedang dijalaninya, setelah itu mengqadha utang puasanya dan memberikan makan kepada seorang miskin satu hari yang ditinggalkan sebagai kaffarah,’ HR Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi. 
Di luar kategori ‘memiliki kesempatan’ adalah orang yang senantiasa bersafari (seperti pelaut), orang sakit hingga Ramadhan berikutnya tiba, orang yang menunda karena lupa, atau orang yang tidak tahu keharaman penundaan qadha. Tetapi kalau ia hidup membaur dengan ulama karena samarnya masalah itu tanpa fidyah, maka ketidaktahuannya atas keharaman penundaan qadha bukan termasuk uzur. Alasan seperti ini tak bisa diterima; sama halnya dengan orang yang mengetahui keharaman berdehem (saat shalat), tetapi tidak tahu batal shalat karenanya. 

Asal tahu, beban fidyah itu terus muncul seiring pergantian tahun dan tetap menjadi tanggungan orang yang yang berutang (sebelum dilunasi),” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja ala Safinatin Naja, Surabaya, Maktabah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan, tanpa tahun, halaman 114). 
Dari keterangan Syekh Nawawi Banten ini, kita dapat melihat apakah ketidaksempatan qadha puasa hingga Ramadhan berikutnya tiba disebabkan karena sakit, lupa, atau memang kelalaian menunda-tunda. Kalau disebabkan karena kelalaian, tentu yang bersangkutan wajib mengqadha dan juga membayar fidyah sebesar satu mud untuk satu hari utang puasanya. Sebagaimana diketahui, satu mud setara dengan 543 gram menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Sementara menurut Hanafiyah, satu mud seukuran dengan 815,39 gram bahan makanan pokok seperti beras dan gandum.

*****

Kalangan Syafiiyah berpendapat bila pengakhiran qadha puasa tersebut sebab adanya udzur yang ISTIMROOR terus menerus baginya cukup mengqadha puasa tanpa menyertakan membayar fidyah.

- Al-Iqnaa’ Li as-Syarbiiny I/243 :

ومن أخر قضاء رمضان مع إمكانه حتى دخل رمضان آخر لزمه مع القضاء لكل يوم مد لأن ستة من الصحابة رضي الله عنهم قالوا بذلك ولا مخالف لهم ويأثم بهذا التأخير قال في المجموع ويلزمه المد بدخول رمضان أما من لم يمكنه القضاء لاستمرار عذره حتى دخل رمضان فلا فدية عليه بهذا التأخير

Barang siapa yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal berkesempatan mengqadhanya hingga memasuki ramadhan yang lain (ramadhan berikutnya) wajib baginya disetip hari yang pernah ia tinggalkan satu MUD (677 gram) karena enam shahabat nabi menyatakan masalah ini dan tidak ada perbedaan diantara mereka, dan ia berdosa sebab mengakhirkannya.

Imam Nawawy berkata dalam kitab ‘alMajmuu’ : Dan wajib baginya satu Mud sebab mengakhirkannya hingga masuk ramadhan berikutnya, sedang bagi yang tidak berkesempatan mengqadhainya karena udzurnya yang terus berlangsung hingga memasuki ramadhan berikutnya maka tidak berkewajiban membayar fidyah (sehari satu mud) sebab pengakhiran qadhanya.

Apakah ada yang berpendapat tidak perlu mengqodo' ? 

Ada, yaitu pendapat Ibn Abbas, Ibn Umar, Sa’id Bin Jubir dan Qataadah yang menyatakan : “Puasa yang dijalani, puasa yang telah lewat fidyahnya dibayari dan tidak ada qadha puasa lagi.

- Al-Majmuu’ alaa Syarh alMuhaddzab VI/366 :

{ فرع } في مذاهب العلماء في من أخر قضاء رمضان بغير عذر حتى دخل رمضان آخر

قد ذكرنا ان مذهبنا انه يلزمه صوم رمضان الحاضر ثم يقضى الاول ويلزمه عن كل يوم فدية وهى مد من طعام وبهذا قال ابن عباس وابو هريرة وعطاء بن أبي رباح والقاسم بن محمد والزهرى والاوزاعي ومالك والثوري واحمد واسحق الا ان الثوري قال الفدية مدان عن كل يوم وقال الحسن البصري وابراهيم النخعي وابو حنيفة والمزني وداود يقضيه ولا فدية عليه أما إذا دام سفره ومرضه ونحوهما من الاعذار حتى دخل رمضان الثاني فمذهبنا انه يصوم رمضان الحاضر ثم يقضى الاول ولا فدية عليه لانه معذور وحكاه ابن المنذر عن طاوس والحسن البصري والنخعي وحماد بن ابى سليمان والاوزاعي ومالك واحمد واسحق وهو مذهب ابى حنيفه والمزنى وداود قال ابن المنذر وقال ابن عباس وابن عمر وسعيد بن جبير وقتادة يصوم رمضان الحاضر عن الحاضر ويفدى عن الغائب ولا قضاء عليه


*****



Kamis, 28 Mei 2020

Doa Doa dalam Al Quran Bagian 3

Doa-Doa Untuk Segala Permintaan
- Doa untuk kedua orang tua
 }رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا {
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al Isra’ 24)

- Doa untuk kebaikan saat masuk atau keluar dari pekerjaan
 }رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا {
"Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al Isra’ 80-81)

Doa meminta tempat domisili baru
 }رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا {
"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau".(QS. Al Nisa’ 75)

Doa meminta rahmat
{ رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا }
 “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al Kahfi 10)

- Doa meminta ampunan dan keteguhan
{ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ }
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Ali Imran 147)
Doa meminta kebaikan dunia-akhirat
{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".(QS. Al Baqarah 201)
Doa agar tidak diberi beban berat
{ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ () رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ }
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al Baqarah 285-286)

Doa agar hidayah tidak dicabut
{ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ }
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran 8)

Doa menjawab panggilan iman
{ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ () رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ () رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا () وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ () رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ }
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.  Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran 191-194)

Doa meminta ampunan dan rahmat
{ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ }
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minun 109)

Doa terhindar dari siksa neraka
{ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا () إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا }
"Ya Tuhan kami, jauhkan adzab Jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al Furqan 65-66)

Doa untuk keluarga
{ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا }
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan 74)

Doa meminta ampunan bagi para pendahulu
{ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ }
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al Hasyr 10)

Doa meminta cahaya di akhirat
{ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ }
"Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al Tahrim 8)

Doa meminta ampunan dosa
{ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran 16)

Doa agar terhindar dari orang dzalim
{ رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ }
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". (QS. Al A’raf 47)

Doa meminta ilmu pengetahuan
{ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا }
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(Thaha 114)

Doa meminta ampunan dan rahmat
{ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ }
"Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." (QS. Al Mu’minun 118)

Doa meminta perlindungan dari gangguan syetan dan sihir.
{ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ () وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ }
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (QS. Al Mu’minun 97-98)

أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ () مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ () وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ () وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ () وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ()

أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ () مَلِكِ النَّاسِ () إِلَهِ النَّاسِ () مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ () الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ () مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ()

Selesai

Doa Doa dalam Al Quran Bagian 2

Doa Nabi Musa As
Nabi Musa adalah saudara Nabi Harun. Nasabnya adalah Musa bin Imran bin Qahits bin ‘Azir bin Lawa bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya 2/3).

Kisah Nabi Musa merupakan salah satu kisah yang sering disebut di dalam Al Quran, terutama yang berhubungan dengan Raja Firaun (Ramsess II) dan umat Yahudi atau Bani Israil. Keterkaitan kedua kisah ini dikarenakan orang-orang Yahudi dijadikan budak oleh Firaun di Mesir, sementara Nabi Musa diutus untuk membawa kembali orang-orang Yahudi ke negara mereka.

Diantara doa Nabi Musa adalah:
- Doa agar ucapan dimengerti orang lain
{ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي () وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي () وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي ()يَفْقَهُوا قَوْلِي }
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha 25-28)

- Doa meminta ampunan
{ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي }
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Qashash 16)

- Doa agar terhindar dari fitnah
{ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ () وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ }
“Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir." (QS. Yunus 85-86)

- Doa meminta kebaikan
{ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ }
"Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al Qashash 24)

- Doa meminta petunjuk
{ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ () عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ }
"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu". Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdo`a (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar". (QS. Al Qashash 21-22)

Doa Nabi Yunus As
Nabi Yunus bin Matta adalah keturunan nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Dalam surat Al Anbiya 87 Allah menyebutnya dengan Dzun Nun karena ia ditelan oleh ikan besar. Kisahnya disebutkan dalam surat (QS. Shaffat 139-148):

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian (sehingga dilempar ke dala laut). Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.  Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.“ 

Doa Nabi Yunus tersebut adalah:
{ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي  كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ }
"Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah mengabulkan do`anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”


Doa Nabi Ayyub As
Nabi Ayyub adalah putra Amush bin Razah bin Aishu bin Ishaq bin Ibrahim As (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya 1/360). Ia adalah orang tua Nabi Dzul Kifli.

Nabi Ayyub sedia kalanya adalah seorang nabi yang kaya, harta berlimpah, tanah, hewan ternak, dan dikaruniai putra yang banyak. Tetapi kemudian ia diberi ujian oleh Allah dengan sebuah penyakit, satu persatu hartanya habis hingga raganya pun tak tersisa kecuali hati dan mulut yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Semua orang mengasingkannya karena takut tertular penyakitnya, kecuali istrinya sendiri Liya binti Mansa bin Yusuf bin Ya’qub. Suatu hari istrinya berkata: Seandainya engkau berdoa kepada Tuhan mu, niscaya Ia akan menyembuhkanmu. Nabi Ayyub menjawab: “Saya sudah 70 tahun hidup dalam keadaan sehat. Apakah saya tidak mempu bersabar dengan penyakit selama 7 tahun saja?” (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya 1/363). Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya setelah berdoa:
}أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ {  
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al Anbiya’ 83)

Doa Nabi Sulaiman As
Nabi Sulaiman, yang juga seorang raja, adalah putra Nabi Dawud bin Isya bin Uwaid bin Abir bin Salmun bin Takhsyun bin Umaina Adab bin Irami bin Hasrun bin Farish bin Yahudza bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya 2/284). Nabi Sulaiman lah yang pertama membangun Masjid Al Aqsha di Baitul Maqdis Palestina pada masa tahun ke empat setelah ia diangkat menjadi raja, pada waktu usianya yang masih muda 17 tahun (Tafsir Nawawi 2/193).

Di dalam Al Quran (QS. Al Naml 16) dikisahkan: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Anugerah bagi Nabi Sulaiman ini diawali dengan doa:
}رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ {  
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (Shad 35)

Kendatipun demikian, Nabi Sulaiman tidak terlena dalam anugerah kekayaannya tersebut. Justru Ia semakin memperbanyak syukur kepada Allah yang maha pemberi rezeki. Doa yang ia panjatkan adalah:
{ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ }
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tua, ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS. Al Naml 19)

Doa Nabi Zakariya As
Nabi zakariya adalah putra Barkhiya bin Bil’athah bin Nahur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inamin bin Rahi’am bin Sulaiman bin Dawud As (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya 2/348). Nabi Zakariya dan putranya, Nabi Yahya, merupakan salah satu diantara nabi-nabi yang diutus untuk umat Yahudi.

Nabi Zakariya berdoa kepada Allah agar dikaruniakan seorang putra. Karena hingga usia lanjut beliau belum memiliki putra. Dalam riwayat Ibnu Abbas, Nabi Zakariya dianugrahi putra saat berusia 120 tahun dan istrinya berusia 89 tahun (Tafsir Al Alusi 3/21). Doa beliau adalah:
{ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ }
"Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan do`anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.” (QS. Al Anbiya’ 89)
{ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ }
"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a".(QS. Ali Imran 38)

Doa Nabi Isa As
Nabi Isa adalah utusan terakhir untuk Bani Israil. Ia adalah putra Maryam binti Imran bin Yasyim bin Misya bin Hazqiya bin Ibrahim bin Gharaya bin Nawisy bin Ajir bin Bahuwa bin Nazim bin Muqasit bin Isya bin Iyaz bin Rukhai’im bin Sulaiman bin Dawud As (Tafsir Ibnu Katsir 1/358). Nabi Isa diciptakan oleh Allah tanpa seorang bapak, bahkan kekuasaan Allah lebih tampak ketika menciptakan Nabi Adam yang tanpa bapak dan ibu. Sebagaimana dalam firman Allah:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran 59)

Diantara doa Nabi Isa Adalah:
{ رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ }
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah.” (QS. Ali Imran 53)
}اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآَخِرِنَا وَآَيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ  {
“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezki Yang Paling Utama". (QS. Al Maidah 114)


Bersambung.....
Bagian 3.....

Doa Doa dalam Al Quran Bagian 1

Doa-Doa Dalam Al Quran
Bagian 1

Doa Nabi Adam As

Sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran, ketika Iblis diusir oleh Allah dari surga karena ia tidak mematuhi perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam As, maka Iblis selalu berupaya membujuk Adam untuk memakan buah yang dilarang di dalam surga, yaitu buah khuldi. Iblis tersebut memberi bisikan kepada Nabi Adam dan istrinya, Hawa’, bahwa: “Tuhan kamu tidak melarang dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak manjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (di dalam surga). (QS. Al A’raf 20).”  Keduanya pun tergoda dan memakan buah terlarang tersebut, maka tampaklah kesalahan mereka berdua. Kemudian Allah menyeru kepada mereka: “Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua.” Penyesalan Nabi Adam dan istrinya ini, diungkapkan dalam doa mereka:

{ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ {

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raf 23)


Doa Nabi Nuh As

Nabi Nuh memiliki nama Abdul Ghaffar, ia adalah putra Lamka bin Mutausyilh bin Akhnukh (Nabi Idris As) bin Syits bin Adam (Tafsir Nawawi 1/284). Ia disebut Nuh karena sering mengadu (Arab: Nauh) kepada Allah perihal tingkah laku umatnya yang tidak patuh.

Seperti para rasul lainnya, Nabi Nuh mengajak umatnya untuk tidak menyembah kecuali kepada Allah. Tapi dakwah Nabi Nuh ini ditolak oleh sekelompok umatnya, bahkan berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya berkata: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta" (Hud 27). Nabi Nuh lalu menyampaikan wahyu dari Allah bahwa jika mereka tidak patuh, Allah akan menurunkan adzab pada mereka. Ternyata mereka justru menantang akan turunnya siksa tersebut. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat perahu, saat itu apa yang dilakukan Nabi Nuh ini menjadi bahan tertawaan kaumnya. 

Akhirnya adzab yang berupa banjir bandang itupun datang menenggelamkan daratan yang dihuni Nabi Nuh dan masyarakatnya. Setelah Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat, menurut riwayat Ibnu Abbas sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 laki-laki dan 40 wanita, maka Allah memerintahkan Nabi Nuh membaca doa:

{ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ () وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ {

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim." Dan berdo`alah: "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat."(QS. Al Mu’minun 28-29)

Dan di ayat lain Nabi Nuh berdoa:

{ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا }

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (QS. Nuh 28)


Doa Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim bergelar Khalilullah (kekasih Allah) dan Ab al Anbiya’ (bapak dari seluruh nabi) adalah putra Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Nafi’ bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (Ibnu Katsir, Qashash al Anbiya 1/167). Sementara jarak antara Nabi Nuh dan diutusnya Nabi Ibrahim adalah 2640 tahun, dan diantara keduanya hanya ada dua rasul, yaitu Nabi Hud dan Nabi Shalih (Tafsir Nawawi 2/220). 

Nabi Ibrahim memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dengan Nabi yang lain. Pertama, Nabi Ibrahim sering disebut namanya dalam Al Quran terutama yang berkaitan dengan ritual dan napak tilas ibadah haji. Kedua, Nabi Ibrahim disebut dalam salawat yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, yang dikenal dengan salawat Ibrahimiyah (yang dibaca saat Tahiyat akhir sebelum salam dalam salat). Ketiga, secara khusus Allah memerintahkan meneladani Nabi Ibrahim, dalam firman-Nya:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَه ..... الاية

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...” (QS. Al Mumtahanah 4).

Diantara doa-doa Nabi Ibrahim adalah:

- Doa Nabi Ibrahim setelah membangun Ka’bah

{ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ () رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ }

"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua (Ibrahim dan Ismail) orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah 127-128)

- Doa untuk keturunan dalam hal ibadah

{ رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ () رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ }

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat". (QS. Ibrahim 40-41)

- Doa meminta hikmah

{ رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ () وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ () وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ () وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ }  

"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,  dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh keni`matan. dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Syu’ara’ 83-89)

- Doa meminta keturunan yang shalih

{ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ }

 "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Shaffat 100)

- Doa agar terhindar dari fitnah

{ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ () رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ }

"Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,  "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Mumtahanah 4-5)

- Doa untuk keturunan dalam hal kehidupan di dunia

}رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ () رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ{

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.” (QS. Ibrahim 37-38)

- Doa untuk ketentraman negeri

} رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ {

 “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al Baqarah 126)

{ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ }

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim 35)


Doa Nabi Luth As

Menurut para pakar geneologi (ahli nasab dan keturunan), Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim. Nasabnya adalah Luth bin Haran bin Tarikh (Tafsir Al Alusi 6/247).

Nabi Luth diutus oleh Allah dalam lingkungan masyarakat yang memiliki kelainan dalam seksualitas, yaitu homo seksual atau pecinta satu jenis (gay). Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat Al A’raf 80-82: “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (buruk) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Allah memberi adzab kepada umat Nabi Nuh, termasuk istrinya, dengan menghujankan batu panas dan memberangus kota tersebut. Nabi Nuh berdoa:

{ رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ }

"Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan adzab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu". (QS. Al Ankabut 30)


Doa Nabi Syuaib As

Nabi Syuaib adalah putra Nuwaib bin Aifa bin Madyan bin Ibrahim As (Ibnu Katsir, Qashash Al Anbiya’ 1/275). Nabi Syuaib adalah mertua dari Nabi Musa (QS. Al Qashash 27).

Nabi Syuaib diutus oleh Allah dalam komunitas sebuah umat yang berlaku curang dalam transaksi jual-beli, yaitu mengurangi berat timbangan atau takaran pada barang yang diperjual-belikan. Nabi Syuaib mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah dan berperilaku jujur dalam berjualan, tetapi justru ia diancam oleh kaumnya: “Kami akan mengusir kalian dari kota ini atau kalian kembali ke agama semula” (QS. Al A’raf 88). Kemudian Nabi Syuaib berdoa:

}وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ{

“Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raf 89)

Bersambung.....
Doa Nabi Musa As.....

Jumat, 22 Mei 2020

Hadits Berlindung di masjid

Hadis-hadis ini mengasumsikan bahwa masjid selain berfungsi untuk sarana ibadah dan meningkatkan keimanan, pun  berfungsi sebagai panangkal penyakit atau wabah yang berbahaya. Hadis manakah yang dimaksud? Bagaimana status hadisnya? Apakah shahih sehingga dapat diamalkan atau dhaif sehingga tidak bisa diamalkan? Berikut hadis-hadis yang kami temukan:

HADIS NO. 1

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الأرْضِ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ.

Sesungguhnya apabila Allah ta’ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid.” Hadits riwayat Ibnu Asakir (juz 17 hlm 11) dan Ibnu Adi (juz 3 hlm 232).

KETERANGAN:

Takhrij hadis dan lengkap sanadnya

تاريخ دمشق لابن عساكر (17/ 11)

1999 – خلف بن سعيد بن خلف اللخمي المغربي سمع أبا الحسن علي بن الحسين الأذني روى عنه أبو علي الأهوازي وأظنه سمع منه بدمشق أخبرنا أبو القاسم نصر بن أحمد بن مقاتل أنا جدي أبو محمد نا أبو علي الأهوازي نا خلف بن سعيد بن خلف اللخمي نا أبو الحسن علي بن الحسين القاضي يعني الأذني نا أبو الأزهر صدقة بن منصور بن عبيد الله الكندي نا محمد بن بكار نا زافر بن سليمان عن عبد الله بن أبي صالح عن أنس بن مالك قال قال رسول الله (صلى الله عليه وسلم) إن الله تعالى إذا أنزل عاهة من السماء على أهل الأرض صرفت عن عمار المساجد

شعب الإيمان (4/ 379)

2686 – أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، حَدَّثَنَا أَبُو نَصْرٍ أَحْمَدُ بْنُ سَهْلٍ الْفَقِيهُ بِبُخَارَى، حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَبِيبٍ الْحَافِظُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارٍ، حَدَّثَنَا زَافِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، [ص:380] حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِذَا عَاهَةٌ مِنَ السَّمَاءِ أُنْزِلَتْ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ ” قَالَ الْبَيْهَقِيُّ رَحِمَهُ اللهُ: ” هَذِهِ الْأَسَانِيدُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فِي هَذَا الْمَعْنَى إِذَا ضَمَمْتَهُنَّ إِلَى مَا رُوِيَ فِي هَذَا الْبَابِ، عَنْ غَيْرِهِ أَخذت قُوَّةً وَاللهُ أَعْلَمُ “

الكامل في ضعفاء الرجال لابن عدي – الرشد (5/ 165)

7463 – 7464 – حَدثنا علي بن إسحاق بن زاطيا، وصدقة بن منصور، قالا: حَدثنا مُحمد بن بكار، حَدثنا زافر بن سليمان، عن عَبد الله بن أبي صالح، عن أَنَس بن مالك، قال: قال رسول الله صَلى الله عَليه وسَلم: إذا أنزل الله عَزّ وجَلّ عاهة من السماء على الأرض، صرفت عن عمَّار المساجد.

Titik central hadis ini tertuju pada Zaafir, Ibn ‘Adi mengomentarinya dalam al-Kamilnya:

[عن أنس بن مالك: إذا أنزل اللهُ عزَّ وجلَّ عاهةً من السَّماءِ على الأرضِ صُرِفت عن عُمّارِ المساجدِ

ابن عدي (٣٦٥ هـ)، الكامل في الضعفاء ٤/٢٠٥  •  [فيه] زافر بن سليمان أحاديثه مقلوبة الإسناد مقلوبة المتن وعامة ما يرويه لا يتابع عليه ويكتب حديثه مع ضعفه  •  أخرجه ابن عدي في «الكامل في الضعفاء» (٣/٢٣٣) واللفظ له، وابن عساكر في «تاريخ دمشق» (١٧/١١).

Pada sanad ini terdapat Zaafir ibn Sulaiman hadis-hadis yang diriwayatkannya terbalik-balik sanadnya dan matannnya. Secara umum, hadis yang diriwayatkannya tidak memiliki tabi’ dan hadisnya ditulis dengan menyertakan kedaifannya.

Ibn Hajar menyimpulkan dalam Taqribnya:

صدوق كثير الأوهام ، وذكره في المطالب العالية ، وقال : ضعيف

Shaduq banyak sekali kekeliruan dalam hadisnya, dan menyebutkan dlm Mathalib al-‘Aaliyah dengan sebutan : Ia Dhaif

Model seperti ini ada dua ungkapan:

  1. jika banyaknya jalur, maka bisa naik derajat menjadi hadis hasan lighairih
  2. jika tafarrud, maka hadisnya Munkar

Dalam hal ini, terdapat Ta’lil dari Ibn ‘Adi bahwa Zaafir Ibn Abi Sulaiman sering meriwayatkan hadis-hadis yang gharib dan seringnya memaqlubkan sanad.

Ibn Qaisraani menyatakan dalam kitabnya:

ذخيرة الحفاظ  (1/ 291)

229 – حَدِيث: إِذا أنزل الله عزوجل عاهة من السَّمَاء على أهل الأَرْض، صرفت عَن عُمّار الْمَسَاجِد. رَوَاهُ زَافِر بن سُلَيْمَان: عَن عبد الله بن أبي صَالح، عَن أنس بن مَالك. وَلَا يُتَابع عَلَيْهِ زَافِر بن سُلَيْمَان.

Tidak ada muttabi’ bagi hadisnya Zafir ibn Sulaiman.

Dengan begitu, kedudukan hadis ini adalah Munkar.

HADIS KE-2

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذا أرَادَ الله بِقَوْمٍ عاهةً نَظَرَ إِلَى أهْلِ المَساجِدِ فَصَرَفَ عَنْهُمْ

Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka.” Riwayat Ibnu Adi (juz 3 hlm 233); al-Dailami (al-Ghumari, al-Mudawi juz 1 hlm 292 [220]); Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbihan (juz 1 hlm 159); dan al-Daraquthni dalam al-Afrad (Tafsir Ibn Katsir juz 2 hlm 341).

KETERANGAN

Lengkap hadis ini sebagai berikut:

المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي (1/ 293)

أخبرنا أبو الفرج بن أبي سعد بن على عن أبي الحسين أحمد بن محمد بن أحمد البزان أنا أبو سعد إسماعيل بن أحمد بن إبراهيم الجرجانى ثنا أبو بكر محمد بن أحمد بن حفص الدينورى ثنا محمد بن عبد العزيز بن المبارك الدينورى حدثتنا حُكامة بنت عثمان بن دينار قالت: حدّثنى أبي عن أخيه مالك بن دينار عن أنس به مرفوعًا “إِذَا أراد اللَّه بقومٍ عاهةً نظر إلى أهل المساجد فصرف عنهم”، حُكامة تروى عن أبيها البواطيل ولينظر في بقيّة الإسناد.

Dalam keterangannya dijelaskan bahwa Hukaamah meriwayatkan hadis-hadis yang bathil dari ayahnya.

Kemudian Hadis ini dinilai dhaif Dhaif, Gharib (Munkar) oleh Imam Ibn Katsir menyatakan dengan menukil ucapan Imam al-Daraquthni menyatakan:

الأحاديث الضعيفة والموضوعة التي حكم عليها الحافظ ابن كثير في تفسيره (ص: 204

424 – وقد روى الدارقطني في الأفراد … عن أنس مرفوعا: “إذا أراد الله بقوم عاهة، نظر إلى أهل المساجد، فصرف عنهم”. ثم قال: غريب. (التوبة: 18

Dengan demikian, kedudukan hadis inipun munkar

HADIS KE-3

Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ” إِنِّي لَأَهُمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي والْمُتَحَابِّينَ فِيَّ والْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَنْهُمْ

Allah عز وجل berfirman: ‘Sesungguhnya Aku bermaksud menurunkan azab kepada penduduk bumi, maka apabila Aku melihat orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku, yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang memohon ampunan pada waktu sahur, maka Aku jauhkan azab itu dari mereka’.” Riwayat al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman [2946].

KETERANGAN

Sanad lengkapnya:

  1. Syu’abul Iman al Baihaqi 2946

[2946] أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ الْفَقِيهُ، أنا حَاجِبُ بْنُ أَحْمَدَ، ثنا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ مُنِيبٍ، ثنا مُعَاذُ بْنُ خَالِدٍ، عَنْ صَالِحٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ يَزِيدَ، وَأَبَانَ، وَثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ:

  1. Syu’abul Iman al Baihaqi 9051

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الْعَلَوِيُّ، قَالَ: أنا أَبُو نَصْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ قُرَيْشٍ الْمَرْوَزِيُّ الْخَبَّازِيُّ، قَالَ: نا أَبُو الْمُوَجِّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو الْفَزَارِيُّ، قَالَ: نا عَبْدَانُ، قَالَ: أنا مُعَاذُ بْنُ خَالِدِ بْنِ شَقِيقٍ، قَالَ: نا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ :

  1. al Kamil lil Khathib 5/94

أنا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ أَشْعَثَ، ثنا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ:

  1. Fawa’id Abil Hasan 18

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا مُحَمَّدٌ، ثنا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الأَزْدِيُّ، ثنا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، ثنا جَعْفَرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ:

  1. Juz’un fiihi min hadits Abil Hasan 75

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُونُسَ بْنِ مُوسَى الْبَصْرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ، قَالَ:

Dari kelima jalur sanad diatas, semuanya selalu melalui Shalih Al-Marri. Menurut para muhaddits, rawi ini munkarul hadits.

Berikut catatan mereka tentang rawi ini:

قال ابو حاتم: منكر الحديث يكتب حديثه

قال ابو داود: لا يكتب حديثه

قال الإمام أحمد: ليس هو صاحب حديث ولا إسناد ولا يعرف الحديث

قال النسائي: ضعيف الحديث وله أحاديث مناكير ، ومرة : متروك الحديث

قال في التقريب : ضعيف زاهد

قال البخاري: منكر الحديث

Oleh sebab itu, status hadits ini dhaif munkar.

HADIS KE-4

Al-Imam al-Sya’bi, ulama salaf dari generasi tabi’in, رحمه الله تعالى berkata:

“كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ “

Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mendatangi masjid. Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (juz 3 hlm 84 [2951]).

KETERANGAN

Riwayat ini Maqthu dari al-Syabi’, berikut lengkapnya;

شعب الإيمان (4/ 382)

2690 – أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ الْفَقِيهُ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَوْ غَيْرِهِ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: ” كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ “

Atsar ini Hasan, namun penulis awal sudah salah dalam menerjemahkan kalimat Faraghuu, yg ia artikan “Apabila ketakutan”.

Maka yang benar, arti faraghu disana adalah ketika para sahabat selesai melakukan sesuatu (aktivitas lainnya), maka kebiasaan sahabat selalu mendatangi masjid, dimana masjid pada saat itu sebagai psat central untuk mengetahui keadaan sahabat, tempat peningkatan kesemangatan, tempat istirahat (dari pekerjaan), berdzikir dan lain sebagainya, sambungan atsar ini salah satunya sebagai berikut

شعب الإيمان (4/ 381)

2689 – أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الرُّوذْبَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو طَاهِرٍ الْمُحَمَّدْآبَاذِيُّ، حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الدُّورِيُّ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُؤَدِّبُ، حَدَّثَنَا صَالِحٌ الْمُرِيُّ، عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، قَالَ: كَتَبَ سَلْمَانُ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ، يَا أَخِي لِيَكُنْ بَيْتُكَ الْمَسْجِدَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَقَدْ ضَمِنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ كَانَت الْمَسْاجِدُ بَيْوتَهُم بالرَّوْحِ، وَالرَّاحَةِ، وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ “

KESIMPULAN:

dari semua hasil takhrij dan analisis Hadis, semua hadis yg menyatakan Berlindung di dalam masjid ketika Allah menurunkan Penyakit, derajatnya Munkar dan tidak bisa dipakai Hujjah.

Terkait Masjid, Hadis-hadis yang shahih dan ayat al-Quran menyatakan adanya jaminan keselamatan dengan diberinya hidayah (petunjuk) oleh Allah Swt:

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).

Dengan demikian, Masjid bukan tempat berlindung dari penyakit, melainkan diantaranya tempat muahsabah, ibadah agar kita selalu diberi petunjuk oleh Allah Swt.

Wallahu a’lam.

Kamis, 21 Mei 2020

khutbah idul fitri singkat

Khutbah singkat idul fitri 1441 H

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ المُبْدِئِ المُعِيدْ الفَعَّالِ لِمَا يُرِيدْ.
الّذِي خَلَقَ الْاِنْسَانَ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَ سَعِيدْ
نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ شُكْراً مَقْرُونًا بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدْ. 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الوَفِيُّ الْوَعِيدْ 
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوثُ بِدِيْنِ التَوْحِيدْ 
اللهم صَلّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلى سيدنا اِبْراهِيمَ فى العالَمِينَ اِنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ 
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

واعْلَمُوا اَنّ يَومَكم هَذَا يَوْمُ عِيدٍ سَعِيدْ 
هَذَا يومٌ يُفْطِرُ فيه المسلمون، هذا يوم يَفْرَحُ به المؤمنون، هذا يومٌ تُكَبّرُون الله فيه على ما هداكم ولعلكم تشكرون. 
فبارك الله لكم عيدَكم -أيها المسلمون- وأعاده الله على هذه الأمة المرحومة وهي في عِزٍ وتَمكينٍ ونصر وتأييد.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih,tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر

“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Dan Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.  

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Ramadhan telah menemani kita sebulan penuh.

di dalamnya banyak kebaikan, rahmat, dan keberkahan yang ditawarkan. Namun terkadang justru kita mengabaikannya Sehingga saat Ramadhan pergi ia menjadi manusia yang merugi. 

Sebab tak mampu memetik pahala dan memanen pahala yang berlimpah. Bahkan kesalahan-kesalahannya tak juga dihapuskan, sedangkan dosa-dosanya belum juga diampuni.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah naik ke atas mimbar. Lalu beliau mengucapkan Amiin sebanyak tiga kali. Sebagian sahabat bertanya, "Engaku mengaminkan apa?" Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan jawabannya, salah satunya:

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani)

orang yang merugi adalah mereka yang dosanya belum terampuni setelah Ramadhan berlalu. Mereka itu boleh jadi berpuasa dan qiyamullail, namun di saat yang sama tak mampu meninggalkan berkata dusta, berbuat nista 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

"Siapa yang tak meninggalkan berkata dan berbuat dusta serta perbuatan bodoh, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. al-Bukhari dan Abu Dawud dengan lafadz miliknya) 

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

 إِذَا صاَمُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوا إلَى عِيدِكُمْ يَقُوْلُ اللهَ تَعاَلى ياَ مَلَا ئِكَتي كُلُّ عَاملٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُناَدي مُنَادٍ ياَ أُمّةَ مُحَمّد ارْجِعوْا إلَى مَنَازِلِكمْ قد بَدَلْتُ سَيِّئاَتِكُم حَسَنَاتٍ فيَقوُل اللهُ تَعالى ياَ عِبادي صُمتُم لي وافطَرْتم لي فَقُوموْا مَغْفوْراً لَكم

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, ‘Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru, ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.
Terampuni dosa-dosa di sini adalah حَقُّ الله (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antar sesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogyanya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita masih hidup di dunia.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan hati yang bersih, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT. 
تقبل الله منّا ومنكم صيامنا وصيامكم
وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين والمقبولين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين 
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. 
بسم الله الرحمن الرحيم 
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

*****
الخطبة الثانية

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا . 
الْحَمْدُ للهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ الَّذِى لَاتَخْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِى بَدَآئَعِ مَمْلَكَتِهِ بِـعَيْنِ الْإِعْتِبَار . 
وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلـهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فِى دَارِ الْقَرَارِ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّاهِرِيْنَ الْأَخْيَارِ . 
أَمَّا بَعْدُ : فَـيَآ أَيُّهَا النَّاسُ , اِتَّقُوْا اللهَ وَ أَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَ أُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ , وَ أَنِيْبُوْا إِلَى رَبِّكُمْ وَ أَسْلِمُوْا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ . 
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . 
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ وَ ارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .  
اللهم يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ , وَ يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ , وَ يَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ , وَ يَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ , وَ يَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ , وَ يَا مَأْمَنَ كُلِّ مُخِيْفٍ , يَسِّرْ كُلَّ عَسِيْرٍ , فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِ عَلَيْكَ يَسِيْرٌ , اللهم يَا مَنْ لَا يَحْتَاجُ إِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ , حاجَاتُنَا إِلِيْكَ كَثِيْرٌ , وَأَنْتَ عَالِمٌ وَّبَصِيْرٌ .
اللهم إِنَّا نَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ يَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , اللهم بِحَقِّ مَنْ يَخَافُ مِنْكَ , نَجِّنَا مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أُحْرُسْنَا بِـعَيْنِكَ الَّتِى لَا تَنَامُ , وَاكْنُفْنَا بِـكَفَنِكَ الَّذِى لَا يُرَامُ , وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا فَلَا تُهْلِكْنَا , وَأَنْتَ رَجَآءُنَا , بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . 
اللهم أَعِنَّا عَلَى دِيْنِنَا بِالدُّنْيَا , وَعَلَى الدُّنْيَا بِالتَّقْوَى , وَعَلَى التَقْوَى بِالْعَمَلِ , وَعَلَى الْعَمَلِ بِالتَّوْفِيْقِ , وَعَلَى جَمِيْعِ ذلِكَ بِـلُطْفِكَ الْمُفِضِى إِلَى رِضَاكَ الْمُنْهِى إِلَى جَنَّتِكَ الْمَصْحُوْبِ ذلِكَ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ , يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الْمَوَاهِبِ الْعِظَامِ
اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ لِـمَحَبَّتِكَ مِنَ الْأَعْمَالِ , وَصِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ , وَحُسْنَ الظَّنِّ بِكَ , وَالْغُنْيَةَ عَمَّنْ سِوَاكَ , 
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ  ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . 

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

*****
محمد نور شافع الانام حسب الله

Selasa, 19 Mei 2020

zuhud di dunia

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)

mohon maaf

Bismilahirahmanirrahim

Ijinkan lidah yang kelu ini memohon ampun atas segala kesalahan baik masa lampau dan yang akan datang. Kiranya niat baik ini bisa menjadi sarana persaudaraan kita lagi atas kelalaian yang ku perbuat.

Kaki tak kuat melangkah, bibir terasa kaku, dan hati berat menerima. Sambil meneteskan air mataku hanya karena-Mu Ya Allah ampuni hamba dan berikan kelapangan atas saudaraku agar memaafkan kesalahanku

Mohon dimaafkan segala khilaf atas lisan yang tajam, ucapan yang menusuk, hati yang kotor, perilaku yang menyinggung dan sikap yang tidak sopan

Kami mengucapkan permintaan maaf yang tulus sepanjang waktu telah berlalu dari kesalahan sengaja maupun tidak disengaja

Mohon sekiranya memberi maaf dari apa yang sudah kami kerjakan atas kesalahan kami kepada para Sahabat saudara dan teman semua di group ini


الفقير الى رب الكبير

محمد نور شافعى الانام حسب الله واهله

doa untuk minta maaf

DOA UNTUK ORANG-ORANG YANG PERNAH KITA DHALIMI DAN KITA KESULITAN UNTUK MEMINTA MAAF KEPADA MEREKA

Ijazah ini di-amalkan oleh Al Imam Al Quthbur Rabbaniy Wal Haikal Ash Shamadaniy Sayyiduna Asy Syaikh Abdul Wahhab Asy Sya’rani RA. 

Beliau berkata: “Bagi orang-orang yang mengetahui dan menyadari bahwa pada dirinya terdapat hak untuk orang lain, serta mempunyai kewajiban kepada orang lain berupa urusan dunia maupun berkaitan dengan harga diri seseorang yang pernah didhalimi [haqqul Adamiy]
sedangkan dia sangat kerepotan atau kesulitan untuk meminta maaf dan meminta ridlanya, maka bacalah sambil menundukkan kepala, memejamkan mata, mengatupkan bibir (mulut), serta hadir dan menundukkan hati menghadap Allah SWT. 
Kemudian bacalah: 
1. Surat Al Ikhlash (Qul Huwallahu Ahad . . . .) 12 kali.
2. Surat Al Falaq (Qul A’udzu Birabbil Falaq . . . .) 1 kali.
3. Surat An Nas (Qul A’udzu Birabbin Nas . . . .) 1 kali.

Setelah itu, memohon dan dihaturkan kepada Allah SWT. 
Cara menghaturkannya dengan berdoa:

 أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّكَ وَحَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ ، وَأَثِبْنِيْ عَلَى مَا قَرَأْتُ ، وَاجْعَلْهُ فِيْ صَحَائِفِ مَنْ لَهُ عَلَيَّ تَبعَةٌ مِنْ عِبَادِكَ مِنْ مَالٍ وَعِرْضٍ
 وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


“AllaHumma Shalli Wasallim ‘Alaa Nabiyyika Wa habiibika Sayyidinaa Muhammadin Wa AaliHii, Wa Atsibniy ‘Alaa Maa Qoro’tu, Waj ‘AlHu Fii Shahaa-ifi Man LaHuu ‘Alayya Tabu’atun Min ‘Ibaadika Min Maalin Wa ‘Irdlin. (dibaca 3 x).
Wa ShallallaaHu ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa AaliHii Wa ShahbiHii Wa Sallama”.

Artinya: “Ya Allah . . . limpahkanlah rahmat dan salam kepada Nabi-Mu dan kekasih-Mu, pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad serta kepada keluarganya. Dan berikanlah pahala atas apa yang telah saya baca tadi. Lalu masukkanlah pahala itu ke dalam buku catatan amal orang yang pernah saya dhalimi dari hamba-hambaMu, baik kedhaliman berupa materi, maupun harga diri (non materil).
Semoga Allah menganugerahkan rahmat serta salamnya kepada pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad, keluarga, serta para Sahabatnya”.

Keterangan: Doa di atas, dibaca setiap malam, terlebih pada tiap malam bulan Ramadlan.
***

Seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya, setelah sebulan penuh menjalankan puasa Ramadan dan ditutup dengan membayar zakat, maka segala dosa para pendosa akan diampuni. Sehingga, ia akan kembali suci. Tapi ini khusus dosa yang berhubungan dengan hablum minallah. Sedangkan pengampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa yang bersifat hablum minannas, bergantung dengan kerelaan mereka masing-masing untuk saling memaafkan. Makanya, ada kultur yang sangat positif dalam masyarakat kita ketika Idul Fitri. Yaitu, dengan saling beranjang sana ke sanak famili dan para tetangga dengan tujuan untuk saling bermaaf-maafan.
Dengan demikian, pada hari yang Fitri ini, dosa-dosa ‘vertikal’ kita kepada Allah SWT telah dimaafkan dan dosa-dosa ‘horizontal’ kita terhadap sesamapun juga bisa terhapuskan. Sehingga, kita bisa menatap ke depan untuk memulai lembaran baru tanpa bayang-bayang dosa masa lalu, seperti halnya bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.
Meminta ampunan kepada Allah SWT ataupun bertaubat kepadaNya (bisa dibilang) cukup mudah. Yang penting kita menyesali segala dosa-dosa kita -selain dosa syirik- dan kita mau berkomitmen untuk tak akan mengulanginya lagi di kemudian hari, maka Allah SWT dengan sifat Ghafur-Nya telah menjanjikan untuk menerima taubat kita.
Yang kemudian menjadi problem tersendiri adalah meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab, untuk meminta kerelaan seseorang yang pernah kita zalimi, kita harus melakukan kontak ataupun berkomunikasi dengannya. Berkomunikasi dengan Allah SWT bisa di mana saja dan kapan saja. Tapi berkomunikasi dengan manusia, tentu tak semudah dan selonggar itu. Belum lagi, kalau kita -misalnya saja- sudah kehilangan kontak dengan orang yang pernah kita zalimi tersebut, dan kita tak lagi tahu di mana rimbanya?. Lalu, bagaimanakah cara kita untuk meminta kerelaannya agar mau memaafkan kita?.
Di bagian akhir dari kitabnya yang merupakan syarah atau penjelas dari kitab Sulamut Taufiq, Syekh Muhammad Nawawi Al Banteni membuat satu judul tentang tata cara bertaubat dari dosa.
Di situ disebutkan bahwa jika dosa yang dilakukan oleh seseorang adalah berupa meninggalkan kefardluan yang sifatnya vertikal -seperti shalat, zakat, dan seterusnya-, maka yang harus ia lakukan adalah bersegera untuk mengqadla-nya.
Dan jika dosa tersebut berhubungan dengan hak-hak orang lain atau haqqul adamiy yang sifatnya horizontal, maka hal ini dibagi menjadi dua;
Pertama, dosa yang ada sangkut pautnya dengan materi atau harta benda. Seperti, pernah meng-ghasab barang milik orang lain atau mencurinya, dan yang semisal dengannya.
Ketika pemilik harta benda yang dizalimi tersebut masih hidup dan bisa diketahui keberadaannya, maka harus dimintakan halalnya serta kerelaan-nya (dengan mengembalikan barang tersebut -jika masih ada- atau menggantinya dengan yang baru, bergantung kesepakatan antara kedua belah pihak). Dan jika pemiliknya telah meninggal dunia, maka harus dimintakan kerelaan dari ahli warisnya.
Terakhir, jika pemilik barang tersebut tak diketahui rimbanya, maka yang harus dilakukan adalah menyerahkan barang tersebut kepada orang-orang fakir -jika barang tersebut masih ada-. Dan jika barangnya telah hilang atau rusak, maka ia harus mengganti nilai/harga barang tersebut dengan uang, kemudian menyedekahkannya kepada orang-orang fakir juga. Keduanya, diniatkan sebagai titipan yang dititipkan kepada Allah SWT untuk disampaikan kepada orang yang pernah kita zalimi tersebut, kelak di hari kiamat.
Kedua, dosa yang bersifat non materil. Seperti, pernah memukul orang lain tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’, pernah melukai (tubuh ataupun perasaan) orang lain, dan sebagainya.
Cara agar terbebas dari dosa model yang kedua ini adalah dengan meminta halal atau ridla kepada orang yang bersangkutan secara langsung. Itu jika memungkinkan. Tapi jika tak memungkinkan untuk meminta maaf dengan menghubunginya secara langsung -karena telah terpisah oleh jarak, ruang, dan waktu serta mengalami lost contact dengannya, misalnya-, maka yang kemudian harus dilakukan adalah: menundukkan diri kepada Allah SWT, lalu mendoakan orang yang pernah kita zalimi tadi. Tujuannya, agar kelak di hari kiamat, orang tersebut dibikin ridla oleh Allah SWT. Sehingga, ia tak lagi menuntut keadilan atas perbuatan zalim yang pernah kita lakukan kepadanya.

Minggu, 17 Mei 2020

khutbah akhir Ramadhan


Khutbah Akhir Ramadhan

الحمد لله الذى جعل رمضانَ سيدَ الشهور وانزل فيه القرأنَ
وعظّمَ قدْرَهُ ورفَعَهُ بذلك واجزَلَ فيه الاحسان
اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الكريم المنان
واشهد ان محمدا عبده ورسوله بعَثَهُ رحمةً لاهل الايمان
صلاة الله وسلامه على سيدنا محمد سيد ولد عدنان 
وعلى اله وصحبه اهل الفضل والعرفان

اما بعد : فيا عباد الله اتقوا الله فى السر والعلن واعلموا انّ شهرَكم هذا شهرٌ شريف ووقتٌ منيف وانتشرت فيه الحسناتُ المتنوعاتُ والطاعات فيه مقبولةٌ والدعوات فيه مستجابةٌ فاتمّوا الصيام واجتهدوا فيه لعلكم تفلحون

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah

Al-Hamdulillah, syukur yang setinggi-tingginya marilah senantiasa kita Haturkan kehadirat Allah Swt. dimana berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta Inayah-Nya, kita masih diberikan umur panjang, masih dapat melaksanakan ibadah shalat Jum`at serta masih dalam suasana bulan Ramadhan yang mulia. Oleh karenanya marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, Ketaqwaan dalam arti yang  sebenar-benarnya.. 
Ketaqwaan dalam pengertian yang sesungguhnya
dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ketahuilah Bulan ini adalah Bulan yg Mulia.....
waktu yg sangat baik untuk beribadah
Berbagai Kebaikan di gelar
Ketaatan di terima
Doa doa di ijabah
Maka sempurnakanlah puasa dan
Bersungguh sungguhlah Wahai Orang2 beriman agar kalian semua beruntung...

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah

Ramadhan telah menemani kita sebulan penuh. Tiba saatnya dia pergi. Walau berat, kita pun harus rela berpisah dengannya. 

Padahal, di bulan itu banyak kebaikan, rahmat, dan keberkahan yang ditawarkan. Di dalamnya, hamba Allah yang beriman, memiliki kesempatan besar mengejar ketertinggalan pahala pada hari-hari sebelumnya. Ia pun bisa mengubur dosa-dosa dan kesalahannya di hari-hari lalu. Bahkan, ada Lailatul Qadar, di mana satu malam lebih mulia dari seribu bulan. Amal kebaikan di dalamnya nilainya lebih baik daripada amal serupa dikerjakan selama seribu bulan yang tak ada Lailatul Qadar di dalamnya. Subhanallah, anugerah besar bagi kaum mukminin. Namun, ternyata tak semua orang Islam bisa menyukurinya. Juga tak semua bisa sabar menahan diri dari kesibukannya terhadap dunia dan aktifitas dosa-dosa, guna mengisinya dengan meningkatkan ibadah, shaum, shalat, tilawah, sedekah dan lainnya. Sehingga saat Ramadhan pergi ia menjadi manusia yang merugi. Kenapa bisa? Karena ia tak mampu memetik pahala dan memanen ganjaran yang berlimpah. Bahkan kesalahan-kesalahannya tak juga dihapuskan, sedangkan dosa-dosanya belum jua diampuni.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah naik ke atas mimbar. Lalu beliau mengucapkan Amiin sebanyak tiga kali. Sebagian sahabat bertanya, "Engaku mengaminkan apa?" Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan jawabannya, salah satunya:

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani)

Ya, orang yang merugi adalah mereka yang dosanya belum terampuni setelah Ramadhan berlalu. Mereka itu yang boleh jadi berpuasa dan qiyamnya, namun di saat yang sama tak mampu meninggalkan berkata dusta, berbuat nista, menyia-nyiakan waktu dan kesempatan serta yang semisalnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

"Siapa yang tak meninggalkan berkata dan berbuat dusta serta perbuatan bodoh, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. al-Bukhari dan Abu Dawud dengan lafadz miliknya) 

ini merupakan kinayah/kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa semacam itu, sebagaimana yang diutarakan Ibnu Bathal dalam Subulus Salam.

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah

Sesungguhnya orang yang gagal dalam mengarungi Ramadhan adalah mereka yang tak terbangun ketakwaan dalam dirinya. Padahal tujuan dan hikmah utama dari puasa Ramadhan agar agar pelakunya senantiasa bertakwa. Yakni bertakwa saat menjalankan puasa dan takwa itu berlanjut sesudahnya. Oleh sebab itu, kalimat yang digunakan dalam ayat shiyam adalah Fi'il Mudhari', kata kerja yang menunjukkan masa sekarang dan akan datang yang memiliki faidah lil istimrar (untuk sesuatu yang kontinyu). Artinya takwa itu berlanjut dan terjaga hingga sesudah Ramadhan berlalu.

Sesungguhnya balasan terbesar yang diberikan kepada hamba beriman dan beramal shalih adalah Allah memberinya petunjuk untuk mengerjakan amal shalih lainnya. Ini pula yang akan didapatkan orang yang diterima amal puasanya. Keterangan ini kita dapatkan dari balasan sabar, di mana orang yang sabar saat ditimpa musibah, ridha akan ketetapan Allah, dan berharap pahala atas musibah itu, maka Allah akan memberinya petunjuk.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS. Al-Thaghabun: 11)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat di atas, "Maksudnya: dan siapa yang ditimpa musibah, lalu ia menyadari itu terjadi dengan qadha' Allah dan qadar-Nya, lalu ia bersabar, berharap pahala, dan menerima dengan lapang terhadap ketetapan Allah itu, maka Allah beri petunjuk kepada hatinya dan memberikan ganti yang lebih baik dari dunia yang luput darinya dengan petunjuk dalam hatinya serta keyakinan yang benar. Boleh jadi, Allah memberi ganti dari apa yang telah diambil-Nya yang lebih baik darinya."

Cukup jelas dari ayat di atas, bersabar menjadi sebab datangnya petunjuk. Dan balasan terbaik dari kesabaran adalah dilimpahkannya petunjuk dari Allah Ta'ala. Sementara shaum dan sabar, ibarat dua mata uang yang tak bisa dipisahkan. 

Bahkan dalam pelaksanaan shaum terkumpul tiga macam kesabaran, yaitu sabar dalam melaksanakan perintah Allah, sabar dalam meninggalkan larangan-Nya, dan sabar atas musibah yang datang dari-Nya. 

Dan siapa yang berpuasa Ramadhan dengan benar maka Allah akan senantiasa melimpahkan hidayah kepada-Nya untuk menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan-larangan. Dengan kata lain, Allah akan membantunya untuk bertakwa kepada-Nya. Ini sangat selaras dengan tujuan dan hikmah puasa di atas.

 
 Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah

Tidak semua orang mendapatkan rahmat dan ampunan di bulan Ramadhan, ada pula orang yang celaka, yaitu mereka yang tidak memanfatkan Ramadhan sebagai momen untuk kembali kepada Allah dan bertaubat dari semua dosa dan kesalahan.

Malaikat yang paling mulia telah diperintahkan untuk berdoa agar mereka celaka, dan doa ini diaminkan oleh makhluk yang paling mulia.

Inilah doa Malaikat Jibril 'alaihissalaam yang diaminkan oleh Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam,

شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan, tetapi sampai Ramadhan berakhir, ia belum juga diampuni.” [HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod dari Jabir radhiyallahu’anhu, Shahih Al-Adabil Mufrod: 501]

Al-Hafizh Al-Munawi rahimahullah berkata,

أي رغم أنف من علم أنه لو كفَّ نفسه عن الشهوات شهرا في كل سنة، وأتى بما وظف له فيه من صيام وقيام، غفر له ما سلف من الذنوب، فقصَّر ولم يفعل حتى انسلخ الشهر ومضى، فمن وجد فرصة عظيمة بأن قام فيه إيمانا واحتسابا عظمه الله ومن لم يعظمه حقره الله وأهانه

"Makna hadits yang mulia ini adalah seorang hamba yang mengetahui bahwa seandainya dia mengekang syahwatnya dalam sebulan (Ramadhan) di setiap tahun dan melakukan amalan khusus yang disyari'atkan baginya di bulan ini, yaitu puasa dan sholat tarawih, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, namun ia menyia-nyiakan dan tidak mengerjakannya sampai Ramadhan berakhir, maka ia menjadi hamba yang celaka.

Oleh karena itu, barangsiapa yang mendapatkan kesempatan besar berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian ia melakukan amalan yang disyari'atkan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah maka Allah akan memuliakannya. Dan siapa yang tidak Allah muliakan maka Dia akan merendahkan dan menghinakannya." [Faidhul Qodir, 4/34]

Kaum Muslimin Jamaah Jum`at Rahimakumullah

Doa Rasulullah menjelang akhir Bulan Suci Ramadhan :


للَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْعَلْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا

Ya Allah, janganlah Kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai Bulan Ramadhan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi.

Ya Rahman, terimalah  seluruh amal ibadahku  di Bulan Ramadhan ini

Ya Wasi’al Magfirah, ampunilah seluruh dosa-dosaku, dosa ibu bapakku dan dosa orang-orang yang aku cintai dan sayangi karena Allah.

Ya Mujiib, kabulkanlah seluruh doa-doaku.
Taqabalallahu Minna wa Minkum
Shiyamana wa Shiyamakum wa Ahalahullah Alaik

Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini dengan kebaikan…

Amin...

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم 

بسم الله الرحمن الرحيم 
ﻭَﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻧَﺰَﻝَ ۗ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﻣُﺒَﺸِّﺮًﺍ ﻭَﻧَﺬِﻳﺮًﺍ ‏( الاسراء ١٠٥ ‏)

وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين