Selasa, 24 Maret 2020

Lafadz ROJABA DAN ROJABIN

Polemik Bahasa Doa Nabi Saw Menyambut Bulan Rajab

Sebagai seorang Muslim, tentu kita tidak asing dengan doa Nabi yang kerap di share diberbagai media sosial dalam menyambut datangnya bulan Rajab. Doa tersebut kerap dibaca di masjid-masjid kampung menjelang shalat Magrib sambil diiringin dengan puji-pujian shalawat. Terdapat perbedaan pembacaan dalam membaca doa tersebut. 

Perbedaan bacaan tersebut hanya terletak pada kalimat "Fii Rojaba" dan "Fii Rojabin". Sehingga memunculkan perdebatan, manakah yang benar, apakah dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN"???.

Terdapat perdebatan diantara kalangan Ahli Nahwu (Linguist) Bahasa Arab mengenai pembacaan tersebut. Akan kita urai satu persatu, biar kelak tidak terjadi perdebatan hanya karena kalimat yang dibaca berbeda tersebut.

Menurut Al-Danûsyirî, sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin 'Alî al-Shabbân dalam Hâsyiyah al-Shabbân, bahwa lafadz "ROJAB" dalam bahasa Arab memiliki 2 (dua) bentuk, yaitu :

Jika yang dimaksud "ROJAB" itu adalah bulan ROJAB tertentu, maka lafad "Rojab" itu termasuk dalam kategori ISM GHAIRU MUNSHARIF (isim yang tidak bisa menerima tanwin).


Namun ketika yang dimaksud dengan lafad "Rojab" itu adalah bulan Rojab secara umum, maka lafad "Rojab" termasuk isim munsharif (isim yang bisa menerima tanwin). 


Kemudian muncul pertanyaan "Jika memang lafadz "Rojab" itu termasuk Ism ghairu munsharif, lalu 'illatnya apa?" Maka jawaban illatnya adalah "lil 'alamiyyah ma'al 'udul".
Pada bait Syair Al-Fiyyah  illat 'alamiyyah ma'al 'udul ini, yaitu lafad "Sahar" (waktu sahur atau waktu sebelum Shubuh).  Sama dengan lafad "ROJAB", bahwa lafadz "Sahar" juga berstatus sebagai isim ghairu munsharif jika yang dimaksud adalah waktu sahur tertentu. Nampaknya Al-Danûsyirî menyamakan lafad "Rajab" dengan lafad "Sahar", sehingga status keduanya adalah isim ghairu munsharif ketika yang dimaksud adalah waktu tertentu.

Sehingga, ketika kita membaca doa Nabi SAW di atas, kemudian dalam hati "gretek/bermaksud" agar kita diberkahi di bulan Rajab tahun ini, maka kita membacanya "FII ROJABA", dibaca fathah, dikarenakan lafad "ROJABA" berkedudukan sebagai isim ghoiru munsharif yang. Maka sesuai kaidah bahasa Arab, isim ghairu munsharif akan dibaca fathah ketika dibaca jer, kecuali pada kondisi tertentu.  
Sebagaimana ungkapan Ibnu Mâlik
 وجر بالفتحة ما لا ينصرف....
dan Imam Yahyâ al-Imrithî
 واخفض بفتح كل ما لا ينصرف.
Sebaliknya, ketika kita tidak mengkhususkan keberkahan  di bulan Rajab tahun ini saja, tapi bulan Rajab secara umum, maka kita membacanya "FII ROJABIN", dengan harakat kasratain sebab kata "ROJABIN" di sini termasuk ke dalam Ism Munshorif (menerima perubahan).

Akan tetapi, pendapat Al-Danûsyiritersebut disanggah oleh Al-Zarqânî.Al-Zarqânî berpendapat bahwa lafad "Rojab" itu termasuk Ism munsharif, meskipun yang dimaksud adalah bulan Rajab tertentu. Maka ketika diterapkan dalam doa di atas, bacaan yang benar adalah "FII ROJABIN", baik si pembaca doa itu "grentek/bermaksud" bulan Rajab tertentu atau tidak.

Kesimpulan akhir, membaca doa Nabi SAW tersebut, baik dibaca "FII ROJABA" atau "FII ROJABIN" sama-sama diperbolehkan atau dibenarkan. Tidak perlu memunculkan masalah baru dalam pembacaan doa tersebut. Sekian.... semoga tidak menimbulkan polemik. Sudahkah kita menyambut Sang Rajab dengan doa-doa yang kita panjatkan?? 

*****

Rajab adalah isim ‘alam, dan termasuk nama bulan bagi tahun hijriyyah. Dalam hal munsharif atau ghair munsharif, ternyata memang ada dua pendapat alias khilaf. Menurut pendapat mayoritas, ia adalah Isim Munsharif yang dii’rab diberi tanwin dalam segala i’rabnya, contoh:

جاء رجبٌ ، ورأيت رجباً ، ومررت برجبٍ

Akan tetapi menurut sebagian apabila di-qashad mu’ayyan (diniati / dimaksud bulan Rajab tertentu), maka ia menjadi ghair munsharif karena ‘alamiyyah dan ‘adal:

إن أريد به معين فغير منصرف للعلمية والعدل عن المحلى بأل

Dalam kitab Khudlari dikatakan bahwa dalam al Mishbah dikatakan bahwa kata Rajab adalah munsharif walaupun dimaksud mu’ayyan:

وإن أريد به معين.

Artinya ketika dikehendaki mu’ayyan, ada dua pendapat, yaitu yang mengatakan sebagai isim munsharif dan ada yang mengatakan isim ghair munsharif. Jadi mau yang mana pun ada alasan dan sumbernya. Sehingga tidak perlu diperdebatkan dalam pengajian-pengajian. Wallohu a’lam.

Referensi :

مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح للشيخ علي بن سلطان محمد القاري

1369 – ( وعن أنس قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب ) : منون وقيل غير منصرف ( قال : ” اللهم بارك لنا ” ) ، أي : في طاعتنا وعبادتنا ( ” في رجب وشعبان ، وبلغنا رمضان ” ) ، أي : إدراكه بتمامه ، والتوفيق لصيامه وقيامه . ( قال ) ، أي : أنس ( وكان يقول صلى الله عليه وسلم : ” ليلة الجمعة ليلة أغر ” ) : قال الطيبي ، أي أنور من الغرة اهـ .

حاشية الخضري ما نصة

“وصريح ذلك أن العلم الحقيقي لا يصح عدله عن ذي أل لما ذكر فاحفظه ينفعك في مواطن كثيرة فما نقل عن السعد وغيره من أن رجب وصفر من الشهور إذا أريد بهما معين يمنع صرفهما للعلمية، والعدل عن الرجب والصفر بأل ينبغى حمله على العلمية الحكمية وهي المعبر عنها هنا بشبه العلمية لما سمعت، ولأن العلم الحقيقي لا يحتاج لاشتراط التعيين، والملجىء لاشتراطه سماعهما بالصرف وعدمه هذا، ويحتمل أن منعهما للعلمية الجنسية على الأيام المخصوصة والتأنيث المعنوي باعتبار تأويلهما بالمدة، وصرفهما على اعتبار الوقت سواء أريد بهما معين أم لا فتأمل. وفي المصباح أن رجب الشهر مصروف وإن أريد به معين”

حاشية الصبان

“قوله (رجب) هو كصفر إن أريد به معين فغير منصرف للعلمية والعدل عن المحلى بأل وإلا فمنصرف نقله الدنوشري عن السعد وغيره ونقل شيخنا عن شرح المواهب لشيخه الزرقاني أن رجب من أسماء الشهور مصروف وإن أريد به معين كما في المصباح”

وقال اﻹمام علي القاري في كتابه: اﻷدب في رجب:

“واعلم أنَّ رجبًا مُنصرِفٌ عند الأكثر، وهو الأظهر؛ لاشتقاقه من رَجَبَ فلانًا: هابَه وعظَّمه؛ لتعظيم العرب إيَّاه، ولذا يقال: رجبٌ المُرَجَّب، ويقال: رجبٌ الأصم؛ لأنه لا يُنادى فيه: يا قوماه ويا صباحاه”.

النحو الوافي، تعليق رقم ٣، ج ٣ ص ٤١

٣_ جاء في التصريح –ج ٢ باب التوكيد عند الشاهد: “يا ليت عدة حول كله رجب”

ما نصه: “قال الدنوشري: هل “رجب” منصرف، وكذلك “صفر” أو لا؟ قال سعد الدين في حاشيته على الكشاف: إن أريد بهما معين فهما غير منصرفين وإلا فمنصرفان. قال ناصر الدين اللقاني: وكأن وجه ذلك أن المعين معدول عن الرجب وعن الصفر، كما قالوا في “سحر” إنه معدول عن السحر فيما أريد به “سحر” بعينه؛ ففيهما العلمية والعدل. وقد يقال: إن المانع هو العلمية والتأنيث باعتبار المدة”. ا. هـ، وستجيء إشارة لهذا في باب الممنوع من الصرف ج٤ ص١٩٦ م ١٤٧

 

إعانة الطالبين

وفي المصباح: أن رجب الشهر مصروف، وإن أريد به معين، وأما باقي الشهور فجمادي ممنوع لالف التأنيث وشعبان ورمضان للعلمية والزيادة، والباقي مصروف.

جاء في التصريح –ج2 باب التوكيد عند الشاهد: “يا ليت عدة حول كله رجب”

ما نصه: “قال الدنوشري: هل “رجب” منصرف، وكذلك “صفر” أو لا؟ قال سعد الدين في حاشيته على الكشاف: إن أريد بهما معين فهما غير منصرفين وإلا فمنصرفان. قال ناصر الدين اللقاني: وكأن وجه ذلك أن المعين معدول عن الرجب وعن الصفر، كما قالوا في “سحر” إنه معدول عن السحر فيما أريد به “سحر” بعينه؛ ففيهما العلمية والعدل. وقد يقال: إن المانع هو العلمية والتأنيث باعتبار المدة”. ا. هـ، وستجيء إشارة لهذا في باب الممنوع من الصرف ج4 ص196 م147.

Demikian, semoga bermanfaat.


Senin, 23 Maret 2020

Hadits mengingat kematian

Hadis-hadis Keutamaan Mengingat Kematian


Setiap makhluk yang bernyawa akan meninggal dunia. Hanya saja tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan dalam keadaan seperti apa ia akan meninggal dunia. Kita hanya diperintahkan untuk terus mempersiapkan dan mengingatnya. Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ke tiga puluh tujuh, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan hadis hadis keutamaan mengingat kematian yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.

Hadis Pertama:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:: {الْمَوْتُ جِسْرٌ يُوْصِلُ الْحَبِيْبَ إِلَى الْحَبِيْبِ}
Nabi saw. bersabda, “Kematian itu jembatan yang menghubungkan sang kekasih (orang mukmin) kepada kekasihnya (Allah swt.).” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Kedua:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:: {الْمَوْتُ أَرْبَعٌ مَوْتُ الْعُلَمَاءِ وَمَوْتُ الْأَغْنِيَاءِ وَمَوْتُ الْفُقَرَاءِ وَمَوْتُ الْأُمَرَاءِ فَمَوْتُ العُلَمَاءِ ثُلمَةٌ في الدِّينِ وَمَوْتُ الأَغْنِيَاءِ حَسَرَةٌ وَمَوْتُ الْفُقَرَاءِ رَاحَةٌ وَمَوْتُ الْأُمَرَاءِ فِتْنَةٌ}
Nabi saw. bersabda, “Kematian itu ada empat, matinya orang-orang yang berilmu, matinya orang-orang kaya, matinya orang-orang faqir, dan matinya para pemimpin. Maka kematian orang-orang memiliki ilmu itu dapat menyebabkan perpecahan di dalam agama, matinya orang-orang kaya itu dapat menyebabkan kesusahan (sangat sedih), matinya orang-orang faqir itu istirahat, dan matinya para pemimpin itu fitnah.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Ketiga:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لَا يَمُوْتُوْنَ وَإِنّمَا يَنْتَقِلُوْنَ مِنْ دَارٍ إلَى دَارٍ أُخْرَى}
Nabi saw. bersabda, “Sungguh wali-wali Allah itu tidak wafat, mereka hanya berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Keempat:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:  {نِعْمَ الْمَوْتُ رَاحَةُ الْمُؤْمِنِ}
Nabi saw. bersabda, “Sebaik-baik kematian adalah istirahatnya orang mukmin.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Kelima:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:  {مَوْتُ الْعُلَمَاءِ ظُلْمَةٌ فِى الدِّيْنِ}.
Nabi saw. bersabda, “Kematian ulama itu kegelapan di dalam agama.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Keenam:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ:  {إذَا مَاتَ ابْنَ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ} يَدْعُوْ لَهُ.
Nabi saw. bersabda, “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih.” yang mendoakannya.  Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam Abu Daud, imam At-Tirmidzi, imam An-Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah r.a.

Hadis Ketujuh:

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {اذْكُرُوْا هَاذِمَ اللَّذَّاتِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هَاذِمُ اللَّذَاتِ؟، قَالَ: الْمَوْتُ الْمَوْتُ الْمَوْتُ} ثَلًاثًا
Nabi saw. bersabda, “Ingatlah pemutus kelezatan-kelezatan. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apakah itu pemutus kelezatan-kelezatan? Beliau bersabda, “Kematian., kematian, kematian.” Tiga kali. Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Kedelapan:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْعَابِر سَبِيْلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ}
Nabi saw. bersabda, “Jadilah di dunia seperti kamu mengembara atau berjuang di jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, imam Abu Daud, imam At-Tirmidzi, dan imam Ibnu Majah dari sahabat Ibnu ‘Umar r.a.

Hadis Kesembilan:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {إذَا مَاتَ الْعَالِمُ بَكَتْ عَلَيْهِ أَهْلُ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ سَبْعِيْنَ يَوْمًا}
Nabi saw. bersabda, “Jika seorang alim meninggal dunia, maka penduduk langit dan bumi akan menangis sampai tujuh puluh hari.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Kesepuluh:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ الْعَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tidak bersedih karena wafatnya orang yang berilmu, maka ia adalah munafiq, munafiq, munafiq.” Beliau mengatakannya tiga kali.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

Hadis Kesebelas:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {إِذَا مَاتَ الْمَيِّتُ تَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ مَا قَدَّمَ وَيَقُوْلُ النَّاسُ مَا خَلَّفَ}
Nabi saw. bersabda, “Jika ada orang yang meninggal dunia maka malaikat berkata apa yang telah lalu (amal), sedangkan manusia membicarakan apa yang ia tinggalkan (warisan).”  Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi dari sahabat Abu Hurairah r.a.

Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang keutamaan mengingat kematian di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau menuliskan sepuluh hadis (namun di dalam bab ini beliau menyantumkan sebelas hadis) dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang mempelajarinya. Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama).
Wa Allahu A’lam bis Shawab.

Minggu, 22 Maret 2020

Aghisnaa

الله الله أغثنا يا رسول الله

Allâh Allâh aghitsnâ, yâ Rosûlallâh 
Allah Allah bantulah kami, wahai Rasulullah

يا عظيم الجاه عليك صلوات الله

Yâ ‘adhîmal jâh ‘alaika sholawâtullâh 
Wahai yang berkedudukan tinggi, atasmu shalawat Allah 

عبد بالباب يرتجي لثم الأعتاب

‘Abdun bil bâb yartajî latsmal a’tâb 
Hamba yang berada di pintu berharap, agar dapat mengecup maqommu

جد بالجواب مرحبا قد قبلناه

Jud bil jawâb marhabân qod qobbalnâh 
Kasihanilah kami dengan memberi jawaban;"Kami telah menerimanya"

أنت المعروف بالجود مقری الضيوف

Antal ma’rûf bil jûdi muqrîdl-dluyûf 
Engkau terkenal pemurah dan memuliakan tamu 

إنی ملهوف أغثنی بحق الله

Innî malhûf aghitsnî bihaqqillâh 
Sesungguhnya aku menderita bantulah 
aku demi Allah

أنت الحبيب الأعظم سر المجيب

Antal habîbul a’dhom sirrul mujîb 
Engkaulah Kekasih yang mulia, rahasia Allah Sang Pengabul doa

حاشا يخيب من لاذ برسول الله

Hâsyâ yakhîb man lâdza birosûlillâh 
Mustahil kecewa orang yang meminta perlindungan dengan Rasulullah

Seruan dari kubur

Seruan dari Kubur
 
Para orang tua kita menyebutkan bulan Sya'ban dengan nama bulan ruwah, yang sangat identik dengan kata arwah. Sebenarnya kata ruwah atau arwah hanyalah sebagai penanda bahwa bulan sya'ban adalah bulan paling tepat untuk mengingatkan manusia akan wacana akhirat mulai dari sakaraul maut, kematian, alam kubur dan alam akhirat. Sesungguhnya mengenang kematian dengan datang ke kuburan atau mengirim doa arwah adalah banyak faedahnya bagi kita yang masih ada umur di dunia. Karena hal itu bisa menyemangati diri meningkatkan dan melipatgandakan amal di bulan Ramadhan nanti, dan akan menambah rasa takut dalam diri hingga senantiasa menghindari segala dosa

kuburan adalah serambi akhirat atau miniature akhirat yang penuh dengan pembalasan amal. Jika amal kita di dunia baik, maka kuburan akan menjadi surga yang bersahabat. Tetapi jika amal kita di dunia penuh maksiat, maka kuburan menjadi neraka dan musuh yang sangat jahat. 
Demikianlah keterangan hadits Rasulullah saw

 خرج الترمذي من حديث عبد الله بن الوليد الوصافي عن عطيه عن أبى سعيد قال : دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم مصلاّه فرأى أناسا كأنهم يكثرون ، أو يضحكون فقال : " أما إنكم لو أكثرتم من ذكر هادم اللذات لأشغلكم عما أرى الموت فأكثروا ذكر هادم اللذات ، فإنه لم يأت يوم على القبر إلا يتكلم فيه فيقول : أنا بيت الغربة ، أنا بيت الوحدة ، أنا بيت التراب ، أنا بيت الدود فإذا دفن العبد المؤمن قال له القبر ، مرحباً وأهلاً : إنك كنت لأحب من يمشي على ظهري ، فإذا وليتك اليوم وصرت إلي فسترى صنيعي بك ، فيتسع له مد بصره ، ويفتح له باب إلى الجنة ، وإذا دفن العبد الكافر أو الفاجر قال القبر : لا أهلاً ولا مرحباً ، أما إن كنت لأبغض من يمشي على ظهره فإذا وليتك اليوم وصرت إلي فسترى صنيعي بك قال : فيلتئم عليه القبر حتى تلتقي وتختلف أضلاعه " ، قال فأشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بأصابعه وأدخلها بعضها في بعض قال : " ويقيض له سبعين تنيناً لو أن واحداً منهم نفخ على الأرض ما أنبتت شيئاً ، ما بقيت الدنيا فتنهشه وتخدشه حتى يفضي به إلى الحساب

Bersumber dari Abi Said Al-Khudry ra. 
bahwa Rasulullah saw pernah masuk ke Mushallanya. Di situ beliau bertemu dengan orang-orang yang sedang tertawa-tawa. Kemudian Rasulullah saw berkata kepada mereka "andaikan kalian mau mengingat kematian, tentu saja akan menyibukkanmu tentang kedahsyatan apa yang pernah aku lihat, maka perbanyaklah mengingat kematian karena setiap hari kuburan berkata "aku adalah rumah pengasingan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah rumah cacing. Maka jikalau yang dikebumikan adalah orang mukmin kuburan akan menyambutnya "Marhaban ahlan wa sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kucinta dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang engkau telah berada di dalam kekuasaanku, maka engkau akan tahu bagaimana caraku memperlakukanmu". Kemudan kuburan akan memperluas rongganya untuk mayit seolah-olah panjang dan luas sepanjang penglihatannya, dan juga di buka pintu surga banginya, Dan apabila yang dikebumikan adalah orang kafir, atau orang yang durhaka, maka kuburan itu menyambutnya "la marhaban wala ahlan wala sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kubenci dari sekian orang yang berjalan di atas punggungku. Sekarang kau berada di bawah kekuasaanku. Sekarang kau akan tahu sendiri apa yang akan aku lakukan kepadamu" Maka kuburanpun menghimpitnya, sehingga tulang-tulang rusuknya akan patah berlawanan". Kemudian periwayat mengatakan "lalu Rasulullah saw berisyarat dengan memasukkan jari-jari tangan ke dalam jari-jari tangan yang lain" (dan kemudian Rasulullah saw melanjutkan perkataannya). Kemudian Allah swt mengirimkan kedalam kubur itu tujuh puluh naga yang andaikan salah satu naga itu mengembus bumi, niscaya bumi tidak akan menumbuhkan tumbuha selamanya. Tujuh puluh naga tersebut lalu menguis-nguis dan mencakar-cakarnya sehingga kuburan menjadi kosong sampai besok hari hisab. 

Demikianlah perlakuan kuburan bagi mayit yang diceritakan Rasulullah saw kepada kita sebagai pelajaran agar kita selalu ingat akan mati. Karena dengan demikian akan menjadiakan kita bersemangat menjalankan ibadah dan amal saleh. 

Sabtu, 21 Maret 2020

Kalamun Qadimun

Kalamun Qodimun

كَلاَمٌ قَدِيمٌ لاَ يُمَـــلُّ سَمــَاعُــــــــــهُ
AlQuran adalah kalamullah yang qadim yang tidak ada kebosanan untuk didengarkan

تَـنَــزَّهَ عَنْ قَــــوْلٍ وَفِـــــــعْلٍ وَنِـــيَّـــةِ

Yang disucikan dari ucapan, perbuatan dan kehendak

بِهِ أَشْـتَـفِيْ مِنْ كُـــلِّ دَاءٍ  وَنُــوْرُهُ
Dengan Al quran itu aku minta kesembuhan dari segala penyakit dan cahaya Alquran


دَلِـيْلٌ لِقَلْـبِيْ عِنْدَ جَهْلِيْ وَحَيْرَتِيْ
Itu menjadi petunjuk hatiku ketika aku dalam kebodohan dan kebingungan


فَـيَا رَبِّ مَـتِّعْــنِيْ بِسِــرِّ حُــــرُوْفِـــهِ
Wahai Tuhanku, anugrahilah aku dengan rahasia dalam huruf Alquran

وَنَــوِّرْ بِهِ قَـلْبِيْ وَسَمْعِيْ وَمُقْلَتِيْ
Dan berilah cahaya dihatiku, pendengaran dan mataku berkat Alquran


وَهَبْ لِي بِهِ فَتْحاً وَعِلْماً وَحِكْمَةً

Anugrahkanlah padaku dengannya

Terbukanya hati, ilmu dan hikmah


وَآنِسْ بِهِ ياَ رَبِّ فيِ اْلقَبْرِ وَحْشَتِيْ

Gembirakanlah dengannya

Ya Robb, kesusahan dalam 

kubur


ويارب يافتاح إفتح قلوبنا
Wa yâ robbi yâ fattâh iftah qulûbanâ
Tuhanku yang Maha pembuka, bukakanlah hati kami


وفهم به قلبی علوم الشريعة
Wa fahhim bihi qolbî ‘ulûmasy-syarî’ati
dan fahamkanlah hati ini dengannya ilmu-ilmu syariat


وصل وسلم ياإلهی لمنذر
Wa sholli wa sallim yâ ilâhî limundziri
Berilah sholawat serta salam ya Tuhanku kepada Sang penyeru (Nabi Muhammad saw )

عدد حروف بالقرآن والسور
‘Adada hurûfin bil qur-âni was-sûwari
sebanyak huruf huruf Alquran dan surat~surat

اَللَّهُمَّ افْتَحْ إِقْفَالَ قُلُوْبِنَا بِذِكْرِكَ ، وَأَتْمِمْ نِعْمَتَكَ عَلَيْناَ بِفَضْلِكَ ، وَاجْعَلْناَ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ


Rabu, 18 Maret 2020

Khutbah Sya'ban 1441

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. 

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. 

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. 

اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال اللهِ تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 

Segala puji bagi Allah. Penguasa segala arah. Dialah pencipta semesta yang elok nan indah. 

Yang menakdirkan kita saat ini duduk di masjid penuh berkah.

Shalawat serta salam selalu terhaturkan pada junjungan ummat. Pemilik keagungan syariat. Pemegang perisai mukjizat. Sosok penuh semangat. Mengajak ummatnya agar selamat. Dialah Nabi Muhammad. Insan penuh mulia pemegang syafaat.

Pada pertemuan mulia ini, marilah kita tingkatkan takwa kehadirat Allah Swt. 

yakni menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 

Sikap taqwa yang kita miliki itu sudah seharusnya kita jaga dan pelihara dengan istiqamah, seraya berharap semoga kelak pada saatnya kita semua mampu menutup usia dan meninggalkan dunia fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Karena perkara kebaikan itu akan benar-benar dianggap baik manakala ia dilakukan secara terus menerus dan istiqamah. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam al-Ghazali:


لا خيرَ في خيرٍ لا يدومُ بل شرٌّ لا يدومُ خيرٌ مِن خيرٍ لا يدومُ

“Tak ada baiknya kebaikan yang tidak dilakukan terus menerus. Bahkan keburukan yang tidak dilakukan terus menerus, itu lebih baik dari pada kebaikan yang dilakukan tidak terus menerus.”


Hadirin Jamaah Jum’at rahimakumullah,

Pada hari ini, hari jumat dimana pemerintah masih menerapkan social distancing atau pembatasan sosial yaitu serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular. Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit.

Kita percaya takdir dan ketentuan Allah, tapi kita juga membuka ruang untuk Ikhtiar. 

Kita bukan orang yang hanya berpegang pada ikhtiyar saja

tapi juga bukan menyerahkan total semuanya kepada Allah tanpa usaha semaksimal mungkin

Doa dan Ikhtiar berjalan beriringan

Kita tidak akan membenturkan Takdir dan Ikhtiar; Ketentuan Allah dan Usaha Manusia. Semuanya dilakukan secara Proporsional dan Bersamaan.

marilah kita mentaati seruan ulama dan pemerintah dan selalu berdoa semoga wabah ini cepat berlalu dan kegiatan kegiatan kita kembali normal seperti biasanya Amin Ya Robbal Alamiin

Hadirin Jamaah Jum’at rahimakumullah,

tanpa terasa kita telah berada di bulan Sya’ban. Bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan; bulan yang seringkali dilalaikan oleh kebanyakan orang, sampai-sampai Rasulullah SAW mengingatkan:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

“Ia adalah bulan yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan”. (HR. An-Nasa'i)


Imam Muhammad bin Mukrim bin Ali al-Anshari ar-Ruwaifi'i al-Ifriqi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Ibnu Manzhur, seorang sastrawan, sejarawan, sekaligus ulama yang sangat ‘alim di bidang ilmu Fiqih dan ilmu Lughah, di dalam salah satu kitabnya yang berjudul Mu’jam Lisanil ‘Arab beliau menjelaskan perihal penyebutan bulan Sya’ban ini:

إنما سُمِّيَ شَعبانُ شَعبانَ لأَنه شَعَبَ أَي ظَهَرَ بين شَهْرَيْ رمضانَ ورَجَبٍ والجمع شَعْباناتٌ وشَعابِينُ

“Bulan ini dinamakan Sya’ban, karena ia menampakkan dirinya di antara dua bulan: Ramadhan dan Rajab. Bentuk jamaknya adalah Sya’banat dan Sya’abin”. (Lisanul ‘Arab, 1/501)

Secara lughawi, Sya’ban bermakna asy-Sya’bu atau at-Tafriqu (bercabang-cabang atau berpencar-pencar), mengingat banyaknya cabang dan pancaran kebaikan yang terdapat pada bulan tersebut. Di samping itu, di antara kebiasaan masyarakat Arab pada masa lalu saat bulan Sya’ban tiba, mereka saling berpencar ke berbagai penjuru demi mencari sumber-sumber mata air di tengah tandus dan gersangnya padang pasir. Tradisi ini merupakan simbol yang mengandung makna perjuangan demi mempertahankan hidup untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Para orang tua kita menyebutkan bulan Sya'ban dengan nama bulan ruwah, yang sangat identik dengan kata arwah. Sebenarnya kata ruwah atau arwah hanyalah sebagai penanda bahwa bulan sya'ban adalah bulan paling tepat untuk mengingatkan manusia akan wacana akhirat mulai dari sakaraul maut, kematian, alam kubur dan alam akhirat. Sesungguhnya mengenang kematian dengan datang ke kuburan atau mengirim doa arwah adalah banyak faedahnya bagi kita yang masih ada umur di dunia ini. Karena hal itu bisa menyemangati diri meningkatkan dan melipatgandakan amal di bulan Ramadhan nanti, dan akan menambah rasa takut dalam diri hingga senantiasa menghindar dari segala dosa

kuburan adalah serambi akhirat atau miniature akhirat yang penuh dengan pembalasan amal. Jika amal kita di dunia baik, maka kuburan akan menjadi surga yang bersahabat. Tetapi jika amal kita di dunia penuh maksiat, maka kuburan menjadi neraka dan musuh yang sangat jahat. 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Manusia adalah makhluk yang pasti akan merasakan kematian. Hanya saja, kenikmatan duniawi yang fana terkadang menenggelamkan kesadaran akan peristiwa penting tersebut 

Nabi memerintahkan agar kita memperbanyak ingat mati, sesuatu yang dapat memutus segala kenikmatan-kenikmatan yang dirasakan di dunia. Dalam sebuah hadits shahih, Nabi bersabda:
 أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ الَّلذَّاتِ اَلْمَوْتِ 
“Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kelezatan-kelezatan, yaitu kematian,” (HR. Ibnu Hibban, al-Nasai dan lainnya). 
Memperbanyak mengingat kematian dapat menjadi motivasi yang berlipat untuk mematuhi perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam sudut pandang fiqih, hukum mengingat kematian adalah sunnah, dan melakukannya secara sering adalah sunnah muakkadah (sunnah yang dikukuhkan). 
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami menegaskan:

 َـ (ليكثرَ) كلُ مكلفٍ نَدْبا مؤكدا وإلا فأصلُ ذكرِه سنةٌ أيضا (ذكر الموت) لأنه ادَّعى إلى امتثال الأوامر واجتناب المناهي للخبر الصحيح
 «أكثِروا من ذكرِ هاذم اللذات» أي بالمهملة مزيلُها من أصلها وبالمعجمة قاطعُها لكن قال السهيلي الروايةَ بالمعجمة  

"Hendaknya setiap mukallaf (orang baligh dan berakal) banyak mengingat kematian, sebagai bentuk sunnah yang dikukuhkan, bahkan sekadar mengingat mati (tanpa dilakukan secara sering) hukumnya sunnah, karena hal tersebut yang paling mendorong untuk mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, berdasarkan hadits shahih; ‘Perbanyaklah mengingat hal yang dapat memutus kenikmatan’. Redaksi ‘hâdim’ dengan tanpa titik berarti perkara yang menghilangkan kelezatan-kelezatan dari asalnya, bisa juga dengan memakai titik ‘hâdzim’ yang berarti dapat memutus kelezatan-kelezatan. Namun al-Suhaili berkata, riwayat yang benar adalah dengan memakai titik,” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 4, hal. 4, Darul Kutub al-Ilmiyyah). 

Menurut Syekh al-Laffaf, sering mengingat mati dapat menghasilkan tiga hal yang positif, yaitu mempercepat taubat, hati yang lapang menerima segala pemberian-Nya dan antusias yang tinggi menjalankan ibadah. Sebaliknya, orang yang lupa mati, ia akan menerima tiga keburukan, menunda-nunda taubat, tidak rela dengan rezeki yang cukup dan malas beribadah. Syekh al-Laffaf sebagaimana dikutip Syekh Abdur Rauf al-Manawi menegaskan: 

وقال اللفافُ مَن أكثَر ذكرَ الموت أكرمَ بثلاثة أشياء تعجيلِ التوبة وقناعةِ القلب ونَشاطِ العبادة ومَن نسِيهُ عُوقب بثلاثة أشياء تسويف التوبة وتركِ الرضا بالكفافِ والتكاسل في العبادة 
“Dan berkata Syekh al-Laffaf; barang siapa memperbanyak mengingat mati, ia dimuliakan dengan tiga hal, mempercepat taubat, menerimanya hati dan semangat beribadah. Barang siapa lupa mati, ia dihukum dengan tiga hal, menunda-nunda taubat, meninggalkan ridla dengan rezeki yang cukup dan malas di dalam ibadah,” (Syekh Abdur Rauf al-Manawi, Faidl al-Qadir, juz 1, hal. 109, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah). 

Mengingat kematian penting dilakukan sebanyak mungkin, bukan untuk melemahkan gairah hidup, melainkan sebaliknya: memompa semangat yang lebih besar untuk mengisi kehidupan yang pasti berakhir ini dengan kebaikan, baik kepada Allah, sesama manusia, maupun lingkungan alam sekitar 

Dari sudut pandang ulama tasawuf, orang yang sudah mencapai derajat ma'rifat billah (memiliki pengetahuan mendalam tentang sifat-sifat kebesaran Allah), sudah tentu akan senantiasa mengingat mati, sebab ia merasa kematian adalah waktu di mana ia bisa bertemu sang kekasih sejati, yaitu Allah subhanahu wata'ala, 
bahkan ia sangat senang dengan datangnya kematian, sebab dapat melepas dahaga kerinduannya bertemu sang penguasa alam semesta dan meninggalkan hiruk pikuk dunia yang sirna. 
Pakar tasawuf terkemuka, Hujjatul Islam Muhammad bin Muhammad al-Ghazali berkata:

 ُوأما العارفُ فإنه يذكُر الموتَ دائما لأنه مَوعِد لقائهِ لحبيبه والمُحب لا يَنسَى قط موعدَ لقاءِ الحبيب وهذا في غالبِ الأمر يستبطئ مجيءَ الموت ويُحب مجيئَه لِيتخلصَ من دار العاصين وينتقل إلى جِوار رب العالمين 

“Sedangkan Al-Arif (orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sifat-sifat kebesaran Allah) akan selalu mengingat kematian karena kematian adalah waktu yang dijanjikan untuk pertemuan dengan kekasihnya. Sang pecinta tak akan lupa waktu yang dijanjikan untuk bertemu kekasihnya. Seseorang yang demikian ini umumnya menganggap kedatangan mati yang begitu lamban dan menyukai kedatangannya, agar ia bisa terlepas dari tempatnya para pelaku maksiat dan berpulang menuju ke hadirat Tuhan sang penguasa alam. (Hujjatul Islam Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, juz 4, hal. 434, Al-Haramain). 

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia

Oleh karenanya, marilah di bulan Sya'ban ini kita sempatkan waktu untuk meningkatkan amal-amal kebaikan, yang diharapkan dapat me-refresh kualitas spiritual dan moralitas kita sehingga nanti ketika memasuki Ramadhan, kita benar-benar siap untuk menghambakan diri secara lahir dan batin. 

 "Allahumma bariklana fi Rajaba wa Sya'bana wa ballighna Ramadhan"


أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. 

بسم الله الرحمن الرحيم

لِاِيۡلٰفِ قُرَيۡشٍۙ .  اٖلٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ الشِّتَآءِ وَالصَّيۡفِ‌ۚ .  فَلۡيَـعۡبُدُوۡا رَبَّ هٰذَا الۡبَيۡتِۙ‏.  الَّذِىۡۤ اَطۡعَمَهُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۙ وَّاٰمَنَهُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. 

ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺍْﻏﻔِﺮْ ﻭَﺍﺭْﺣَﻢْ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻤِﻴْﻦَ










Khutbah Kedua:


الحمد لله الذي مَنَّ علينا برسولهِ الكريم, وهدانا به إلى الدين القويمِ والصراطِ المستقيم, وأمَرَنا بتوقيره وتعظيمه وتكريمه, وفرَض على كلّ مؤمنٍ أن يكونَ أحبَّ إليه من نفسه وأولاده وخليلهِ, وجعل محبّتَه سببا لمحبّته وتفضيله, أشهد أن لا إله إلاّ اللهُ الرؤوفُ الرحيم, وأشهد أنّ محمّدا عبدُه ورسوله ذو الجاه العظيم, صلّى الله وسلَّم عليه وعلى سائر المرسلين, وآل كلٍّ والصحابة والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. 

أمّا بعد, فيا أيّها الحاضرون, اتّقوا اللهَ حقَّ تُقاته, ولا تموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون. واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثَـنّى بملآئكته بقُدسه, وقال تعالى إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورسلك وملآئكتك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارضَ عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. 

اللهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحيآء منهم والأموات, إنّك سميع قريب مجيبُ الدعوات. اللهمّ أعزّ الإسلام والمسلمين وَأَذِلَّ الشّركَ والمشركين وانصرْ عبادَك الْمُوَحِّدِين المخلِصين واخذُلْ مَن خذَل المسلمين ودَمِّرْ أعدآئَنا وأعدآءَ الدّين وأَعْلِ كلماتِك إلى يوم الدين. 

اللهمّ ادفع عنّا البلاءَ والوَباءَ والزَّلازِلَ والْمِحَنَ وسوءَ الفتنة ما ظهر منها وما بطن عن بَلَدِنا إندونيسيا خآصةً وعن سائرِ البُلدانِ المسلمين عآمة يَا ربّ العالمين. ربّنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. 


عبادَ الله! إنَّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتآء ذي القربى وينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون, واذكروا الله العظيم يَذْكُرْكُمْ واشكروه على نِعَمِهِ يَزِدْكم واسئلوه من فضله يُعْطِكم, وَلَذِكرُ اللهِ أكبر.

Selasa, 17 Maret 2020

Solawat Taaj

صلاة التاج

اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وكَرِّمْ بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ الْعَلِيَّةِ، فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ أَبَدَا، عَدَدَ مَا عَلِمْتَ، وَزِنَّةَ مَا عَلِمْتَ، وَمِلْأَ مَا عَلِمْتَ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ، صَاحِبِ التَّاجِ وَالْمِعْرَاجِ وَالبُرَاقِ وَالْعَلَمِ وَدَافِعِ الْبَلَاءِ وَالْوَبَاءِ وَالْمَرَضِ وَاْلأَلَمِ، جِسْمُهُ مُطَهَّرٌ مُعَطَّرٌ مُنَوَّرٌ، مَنِ اسْمُهُ مَكْتُوْبٌ مَرْفُوْعٌ مَوْضُوْعٌ عَلَى اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ، شَمْسِ الضُّحَى بَدْرِ الدُّجَى نُوْرِ الْهُدَى مِصْبَاحِ الظُّلَمِ، أَبِي الْقَاسِمِ سَيِّدِ الْكَوْنَيْنِ وَشَفِيْعِ الثَّقْلَيْنِ، أَبِي الْقَاسِمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ سَيِّدِ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ، نَبِيِّ الْحَرَمَيْنِ مَحْبُوبٌ عِنْدَ رَبِّ الْمَشْرِقَيْنِ وَالْمَغْرِبَيْنِ، يَا أَيُّهَا الْمُشْتَاقُوْنَ لِنُوْرِ جَمَالِهِ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِمُوْا تَسْلِيْمَا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ بِجَمِيْعِ الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللهِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَمَنْ وَالَاهُ ، فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ أَبَدًا بِكُلِّ لِسَانِ لِأَهْلِ الْمَعْرِفَةِ بِالله [ ٣ مرة] عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ.

اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَلْاَصْحَابِ، صَلَاةً وَسَلَامًا تَرْفَعُ بِهِمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ الْحِجَابُ، وَتُدْخِلُنِى بِهِمَاعَلَيْهِ مِنْ اَوْسَعِ بَابٍ، وَتُسْقِيْنِيْ بِهِمَا بِيَدِهِ الشَّرِيْفَةِ اَعْذَبَ الْكُؤُسِ مِنْ اَحْلَى شَرَابٍ(ثلاث)  عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ

اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ [ ٥٠ مرة] ، فِيْ كُلِّ لَحْظَةٍ أَبَدًا، عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ

Ya Allah, Limpahkanlah Shalawat dan salam, berikanlah keberkatan dan kemuliaan, sebesar keagungan Dzat-Mu Yang Maha Tinggi, di setiap waktu dan kesempatan, selama-lamanya, sebanyak bilangan yang Engkau ketahui, sebesar bilangan segala yang Engkau ketahui, dan sepenuh bilangan segala yang Engkau ketahui, kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad saw, pemilik mahkota, Nabi yang (diistimewakan dengan) Mi’raj, kendaraan Buraq dan dengan bendera (Liwa’ al-Hamd). Nabi yang jasadnya suci dan disucikan, beraroma harum semerbak dan bercahaya. Nabi yang namanya ditinggalkan dan terpampang di Lauh al-Mahfuz dan Qalam. Matahari diwaktu Dhuha, purnama dikegelapan malam, cahaya petunjuk, pelita kegelapan, Abi al-Qasim, pemimpin dua alam dan pemberi syafaat bagi jin dan manusia. Nabi dari dua tanah haram, yang dicintai Tuhan penguasa Masyriq dan Maghrib. Wahai siapa yang merindukan (untuk melihat) cahaya keindahannya, ucapkanlah shalawat dan salam kalian kepadanya.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam, dengan segenap shalawat yang ada didalam ilmu Allah, atas junjungan kami Muhammad saw dan keluarganya serta orang-orang yang mengikutinya. Dalam setiap waktu, selama-lamanya, dengan segala bentuk ungkapan orang-orang yang telah mengenal Allah swt (ahli ma’rifah) (3 kali), sebanyak bilangan makhluk-Nya, Keridhoan diri-Nya sebesar keagungan arsy-Nya dan sebanyak bilangan tinta kalimat-Nya.

Ya Allah, Limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad dan keluarganya serta para sahabatnya. Shalawat dan salam yang dengannya Engkau angkat hijab yang mendidindingi diriku dengannya, kau masukan aku kedalam pintu yang paling lebar, dan kau tuangi aku dengan tangan yang mulia dan dari cawan yang terindah, semurni-murni dan serta semanis-manis minuman (3 kali), sebanyak bilangan makhluk-Nya, keridhan dari-Nya, sebesar keagungan arsy-Nya dan sebanyak bilangan tinta kalimat-Nya.

Shalawat ini disusun oleh:  Al-imam Fakhrul Wujud As-Syaikh Abu Bakar bin Salim

Di antara Kata Mutiara dan Untaian Hikmah Penuh Nasihat antara lain:

Pertama:
Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu. Sebaliknya adalah ketika kamu masih menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya (dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena segala tempat hanya untuk mengalirkan apa yang di dalamnya.

Kedua:
Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat dan tidak menyia-nyiakan waktu”Siapa yang tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT berfirman: ”Barangsiapa yang berjuang di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kam”. Siapa pun yang tidak menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu) tidak akan selamat dari malapetaka. Orang-orang yang telah melakukan kesalahan, maka layak mendapat siksaan.

Ketiga:
Tentang persahabatan: ”Siapa yang bergaul bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang bergaul dengan para pendosa dan orang bejat, akan berhak mendapat hina dan api neraka”.

Keempat:
Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w”Aku tidaklah separti kalian. Aku selalu dalam naungan Tuhanku yang memberiku makan dan minum”. Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat spiritual yang datang datang dari haribaan Yang Maha Suci”.

Kelima:
Engkau tidak akan mendapatkan berbagai hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-benda yang kau cintai. Orang yang rela dengan pemberian Allah (qana’ah), akan mendapat ketenteraman dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi hina dan menyesal. Orang arif adalah orang yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak menyesal.

Keenam:
Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya. Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah) Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang berguna, manakala engkau mendengarkanku. Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-ucapanku dalam keadaan terang-benderang. Insya-Allah….! Mengartilah bahwa Tuhan itu tertampakkan dalam qalbu para wali-Nya yang arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya, raib dari pandangan alam-raya melalui Kebenderangan-Nya. Di pagi dan sore hari, mereka menjadi orang-orang yang taat dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan sujud, riang dan digembirakan (dengan berita gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya. Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan untuk mereka”.

Ketujuh:
Orang yang bahagia adalah orang yang dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efisien yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah orang yang Allah bahagiakan mereka dengan amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka, adalah orang yang Allah celakakan mereka dengan meninggalkan amal-amal saleh serta merusak Syariat – kami berharap ampunan dan pengampunan dari Allah.

Kedelapan:
Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah orang yang menentang diri dan hawa nafsunya, minggat dari bumi menuju Tuhannya, dan selalu menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.

Kesembilan:
Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan angkuh.

Kesepuluh:
Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri dan sebaliknya kehancuranmu terletak pada pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau umbar, maka engkau pasti akan menang (dalam melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang bijak adalah orang yang mengenal dirinya sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ’arif billah untuk membimbing orang jahil. Karena, kebahagiaan abadi dapat diperoleh dengan selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga jelas tidak terhalang sehelai hijab pun. Relakan dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan padamu.

Kesebelas:
Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan tata cara mengikut apa yang dilarang dan diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka buruk itu berarti tiada taufik. Teruslah rela dengan qadha’ walaupun musibah besar menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah berfirman: ”Sesungguhnya Allah mengganjar orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan. Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap dirimu”.

Keduabelas:
Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si ibu (akhirat).

Dan masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain yang sangat bernilai.

Minggu, 15 Maret 2020

Salamun


DOA KESELAMATAN DAN TOLAK BALA

Bagi anda yang ingin memohon perlindungan dan kasih sayang kepada Allah dari berbagai bala' bencana, dengan membaca doa SALAMUN 7x lalu  tiupkan pada air putih bersih yang seringkali kemudian disebut air berkah salamun.
Kemudian air salamun tadi diminum untuk diambil berkahnya dengan niat mohon perlindungan kepada Allah.
Insya Allah manjur dan barakah, selamat sentosa dari berbagai macam bala' bencana.

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
سَلاَمٌ قَوْلاَ مِنْ رَبِّ الرَّحِيْمِ
سَلاَمٌ عَلَى نُوْحٍ فِى العَالَمِيْنَ ﺍِﻧَّﺎ ﻛَﺬَاﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴْﻦَ
سَلاَمٌ عَلَى اِبْراهِيْمَ ﺍِﻧَّﺎ ﻛَﺬَاﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴْﻦَ
سَلاَمُ عَلَى مُوْسَى وَهاَرُوْنَ ﺍِﻧَّﺎ ﻛَﺬَاﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴْﻦَ
سَلاَمٌ عَلَى اِلْيَاسَ ﺍِﻧَّﺎ ﻛَﺬَاﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴْﻦَ  
سَلاَمٌ عَلَــيْكُمْ طِبْــتــُمْ فَادْخُــلُوْهَا خَـالِدِيْنَ
ﺳَﻼَﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﺻَﺒَﺮْﺗُﻢْ ﻓَﻨِﻌْﻢَ ﻋُﻘْﺒَﻲ ﺍﻟﺪَّﺍﺭِ
سَلاَمٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الفَجْرِ
وَسَلاَمٌ عَلَى المرْسَليْنَ
والحمد لله رب العالمين