Rabu, 29 Mei 2019

MAKNA SUKSES

Khutbah Pertama

الخطبة الأولى

اللهُ أَكْبَرُ «تسعا»، الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

الحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا،
وَالْحَمْدُ للهِ الَّذِى وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا وَتَدْبِيْرًا، نَحْمَدُهُ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ حَمْدًا كَثِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، بَعَثَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ مَا لاَحَتِ اْلأَنْوَارُ، وَغَرَّدَتِ اْلأَطْيَارُ، وَأَوْرَقَتِ اْلأَشْجَارُ، وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ، وَلّبَّى الحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ:فَـ (ياأيها الناس اتقوا ربكم إن زلزلة الساعة شيء عظيم )– الحج:١اتَّقُوا اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ الْقُرْآنِ.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Ramadhan telah meninggalkan kita. Ada rasa haru dalam hati kita ketika meninggalkan Ramadhan yang penuh berkah.
Kata pepatah, 
اذا ذُقْتَ حَلَاوَةَ الوَصِيلة لَعرفْتَ مُرّةَ القاطعة
idza zuqta halawat al-washilah la ‘arafta murrat al-qathi’ah –
jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersama, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah.

Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap agar Allah panjangkan umur kita sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah swt.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran Allah swt ke segala penjuru angkasa dengan penuh sukacita – kadang dengan tetesan air mata – sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, sebagai ekspresi rasa takut kita akan azab-Nya, dan sebagai ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya. Kita bersyukur bahwa Allah swt masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir di sini bersama kita, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.

Betapa indahnya kemanusiaan kita pada hari ini. Dengan lantunan takbir, tahmid, dan tahlil, dari lubuk hati yang terdalam kita sadari betul bahwa selama ini yang kita besarkan adalah bukan Allah. Yang kita besarkan selama ini adalah harta, kedudukan, popularitas, dan perkara keduniaan lainnya, sehingga membuat ruhani kita menjadi tumpul dan tidak berkembang.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Shalat Id yang baru saja kita lakukan merupakan simbolisasi dari kesuksesan kita menghidupkan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, pelajaran berharga dari Idul Fitri yang kita rayakan hari ini merupakan akumulasi dari dari pelajaran-pelajaran ibadah puasa, shalat, dan zakat kita di bulan Ramadhan. Selama 720 jam, Ramadhan sebagai suatu madrasah ruhaniah, spiritual training, telah menggembleng kita untuk memahami prinsip kesuksesan hidup yang hakiki dan cara meraih kesuksesan itu.

Apakah prinsip kesuksesan hakiki yang telah diberikan oleh Ramadhan kepada kita? Ada begitu banyak prinsip kesuksesan yang telah diajarkan oleh Ramadhan.

Di antaranya adalah:

Yang pertama, kita disebut sukses manakala kita bisa menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah swt.

 Selama kita berpuasa, sejak Subuh hingga Maghrib, kita rela menahan lapar, haus, dan hal-hal lain yang mengurangi nilai ibadah puasa kita. Kita teguh memegang prinsip. Kita tidak berani melanggar pantangan puasa sampai datang waktu berbuka. Rasanya tidak ada waktu yang ditunggu-tunggu oleh orang yang berpuasa, kecuali datangnya waktu Maghrib. Kesuksesan orang yang berpuasa adalah di saat berbuka. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman,

للصائم فرحتان يفرحُهُما: إذا أفطر فرح بفطره، وإذا لقي ربه فرح بصومه

‘Buat orang yang berpuasa, ia memiliki dua kegembiraan. Pertama, ketika berbuka, ia gembira dengan saat berbukanya itu. Kedua, ketika ia berjumpa dengan Allah (nanti di hari Akhir) ia gembira dengan ganjaran puasanya’. (Hadits, muttafaq alayh)

Waktu berbuka, yaitu Maghrib dan Idul Fitri sebagai akhir puasa, adalah simbol datangnya kesuksesan jangka pendek, yaitu kesuksesan dunia. Sedangkan kesuksesan jangka panjang adalah di saat hari Akhir berjumpa dengan Allah, dan kita mendapatkan ganjaran masuk surga melalui pintu ar-Rayyan, yang tidak akan masuk surga melalui pintu itu kecuali buat orang-orang yang berpuasa.

Kesuksesan yang sejati adalah manakala kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah. Hati kita akan merasa damai di saat kita melakukan ketaatan. Buat seorang muslim, sukses akan datang dengan sendirinya manakala ia sabar menjalani ketaatan itu, meskipun dihadapkan pada rintangan-rintangan.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Ada sebuah kisah menarik tentang dampak ketaatan kepada Allah swt.

Salah seorang sahabat Rasulullah ada yang bernama Said al-Khudri. Suatu hari ia mendatangi Rasulullah, lalu berkata,

يا رسول الله، رأيت الليلة رؤيا عجيبة، رأيتنى أصلي خلف شجرة، وأقرأ القرآن فتخشع الشجرةُ لصلاتى حتى جاءت آيةُ سجدة – أي سجدة تلاوة – فسجدت، فرأيت الشجرةَ تسجد لسجودى، فسمعتها تقول وهي ساجدة: اللهم اغفر لى بها وزرا، واكتب لى بها أجرا، واجعلْها لى عندك لى ذخرا، وتقبّلْها منى كما تقبّلتها من عبدك داود عليه السلام.

‘Duhai Rasulullah, semalam aku bermimpi aneh. Aku melihat diriku shalat di belakang sebuah pohon. Lalu aku membaca al-Quran dalam shalatku dan pohon itu menjadi merunduk. Ketika aku sampai pada satu ayat sajdah, yaitu ayat sujud tilawah, maka aku pun melakukan sujud. Lalu, aku melihat pohon itu juga ikut bersujud lantaran sujudku. Ketika pohon itu bersujud, aku mendengar ia berkata, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku dengan sebab sujudku ini. Tuliskan pahala bagiku dengan sebab sujudku ini. Jadikanlah sujudku ini sebagai tabungan akhiratku. Terimalah amalku ini sebagaimana Engkau telah menerima amal hamba-Mu Dawud alayhissalam’.

Begitu mimpi Said al-Khudry.

Subhanallah, sebuah pohon yang tumbuh di masa Rasulullah ternyata mengetahui ketaatan Nabi Dawud alayhissalam. Padahal, jarak antara Rasulullah dengan Nabi Dawud adalah ribuan tahun. Nabi Dawud memang seorang Nabi yang Allah berikan suara yang indah. Jika ia membaca kitab Zabur maka seluruh alam menjadi terpesona.

Begitulah, hadirin rahimakumullah, jika kita membiasakan diri untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah, melalui ketaatan kepada-Nya, maka nama kita akan harum sepanjang masa melintasi zaman dan alam, dikenang oleh makhluk Allah swt.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Yang kedua, kesuksesan tidak boleh membuat kita eforia, lupa diri, dan kebablasan.

Di saat kita menjalankan ibadah puasa, di saat rasa lapar dan haus mendera, rasanya terbersit hasrat dalam hati kita untuk memuaskan nafsu makan dan minum kita nanti di saat berbuka. Namun, di saat segala hidangan sudah dihamparkan dan datang waktu berbuka, seteguk minuman dan sesuap makanan sudah melenyapkan hasrat kita itu. Sebutir kurma sudah mengenyangkan perut kita. Seteguk dua teguk teh hangat-manis sudah menghangatkan tubuh kita. Kita pun menjadi kembali perkasa dan energik. Kita tidak punya hasrat lagi untuk menghabiskan segala hidangan yang tersedia, kecuali sekedar kebutuhan. Subhanallah… Itulah sunnatullah..

Hadirin rahimakumullah, itu artinya apa? Itu artinya bahwa ketika kita mendapatkan kesuksesan, kita tidak boleh eforia, tidak boleh lupa diri, dan tidak boleh kebablasan.

Riset ilmiah sudah membuktikan bahwa orang-orang sukses adalah orang-orang yang mampu menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih panjang. Orang yang memilih untuk menabung uang dibanding menghabiskan uangnya, maka ia akan kaya dalam jangka panjang. Bukankah ada pepatah yang mengatakan: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya?

Dengan Ramadhan, Allah swt sengaja melatih kita untuk menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih abadi. Dan Rasulullah saw sudah mencontohkan hal itu kepada kita, umatnya.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Ada kisah menarik, suatu hari Sayyiduna Umar bin Khattab r.a. datang ke rumah Rasulullah. Setelah Umar mengucapkan salam dan diizinkan masuk, ia melihat Rasulullah sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dan tikar itu menimbulkan bekas pada punggung Rasulullah. Melihat keadaan yang mengharukan itu, Umar bin Khattab menangis.

Lalu terjadilah dialog antara Rasulullah dengan Umar.

ما يبكيك، يا ابن الخطاب؟يا نبي الله، ومالى لا أبكي، هذا الحصير قد أثّر فى جنبك، وهذه خزانتك لا أرى فيها إلا ما أرى، أنت نبي الله وصفةته، وذاك كسرى وقيصر على سرير الذهب وفرش الحرير.فقال: أولئك عجلت لهم طيباتهم وهي وشيكة الإنقطاع، وإنا قوم أخرت لنا طيباتنا فى آخرتنا… ما مثلي ومثل الدنيا إلا كراكب سار فى يوم صائف فاستظل فى شجرة ساعة ثم راح وتركها.

 ‘Mengapa engkau menangis, wahai putra al-Khattab?’, tanya Rasulullah.

Umar menjawab, ‘Duhai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis. Tikar kasar ini sudah membuat punggungmu berbekas. Dan aku lihat hanya ini saja perabotan rumahmu. Padahal, engkau adalah Nabi Allah dan manusia pilihan-Nya. Sementara di sana, yang namanya Kisra dan Kaisar duduk bertatahkan permata, tidur berbantalkan sutra’.

Lalu Rasulullah berkata, ‘Orang-orang yang kau sebutkan barusan adalah mereka yang disegerakan kesenangannnya oleh Allah, padahal itu adalah kesenangan yang akan berakhir. Sementara kita adalah kaum yang Allah tunda kesenangannya untuk kesenangan akhirat kita. Perumpamaanku dengan dunia adalah seumpama seorang musafir yang berjalan di musim panas. Lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon barang sejenak. Dia istirahat di bawahnya, lalu pergi meninggalkan pohon itu, melanjutkan perjalanannya’.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Seorang Muslim yang sukses, jika ia kaya, maka kekayaaannya tidak membuat ia lupa berzakat, bersedekah, dan berbagi dengan orang-orang yang nasibnya berada di bawahnya. Ia menjadi orang dermawan. Jika ia pengusaha atau pebisnis, maka bisnisnya tidak membuatnya lupa mengingat Allah. Ia menjadi pebisnis islami. Jika ia penguasa, maka kekuasannya tidak membuat ia bertindak zalim, sewenang-wenang, dan mengkhianati kekuasaannya di hadapan Allah dan masyarakat. Ia menjadi penguasa yang amanah.

Seorang Muslim yang sukses tidak bersikap eforia, lupa diri, dan kebablasan.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Yang ketiga, sukses adalah manakala kita mampu bersikap jujur.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman,

كل عمل ابن آدم له إلا الصوم، فإنه لي وأنا أجزي به

‘Seluruh amal manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi ganjarannya’ (Hadits, muttafaq alayh)

Mengapa Allah mengkhususkan ibadah puasa untuk dirinya? Menurut Imam al-Qurthubi, itu karena dua alasan.

أحدها: أن الصوم يمنع من ملاذ النفس وشهواتها، ما لا يمنع منه سائر العباداتالثانى: أن الصوم سرّ بين العبد وبين ربه، لا يظهر إلا له، فصار مختصا به، وما سواه من العبادات ظاهر قد يدخله الرياء.

Yang pertama, puasa mampu mencegah seseorang untuk memanjakan kesenangan diri dan hasratnya. Sementara ibadah-ibadah yang lain tidak seperti itu.

Yang kedua, puasa adalah rahasia seorang hamba dengan Tuhannya. Tidaklah ia berpuasa melainkan untuk-Nya. Oleh karena itulah, puasa menjadi istimewa dengan sebab ini. Sementara ibadah-ibadah lainnya dapat dengan mudah dimasuki oleh unsur riya’.

Puasa membuat kita jujur, karena kita merasa diawasi oleh Allah swt. Itulah yang disebut muraqabatullah. Orang lain bisa kita bohongi dengan puasa kita, namun Allah tidak. Dalam surat al-Hadid: 4, Allah swt berfirman,

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Dia selalu bersamamu di manapun kamu berada, dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Ada sebuah kisah menarik. Suatu hari, Abdullah bin Umar (anaknya Umar bin Khattab) melakukan perjalanan. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang penggembala ternak. Maka terjadilah dialog di antara mereka.

قال أبن عمر: تبيع من هذه الغنم واحدة؟قال الغلام: إنها ليست ليفقال: قل لصاحبها أن الذئب أخذ منها واحدةقال الغلام: إذن، فأين الله؟

Ibnu Umar berkata, ‘Maukah engkau menjual satu kambing saja?’

Penggembala itu menjawab, ‘Kambing-kambing ini bukan milikku’

Ibnu Umar berkata, ‘Katakan saja kepada pemiliknya bahwa satu ekor sudah dimakan serigala’.

Penggembala itu menjawab, ‘Kalau begitu, di manakah Allah?’

Mendengar jawaban penggembala kambing itu, Abdullah bin Umar menjadi kagum. Sepanjang perjalanan ia mengulang-ulang ucapan, ‘Lalu dimanakah Allah?’

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Itulah potret muslim yang jujur. Ia sadar bahwa Allah selalu melihat apa yang ia lakukan. Dalam jangka panjang, orang jujur akan mendapatkan kesuksesan. Tidakkah terbayang dalam ingatan kita, bahwa Rasulullah saw, sebelum diangkat menjadi Rasul, sudah terkenal dengan kejujurannya? Jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, masyarakat sudah menyebutnya sebagai al-Amin (orang yang dapat dipercaya).

اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  وَللهِ الْحَمْدُ.
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.

Pada dasarnya kita cinta dengan kebenaran, kebaikan, ketaatan, dan keluhuran. Itulah fitrah kita yang suci. Fitrah itulah yang perlu kita recharge (isi kembali) dalam ibadah puasa, agar kita memiliki energi tambahan untuk mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat.

Semoga Allah swt menerima amal puasa kita dan amal-amal lain yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan, sehingga kita termasuk hamba-Nya yang kembali kepada kesucian fitrah kita, yaitu kembali kepada Allah, dan berhasil memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu.

تقبل الله منّا ومنكم صيامنا وصيامكم
وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين والمقبولين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين 

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسم الله الرحمن الرحيم
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

 
وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

Khutbah Kedua

الخطبة الثانية

اللهُ أَكْبَرُ «سبعا»، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ للهِ الْحَكِيْمِ الْعَلِيْمِ الغَفَّارِ العَظِيمِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صّلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، صَلاَةً وَسَلاَمًا كَامِلَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أمّا بعد:فَيَا عِبَادَ اللهِ،  فاتقوا الله ما استطعتم – (التغابون ١٦)
اتَّقُوا اللهَ رَبَّكُمْ، وَاعْبُدُوْهُ وَأَطِيْعُوْهُ وَوَحِّدُوْهُ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنْ أَرَضْتُمْ دُخُوْلَ الْجِنَانِ، وَرُمْتُمْ رِضَى الرَّحْمَنِ، وَطَلَبْتُمُ السَّلاَمَةَ مِنَ النِّيْرَانِ، فَعَلَيْكُمْ بِتَوْحِيْدِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَسَلاَمَةِ الْعَقِيْدَةِ مِنَ اْلأَدْرَانِ، وَتَحْقِيْقِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَاْلإِيْمَانِ. 
أَلاَ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى الْهَادِى الْبَشِيْرِ، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْرِ، كَماَ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ الْمَوْلَى اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ، فَقَالَ تَعَالَى قَوْلاً كَرِيْمًا: (إن الله وملائكته يصلون على النبي، يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما – الأحزاب ٥٦) 
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِ قُلُوْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الْفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِى النُّوْرَيْنِ، وَعَلِيٍّ أَبِى السِّبْطَيْنِ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا سَعِيْدًا، وَعَمَلَنَا صَالِحًا رَشِيْدًا،
اللَّهُمَّ كَمَا جَمَعْتَنَا فِى هَذَا الْمَكَانِ فَاجْمَعْ قُلُوْبَنَا عَلَى كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.

Ya Allah, ya Tuhan kami, jadikanlah hari Raya kami ini sebagai hari kebahagiaan. Jadikan amal-amal kami sebagai sebagai amal shalih yang mencerahkan hidup kami. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah kumpulkan kami di tempat ini, maka rekatkan pula hati kami untuk bersedia mengikuti tuntunan yang Engkau tunjukkan dalam Kitab-Mu dan sunnah Rasul-Mu. Satukan hati kami, perbaiki persoalan-persoalan yang terjadi di depan kami, tuntun kami menuju jalan keselamatan, jauhkan kami dari keburukan dan marabahaya, baik yang sedang terjadi di depan mata atau yang masih tersembunyi dari penglihatan kami.

 اللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَوَفِّقْهُمْ إِلَى مَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهِمْ إِلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى، وَإِلَى مَا فِيْهِ إِعْلاَءُ كَلِمَتِكَ، وَإِعْزَازُ دِيْنِكَ، وَصَلاَحُ الْبِلاَدِ وَالْعِبَادِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, ya Tuhan kami,
Berikan petunjuk-Mu kepada pemimpin-pemimpin kami.  Tuntun mereka dalam membuat kebijakan publik yang selaras dengan aturan-Mu. Ya Allah, pegang ubun-ubun mereka untuk selalu berada di jalan kebenaran dan ketakwaan, untuk bersemangat meninggikan kalimat-Mu dan kejayaan agama-Mu, dan berkomitmen untuk memperbaiki keadaan bangsa dan masyarakat.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zalim dan kafir.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْمَيِّتِيْنَ، اللَّهُمَّ لاَ تَرُدَّناَ خَائِبِيْنَ، وَلاَ عَنْ بَابِكَ مَطْرُوْدِيْنَ، وَلاَ مِنْ رَحْمَتِكَ مَحْرُوْمِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.

Ya, Allah, dengan rahmat-Mu

Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengetahui. Ampuni kami, orangtua kami, dan saudara-saudara kami kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, karena Engkau yang Maha Pengampun dan Penyayang. Ya Allah, jangan Kau kecewakan kami, jangan Kau tolak kami dari pintu-Mu, dan jangan jadikan kami terhalang mendapatkan kasih sayang-Mu.

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ  ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

Hukum wanita potong plonthos

Hukum wanita potong plonthos

Memotong rambut pada wanita memiliki beberapa alasan tertentu. Selain untuk mempercantik dan merapikan penampilan, juga ada yang memotong rambut karena alasan kesehatan. Misalnya adalah rambut yang terus mengalami kerontokan. Islam memperbolehkan wanita untuk memotong rambut. Namun, dalam memotong rambut pada wanitaterdapat batasan-batasan tertentu. Apakah batasan tersebut?
Dalam Kitab Shahih Muslim 1/176/754 disebutkan :

وحدثنى عبيد الله بن معاذ العنبرى قال حدثنا أبى قال حدثنا شعبة عن أبى بكر بن حفص عن أبى سلمة بن عبد الرحمن قال دخلت على عائشة أنا وأخوها من الرضاعة فسألها عن غسل النبى -صلى الله عليه وسلم- من الجنابة فدعت بإناء قدر الصاع فاغتسلت وبيننا وبينها ستر وأفرغت على رأسها ثلاثا. قال وَكَانَ أَزْوَاجُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذْنَ مِنْ رُءُوْسِهِنَّ حَتَّى تَكُوْنَ كَالْوَفْرَةِ

…dari Abu Salamah bin Abdurrahman dia berkata: “Aku masuk pada Aisyah bersama saudara laki-laki sesusuannya. Lalu dia menanyakan kepadanya tentang mandi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam karena junub. Lantas Aisyah meminta wadah yang memuat kira-kira satu sha’, lalu dia mandi dengan meletakkan tabir di antara kami dan dia. Aisyah menuangkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali. Dia berkata: “Para istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memotong rambut mereka, hingga panjangnya seperti al-wafrah.

Dalam Syarh Imam Nawawi 2/23 :

قَوْلَهُ : ( وَكَانَ أَزْوَاجُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذْنَ مِنْ رُءُوْسِهنَّ حَتَّى تَكُوْنَ كَالْوَفْرَةِ ) اَلْوَفْرَة أَشْبَعُ وَأَكْثَرُ مِنَ ( اللُّمَّةِ ) ، وَاللُّمَّةُ مَا يَلُمُّ بِالْمَنْكِبَيْنِ مِنَ الشَّعْر ، قَالَهُ الْأَصْمَعِيُّ ، وَقَالَ غَيْرُهُ : اَلْوَفْرَةُ أَقَلُّ مِنَ اللُّمَّةِ ، وَهِيَ مَا لَا يُجَاوِزُ الْأُذُنَيْنِ ، وَقَالَ أَبُوْ حَاتِمٍ : اَلْوَفْرَةُ مَا عَلَى الْأُذُنَيْنِ مِنَ الشَّعْر .

AL-WAFRAH lebih lebat dan lebih banyak dari AL-LUMMAH. AL-LUMMAH ialah rambut yang terkumpul di kedua pundak demikian dikatakan oleh al Ashma’i. Lainnya ada yang mengatakan: AL-WAFRAH lebih sedikit dari AL-LUMMAH. AL-LUMMAH ialah rambut yang tidak melewati dua telinga. Abu Hatim berkata: AL-WAFRAH ialah rambut yang berada di atas dua telinga

قَالَ الْقَاضِيْ عِيَاضٌ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : اَلْمَعْرُوْفُ أَنَّ نِسَاءَ الْعَرَبِ إِنَّمَا كُنَّ يَتَّخِذْنَ الْقُرُوْنَ وَالذَّوَائِبَ ، وَلَعَلَّ أَزْوَاج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلْنَ هَذَا بَعْدَ وَفَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِتَرْكِهِنَّ التَّزَيُّنَ ، وَاسْتِغْنَائِهِنَّ عَنْ تَطْوِيْلِ الشَّعْرِ ، وَتَخْفِيْفًا لِمُؤْنَةِ رُءُوْسِهِنَّ . وَهَذَا الَّذِي ذَكَرَهُ الْقَاضِيْ عِيَاضٌ مِنْ كَوْنِهِنَّ فَعَلْنَهُ بَعْدَ وَفَاتِهِ لَا فِيْ حَيَاتِهِ ، كَذَا قَالَهُ أَيْضًا غَيْرُهُ وَهُوَ مُتَعَيِّنٌ ، وَلَا يُظَنُّ بِهِنَّ فِعْلُهُ فِيْ حَيَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى جَوَازِ تَخْفِيْفِ الشُّعُوْرِ لِلنِّسَاءِ : وَاللهُ أَعْلَمُ .

Hadis ini merupakan dalil bolehnya memangkas rambut bagi wanita

AL HALQU itu maknanya IZAALATUSYSYA’RI (menghilangkan rambut) istilah kita cukur gundul plonthos, sementara ATTAQSHIIRU adalah AL AKHDZU MINASYSYA’RI BI MIQASHSHIN AU GHAIRIHII (mengambil / memotong sebagian rambut dengan gunting atau lainnya).
Ta’bir dari kitab Tuhfatul Muhtaj 15/268-69 :

( وَالْحَلْقُ ) أَيْ إزَالَةُ الشَّعْرِ   وَبِهَذَا يُعْلَمُ أَنَّ التَّقْصِيرَ حَيْثُ أُطْلِقَ فِي كَلَامِهِمْ أُرِيدَ بِهِ الْمَعْنَى الْأَوَّلُ ، وَهُوَ الْأَخْذُ مِنْ الشَّعْرِ بِمِقَصٍّ ، أَوْ غَيْرِهِ

Adapun hukumnya AL HALQU bisa dibaca ta’bir berikut:

1. Al Majmu’ 8/204 :

(السابعة) أجمع العلماء على انه لا تؤمر المرأة بالحلق بل وظيفتها التقصير من شعر رأسها قال الشيخ أبو حامد والدارمى والماوردي وغيرهم يكره لها الحلق

* وقال القاضى أبو الطيب والقاضى حسين في تعليقهما لا يجوز لها الحلق ولعلهما ارادا انه مكروه وقد يستدل للكراهة بحديث علي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم (نهي ان تحلق المرأة رأسها) رواه الترمذي وقال فيه اضطراب

Fathul Bari 10/375 :

“تنبيه”: كما يحرم على المرأة الزيادة في شعر رأسها يحرم عليها حلق شعر رأسها بغير ضرورة، وقد أخرج الطبري من طريق أم عثمان بنت سفيان عن ابن عباس قال: “نهى النبي صلى الله عليه وسلم أن تحلق المرأة رأسها” وهو عند أبي داود من هذا الوجه بلفظ: “ليس على النساء حلق، إنما على النساء التقصير” والله أعلم

Wallohu A’lam.

Sabtu, 25 Mei 2019

Sholat tarawih

Sholat tarawih

Dalam kitab Alfiqhu ala madzahibil Arba'ah juz 1 hal 272, Darut Taufiq lit turats diterangkan pendapat2 madzhab tentang shalat taraweh empat Rokaat sekali salam:

~ Mafzhab Hanafi : shalatnya tsb tetap terhitung dua rakaat.

~ Madzhab Hambali : Hukumnya sah, namun makruh.

~ Madzhab Maliki : Sah, namun makruh sebab meninggalkan sunnah tasyahud dan salam pada tiap dua raka'at.

~ Madzhab Syafi’i : Shalatnya tidak sah.

الحنفية قالوا : إذا صلى أربع ركعات بسلام واحد نابت عن ركعتين اتفاقا وإذا صلى أكثر من أربع بسلام واحد اختلف التصحيح فيه فقيل : ينوب عن شفع من التراويح وقيل : يفسد

الحنابلة قالوا : تصح مع الكراهة وتحسب عشرين ركعة

المالكية قالوا : تصح وتحسب عشرين ركعة ويكون تاركا لسنة التشهد والسلام في كل ركعتين . وذلك مكروه

الشافعية قالوا : لا تصح إلا إذا سلم بعد كل ركعتين فإذا صلاها بسلام واحد لم تصح سواء قعد على رأس كل ركعتين أو لم يقعد فلا بد عندهم من أن يصليها ركعتين ركعتين ويسلم على رأس كل ركعتين.

*****
2475. HUKUM SHOLAT TARAWIH SETIAP 4 ROKAAT SALAM
PERTANYAAN :

> Rizki Apriansyah
Terawih yang benar menurut Imam Syafi'i adalah 2 roka'at salam :) tapi masih ada aja yang terawih 4 roka'at sekaligus tanpa tahiyyat awal... padahal Imam Hanafi 4 roka'at juga, tapi pakai tahiyyat awal... teruz yang ga pake tahiyyat awal itu ngikutin siapa ya??? ;)

JAWABAN :

> El-mahendra Berdo'a
Sholat tarawih yang dilaksanakan 4 rakaat salam, menurut Syafiiyyah tidak sah. Sedang menurut Hanafiyah boleh, dan menurut Malikiyah makruh.

Al-majmu juz 4 hal 32 :

فرع) يدخل وقت التراويح بالفراغ من صلاة العشاء ذكره البغوي وغيره ويبقى إلى طلوع الفجر وليصلها ركعتين ركعتين كما هو العادة فلو صلى أربع ركعات بتسليمة لم يصح ذكره القاضي حسين في فتاويه لأنه خلاف المشروع

Almabsut juz 2 hal 147 :

ال بعضهم المسألة على الخلاف عند أبي يوسف ومحمد رحمهما الله تعالى يقع عن العدد المستحب وهو أربع ركعات لأن الزيادة على الأربع غير مستحب في التطوع وعلى قول أبي حنيفة رحمه الله تعالى يقع عن العدد الجائز وهو ست ركعات في رواية الجامع الصغير وفي رواية كتاب الصلاة ثمان ركعات ولو صلى عشر ركعات فهو عن التسليمات الخمس في رواية شاذة عن أبي حنيفة رحمه الله تعالى إلا أنها مكروهة لأنها خلاف الظاهر وفي رواية الجامع أربع ركعات بتسليمة واحدة ولو لم يقعد على رأس الشفع الأول القياس أنه لا يجوز وبه أخذ محمد وزفر رحمهما الله تعالى وهو إحدى الروايتين عن أبي حنيفة رحمه الله تعالى وفي الاستحسان يجوز وهو قول أبي حنيفة وأبي يوسف رحمهما الله تعالى

*****

1. Imam Hanafi
Sebagaimana dikatakan Imam Hanafi dalam kitab Fathul Qadir bahwa Disunnahkan kaum muslimin berkumpul pada bulan Ramadhan sesudah Isya', lalu mereka shalat bersama imamnya lima Tarawih (istirahat), setiap istirahat dua salam, atau dua istirahat mereka duduk sepanjang istirahat, kemudian mereka witir (ganjil). Walhasil, bahwa bilangan rakaatnya 20 rakaat selain witir jumlahnya 5 istirahat dan setiap istirahat dua salam dan setiap salam dua rakaat = 2 x 2 x 5 = 20 rakaat.

2. Imam Maliki
Dalam kitab Al-Mudawwanah al Kubro, Imam Malik berkata, Amir Mukminin mengutus utusan kepadaku dan dia ingin mengurangi Qiyam Ramadhan yang dilakukan umat di Madinah. Lalu Ibnu Qasim (perawi madzhab Malik) berkata "Tarawih itu 39 rakaat termasuk witir, 36 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir" lalu Imam Malik berkata "Maka saya melarangnya mengurangi dari itu sedikitpun". Aku berkata kepadanya, "inilah yang kudapati orang-orang melakukannya", yaitu perkara lama yang masih dilakukan umat.
Dari kitab Al-muwaththa', dari Muhammad bin Yusuf dari al-Saib bin Yazid bahwa Imam Malik berkata, "Umar bin Khattab memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim al-Dari untuk shalat bersama umat 11 rakaat". Dia berkata "bacaan surahnya panjang-panjang" sehingga kita terpaksa berpegangan tongkat karena lama-nya berdiri dan kita baru selesai menjelang fajar menyingsing. Melalui Yazid bin Ruman dia berkata, "Orang-orang melakukan shalat pada masa Umar bin al-Khattab di bulan Ramadhan 23 rakaat". Imam Malik meriwayatkan juga melalui Yazid bin Khasifah dari al-Saib bin Yazid ialah 20 rakaat. Ini dilaksanakan tanpa wiitr. Juga diriwayatkan dari Imam Malik 46 rakaat 3 witir. Inilah yang masyhur dari Imam Malik.

3. Imam as-Syafi'i
Imam Syafi'i menjelaskan dalam kitabnya Al-Umm, "bahwa shalat malam bulan Ramadhan itu, secara sendirian itu lebih aku sukai, dan saya melihat umat di madinah melaksanakan 39 rakaat, tetapi saya lebih suka 20 rakaat, karena itu diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab. Demikian pula umat melakukannya di makkah dan mereka witir 3 rakaat. Lalu beliau menjelaskan dalam Syarah al-Manhaj yang menjadi pegangan pengikut Syafi'iyah di Al-Azhar al-Syarif, Kairo Mesir bahwa shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat dengan 10 salam dan witir 3 rakaat di setiap malam Ramadhan.

4. Imam Hambali
Imam Hambali menjelaskan dalam Al-Mughni suatu masalah, ia berkata, "shalat malam Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat Tarawih", sampai mengatakan, "yang terpilih bagi Abu Abdillah (Ahmad Muhammad bin Hanbal) mengenai Tarawih adalah 20 rakaat". Menurut Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin dikumpulkan (berjamaah) bersama Ubay bin Ka'ab, dia shalat bersama mereka 20 rakaat. Dan al-Hasan bercerita bahwa Umar mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka'ab, lalu dia shalat bersama mereka 20 rakaat dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat dirumahnya maka mereka mengatakan, "Ubay lari", diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid.

*****

Boleh, tapi...

وهي عشرون ركعة بعشر تسليمات في كل ليلة من رمضان .. ولو صلى أربعا بتسليمة لم تصح لأنها بمشروعية الجماعة فيها اشتبهت الفريضة فلا تغير عما ورد.

اه فتح الوهاب 1/58

وكذا من أتى ببعض التراويح أثيب على ما أتى به ثواب التراويح كما في التحفة زاد الرشيدي وإن قصد الإقتصار عليه أو كما قال ولو اقتصر على بعض العشرين صح وأثيب عليه ثواب التراويح خلافا لبعضهم كما مر فقولهم وهي العشرون أي أكثرها اه.

اه بشرى الكريم 1/113

Shalat tarawih itu dua puluh rakaat dengan sepuluh salam disetiap malam bulan ramadhan. Apabila dilakukan dengan empat rakaat dengan satu salam maka tidak sah tarawihnya, karena apabila dilakukan demikian maka hal ini akan menyerupai shalat fardlu dalam disyariatkannya dilakukan berjamaah, jadi apa yang telah warid tersebut ianganlah diubah.

Apabila seseorang melakukan shalat tarawih tidak sampai dua puluh rakaat, maka orang tersebut mendapat pahala tarawih sesuai dengan apa yang dikerjakan, hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam At Tuhfah. Imam Rasyidi menambahkan : Hal tersebut apabila orang itu memang mencukupkan dengan sebagian rakaat tarawih.

Atau sebagaimana yang dijelaskan mushannif : Apabila seseorang mencukupkan dengan sebagian bilangan shalat tarawih, maka sah tarawihnya, dan ia mendapat pahala shalat tarawih. Namun berbeda dengan sebagian Ulama yang mengatakan bahwa bilangan tarawih itu dua puluh rakaat.

والله أعلم

Jumat, 24 Mei 2019

Saling memaafkan

Khutbah idul fitri 1440

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ المُبْدِئِ المُعِيدْ الفَعَّالِ لِمَا يُرِيدْ.
الّذِي خَلَقَ الْاِنْسَانَ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَ سَعِيدْ
نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ شُكْراً مَقْرُونًا بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدْ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الوَفِيُّ الْوَعِيدْ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوثُ بِدِيْنِ التَوْحِيدْ
اللهم صَلّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّاتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلى سيدنا اِبْراهِيمَ فى العالَمِينَ اِنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

واعْلَمُوا اَنّ يَومَكم هَذَا يَوْمُ عِيدٍ سَعِيدْ
هَذَا يومٌ يُفْطِرُ فيه المسلمون، هذا يوم يَفْرَحُ به المؤمنون، هذا يومٌ تُكَبّرُون الله فيه على ما هداكم ولعلكم تشكرون.
فبارك الله لكم عيدَكم -أيها المسلمون- وأعاده الله على هذه الأمة المرحومة وهي في عِزٍ وتَمكينٍ ونصر وتأييد.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih,tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر

“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan
keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat
tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang
berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak
pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

Dan Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Ramadhan telah meninggalkan kita. Ada rasa haru dalam hati kita ketika meninggalkan Ramadhan yang penuh berkah.
Kata pepatah, 
اذا ذُقْتَ حَلَاوَةَ الوَصِيلة لَعرفْتَ مُرّةَ القاطعة
idza zuqta halawat al-washilah la ‘arafta murrat al-qathi’ah –
jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersama, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah.

Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap agar Allah panjangkan umur kita sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah SWT.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran Allah SWT ke segala penjuru angkasa dengan penuh sukacita – kadang dengan tetesan air mata – sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, sebagai ekspresi rasa takut kita akan azab-Nya, dan sebagai ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya.
Kita bersyukur bahwa Allah swt masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir di sini bersama kita, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

 إِذَا صاَمُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوا إلَى عِيدِكُمْ يَقُوْلُ اللهَ تَعاَلى ياَ مَلَا ئِكَتي كُلُّ عَاملٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُناَدي مُنَادٍ ياَ أُمّةَ مُحَمّد ارْجِعوْا إلَى مَنَازِلِكمْ قد بَدَلْتُ سَيِّئاَتِكُم حَسَنَاتٍ فيَقوُل اللهُ تَعالى ياَ عِبادي صُمتُم لي وافطَرْتم لي فَقُوموْا مَغْفوْراً لَكم

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, ‘Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru, ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
معاشر الحاضرين جماعة عيد الفطر رحمكم الله

Terampuni dosa-dosa di sini adalah حَقُّ الله (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antar sesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogyanya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita masih hidup di dunia.

Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan. Lantas, bagaimana cara agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah, karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ - رواه مسلم

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan, berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta maaf atas salah dan khilaf kita. Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat di cintai Allah SWT. Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang dicintai Allah; beliau bersabda:

عَن عبدِ الله قاَل سألتُ النَبي صلى الله عليه وسلم أيُّ العَملِ أَحَبُّ إِلىَ الله عَزَّ وَجَلَّ قَالَ الصَّلاةُ عَلىَ وَقْتِهاَ قَالَ ثُمَّ أَيّ قاَلَ بِرُّ الوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيّ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Dari Abdulullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Apakah amalan yang lebih dicintai Allah?’ Jawab beliau, ‘Shalat dalam waktunya.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berbakti terhadap kedua orang tua.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berjuang di jalan Allah.’

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

مَنْ أحبَّ انْ يُبسطَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma‘âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan hati yang suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT.
تقبل الله منّا ومنكم صيامنا وصيامكم
وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين والمقبولين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين 

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
بسم الله الرحمن الرحيم
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

 
وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

*****
Khutbah Kedua

الخطبة الثانية

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر - الله أكبر
الله أكبر كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلًا .
الْحَمْدُ للهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ الَّذِى لَاتَخْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِى بَدَآئَعِ مَمْلَكَتِهِ بِـعَيْنِ الْإِعْتِبَار .
وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلـهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فِى دَارِ الْقَرَارِ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّاهِرِيْنَ الْأَخْيَارِ .
أَمَّا بَعْدُ : فَـيَآ أَيُّهَا النَّاسُ , اِتَّقُوْا اللهَ وَ أَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَ أُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ , وَ أَنِيْبُوْا إِلَى رَبِّكُمْ وَ أَسْلِمُوْا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ .
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ التَّابِعِيْنَ وَ ارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . 
اللهم يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ , وَ يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ , وَ يَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ , وَ يَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ , وَ يَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ , وَ يَا مَأْمَنَ كُلِّ مُخِيْفٍ , يَسِّرْ كُلَّ عَسِيْرٍ , فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِ عَلَيْكَ يَسِيْرٌ , اللهم يَا مَنْ لَا يَحْتَاجُ إِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ , حاجَاتُنَا إِلِيْكَ كَثِيْرٌ , وَأَنْتَ عَالِمٌ وَّبَصِيْرٌ .
اللهم إِنَّا نَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ يَخَافُ مِنْكَ وَنَخَافُ مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , اللهم بِحَقِّ مَنْ يَخَافُ مِنْكَ , نَجِّنَا مِمَّنْ لَا يَخَافُ مِنْكَ , بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أُحْرُسْنَا بِـعَيْنِكَ الَّتِى لَا تَنَامُ , وَاكْنُفْنَا بِـكَفَنِكَ الَّذِى لَا يُرَامُ , وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا فَلَا تُهْلِكْنَا , وَأَنْتَ رَجَآءُنَا , بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
اللهم أَعِنَّا عَلَى دِيْنِنَا بِالدُّنْيَا , وَعَلَى الدُّنْيَا بِالتَّقْوَى , وَعَلَى التَقْوَى بِالْعَمَلِ , وَعَلَى الْعَمَلِ بِالتَّوْفِيْقِ , وَعَلَى جَمِيْعِ ذلِكَ بِـلُطْفِكَ الْمُفِضِى إِلَى رِضَاكَ الْمُنْهِى إِلَى جَنَّتِكَ الْمَصْحُوْبِ ذلِكَ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ , يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا اللهُ ... يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ يَا رَحْمنُ يَا رَحِيْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الْمَوَاهِبِ الْعِظَامِ ...

اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ التَّوْفِيْقَ لِـمَحَبَّتِكَ مِنَ الْأَعْمَالِ , وَصِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ , وَحُسْنَ الظَّنِّ بِكَ , وَالْغُنْيَةَ عَمَّنْ سِوَاكَ ,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ  ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

*****
محمد نور شافع الانام حسب الله