Jumat, 26 Februari 2021

WISATA ZIARAH KALIWUNGU

Wisata Ziarah Kaliwungu di Makam Sunan Katong

      
Silsilah Sunan Katong Kaliwungu
 
Sunan Katong merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam dan juga dalam sejarah Kendal, tepatnya di Kecamatan Kaliwungu. Saat ini makamnya terletak di Desa Protomulyo Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. Untuk mengenang jasanya dalam penyebaran agama Islam di Kendal banyak masyarakat yang datang untuk berziarah di makamnya
 
Dari beberapa penemuan para pencatat sejarah akhirnya bisa dimengerti bahwa Sunan Katong adalah seorang Wali yang masih ada hubungan nasab dengan Prabu Brawijaya V. Para penulis sejarah tidak ada yang beda pendapat, dan mereka sepakat bahwa Sunan Kathong yang makamnya di pemakaman Protomulyo itu memang berasal dari Ponorogo.
 
Kira-kira lengkap silsilahnya adalah sebagai berikut: Prabu Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V berputera Bhatara Katong. Dan Bhatara Katong berputera seorang puteri yang menjadi istri Adipati Unus atau Suryapati Unus putera Raden Fatah. Dari Perkawinan itu, lahir Kyai Katong, dan kemudian terkenal dengan nama Sunan Katong.
 

 
Komplek Makam Sunan Katong
 
Komplek pemakaman Sunan Katong itu kalau dipandangi secara cermat membentuk seekor burung yang sedang terbang ke arah barat. Rasanya memang aneh dan itu mungkin sudah kehendak Tuhan. Dikemudian hari perbukitan itu disebut dengan Astana Kuntul Nglayang. Disebut demikian karena pada akhirnya bukit itu menjadi peristirahatan terakhir para leluhur Kaliwungu atau keturunan Pangeran Djoeminah.
 
Astana Kuntul Nglayang menjadi saksi bahwa bumi Kaliwungu itu dulu ditempati oleh orang-orang besar kerajaan. Berikut ini peta lokasi makam dan situs Sunan Katong. Di ujung barat, disebutnya sebagai letak kepala burung kuntul.

 
Di belahan barat itu beristirahat secara abadi leluhur Mataram keturunan Panembahan Djoeminah. Para leluhur itu antara lain:
 
1. Panembahan Djoeminah Putra Panembahan Senopati Sutawijaya.
2. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo I, Bupati Kaliwungu
3. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo II, Bupati Kaliwungu
4. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo III, Bupati Kaliwungu
5. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo IV, Bupati Kaliwungu
6. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Ronodiwiryo, Bupati Batang
7. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Kaliwungu dan Demak
8. Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiwiryo, Bupati Kaliwungu
9. Raden Tumenggung Reksonegoro
10. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Demak, dll
 
Sedangkan bagian dada Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain:
 
1. Kanjeng Sunan Katong keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit
2. Raden Tumenggung Notohamijoyo, Bupati Kendal
3. Raden Tumenggung Notohamiprojo, Bupati Kendal
4. Raden Mas Arinotoprojo, Bupati Kendal
5. Raden Mas Notonagoro, Bupati Kendal, dll
 
Bagian sayap kiri Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain:
 
1. Raden Tumenggung Mandurarejo, Bupati Pekalongan
2. Kyai Asy’ari atau Kyai Guru
3. Kyai Puger atau Kyai Pakpak atau Kyai Papak, dll.
 
Bagian sayap kanan ditempati Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain:
 
1. Kyai Haji Rukyatullah
2. Kyai Haji (wali) Musyafak
3. Kyai Haji Musthofa
4. Kyai Haji Abu Choir 64
5. Drs. H. Djoemadi, Bupati Kendal ke 36, dll
 
Sedangkan bagian ekor Astana kuntul Nglayang ditempati oleh Empu Pakuwaja.
 
Peziarah yang datang ke makam Sunan Katong setiap harinya mencapai rata-rata 150 orang, tetapi apabila pada bulan-bulan tertentu, peziarah ini lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Misalnya peziarah akan membeludak jumlahnya apabila datang pada bulan Maulid, Ruwah dan setelah tujuh hari raya Idul Fitri (Syawalan) dan juga pada hari Idul Adha.

Jumlah pengunjung pada hari ini akan mencapai 1000 orang tiap harinya. Pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong menandakan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap Sunan Katong dan tokoh-tokoh penyiar agama Islam di wilayah Kaliwungu yang telah berjuang dalam mengajarkan agama Islam. Juga sebagai wujud rasa cinta terhadap Sunan Katong dan para tokoh penyebar agama Islam dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
 
Pelaksanaan peziarah terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan oleh para peziarah sampai sekarang pada mulanya dilakukan oleh para santri yang mondok di pesantren wilayah Kaliwungu, dengan tujuan untuk mengenang jasa mereka dalam menyebarkan agama Islam. Akan tetapi berjalan dengan perkembangan masyarakat Islam di wilayah Kaliwungu dan untuk menghargai tokoh yang telah berjasa tersebut dalam kehidupan masyarakat Kaliwungu pada khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya, yang mana ziarah kubur tersebut dilakukan bukan saja dari pihak golongan para Kyai dan para santrinya Kaliwungu, melainkan dari seluruh lapisan masyarakat dari berbagai daerah.
 
Makam Sunan Katong dari waktu ke waktu nampaknya semakin ramai dikunjungi oleh sebagian umat Islam, dan menurut pengamatan penulis bahwa ziarah yang dilakukan oleh umat muslimin dalam tatacaranya, mereka harus menggunakan aturan pengurus makam, diantaranya adalah:
 
1. Setiap pengunjung disarankan untuk mensucikan diri dulu dengan berwudlu di tempat yang telah disediakan.
2. Para peziarah dilarang membawa sesuatu yang dilarang seperti kemenyan atau dupa, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari dari perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam.
3. Para pengunjung atau peziarah tidak boleh melakukan perbuatan yang dilarang dalam syariat Islam, seperti duduk-duduk dan menciumi batu nisan.
4. Biasanya para pengunjung yang meminta bantuan kepada juru kunci dalam melakukan ritual ziarah harus sesuai dengan ajaran Islam, apabila tujuan dari peziarah menyimpang dari ajaran Islam, biasanya juru kunci memberi nasehat dan meluruskannya.
5. Apabila peziarah dalam melakukan kunjungan dengan niat yang tidak baik, maka juru kunci dan pengurus makam Sunan Katong tidak bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
 
Maka apabila pengunjung belum pernah sama sekali ziarah ke makam Sunan Katong sebaiknya menemui juru kunci terlebih dahulu. Adapun mengenai persiapan ziarah terhadap makam Sunan Katong, pada mulanya peziarah biasanya mensucikan hadats di tempat yang telah disediakan, setelah itu peziarah mendatangi juru kunci makam Sunan Katong.
 
Dalam pelaksanaan ziarah ini, para pengunjung biasanya ditanyai oleh juru kunci, apakah dalam pelaksanaan ziarah kubur melalui juru kunci atau oleh mereka sendiri. Dalam hal ini jika peziarah datang dengan rombongan, maka rombongan tersebut dalam pelaksanaan ziarahnya memakai ketua rombongan, akan tetapi jika pengunjung datang secara individu, maka mereka di dalam pelaksanaan ziarah kuburnya banyak memakai jasa juru kunci makam tersebut.
 
Lokasi Menuju Makam Sunan Kathong

Desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal, Kurang lebih kilometer dari Kota Semarang Jawa Tengah dan dapat ditempuh selama satu jam dengan memakai kendaraan. Secara geografis makam Sunan Katong terletak tidak jauh dari laut jawa, makam Sunan Katong tersebut berada satu komplek dengan tokoh-tokoh Ulama besar Kaliwungu dan juga menjadi istana terakhir para pembesar Mataram yang tinggal di Kaliwungu.

Minggu, 21 Februari 2021

ALLAHUL KAFI DAN SYAIR JAWA

Syair jowo #Manaqib

اَللهُ اْلكَافِى- رَبُّنَا اْلكَافىِ- قَصَدْنَا الْكَافىِ- وَجَدْنَا الْكَافىِ-  لِكُلٍّ كَافىِ-كَفَا نَاالْكَافىِ-
وَنِعْمَ الْكاَفىِ-اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ

Artinya: Allah yang mencukupi, Tuhan kita yang mencukupi, Tujuan kita adalah Allah yang mencukupi, dan kita menemukannya yang mencukupi, terhadap segala sesuatu Allah lah yang mencukupi, yang memenuhi segala kebutuhan kita adalah Allah, dan Allah itu sebaik-baik zat yang mencukupi, segala puji bagi Allah

Perumpamaan orang mukmin dalam membaca AlQuran


عَن اَبي مُوُسى رَضي اللٌهُ عَنهُ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم مَثَلُ المُومِنِ اٌلَذِي يَقَراُ القُرانَ مَثَلُ الآترُجَةِ رِيحُهَا طيِبُ وَطَعمُهَا طَيِبُ وَمَثَلُ الموُمِنِ اٌلَذِي لآيَقرَاٌ القُرانَ كَمَثَلِ التَمرَة لآريَح لَهَا وَطَعمُهَا حُلوٌ وَمَثَلُ المُنَافِقِ اٌلَذِي يَقرَأ القُرانَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيّبٌ وَطَعْمُهَا مُرُّ وَمَثَلُ المُنَافق اّلذِي لا يَقْرَأُ القُرْانَ كَمَثِلِ الحَنُظلَةِ لَيسَ لَهَا رِيحُ وطعمها مُرُّ. (رواه البخارى ومسلم والنسائي وابن ماجة).

Dari Abu Musa RA, berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “perumpamaan orang mu’min yang membaca Alquran adalah seperti jeruk manis yang baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca Alquran adalah seperti kurma, tidak berbau harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seumpama buah pare, tidak berbau harum dan rasanya pahit.” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)

Sabtu, 20 Februari 2021

TIJAROTAN LANTABOUR

PERDAGANGAN YANG TAK AKAN RUGI
KHUTBAH JUM'AT

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ
وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم البَعَاثِ
اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا (امّا بعـــــد)
فيا عباد الله:
أُوصِيكُمْ ونَفْسِي بالاِزْدِلاَفِ لِلْمَوْلَى – جَلَّ وَعَلاَ – بالشُّكْرِ عَلَى ما هَدَاكُمْ للإسلام، وأَوْلاَكُم مِنَ اْلفَضْلِ والإنْعَام، فَاتَّقُوهُ – تبارك وتعالى – حقَّ التّقوى في السِّرِّ والعلانية
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)  (الحشر: ١٨

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu melaksanakan perintah Allah SWT dan bersungguh-sungguh dalam meninggalkan semua larangan Allah SWT, karena hanya dengan begitu kita akan meraih kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akherat nanti.

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Kehidupan manusia di dunia ibarat orang sedang berbisnis. Pelakunya bisa menderita kerugian, bisa pula memperoleh keuntungan. Kerugian dan keuntungan yang hakiki akan di terima di akhirat. Sementara di dunia, kendati sudah ada yang dapat dirasakan, namun hanya sebagian kecil. Baru ‘uang muka’ saja.

Sebagai kitab petunjuk, Alquran telah menjelaskan mengenai amal yang membuat pelakunya merugi atau untung. Ayat ini adalah salah satunya. Ada beberapa amal yang disebut dalam ayat ini dapat membe-rikan keuntungan berlipat bagi pelakunya.

Allah SWT berfirman dalam surah fathir ayat 29 – 30 :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ ٢٩) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (٣٠
“Sesunguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-quran), dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. (29) Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karuniaNya. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30).”

Amalan yang Menguntungkan

Pertama, الذين يتلون كتاب الله , yaitu orang-orang yang selalu membaca kitab Allah.kata tersebut bermakna yaqr’ûna ta’abbud[an] bih (membaca dalam rangka untuk beribadah dengannya). Dijelaskan al-Syaukani, ungkapan itu meunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang membiasakan diri dan terus menerus membaca al-Kitab.Yang dimaksud dengan al-Kitâb dibaca tak lain adalah Alquran.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه

“Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi Shahibul Qur’an” – (HR. Muslim  804)

Membiasakan diri untuk selalu membaca al-qur’an adalah sebuah aktifitas yang dapat mendatangkan manfaat yang sangat besar. Diantaranya adalah mendapatkan kebaikan hingga berlipat ganda. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud Nabi SAW bersabda:

عن إبن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ) :مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاَبِ الله فَلَهُ حَسَنَةٌ والحَسَنةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهاَ ، لا أَقُولُ الم حرفٌ ، ولكن أَلِفٌ حَرْفٌ ، ولامٌ حَرْفٌ ، وَمِيْمٌ حرفٌ(رواه الترمذي

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Quran) maka dengan membaca itu ia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan itu berlipat dengan 10 kali lipat. Aku tidak berkata alif lam mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.

Membaca al-Qur’an juga akan mendatangkan nur(cahaya) di dunia dan sebagai investasi di akherat.

عن أبي ذرّ رضي الله عنه قال قلت : يا رسولَ الله أَوْصِنِي . قال :«عليكَ بتقوى الله ؛ فإنه رأسُ الأمرِ كلِّهِ» . قلتُ : يا رسولَ الله زِدْنِي . قال :«عليك بتلاوة القرآن ؛ فإنه نورٌ لك في الأرض ، وذُخْرٌ لك في السَّماء »

Dari Abi Dzar RA berkata: aku berkata: “Wahai Rosulullah berilah wasiat kepadaku,” Rosulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah karena itu adalah pokok dari segala urusan,” aku berkata: “Wahai Rosulullah tambahilah (wasiat) kepadaku,” Rosulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu membaca al-Qur’an, karena itu menjadi cahaya bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit.”

Sindiran bagi orang yang tidak gemar membaca al-Qur’an pernah disampaikan oleh Nabi SAW. Nabi SAW memberikan perumpamaan orang yang tidak gemar membaca al-Qur’an seperti rumah  rusak yang tidak layak huni. Na’udzu billahi min dzaalik.

عن ابن عباسٍ رضي الله عنهما ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : إنَّ الَّذِي لَيْسَ في جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ القُرْآنِ كَالبَيْتِ الخَرِبِ

Dari Abdullah bin Abbas RA berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya (perumpamaan) seseorang yang tidak terdapat sedikitpun al-Qur’an dalam tenggorokannya adalah bagaikan rumah yang rusak.”

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Amalan yg Kedua, وأقاموا الصلاة  , yaitu orang-orang yang selalu mendirikan shalat.

Selain membaca Alquran, mereka juga: wa aqâmû al-shalâh (dan mendirikan shalat). Kata al-shalâh dalam ayat ini tentu dalam pengertian syar’i. Yakni, ibadah khusus yang diawali dengan tak-bir, diakhiri dengan salam, dan disertai dengan niat. Mereka mendirikan semua shalat yang diwajibkan atas mereka, dan disempurnakan dengan shalat-shalat nafilah. Semua shalat itu, dikerjakan sesuai dengan wak-tunya dan terpenuhi syarat, rukun, dan dan dzikirnya. Shalat itu dikerjakan dengan khusuk, sehingga menjadi orang-orang yang beruntung (lihat QS al-Mukminun [23]: 1-2). Selain itu, juga memberikan pengaruh dalam perilakunya, sehingga tercegah dari perbuatan keji dan munkar (lihat QS al-Ankabut [29]: 45).

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Amalan yg Ketiga,
 وأنفقوا ممّا رزقناهم سرّاً وعلانيةً

(dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan). Maknanya, menurut al-Thabari, mereka menunaikan zakat yang difardhukan. Selain itu, mereka juga mengeluarkan harta mereka untuk shadaqah tathawwu’.

Penyebutan kata sirr[an] wa ‘alâniyat[an] menjelaskan cara menunaikannya. Apabila ditunaikan secara sirr[an] (raha-sia), itu lebih baik. Namun jika ditunaikan secara ‘alânit[an] (terang-terangan), menurut dugaannya tercegah dari sikap riya’. Bisa juga, yang dimaksud dengan sirr[an] adalah shadaqah, semen-tara ‘alâniyat[an] adalah zakat. Sebab, menunaikan zakat secara terang-terangan sama halnya dengan mengumumkan kewa-jiban. Dan itu sesuatu yang mustahab. Demikian al-Razi dalam tafsirnya.

Rosulullah pernah bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الَسَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ الله، قريبٌ مِنَ الجَنَّة، قريبٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ. وَالبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنَ الله بَعِيدٌ مِنَ الجَنَّةِ، بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيبٌ مِنَ النَّارِ. وَالْجَاهِلُ الَسَّخِيُّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تعالى مِنْ عَابِدٍ بَخِيْلٍ

Sifat dermawan akan mampu memudahkan seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dekat dg sorga dekat dg manusia dan menjauhkan diri dari neraka
sebaliknya sifat kikir akan menjauhkan seseorang dari kasih sayang Allah SWT, menjauhkan dari RahmatNya, jauh dari sorga, jauh dari umat manusia dan mendekatkan kepada siksa neraka, bahkan seseorang yang kurang pengetahuan agamanya tetapi dermawan lebih disukai Allah SWT daripada seorang ahli ibadah tetapi kikir.

Hadirin jamaah shalat jum’ah Rahimakumullah

Menurut Fakhruddin al-Razi, dalam ayat ini mengandung hikmah yang besar innamâ yakhsyâl-Lâh dalam ayat sebe-lumnya mengisyaratkan amalan hati, al-ladzîna yatlûna Kitâbal-Lâh mengisayaratkan amalan lisan,  wa aqâmû al-shalâh mengisayaratkan amalan badan, dan wa anfaqû mimmâ razaqnâhum meng-isyaratkan amalan harta. Penjelasan senada juga dikemukakan Abu Hayyan al-Andalusi.

Berharap Pahala dan Fadhilah-Nya

Kemudian Allah SWT ber-firman: yarjûna tijârat[an] la tabûr (mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi). Dijelaskan Menurut Fakhruddin al-Razi, ini menunjukkan bahwa mereka melakukannya dengan ikhlas. Mereka mengerjakan semua amal itu bukan karena riya, supaya disebut sebagai orang yang baik, dermawan, dan sebagainya. Namun mereka mengerjakan benar-benar dilandasi motivasi untuk men-dapatkan balasan ALLAH SWT.

Kata al-tijârah, menurut al-Raghib al-Asfahani, berarti mempergunakan modal yang ber-tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Ibarat tijârah, semua amalan itu adalah modal yang dikeluarkan. Sedangkan keuntungan yang didapat adalah pahala, surga, dan ridha-Nya. Dibandingkan dengan amal yang dikerjakan, tentulah keuntungan itu sangat besar. Apa yang melebihi surga dan ridha-Nya? Perniagaan itu pun disebut sebagai tijarât[an] lan tabûr, perniagaan yang tidak akan merugikan. lan tabûr bermakna lan tahlik (tidak akan lenyap).

Semua modal manusia yang berupa iman dan amal shalih tidak akan lenyap dan sia-sia. Allah SWT pun berfirman: liyuwaffiyahum ujûrahum (agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka). Hal ini memberikan penegasan bahwa harapan mereka tidak hampa. Mereka pasti akan mendapatkan apa yang diharapkan itu.

Bahkan balasan yang dibe-rikan bukan hanya sepadan dengan perbuatan yang diker-jakan, namun masih ditambah dengan keuntungan berlipat. Allah SWT berfirman: waya-zîdahum min fadhlihi (dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya). Menurut Ibnu ‘Athiyah, tambahan fadhilah itu ada yang menafsirkannya sebagai pelipatgandaan pahala bagi pelakunya, mulai sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Namun menurut yang lain, pelipat gandaan pahala itu masih termasuk dalam cakupan liyuwaffiyahum ujûrahum. Sedangkan tambahan yang dimaksud adalah melihat wajah Allah SWT di akhirat kelak. Bisa pula, tambahan itu berupa dijadikannya mereka sebagai pemberi syafaat bagi orang lain, sebagaimana firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (TQS Yunus [10] :26).

Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya: Innal-Lâh Ghafûr[un] Rahîm[un] (sesung-guhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). Artinya, Allah SWT mengampuni per-buatan dosa mereka, dan mem-balas semua amal shalih mereka.

Hidup di dunia amat singkat. Itu pun hanya sekali. Maka jangan sampai salah pilih dan merugi. Kita harus meng-ambil ‘bisnis’ dengan keun-tungan berlipat ganda yang ditawarkan kepada kita. Masih-kah kita belum tertarik dengan tawaran menggiurkan  itu? 

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن

الخطبة الثانية
Khutbah Jum’at Kedua:

ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ , ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺍْﻷَﺷْﻴَﺂﺀَ * ﺃَﺣْﻤَـﺪُﻩُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺣَﻤْﺪَ ﻣَﻦْ ﻋُﻔِﻲَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻼَﺀِ *
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻵ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻵ ﺷَـﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓً ﺗُﻨْﺠِﻲْ ﻗَﺎﺋِﻠَﻬَـﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠَـﺰَﺍﺀِ *
ﻭَﺃَﺷْـﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﺃَﺗْﻘَﻰ ﺍْﻷَﺗْﻘِﻴﺂﺀِ * ﺃَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ ﻭَﺍْﻷَﻧْﺒِﻴﺂﺀِ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺍﻟْﻜَﺮَﻣﺂﺀِ * ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﺍْْﻷَﺻْﻔِﻴﺂﺀِ * ﻭَﻣَﻦْ ﺗُﺒِﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﻠِّﻘَﺎﺀ ِ *
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﻴَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺃَﺷْـﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﻮَﺍﻟِﻲ ﺍﻟﻨَّﻌَﻤﺂﺀِ
ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮْﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻣَﺮَﻛُﻢْ ﺃَﻣْﺮًﺍ ﻋَﻤِﻴْﻤًﺎ * ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺟَﻞَّ ﺟَﻼَﻟُﻪُ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ * ﻳَﺂﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴْﻦَ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ * ﻭَﺗَﺎﺑِﻊِ ﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ ﺃَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ * ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ * ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُّﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ * ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺻْﻠِﺢْ ﺃَﺋِﻤَﺘَﻨَﺎ ﻭَﺃُﻣَّﺘَﻨَﺎ * ﻭَﻗُﻀَﺎﺗَﻨَﺎ ﻭَﻋُﻠَﻤَﺎﺀَﻧَﺎ ﻭَﻓُﻘَﻬَﺎﺀَﻧَﺎ * ﻭَﻣَﺸَﺎﻳِﺨَﻨَﺎ ﺻَﻼَﺣًﺎ ﺗَﺎﻣًّﺎ ﻋَﺎﻣًّﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻫُﺪَﺍﺓَ ﻣُﻬْﺘَﺪِﻳْﻦَ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍْﻧﺼُﺮْ ﻣَﻦْ ﻧَﺼَﺮَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺍﺧْﺬُﻝْ ﻣَﻦْ ﺧَﺬَﻝَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ * ﺃَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻫْﻠِﻚْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺃَﻟِّﻒْ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮْﺏِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ * ﻭَﻓُﻚَّ ﺃَﺳْﺮَ ﺍﻟْﻤَﺄْﺳُﻮْﺭِﻳْﻦَ * ﻭَﻓَﺮِّﺝْ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻜْﺮُﻭْﺑِﻴْﻦَ * ﻭَﺍﻗْـﺾِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺪْﻳُﻮْﻧِﻴـْﻦَ * ﻭَﺍﻛْﺘُﺐِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻟﺴَّﻼَﻣَﺔَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻐُﺰَّﺍﺓِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻫِﺪِﻳْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮِﻳْﻦَ * ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳْﺮٌ *
ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍﺩْﻓَﻊْ ﻋَﻨَّﺎ ﺍﻟْﻐَﻠَﺎﺀَ * ﻭَﺍﻟْﺒَﻼَﺀَ ﻭَﺍﻟْﻮَﺑَﺎﺀَ * ﻭَﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮَ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲَ ﻭَﺍﻟﺴُّﻴُﻮْﻑَ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻔَﺔ * ﻭَﺍﻟﺸَّﺪَﺍﺋِﺪَ ﻭَﺍﻟْﻤِﺤَﻦَ * ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦَ * ﻣِﻦْ ﺑَﻠَﺪِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺧَﺎﺻَّﺔً * ﻭَﻣِﻦْ ﺑُﻠْﺪَﺍﻥِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻋَﺎﻣَّﺔً * ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳْﺮٌ * ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ * ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ * ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

Ulang Tahun ala Santri

DOABERKAH

لااله الا الله الملك الحق المبين... 
محمد رسول الله صادق الوعد الامين...

Ya Allah Gusti kulo nyuwun..
Gesang ingkang istiqomah...
Ya Allah Gusti kulo nyuwun...
Mbenjang pejah husnul khotimah...

Ya Allah Gusti kang Moho luhur...
Mugi paring panjang umur...
Anak putu gampil dipun atur...
Sregep ngaji tondo roso syukur...

Ya Allah Gusti kang Moho Luhur...
Mugi paring panjang umur....
Rejeki turah cekap kangge saksedulur...
Ing pengajab lahir batin biso makmur...

Ya Allah Gusti Kang Moho Murah...
mugi sedoyo paringono berkah...
Anak Murid Sregep ibadah...
Aman slamet saking wabah...

اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان
وبلغنا رمضان وبلغنا رمضان

امين امين يا الله امين * امين امين يا الله امين

امين امين يا الله امين *  يا الله رب العالمين

Selasa, 16 Februari 2021

Hukum wudhu setelah makan

Memang terjadi khilafiyyah (perbedaan pendapat) diantara Para Ulama apakah orang yang memakan makanan yang disinggung dengan api diwajibkan berwudhu. Namun pendapat Mayoritas Ulama wudhunya tidak batal.
قال ابن الشهاب أخبرني سعيد بن خالد بن عمرو بن عثمان وأنا أحدثه هذا الحديث أنه سأل عروة بن الزبير عن الوضوء مما مست النار فقال عروة سمعت عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم تقول : قال صلى الله عليه وسلم توضئو مما مست النار
Berkata Ibnu As-Syihab : Telah mengkhabarkan kepadaku Said bin Khalid bin Amr bin Utsman dan Aku menceitakan hadits ini. Sesungguhnya Urwah bin az-Zubair bertanya tentang berwudhu karena (memakan) apa yang disinggung api. Maka berkata Urwah, ‘Aku mendengar Aisyah Istri Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Berwudhulah kalian karena (memakan) apa yang disinggung api”.
(HR.Muslim II/262)
وقد اختلف العلماء في قوله صلى الله عليه وسلم : توضئوا مما مست النار . فذهب جماهير العلماء من السلف والخلف إلى أنه لا ينتقض الوضوء بأكل ما مسته النار . ممن ذهب إليه أبو بكر الصديق رضى الله عنه ، وعمر بن الخطاب ، وعثمان بن عفان ، وعلي بن أبي طالب ، وعبد الله بن مسعود ، وأبو الدرداء ، وابن عباس ، وعبد الله بن عمر وأنس بن مالك ، وجابر بن سمرة ، وزيد بن ثابت ، وأبو موسى ، وأبو هريرة ، وأبي بن كعب وأبو طلحة ، وعامر بن ربيعة ، وأبو أمامة وعائشة رضى الله عنهم أجمعين . وهؤلاء كلهم صحابة. وذهب إليه جماهير التابعين وهو مذهب مالك ، وأبي حنيفة ، والسافعي ، وأحمد ، وإسحاق بن راهويه ، ويحي بن يحي ، وأبي ثور ، وأبي خيثمة رحمه الله .
وذهب طائفة إلى وجوب الوضوء الشرعي وضوء الصلاة بأكل ما مشته النار ، وهو مروي عن عمر بن عبد العزيز ، والحسن اليصري ، والزهري ، وأبي قلابة ، وأبي مجلز . وأجابوا عن حديث وضوء مما مست النار بجوابين : أحدهما أنه منسوخ بحديث جابر رضى الله عنه قال : كان آخر الأمرين من رسول الله صلى الله عليه وسلم ترك الوضوء مما مسته النار ، وهو حديث صحيح رواه أبو داود والنسائى وغيرهما من أهل السنن بأسانيدهم الصحيحة . والجواب الثانب أن المراد بالوضوء غسل الفم والكفين . ثم إن هذا الخلاف الذي حكيناه كان في الصدر الأول ، ثم أجمع العماء بعد ذلك على أنه لا يجب الوضوء بأكل ما مسته النار . والله أعلم
Sesungguhnya Para Ulama berbeda pendapat tentang sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam “Berwudhulah kalian karena (memakan) apa yang disinggung api”.
Mayoritas Ulama Salaf dan Khalaf berpendapat bahwasanya wudhu tidak batal karena memakan apa yang disinggung api. Diantara yang berpendapat demikian : Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abu Darda’, Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Samurah, Zaid bin Tsabit, Abu Musa, Abu Hurairah, Ubai bin Ka’ab, Abu Thalhah, ‘Aamir bin Robi’ah, Abu Umamah dan Aisyah radhiallahu ‘anhum Ajma’iin. Mereka semuanya adalah sahabat.
Mayoritas Thabi’iin juga berpendapat demikian, diantaranya : Malik, Abu Hanifah, As-SYafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rawaaih, Yahya bin Yahya, Abu Tsur dan Abu Khaitsamah Rahimahullah.
Sekelompok Ulama mewajibkan wudhu secara syar’i wudhu shalat karena memakan apa yang disinggung api. Pendapat tersebut diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz, Hasan al-Bashri, Zuhri, Qulaibah dan Abu Mijlaz.
Mayoritas Ulama menjawab tentang hadits berwudhu karena memakanapa yang disinggung api dengan dua jawaban : (1). Hadits tersebut mansukh dengan Hadits Jabir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata “Perkara yang terakhir dari (ketetapan) Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah meninggalkan wudhu dari memakan yang disentuh api”. Ini adalah hadits shahih, diriwayatkan Abu Dawud, Nasa’i dan lainnya dengan sanad yang shahih. (2). Yang dikehendaki dengan wudhu ialah membasuh mulut dan dua telapak tangan.
Kemudian khilaf yang kami ceritakan diatas adalah pada masa awal. Kemudian setelah itu Para Ulama sepakat tidak wajib berwudhu dari memakan apa yang disentuh api.
Al-Manhaj li an-Nawawy II/66
Wallahu A’lamu Bis Showaab.