Selasa, 30 Mei 2017

Sedulur papat

Sedulur papat
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
1. Dalam Piwulangan Jawa, empat nafsu itu disebut Sedulur Papat atau Saudara Empat. Nafsu dipahami sebagai anasir atau elemen jiwa.
2. Sedulur Papat, Kalima Pancer. Saudara Empat, Yang Kelima adalah Porosnya. Nah, porosnya adalah Jiwa. Yang empat itu pusarannya.
3. Empat Nafsu/Anasir/Elemen Jiwa/Sedulur Papat terdiri dari Kebaikan, Kesenangan, Kemurkaan, Ketamakan mengacu pada empat penjuru.
4. Nafsu Kebaikan [Muthmainnah] berkedudukan di penjuru timur, dalam diri manusia menjelma nafas, di semesta berwujud angin.
5. Nafsu Kesenangan [Supiah] berkedudukan di penjuru selatan, dalam diri manusia menjelma tulang sumsum, di semesta berwujud air.
6. Nafsu Kemurkaan [Amarah] berkedudukan di penjuru barat, dalam diri manusia menjelma darah, di semesta berwujud api.
7. Nafsu Ketamakan [Lawwamah] berkedudukan di penjuru utara, dalam diri manusia menjelma kulit-daging, di semesta berwujud tanah.
8. Empat anasir/Sedulur Papat uga mewujud dalam esensi warna, yaitu Putih, Kuning, Merah, Hitam. Pancer/Poros dilambangkan Hijau.
9. Pancer/Poros/Jiwa dilambangkan Evergreen karena Everlasting. Disimbolkan sbg Hamba Allah yang Dia Hidupkan sepanjang masa: Khidr.
10. Poros/Pancer inilah pengendali sesungguhnya dari Sedulur Papat. Menentukan keempatnya berpusar searah atau melawan-arah jarum jam
11. Jika berpusar searah jarum jam, Manusia menyongsong Kematian. Jika berpusar melawan arah jarum jam, menyongsong Keberpulangan.
12. Dari keempat anasir itu, yang pertama dan utama wajib ditaklukkan adalah Muthmainnah/
Nafsu Kebaikan. Taklukkan nafasmu sendiri.
13. Suluk menaklukkan Muthmainnah adalah Suluk Kanjeng Sunan Kalijaga,“Golekono susuhing angin. Carilah di mana angin bersarang.”
14. Di manakah angin bersarang? Di Nafas yang tenang. Suluk menaklukkan Muthmainnah adalah dengan mengatur nafas setenang-tenangnya.
15. Pada Nafas tenang, tidak terjadi kepanikan, ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran, pun tidak kesedihan. Nafas tenang, Jiwa tenang.
16. Napas, Anpas, Tanapas, Nupus. Ambil nafas dari hidung kiri, tahan di paru kiri, salurkan paru kanan, buang dari hidung kanan.
17. Napas, Anpas, Tanapas, Nupus ini Suluk Nafas Kanjeng Sunan Kalijaga. Untuk awam, diringkas menjadi Napas, Nupus. Tarik, embus
18. Awam tidak dituntut menyempurnakan Suluk Nafas sesuai aturan Napas, Anpas, Tanapas, Nupus. Cukup Napas, Nupus. Tanpa menahan.
19. Menahan nafas disebut Megeng. Yang khas Kalijaga, menahan nafas ini dilakukan tanpa ambil nafas terlebih dulu. Langsung megeng.
20. Megeng adalah dengan menutup dua lubang hidup tanpa media. Seketika berhenti bernafas. Lidah menempel cethak/langit-langit.
21. Dalam Napas, Nupus ini, Kanjeng Sunan Kalijaga mengajarkan Shalat Dhaim atau shalat terus-menerus. Caranya, dengan Dzikir Nafas.
22. Aqimis-shalaata li dz-dzikr. Dirikanlah Shalat untuk Dzikr. Eling lan waspada. Dzikir Nafas adalah tarik “Hu”, embus “Allah”.
23. Tarik “hu”, embus “Allah”, dalam Dzikir Nafas atau Napas-Nupus ini dilakoni 24 jam sepanjang masa selama hidup seorang Sufi.
24. Getaran Dzikir Nafas “Hu-Allah” ini sampai ke Hati. Dicirikan dalam Qur'an,“Disebut nama Allah, orang beriman bergetar hatinya.”
25. Disebut nama selain Allah, hati orang beriman tidak bergetar. Flat, datar, mati. Yg menggetarkan/menghidupkan adalah “Hu-Allah”.
26. Hadits Qudsi,“andai hari ini Kiamat, ditunda 40 tahun jika nama Allah sekali disebut.” Bernafas saja, Sufi telah berbuat baik.
27. Dengan mengatur nafas, Manusia mencapai Jiwa yang Tenang. Jiwa golongan inilah yang Didaulat Allah untuk saling rela denganNya.
28. “Ya ayyatuha ‘n-Nafsu 'l-Muthmainnah, irji'i ilaa raadhiyatan-mardhiyyah.” Jiwa yang tenang, datang dalam keadaan ridha-diridhai.
29. Jiwa yang tenang yang terpanggil dan terpilih, mencapai kedudukan Insan Kamil atau Paripurna. Tak lagi mengalami takut dan sedih.
30. Cukup dengan mengendalikan dan mengatur nafas saja, seorang Manusia dapat menjalani Suluk Sufi dan mencapai Kesejatian Hidup.

31. Pesan moral :

"jika sekilas melihat seorang Sufi kok nganggur, lihat lagi."

"Siapa tahu dia sibuk dzikir! Hehehe"
Semoga bermanfaat....

♡♡♡CINTA DALAM DIAM♡♡♡

Cinta dalam diam
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Ali adalah anak dari paman Nabi Muhammad Rasulullah Saw, yaitu Abi Thalib.
Sebut saja, Ali adalah sepupu Rasul. Abi Thalib sangat sayang kepada Rasul.
Sepeninggal orang tua Rasul, Abi Thaliblah yang merawat Rasul bahkan selalu membela Rasul dalam memperjuangkan dakwah Islam walaupun pada ajalnya Abi Thalib wafat bukan sebagai muslim.
Rasul sangat sedih mengenai hal itu.

Ali sejak kecil tinggal bersama Rasul, kalau tidak salah semenjak umur Ali tujuh tahun.
Ali merupakan satu dari orang-orang yang pertama masuk Islam dan ia adalah yang paling muda di antara yang lain. Ia termasuk tokoh Islam atau sahabat Rasul yang sangat berpengaruh dan berjasa.
Ali adalah pemuda yang gagah, tampan, kuat dan cerdas.
Bahkan Rasul pernah berkata jikalau Rasul adalah sebuah gudang ilmu maka Alilah gerbang untuk memasuki gudang tersebut.

Sedangkan Fatimah az-Zahra adalah putri kesayangan Rasul dari pernikahan beliau dengan Siti Khadijah binti Khuwailid.
Khadijah adalah istri pertama Rasul.
Seorang saudagar kaya yang cantik dan berakhlak mulia. Menurut berbagai riwayat,
Fatimah adalah perempuan yang tegar, cantik, baik dan lembut.
Sebagai anak yang berbakti pada ayahnya, Fatimahlah yang mengurus Rasul sejak Khadijah meninggal sampai Rasul menikah lagi.
Sampai suatu ketika, saat Rasul menjelang wafat, Fatimahlah orang yang sangat sedih jika Rasul meninggalkannya tapi Fatimah juga adalah yang paling bahagia karena kata Rasul setelah sepeninggal Rasul, Fatimahlah yang pertama kali akan menyusul Rasul ke surga.

Sejak Ali ikut tinggal bersama Rasul dan keluarganya, otomatis Ali tinggal bersama Fatimah. Mereka berdua tinggal dan melewati hari-hari bersama sejak kecil.
Hingga menjelang remaja, tumbuhlah rasa cinta Ali kepada Fatimah.
Hatinya dipenuhi keinginan untuk selalu berada di samping Fatimah.
Tapi Ali tidak bodoh. Ia adalah pemuda yang beriman.
Ali berusaha untuk selalu menjaga hatinya. Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun.
Ia simpan rasa itu jauh di dalam lubuk hatinya bahkan si Fatimah pun tidak pernah tahu bahwa Ali menyimpan lama rasa cinta yang luar biasa untuknya

Ada rahasia terdalam di hati seorang Ali yang tak pernah dikisahkannya pada siapapun.
Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.
Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.
Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu
Hingga ketika Ali telah dewasa dan telah siap untuk menikah, maka Ali pun berniat menghadap Rasul dengan tujuan ingin melamar putri Rasul yang tak lain adalah Fatimah, seorang perempuan yang sudah lama Ali kagumi.
Tapi sayang, niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang sudah duluan melamar Fatimah.
Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya selama ini berakhir pupus
"Allah mengujiku rupanya",
begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar.
Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.

Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakar berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

'Ali hanya seorang pemuda miskin dari keluarga miskin.
"Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.
"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah SWT menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan dan memperbaiki diri. Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasul hanya diam ketika Abu Bakar melamar putri beliau.
Maksudnya, Rasul menolak secara halus lamaran Abu Bakar.
Ali pun senang. Karena masih merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah. Maka Ali pun bergegas ingin segera melamar Fatimah sebelum didahului lagi.

Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

Lagi-lagi, hati Ali tersayat. Ali sangat bersedih. Sama seperti dengan Abu Bakar, Ali merasa tak ada harapan lagi. Lagipula, apakah cukup dengan cinta ia akan melamar Fatimah?

Karena ia hanyalah seorang pemuda biasa yang mengharapkan seorang putri Rasul yang luar biasa. Berbeda bila dibandingkan dengan Umar seorang keturunan bangsawan yang gagah dan berkharisma.
Dan, Ali yakin Fatimah pasti akan bahagia bersama Umar.

'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya.
'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.

Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani.

'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak.
Dan 'Ali ridha dan ikhlas.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan

Disaat Ali merasakan derita cintanya, tak disangka-sangka, datanglah Abu Bakar dengan senyum indahnya. Dan memberitahu Ali untuk segera bertemu dengan Rasul karena ada yang ingin beliau sampaikan.
Pikir Ali, pasti ini tentang pernikahan Umar dengan Fatimah.
Sepertinya Rasul meminta Ali untuk membantu persiapan pernikahan mereka.
Maka Ali pun menyemangati dirinya sendiri agar kuat dan tegar. Walaupun sebenarnya, hatinya sangat perih teriris-iris.
Apalagi harus membantu mempersiapkan dan menyaksikan pujaan hatinya menikah dengan orang lain.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki sang Nabi?
Yang seperti 'Utsman sang miliarder kayakah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi' kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?

Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?

Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?

Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?",
kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunannya. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah?

Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "
"Akuuu.. ?",
tanyanya tak yakin.

"Ya. Engkau wahai saudaraku..."
"Aku hanya seorang pemuda miskin.
Apa yang bisa kuandalkan?

apa ia mau menerima keadaanku yg seperti ini?"

"Kami di belakangmu, kawan..
Semoga Allah menolongmu.."

'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.

Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya.

Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.

"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"
"Entahlah.."
"Apa maksudmu?"
"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"
"Dasar", kata mereka,
"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup
dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya.
Sahlan juga.
Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan!
Dua-duanya berarti ya !"
Setelah Ali bertemu Rasul, tak disangka, lamaran Umar bernasib sama dengan lamaran Abu Bakar.

Bahkan Rasul menginginkan Ali untuk menjadi suami Fatimah. Karena Rasul sudah lama tahu bahwa Ali telah lama memendam rasa cinta kepada putrinya.
Ali pun sangat bahagia dan bersyukur. Ia pun langsung melamar Fatimah melalui Rasul.
Tapi, Ali malu kepada Rasul karena ia tak memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar. Apalagi ia selama ini dihidupi oleh Rasul sejak kecil.

Namun, sungguh mulia akhlak Rasul. Beliau tidak membebankan Ali.
Rasul berkata bahwa nikahilah Fatimah walaupun hanya bermahar cincin besi.
Akhirnya, Ali menyerahkan baju perangnya untuk melamar Fatimah. Rasul pun menerima lamaran itu. Fatimah pun mematuhi ayahnya serta siap menikah dengan Ali. Akhirnya Ali pun menikah dengan Fatimah, perempuan yang telah lama ia cintai.
*****

Sekarang, Fatimah telah menjadi istri Ali. Mereka telah halal satu sama lain. Beberapa saat setelah menikah dan siap melewati awal kehidupan bersama, yaitu malam pertama yang indah hingga menjalani hari-hari selanjutnya bersama,
Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu. Aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, shalih, cerdas dan baik sepertimu.”

Ali pun menjawab, “Aku pun begitu, wahai Fatimahku sayang. Aku sangat bersyukur kepada Allah, akhirnya cintaku padamu yang telah lama kupendam telah menjadi halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu.”.

Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, dan 'Umar,. Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
“Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu? Karena aku ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita.”
Kata Ali, “ Tentu saja istriku, silahkan. Aku akan mendengarkanmu.”
Fatimah pun berkata, “Wahai Ali suamiku, maafkan aku. Tahukah engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang pemuda. Aku merasa pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku. Namun akhirnya, ayahku menikahkan aku denganmu. Sekarang aku adalah istrimu. Kau adalah imamku, maka aku pun ikhlas melayani, mendampingi, mematuhi dan menaatimu. Marilah kita berdua bersama-sama membangun keluarga yang diridhai Allah.”

Sungguh bahagianya Ali mendengar pernyataan Fatimah yang siap mengarungi bahtera kehidupan bersama. Suatu pernyataan yang sangat jujur dan tulus dari hati perempuan shalihah.
Tapi, Ali juga terkejut dan sedih ketika mengetahui bahwa sebelum menikah dengannya, ternyata Fatimah telah memendam perasaan kepada seorang pemuda.
Ali merasa bersalah karena sepertinya Fatimah menikah dengannya karena permintaan Rasul yang tak lain adalah ayahnya Fatimah.
Ali kagum dengan Fatimah yang mau merelakan perasaannya demi taat dan berbakti kepada orang tuanya yaitu Rasul dan mau menjadi istri Ali dengan ikhlas.

Namun Ali memang pemuda yang sangat baik hati. Ia memang sangat bahagia sekali telah menjadi suami Fatimah. Tapi karena rasa cintanya karena Allah yang sangat tulus kepada Fatimah, hati Ali pun merasa tidak tega jika hati Fatimah terluka. Karena Ali sangat tahu bagaimana rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang, Fatimah sedang merasakannya. Ali bingung ingin berkata apa, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia sangat bahagia telah menikah dengan Fatimah, dan Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi di sisi lain, Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. Ali pun terdiam sejenak. Ia tak menanggapi pernyataan Fatimah.

Fatimah pun lalu berkata, “Wahai Ali, suamiku sayang. Astagfirullah , maafkan aku. Aku tak ada maksud ingin menyakitimu. Demi Allah, aku hanya ingin jujur padamu.”

Ali masih saja terdiam. Bahkan Ali mengalihkan pandangannya dari wajah Fatimah yang cantik itu. Melihat sikap Ali, Fatimah pun berkata sambil merayu Ali, “Wahai suamiku Ali, tak usahlah kau pikirkan kata-kataku itu.”

Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan rayuan Fatimah, tiba-tiba Ali pun berkata, “Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk ikatan suci bersamamu. Kau pun juga tahu betapa bahagianya kau telah menjadi istriku.
Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh, aku tak ingin orang yang kucintai tersakiti. Aku begitu merasa bersalah jika seandainya kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta kepadaku.
Walupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau mencintaiku.”

Fatimah pun tersenyum haru mendengar kata-kata Ali. Ali diam sesaat sambil merenung. Tak terasa, mata Ali pun mulai keluar airmata. Lalu dengan sangat tulus, Ali berkata, “Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikitpun dari dirimu. Kau masih suci. Aku rela agar kau bisa menikah dengan pemuda yang kau cintai itu. Aku akan ikhlas, lagipula pemuda itu juga mencintaimu. Jadi, aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Karena ia pasti akan membahagiakanmu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan. Sungguh aku sangat mencintaimu. Demi Allah, aku tak ingin kau terluka.”
Dan Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap Ali. Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya. Cinta yang dilandaskan keimanan yang begitu kuat. Ketika itu juga, Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, “Tapi Fatimah, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu?
Aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu. Namun ijinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.”
Airmata Fatimah mengalir semakin deras. Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu, “Wahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu. Sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah.” Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya.
Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai Ali, awalnya aku ingin tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum menikah denganmu. Aku hanya ingin menggodamu. Sudah lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu. Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu sebenarnya pemuda itu sudah menikah.”
Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya, ”Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, tapi kau malah kau bilang sangat mencintaiku, dan kau juga bilang ingin tertawa melihat sikapku, apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah?

Tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa kau mengharapkannya walaupun dia sudah menikah?”

Fatimah lalu memeluk mesra lagi, lalu menjawab pertanyaan Ali dengan manja, “Ali sayang, kau benar seperti yang kukatakan bahwa aku memang telah memendam rasa cintaku itu. Aku memendamnya bertahun-tahun. Sudah sejak lama aku ingin mengungkapkannya. Tapi aku terlalu takut. Aku tak ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini. Aku pun tahu bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering bertemu dengannya. Hatiku bergetar bila kubertemu dengannya. Kau juga benar wahai Ali cintaku. Ia memang sudah menikah. Tapi tahukah engkau wahai sayangku?
Pada malam pertama pernikahannya ia malah dibuat menangis dan kesal oleh perempuan yang baru dinikahinya.”
Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera melanjutkan kata-katanya dengan nada yang semakin menggoda Ali, ”Kau ingin tahu siapa pemuda itu?
Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku. Aku sedang memeluk mesra pemuda itu. Tapi dia hanya diam saja. Padahal aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya. Aku sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku benar. Ia juga sangat mencintaiku.”
Ali berkata kepada Fatimah, “Jadi maksudmu?”
Fatimah pun berkata, “Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku.”
*****

Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak."
(kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)
*****

renungan...!!!

Ketika Ali merasa belum siap untuk melangkah lebih jauh dengan Fatimah, maka Ali mencintai Fatimah dengan diam. Karena diam adalah satu bukti cinta pada seseorang.

Diam memuliakan kesucian diri dan hati sendiri dan orang yang dicintai. Sebab jika suatu cinta diungkapkan namun belum siap untuk mengikatnya dengan ikatan yang suci, bisa saja dalam interaksinya akan tergoda lalu terjerumus kedalam maksiat.
Naudzubillah .

Biarlah cinta dalam diam menjadi hal indah yang bersemayam di sudut hati dan menjadi rahasia antara hati sendiri dan Allah Sang Maha Penguasa Hati.

Yakinlah Allah Mahatahu para hamba yang menjaga hatinya.
Allah juga telah mempersiapkan imbalan bagi para penjaga hati.

Imbalan itu tak lain adalah hati yang terjaga.

Semoga kisah ini bermanfaat bagi para insan yang merindukan cinta suci karena-Nya, yang sedang berikhtiar sekuat hatinya, dan yang saat ini menanti dengan sabar demi menyambut jalan cinta yang diridhai-Nya...

Wassalam....

3 Sahabat berebut menjadi walinya


Putri Sang Singa Allah
Hamzah bin Abdul Mutholib
*****************************

Ketika itu kaum muslimin hampir sampai di Madinah setelah selesai menunaikan ibadah umrah, saat 3 orang sahabat memperebutkan hak perwalian atas seorang gadis kecil. Para sahabat tersebut adalah Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Sedangkan gadis kecil yang menjadi bahan diskusi dan yang mereka rebutkan adalah Umamah binti Hamzah bin Abdul Muthalib, putri Hamzah sang Singa Allah.
Memang pada saat itu Umamah adalah gadis kecil yatim setelah sang ayah menemui kesyahidannya di medan Perang Uhud. Ketika ibunya, Salmah binti Umais selesai dengan masa iddahnya, maka Umamah mendapatkan ayah tiri bernama Syaddad bin al-Hadi al-Laitsi.
Ketiga sahabat mulia tadi mengajukan alasan mengapa diri merekalah yang paling pantas mengasuh Umamah. “Umamah adalah putri saudara ayahku dan istriku adalah putri Rasulullah saw, maka aku yang pantas mengasuh Umamah,” Ali bin Abi Thalib mengemukakan argumennya.
Namun Ja’far bin Abi Thalib yang tak lain adalah saudara laki-laki Ali juga sudah siap dengan pendapatnya,” Umamah juga putri saudara ayahku dan saudari ibunya adalah istriku, Asma’ binti Umais.”
Tak ketinggalan Zaid bin Haritsah, sang saudara angkat Hamzah, mengajukan argumennya dengan mengatakan, “Umamah adalah putri saudaraku.”
Karena masing-masing pihak ingin menjadi wali Umamah, maka keputusan pun kemudian diserahkan kepada Rasulullah saw. Rasulullah lantas memberikan keputusannya: hak perwalian diberikan kepada Ja’far bin Abi Thalib.
Alasan Rasulullah salah satunya adalah Ja’far merupakan paman Umamah karena Ja’far menikah dengan bibi Umamah. Maka ia menjadi mahram bagi Umamah. Dengan keputusan itu, Umamah pun tinggal bersama Ja’far bin Abi Thalib sampai Ja’far syahid pada Perang Mu’tah. Setelah itu Umamah berpindah tinggal di rumah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan bunyi wasiat yang ditulis Ja’far.
Ketika Umamah tumbuh menjadi seorang gadis, Ali pernah menawarkan Umamah untuk diperistri Rasulullah. Namun Rasulullah menolak dan menjelaskan bahwa tidak mungkin bagi Rasulullah menikahi Umamah karena Hamzah adalah saudara sesusunya, sehingga Umamah menjadi mahram beliau saw. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, Rasulullah pun menikahkan Umamah dengan Salamah, yang tak lain adalah anak tiri Rasulullah dari Ummu Salamah.
Meskipun sang ayah sangat masyhur, namun Umamah tidaklah demikian. Nama Umamah sendiri masih diperdebatkan di kalangan penulis shirah. Selain Umamah, ada yang mengatakan namanya adalah Umarah, Fhatimah, Amatullah dan beberapa nama lainnya. Namun menurut Ibnu Hajar, nama Umamah merupakan yang paling masyhur.
Salah satu hadits yang menyebut putri Hamzah tersebut dengan nama Fathimah adalah hadits yang diriwayatkan Ja’dah bin Hubairah dari Ali bin Abi Thalib. Hadits tersebut menceritakan bahwa Rasulullah saw diberi hadiah kain bergaris sutra. Maka beliau meminta agar kain tersebut dibagi empat dan diberikan untuk empat Fathimah, yang salah satunya adalah untuk Fathimah binti Hamzah.
Sedikitnya keterangan tentang Umamah juga menyebabkan tidak diketahui kapan tepatnya Umamah meninggal dunia, namun diperkirakan Umamah wafat di Madinah.

Senin, 29 Mei 2017

Mengenal Rosulullah SAW


*NABI MUHAMMAD SAW*
**************************

Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.

Tarikh lahir : Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai Tahun Gajah; bersamaan peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang Kaabah).
Nama bapak : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
Nama ibu : Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf.
Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapak Rasulullah SAW).
Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).
Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Saadiah (lebih dikenali Halimah As-Saadiah. Suaminya bernama Abu Kabsyah).

*USIA 4 TAHUN*

Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat untuk mengeluarkan bagian syaitan dan sifat jelek yang wujud di dalam hatinya.

*USIA 6 TAHUN*

Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia di Al-Abwa ' (sebuah kampung yang terletak di antara Makkah dan Madinah).
Baginda diasuh oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapa Rasulullah SAW) dan dibiayai oleh kakek/datuknya Abdul Muttalib.

*USIA 8 TAHUN*

Datuknya, Abdul Muttalib meninggal dunia.
Baginda diasuh oleh  pamannya, Abu Talib.

*USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).*
Bersama pamannya, Abu Talib berdagang ke Syam urusan perniagaan..
Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendeta Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu.

*USIA 20 TAHUN*

Terlibat dalam peperangan Fijar . Ibnu Hisyam di dalam kitab ' Sirah ' , jilid1, halaman 184-187 menyatakan ketika itu usia Nabi Muhammad SAW ialah 14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari dan berperan mengumpulkan anak panah saja..
Menyaksikan ' perjanjian Al-Fudhul ' ; perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi di Makkah.

*USIA 25 TAHUN*

Berdagang kedua kali ke Syam atas urusan perniagaan barang dagangan Siti Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah.
Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah.

Baginda SAW bersama-sama Abu Talib dan beberapa orang pamannya yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapak saudara Khadijah) untuk
meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu.
Mas kawin/mahar baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham.

*USIA 35 TAHUN*

Banjir besar melanda Makkah dan meruntuh- kan dinding Kaabah.
Pembangunan Kaabah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan penduduk Makkah.
Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan ' Hajarul-Aswad ' ke tempat asal dan sekaligus meredakan perselisihan berhubung peletakan batu tersebut.

*USIA 40 TAHUN*

Menerima wahyu di gua Hira ' sebagai pelantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman.

*USIA 53 TAHUN*
Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Saidina Abu Bakar Al-Siddiq.

Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal/ 24 September 622M.

*USIA 63 TAHUN*

wafat Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12 Rabiulawal tahun 11Hijrah/ 8 Jun 632 Masihi.

*ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW*

1. Khadijah Binti Khuwailid.
2. Saudah Binti Zam'ah.
3. Aisyah Binti Abu Bakar (anak Saidina Abu Bakar).
4. Hafsah binti ' Umar (anak Saidina ' Umar bin Al-Khattab).
5. Ummi Habibah Binti Abu Sufyan.
6. Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah).
7. Zainab Binti Jahsy.
8. Maimunah Binti Harith.
9. Safiyah Binti Huyai bin Akhtab.
10. Zainab Binti Khuzaimah (digelar ' Ummu Al-Masakin ' ; Ibu Orang Miskin).

*ANAK-ANAK RASULULLAH SAW*

1. Qasim
2. Abdullah
3. Ibrahim
4. Zainab
5. Ruqaiyah
6. Ummi Kalthum
7. Fatimah Al-Zahra '

*****

Sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku. Dan Barangsiapa yang mencintai aku niscaya dia bersama-samaku di dalam syurga." (Riwayat Al-Sajary daripada Anas )

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺳﻠﻢ

Nabi Muhammad SAW - Manusia agung

*KENALI NABI MUHAMMAD S.A.W. SECARA LAHIRIAH*.

Begitu indahnya sifat Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya berjumpa dengan Baginda lantas menyatakan keIslaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.

Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah:

*- Aku belum pernah melihat lelaki yang seperti Rasulullah saw..*
*- Aku melihat cahaya dari lidahnya.*
*- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.*
*- Rasulullah jauh lebih indah dari sinar bulan.*
*- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.*
*- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.*
*- Apabila Rasulullah  gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.*
*- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.*
*- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.*
*- Wajahnya seperti bulan purnama.*
*- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah di tengahnya.*
*- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas ketika marah.*
*- Mata baginda hitam dengan bulu mata yang panjang.*
*- Garis-garis merah di bagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bagian sudut.*
*- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.*
*- Mulut baginda sederhana luas dan indah*
*- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bagian depan.*
*- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.*
*- Janggutnya penuh dan tebal menawan.*
*- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan indah seperti arca.*
*- Warna lehernya putih seperti perak, sangat indah.*
*- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.*
*- Rambutnya sedikit ikal.(
*- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg terurai sebahu tapi disisir rapi.*
*- Rambutnya terbelah di tengah.*
*- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusar.*
*- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa. - Seimbang antara kedua bahunya.*
*- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn indah.*

اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تجعلنا بها من اهل العلم ظاهرا وباطنا وتحشرنا بعبادك الصالحين فى الدنيا والاخرة وعلى اله وصحبه وسلم.....

Jumat, 26 Mei 2017

Hizib Autad

AMALAN HIZIB AUTAD
Karomah HIZIB
Hizib Autad ini merupakan salah satu Doa Syeikh Abdul Qodir Jilani,. Dalam Hizib Autad ini terangkum zikir mengagungkan asma Allah yang diwirid setiap hari. Dalam berbagai kitab diterangkan zikir ini bermanfaat sangat banyak, salah satunya untuk melancarkan segala hajat keperluan.
ﺣﺰﺏ ﺍﻭﺗﺎﺩ
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺑﱪﻛﺔ ﻮﺑﻜﺮﻣﺔ ﻮﻧﺘﻮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻚ
ﺍﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﺍﻟﻨَﺒِﻰِ ﺍﻟْﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ ﻣُﺤَﻤَﺪٍ ﺻَﻠﻰَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَﻢَ …… ﺥ١ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺤَﺔ
ﻭَﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﺳَﻴِﺪِﻧﺎَ ﻋَﻠﻰِ ﺑَﻦْ ﺍَﺑِﻰْ ﻃَﺎﻟِﺐْ ﻛَﺮَﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ..……… ﺥ١ .. ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﻪ
ﻭَ ﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﺳَﻴِﺪِﻧَﺎَ ﺍﻟﺸَﻴﺦْ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻘَﺎﺩِﺭِ ﺍﻟْﺠَﻴْﻼَﻧِﻰ ﺻَﺎﺣِﺐِ ﺍﻟْﻜَﺮﺍَﻣَﺔْ ﻭَﺍﻻ ﺟَﺎﺯَﺓْ … ﺥ١٢٥ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺤَﻪ
ﻭَﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﺍﻟﺸﻴﺦْ ﺍِﻣَﺎﻡْ ﺍَﺑِﻰ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦْ ﺍﻟﺸَﺎﺫِﻟِﻰ ﻭَﺑِﺴِﺮِ ﺍﻻﻣَﺎﻡ ﺍﻟﻐَﺰَﺍﻟِﻰ … ﺥ١ ﺍﻟﻔَﺎﺗِﺤَﻪ
ﻭَﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﻣَﻦْ ﺍَﺟَﺎﺯَﻧﻰِ ﺧُﺼُﻮْﺻًﺎ ﺍﻟﺸَﻴﺦْ ﻛﻴﺎﺋﻲﺣﺞ ﺧﻠﻴﻞ ﺑﺸﺮ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻲ … ﺥ١ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﻪ
ﻭَﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﻛﻴﺎﺋﻲﺣﺞ ﺍﲪﺪ ﻣﺼﻄﻔﻲ ﺑﺸﺮ … ﺥ١ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﻪ
ﻭَﺍِﻟَﻰ ﺣَﻀَﺮَﺓِ ﻣَﻦْ ﺍَﺟَﺎﺯَﻧﻰِ ﻛﻴﺎﺋﻲ ﺣﺞ ﺷﺮﻑ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﺳﻤﺎﺋﻴﻞ … ﺥ١ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﻪ
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﺭَﺑُﻨَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻗَﺼَﺪْﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ
ﻭَﺟَﺪْﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻟِﻜُﻞ ﻛَﺎﻑٍ ﻛَﻔَﺎﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﺍَﻟﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪِ ٣١٣
ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴْﻞُ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟَﻰ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟﻨَﺼِﻴْﺮُ ٣١٣ ﻛَﺎﻟِﻰ
ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟﻤُﺆﻣِﻨِﻴْﻨَﺎﻟﻘِﺘَﺎﻝَ ﺀ ٣١٣ ﻛَﺎﻟِﻰ
ﺍَﻣِﻴْﻦ ﺀ ٥ ﻛَﺎﻟِﻰ
ﻳَﺎ ﺭَﺏَ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ
Bismillahirrohmanirrohiim
Bibaroo-kati wa bikaroo-mati wa natawassalu ‘alaika
Ila hadrotin nabiyyil mushthofa Muhammadin SAW- Al Fatihah 1x
Wa ila Hadhroti Sayyidina ‘Aliyyibni Abi Thoolib Karomallahu Wajhah – Al Fatihah 1x
Wa ila hadhroti sayyidina Syeikh Abdul Qodir Jailani SHoohibil Karoomah Wal Ijaazah – Al Fatihah 125x
Wa ila Asyeikh Imam Abi Hasan Asy-syadziili wa bisirril imaamul Ghozali – Al Fatihah 1x
Wa ila hadhroti Syeikh Kyai Kholil Bisri – Al Fatihah
Ila hadhroti Kyai Haji Ahmad Musthofa Bisri- Al Fatihah
Ila hadhroti man ajaazani KH.Syarofuddin Ismail Qumaisy Bisirril Fatihah
Allahul Kaa-fi robbunal kaa-fi qosodnal kaa-fi
wajadnal kaa-fi likullin kaa-fi kafaa-nal kaa-fi wa ni’mal kaa-fi Alhamdulillah -
313x
Hasbunallah Wa Ni’mal wakiil Ni’mal maula wani’man nashiir – 313x
Wa Kafallahul Mukminiinal Qitaal – 313x
Amiin – 5x
Yaa Robbal ‘Alamiin.
Tata Laku :
1. Amalan ini Diamalkan 21 hari pertama setiap tengah malam setelah Usai menjalankan Shalat Hajat/tahajjud sesuai tersebut di atas.
2. Selesai dijalankan selama 21 malam, untuk mendawamkannya dibaca usai shalat Subuh dan Maghrib sebanyak 7/21/41x kali akan lebih baik dibaca usai menjalankan shalat Fardhu dibaca bersambung sesuai dibawah ini :
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﺭَﺑُﻨَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻗَﺼَﺪْﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻭَﺟَﺪْﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻟِﻜُﻞِ ﻛَﺎﻑٍ ﻛَﻔَﺎﻧَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﻰ ﺍَﻟﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪِ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴْﻞُ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟَﻰ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟﻨَﺼِﻴْﺮُ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟﻤُﺆﻣِﻨِﻴْﻨَﺎﻟﻘِﺘَﺎﻝَ ﺍَﻣِﻴْﻦ ﻳَﺎ ﺭَﺏَ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ
Allahul Kaa-fi robbunal kaa-fi qosodnal kaa-fi wajadnal kaa-fi likullin kaa-fi kafaa-nal kaa-fi wa ni’mal kaa-fi Alhamdulillah Hasbunallah Wa Ni’mal wakiil Ni’mal maula wani’man nashiir Wa Kafallahul Mukminiinal Qitaal Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin
Khasiat/ Fadhillah/Manfaat :
1. Untuk ketenangan hati, akan diberikan ketenangan dalam menghadapi segala tantangan hidup (otomatis)
2. Akan selalu datang pertolong Yg tidak terduga ketika menghadapi masalah (otomatis)
3. Akan disayang Semua mahluk (otomatis)
4. Memperluas jalan rejeki yg berlimpah(otoma
tis)
5. Diberi keselamatan (otomatis)
6. Terhindarkan dari niyat jakat musuh baik dzohir maupun batin (otomatis)
7. Jika mempunyai hajat/maksud yang besar atau cita-cita apapun,bacalah hizib Al-autad ini 1000x ,lantas memohon kepada Alloh SWT,apaun yang dimaksud,insya Alloh berhasil.

SYAHRUSSIYAM


*** MARHABAN YA ROMADLON ***

ﺷﻬﺮ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻟﻘﺪ ﻋﻠﻮﺕ ﻣﻜﺮﻣﺎ *** ﻭﻏﺪﻭﺕ ﻣﻦ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ﻣﻌﻈﻤﺎ

WULAN ROMADLON IKU WULAN KANG MULYO *** ANGUNGKULI KABEH WULAN KANG UTOMO

ﻳﺎﺻﺎﺋﻤﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻫﺬﺍ ﺷﻬﺮﻛﻢ *** ﻓﻴﻪ ﺃﺑﺎﺣﻜﻢ ﺍﻟﻤﻬﻴﻤﻦ ﻣﻐﻨﻤﺎ

WONGKANG POSO BAKAL NOMPO KANUGRAHAN *** WELAS ASIH LAN ROHMAT SAKING PANGERAN

ﻳﺎﻓﻮﺯ ﻣﻦ ﻓﻴﻪ ﺃﻃﺎﻉ ﺇﻟﻬﻪ *** ﻣﺘﻘﺮﺑﺎ ﻣﺘﺠﻨﺒﺎ ﻣﺎ ﺣﺮﻣﺎ

BEJO BANGET WONG KANG TOAT MARANG ILAHI *** SREGEP TRAWIH INGLARANGAN PODO NGEDOHI

ﻓﺎﻟﻮﻳﻞ ﻛﻞ ﺍﻟﻮﻳﻞ ﻟﻌﺎﺻﻲ ﺍﻟﺬﻱ *** ﻓﻲ ﺷﻬﺮﻩ ﺃﻛﻞ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻭﺃﺟﺮﻣﺎ

CILOKO BANGET WULAN ROMADLON NGLAKONI DOSO *** MANGAN KANG HAROM TUR ORA NGLAKONI POSO.....

**************************

ﺑﺎﺭﻙ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻨﺎ ﻭﻟﻜﻢ ﺑﺎﻟﺼﺤﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﻌﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ ...
ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﺍﻟﻲ ﺭﺑﻪ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ
ﺍﺣﻤﺪ نور ﺷﺎﻓﻊ ﺍﻻﻧﺎﻡ ﺣﺴﺐ ﺍﻟﻠﻪ ..

DawuhGURU

"ngilingi ngendikane guru :
- arep dadi opo wae oleh tapi kudu nggowo iman
- bondo kudu duwe ( sugih ) tapi ora keno cinta
- goleko akhirat , kerono nek wis oleh akhirat donyone mesti katut
- maksiat durung mesti ngaling"i qobule dongo
- pituture sopo wae snajan remeh opo meneh luwih tuo iku kudu diterimo kabeh ( disaring )
- nek dikei wong kudu ditompo tapi kudu diseleksi kiro" pas po ora , nek ora yo ojo ditompo
- nek dungo sing luwih apik diapalke / diresapi / diangen" gampang mandine
- nek nyuwun ora rizqi sing cukup tok tapi nyuwun rizqi sing cukup lan turah
- paling pol pole mandine dungo
iku jam 03 - 10 , sak lebare yo mandi tapi wis kurang
- dungo mesti kabul ono kalane nang dunyo ono kalane nang akhirat
- nek njaluk ojo werno siji , nek njaluk sek werno" lan sek akeh sisan

- wong nak seneng mikirke wong mesti dipikirke gusti allah
- manute wong soko ikhlase ati
- ojo golek pengaruh tapi kudu duwe pengaruh
- nyuguh tamu sugih / mlarat kudu podo dene , tempat bedo ora popo
- tamu kudu disuguhi sing kiro" kowe isih doyan karo sing arep disuguhke / nek nguwehi sandangan kiro" kowe isih gelem nganggo
- dadio wong seng duweni rumongso ( ati pemimpin ) tapi ojo rumongso dadi pemimpin...

SIMBAH CHUDHORI
*wng urip iku tergantung nasib ananging nasib yo kudu di goleki
*santri ra keno wedi nek ono hajat., moro tawasul marang aku {maqom} ingsya allah tak sampekna marang allah
ABDURROHMAN CH.
*Dalane pnter iku sji mempeng
*santri sng pntng manut.,
ACHMAD MUHAMMAD CH.
*Gentur ing topo tutuk ing sumedi.
*nggarjo iku segoro kang..!! koe ja kya kancil "licik" sok mkri awake dwe' ra mkri awake wng liyo
MUDRIK CH.
*Tirakat paleng pkok iku manut peratran
*wng yen pngen mulya tiraktna awakmu
CHANIF CH.
*Kunci nggarjo kui 3 mempeng riyadhoh iklas
*tlisane kudu apik ben ora getun mburine
CHAIDAR CH.
*Yen wani ojo wedi" yen wedi ojö wani"
*bocah sng dadi pnggede kmar kudu sng akeh dngane go nirakati kmar
M YUSUF CH
*Sampean kbeh iso melanggar ora knangan keamanan tapi sing sumare ning maqom {simbah} iku preso opo" sng d lakni smpean sben dno.
*ngaji ojo stngah" ngko nylakani wng liya

♡♡♡Dadi kyai kudu sugih♡♡♡
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

[Sabtu 24/5/1997]

Bp Ahmad Muhammad :

" Ojo sampek gelem di wei Duit Pejabat. mundak ora Kajen. Santri di ajeni mergo kuwate aqidah. Pejabat di ajeni mergo kuwate Bondho.yen biso santri kudu kuat sekabehane.
dawuhe Bapak [KH Chudlori] Dadi Kyai kudu Sugih'.
supoyo ora wedi karo Pejabat.camat,Bupati,Kapolwil.mulai saiki kudu ndungo njaluk Rizqi.supoyo dadi Kyai sg Sugih. ora Kyai imbas imbis.!"

# Namung penyambung lidah
mugi manfaat....
ﺑﺎﺭﻙ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻨﺎ ﻭﻟﻜﻢ ....

Ucapan idul fitri 2018


“Rinengga suminaring surya dinten fitri...
cinandra resik ing wardaya....
katur sugeng manghayubagya Idul Fitri
nyuwun agunging samudra pangaksami, ing sedaya kalepatan kula sakkeluargo..

"Taqobalallah minna waminkum Taqobbal Ya Karim"
“ja'alana Allah wa iyyakum minal aidin wal faidzin wal maqbuliin”


mugi kita tansah winengku ing karahayon, gesang, lan mugi tansah pikantuk ridho saking Gusti Allah SWT.”

ﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﺎ ﻭﻣﻨﻜﻢ ﺻﻴﺎﻣﻨﺎ ﻭﺻﻴﺎﻣﻜﻢ
ﻭﺯﻛﺎﺗﻨﺎ ﻭﺯﻛﺎﺗﻜﻢ ﻭﺍﻋﻤﺎﻟﻨﺎ ﻭﺍﻋﻤﺎﻟﻜﻢ
ﻭﺟﻌﻠﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻳﺎﻛﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻔﺎﺋﺰﻳﻦ ﻭﺍﻟﻤﻘﺒﻮﻟﻴﻦ ﻭﻛﻞ ﻋﺎﻡ ﻧﺤﻦ ﻭﺍﻧﺘﻢ ﺑﺨﻴﺮ

*********************************

Sumunaring baskara
madangi ati
Suci ing dina fitri
Nyuwun agungin samudra pangaksami
Ngaturaken sugeng riyadi 1439 H
Nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan dalem lahir batos
Mugi kito sedoyo tansah pinaringan rahmatipun gusti inkang moho suci
Matur nuwun...

ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻟﺒﺲ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ، ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻃﺎﻋﺘﻪ ﺗﺰﻳﺪ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻟﺒﺲ ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ، ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻧﺠﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻮﻋﻴﺪ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻓﺮﺵ ﺍﻟﺒﺴﺎﻁ، ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﻋﺒﺮ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ .
ﻟﻴﺲ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﺣﺎﺯ ﺍﻟﺪﺭﻫﻢ ﻭﺍﻟﺪﻳﻨﺎﺭ، ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ ﻟﻤﻦ ﺃﻃﺎﻉ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺍﻟﻐﻔﺎﺭ . 

ﻭﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻃﺎﻋﺎﺗﻜﻢ..


Hari raya bukanlah milik org yg berbaju baru... namun hari raya adalah milik orang yg ketaatannya bertambah...


Hari raya bukanlah milik org yg berbaju baru... namun hari raya adalah milik orang yg selamat pada hari pembalasan...

Hari raya bukanlah milik org yg menghamparkan permadani penuh makanan... namun hari raya adalah milik orang yg selamat lewat titian sirotolmustaqim...

Hari raya bukanlah milik org yg banyak memperoleh dirham dan dinar (uang)... namun hari raya adalah milik orang yg patuh  pada Allah yg Maha Perkasa dan Pengampun...

Semoga Allah menerima ketaatan kita....

Ahmad Nur Syafiilanam sekeluarga...

Sholawat muabbad


SHOLAWAT ISMUL A'DZOM LI RIJAALIL GHOIB.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍِﻧِّﻰ ﺍَﺳْﺎَﻟُﻚَ ﺑِﺎﺳْﻤِﻚَ ﺍﻻَﻋْﻈَﻢِ ﺍﻟْﻤَﻜْﺘﻮْﺏِ ﻣِﻦْ ﻧُﻮْﺭِ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﺍﻻَﻋْﻠٰﻰ ﺍﻟْﻤُﺅَﺑَّﺪِ ﺍﻟﺪَّﺍﺋِﻢِ ﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻰ ﺍﻟﻤُﺨَﻠَّﺪِ ﻓِﻰ ﻗَﻠْﺐِ ﻧَﺒِﻴِّﻚَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻚَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺍَﺳْﺎَﻟُﻚَ ﺑِﺎﺳْﻤِﻚَ ﺍْﻻَﻋْﻈَﻢِ ﺍﻟﻮَﺍﺣِﺪِ ﺑِﻮَﺣْﺪَﺓِ ﺍﻻَﺣَﺪِ ﺍْﻟﻤُﺘَﻌَﺎﻟِﻰ ﻋَﻦْ ﻭَﺣْﺪَﺓِ ﺍﻟْﻜَﻢِّ ﻭَﺍﻟﻌَﺪَﺩِ ﺍﻟﻤُﻘَﺪَّﺱِ ﻋَﻦْ ﻛُﻞِّ ﺍَﺣَﺪٍ ﻭَﺑِﺤَﻖِّ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠٰﻪُ ﺍﺣَﺪٌ ﺍَﻟﻠّٰﻪُ ﺍﻟﺼَّﻤَﺪِ ﻟَﻢْ ﻳَﻠِﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻮْﻟَﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍ ﺍَﺣَﺪُ . ﺍَﻥْ ﺗُﺼَﻠِّﻲَ ﻭَﺗُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠٰﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳِﺮِّ ﺣَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﻮُﺟُﻮْﺩِ ﻭَﺍﻟﺴَّﺒَﺐِ ﺍﻻَﻋْﻈَﻢِ ﻟِﻜُﻞِّ ﻣَﻮْﺟُﻮْﺩٍ ﺻَﻼَﺓً ﺗُﺜَﺒِّﺖُ ﻓِﻰ ﻗَﻠْﺒِﻰ ﺍْﻻِﻳْﻤَﺎﻥِ ﻭَﺗُﺤَﻔِّﻈُﻨِﻰ ﺍْﻟﻘُﺮْﺁﻥَ ﻭَﺗُﻔَﻬِّﻤُﻨِﻰ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻻَﻳَﺎﺕِ ﻭَﺗَﻔْﺘَﺢُ ﻟِﻰ ﺑِﻬَﺎ ﻧُﻮْﺭَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺎﺕِ ﻭَﻧُﻮْﺭَ ﺍﻟﻨَّﻌِﻴْﻢِ ﻭَﻧُﻮْﺭَ ﺍﻟﻨَّﻈْﺮِ ﺍِﻟٰﻰ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ ﻭَﻋَﻠٰﻰ ﺁﻟِﻪٖ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪٖ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ .
“ALLAHUMMA INNII ASALUKA BISMIKAL
A’DZOMIL MAKTUUBI NUURII WAJHIKAL A’LAL MUABBADID DAAIMIL BAAQIIL MUKHOLLADI FII QOLBII NABIYYIKA WA RASUULIKA MUHAMMADIN, WA AS-ALUKA BISMIKAL A’DZOMIL WAAHIDI BIWAHDATIL AHADIL MUTAAL AN WAHDATIL KAMMI WALADADIL MUQADDSI AN KULLI AHADIN WA BIHAQQI BISMILLAHIRRAHM
ANIRRAHIM. KUL HUWALLAHU AHAD ALLAHUS SAMAD LAMYALID WALAM YUULAD WALAM YAKULLAHU KUFUWAN
AHAD. AN TUSHOLLII ALA SAYYIDINA
MUHAMMADIN SIRRI HAYAATIL WUJUUD. WASSABABIL A’DZOMI LIKULLI MAUJUDIN, SHOLATAN TUTSABBITU FII QALBII IMAANA, WA TUHAFFIDZUNIIL QURAN. WA TUFAHHIMUNI MINHUL AYAATI WA TAFTAHULII BIHAA NUUROL
JANNATI WA NUURON NA’IMI WA NUURON NADZORI ILAA WAJHIKAL KARIIM WA ALAA AALIHII WA SHOHBIHI WA SALLIM WALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘ALAMIN ”
Terjemah dan ma’nanya :
`Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan AsmaMu yang Agung, yang tertulis dari cahaya wajah-MU yang maha Tinggi dan maha Besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan Nabi-MU Muhammad SAW.Aku memohon dengan Asma-MU yang Agung dan Tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang Maha Agung dari kesatuan jumlah, dan maha Suci dari setiap sesuatu, dan
dengan hak BISMILLAHIRRAHM
ANIRRAHIIM.
QULHUALLAHU AHAD. ALLAHUS SHOMAD. LAM YALID WALAM YULAD WALAM YAKUL LAHU KUFUWAN AHAD. Semoga Engkau limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad
SAW, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya
surga dan cahaya nikmat, serta cahaya
pandangan kepada wajahMu yang Mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Limpahkan pula salam sejahtera padanya.
Catatan:
Sholawat ini disusun oleh Al-Imam As-Sayyid Syekh Taqyudien Ad-Damsiq Al Hanbaly rhm, inilah diantara sholawat yang mempunyai banyak fadhilah. Kebesaran dan ke agungan sholawat ini
telah banyak dibuktikan oleh para Alim Ulama Shalaf. Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani sendiri telah mencantumkan Sholawat ini didalam kitab beliau Sa’adatud dara’in. Sholawat inilah yang sering digunakan sebagai wasilah untuk bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS.
Sebelumnya membaca tawasul Fatihah sbb ;
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮ ﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ .… ﻧﻴﺔ .… ﺍﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﻄﺐ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﻄﻔﻲ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﻳﺤﻲ ﻭﺳﻴﺪﻯ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻠﻮﻯ ﺑﻦ ﺍﺣﻤﺪ ﺑﺎﺣﺴﻴﻦ ﻭﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﺍﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺎﻣﺪ ﺍﻟﻜﺎﻑ ﻭﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺑﻮﺳﻒ ﺑﻦ ﺍﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺍﻟﻨﺒﻬﺎﻧﻰ ﻭﻣﺸﺎﺀﺧﻴﻪ ﻭﺍﻻﻣﺎﻡ ﻣﺤﻤﺪ ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺪﻣﺸﻘﻰ ﻭﺭﺟﺎﻝ ﺍﻟﻐﻴﺐ ﻭﺍﺭﻭﺍﺡ ﺍﻟﻤﻘﺪﺳﺔ ﻭﺍﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﻮﺑﺔ ﻭﺍﻟﻰ ﺭﺋﺴﻴﻬﻢ ﻭﺍﻟﻰ ﺣﻀﺮﺓ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻀﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺍﻟﻰ ﺿﺮﺓﺍﻟﻨﺒﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ . ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ……
Al-Fatihah…( niatkan )… kepada al-Walid al-Imam al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dan Sayyidul Walid Al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin, Al-Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, dan Al-Imam
Yusuf bin Ismail An-Nabhaani, dan semua guru-guru beliau, dan kepada Al-Imam Shohibus sholawat Syaikh Muhammad Taqyudien Ad-Damsiq, dan semua Rijal Ghoib, dan semua arwah
dari golongan mereka yang suci, juga kepada semua para ahli Taubat, dan semua pemimpin mereka. Kepada Nabi Allah Sayyidina Khidhir AS, dan kepada kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Al-Fatihah …
Ini adalah shalawat As-syekh Al-Arif Al-Imam As-sayyidi Muhammad Taqiuddin Ad-Damsyiq ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu Sirrohu wa Nafa`na bihi.Amin )
Tertulis dalam kitab Sa'adatud Dara`in karya Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani. Dalam satu risalahnya tentang Ismul A`dhom disebutkan faedah tasarruf dengan shalawat ini mengandung rahasia luar biasa, antara lain:
1. Jika dibaca 100x tiap hari akan mendapatkan kedudukan wali dari Auliya Allah.
2. Apabila dibaca 1000x tiap hari, engkau akan dapat memberi nafkah secara ghaib.Dengan kata lain bila ada keperluan masukkanlah tanganmu kedalam satu, maka akan engkau dapatkan yang engkau perlukan.
3. Untuk membinasakan orang zholim, dibaca pada malam sabtu 1000x maka engkau akan melihat keajaibannya, kebinasaannya.( hati-hati jangan sembarangan, bisa kena diri sendiri )
4. Untuk mencegah perampok dan musuh yang banyak, ambillah segenggam tanah dari bawah telapak kaki sebelah kiri, bacakan shalawat ini 7x,
tiupkan pada tanah tersebut ( dijampikan ) dan lemparkan kearah dimana musuh/perampok berada, akan terjadi kebinasaan pada mereka seketika.
5. Untuk mengembalikan barang hilang dam melunasi hutang, bacalah tiap hari 7x.Tiap mulai satukali diniatkan pahala yang engkau baca dihadiahkan ke Hadratun Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, serta pada Rijalul Ghaib dan
Ashaabun Naubah dan kepada pemimpin mereka.
Dan berniat bila hajatmu tercapai engkau
bersedekah dengan makanan dan pahalanya untuk mereka. Atau kau dapat memberi makan orang miskin sebagai terima kasih kepada Allah karena barokah merekalah dan shalawat ini sehingga hajatmu tercapai.Insya Allah.
6. Untuk sakit kepala, demam, sakit mata, migran ( sakit kepala sebelah ) dibacakan pada air mawar 7x dan diminumkan pada sisakit. Insya Allah sembuh !
7. Untuk melancarkan air susu bagi manusia atau hewan ternak, ambil air dari mata air ( sumur ) baca shalawat ini 7x diusapkan pada teteknya dan diminum, maka air susunya akan banyak. Insya Allah.
8. Untuk kencing tersumbat ( kencing batu ) dan wanita yang akan melahirkan ( susah melahirkan ) dibacakan seperti diatas.
9. Untuk sesak nafas, medu, rasa takut, sering mimpi yang tidak enak/
menakutkan, masuk angin, sakit dada, TBC, sulit tidur bikinlah air jampian
seperti tadi dan dikerjakan / diminum MALAM HARI.
10. Dibaca untuk perempuan/laki-laki agar cepat menemukan jodohnya, dibikin air diminumkan pasti banyak yang menyukainya dan cepat menemukan jodohnya. Sudah dibuktikan !!
11. Bila didawamkan/rutin dibaca 100x setiap hari selama 40 hari, engkau akan menjadi seorang Arif mungkin Kasyaf.
12. Untuk wanita yang menginginkan anak/mandul dibaca diair seperti diatas pada MALAM JUM`AT dan diminumkan kemudian dicampur oleh suaminya pada malam itu juga, dia akan hamil, Insya Allah yang telah dicoba pada air untuk
diminumkan dan dimandikan.
Catatan:
Semua faedah shalawat tersebut kami dapatkan dari Syaikhina Habib Muhammad bin Ali bin Ahmad Syihab dan Al Mukarom As syekh Al Mursyid Al-Ustadz Ali Umar Toyyib,Palembang.
Sholawat ini adalah salah satu dari amalan tetap kami. Dan mempunyai kedudukan khusus, karena secara pribadi banyak diijazahkan oleh guru-guru kami untuk diamalkan dan jangan ditinggalkan.
Antara lain yang mengijazahkan :
• Al-HAbib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya - Pekalongan
• KH. Ali Umar Toyyib. Palembang
• Habib Muhammad bin Ali bin Ahmad Syihab Palembang
• KH.Hanifun Nusuk ( Gus Nif ),Krapyak
Pekalongan
• Habib Hasan bin Ahmad bin Hasan Al-Bahr Sukabumi
• Ajengan KH. Fathilah Sukabumi
Cara pengamalan sholawat ini :
Sholawat ini termasuk salah satu sholawat yang mempunyai asror yang luar biasa. Ijazah yang ada pada kami adalah dibaca 1 kali setiap ba`da sholat fardhu atau 3 kali setiap shubuh dan
maghrib. Jika mempunyai hajat dibaca 100 kali. Sebaiknya malam jum`at. Sholawat ini termasuk sholawat yang Multifungsi dengan kata lain dapat digunakan untuk niat apa saja.
Cara penggunaannya dengan dibaca 7 kali. Setelah membaca fatehah tawasul, maka baca lagi fatehah baru sholawat ( Fatehah + Shalawat )
. Diulangi 7 kali.( Cara membaca fatehah adalah cara dibaca senafas )
Cara yang ini diajarkan pada kami oleh
Habib.Muhammad bin Ali Syihab. Dan Masya Allah menurut kami ini sangat mujarab. Sering sekali kami takjub dengan hasilnya.
Menurut Al-Maghfurlah KH. Kholil Bisri, Rembang bagi siapa yang mempunyai hajat, misalnya berniat akan pergi Haji, sholawat tersebut dibaca 100 x. Coba saja !
Shalawat ini memiliki banyak sekali faedah seperti yang diriwayatkan oleh Syech Taqiyuddin Ad Dimsyaaqi, faedah atau manfaatnya antara lain :
1. Barang siapa yang membacanya tiap-tiap hari 100x, maka ia akan diberi pangkat wali
2. Memudahkan rizqi
3. Mengalahkan musuh
4. Mengembalikan barang yang hilang atau orang minggat
5. Memudahkan membayar hutang
6. Jika dibaca 1000x setiap hari, maka akan mendapatkan rizqi dari alam ghaib
7. Untuk menyembuhkan segala penyakit, dengan cara dibacakan pada air dan diminumkan kepada orang sakit
8. Mengusir jin atau setan dari badan orang atau manusia dengan cara dibacakan pada air dan diminumkan orang yang kerasukan
9. Menghilangkan rasa susah, cemas dan sedih
10. Melepaskan atau menghilangkan sihir
11. Membebaskan dari penjara
12. Menghasilkan segala maksud
13. Memudahkan untuk mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW
14. Dan msh banyak lagi kegunaan lain.

Senin, 22 Mei 2017

Keberkahan Al-Qur'an

Keberkahan Membaca Al Quran
*****************************

Ada seorang guru yang berpesan kepada muridnya :
"Jangan engkau tinggalkan membaca Al-Quran, semakin banyak engkau membacanya, engkau akan mendapati urusanmu akan bertambah mudah"

Lalu murid itu mengikut apa yang dinasihatkan oleh gurunya, pada permulaannya dia mampu membaca 3 juz Al-Quran sehari,
Lalu dari hari kehari, jumlah helaian yang mampu dibacanya bertambah, dan dia mendapati urusannya semakin dimudahkan oleh Allah,
Kemudian dia bertanya kepada gurunya : "wahai guruku, aku mendapati jumlah helaian Al-Quran yang mampu aku baca semakin meningkat, sedangkan aku seorang yang sibuk dengan kerjaku"

Maka gurunya berkata : "waktu seharianmu menjadi berkah, kerana banyaknya engkau membaca Al-Quran, engkau terasa seakan-akan mampu melakukan banyak urusanmu walaupun hanya waktu yang singkat.."

Subahanallah.........
Melalui kisah tadi sudah membuktikan bahwa, apabila kita membaca Al-Quran waktu kita menjadi lebih berkah.
Secara logika, bila kita membaca banyak lembaran Al-Quran, ia akan menyita waktu yang lama bukan??

Namun Semakin banyak al-quran kita baca, kita akan mendapati semakin banyak pula urusan yang mampu kita lakukan.

Bukan karena waktu 24 jam itu bertambah, tetapi karena berkahnya waktu, dan karena urusan kita dipermudah oleh Allah Sang Penjaga waktu.

Rasulullah Sallallahu alai'hi wassalam bersabda;
"Barangsiapa yang bangun di pagi hari, dan hanya dunia yang difikirkan olehnya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah atas dirinya, maka Allah akan menanamkan 4 penyakit padanya;
1- Kebingungan yang tiada putusnya
2- Kesibukkan yang tidak ada ujungnya
3- Keperluan yang tidak pernah merasa cukup
4- Angan-angan yang tidak ada penghujungnya
(HR MUSLIM)

Kamis, 18 Mei 2017

Trilogi cinta

Trilogi Cinta Menurut Nabi dan Sahabatnya
Oleh: KH Ahmad Nadhif Abdul Mujib, Lc*
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻤﺖ ﺁﻻﺅﻩ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺨﻠﻮﻗﺎﺗﻪ . ﻓﺄﺑﻰ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻻ ﻛﻔﻮﺭﺍ . ﻭﻧﺼﺐ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺍﻟﺒﺎﻫﺮﺍﺕ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺘﻪ ﻓﻌﻤﻴﺖ ﺑﺼﺎﺋﺮ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ ﻓﻤﺎ ﺯﺍﺩﺗﻬﻢ ﺇﻻ ﻧﻔﻮﺭﺍ . ﻭﺑﺼّﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻔﻜﻴﺮ ﻓﻲ ﺁﻳﺎﺗﻪ ﻓﺄﺷﺮﻗﺖ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﺑﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻪ ﻣﻨﺎ ﻭﺗﻴﺴﻴﺮﺍ
ﻓﺴﺒﺤﺎﻧﻪ ﻣﻦ ﻗﺴﺎﻡ ﻣﺎ ﺃﻋﺪﻟﻪ، ﻭﻣﻦ ﻗﻬﺎﺭ ﻣﺎ ﺃﺣﻠﻤﻪ، ﻭﻣﻦ ﺟﻮﺍﺩ ﻣﺎ ﺃﻛﺮﻣﻪ، ﻭﻣﻦ ﻋﻠﻴﻢ ﻣﺎ ﺃﻋﻠﻤﻪ . ﻻ ﻳﻌﺰﺏ ﻋﻨﻪ ﻣﺜﻘﺎﻝ ﺫﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻻ ﻳﻐﺎﺩﺭ ﺻﻐﻴﺮﺍ ﻭﻻ ﻛﺒﻴﺮﺍ
ﺃﺣﻤﺪﻩ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺣﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﻋﺮﻓﻪ ﺣﻖ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ . ﻭﺃﺷﻜﺮﻩ ﺷﻜﺮﺍ ﻛﺜﻴﺮﺍ . ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﺭﺳﻠﻪ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﺑﺸﻴﺮﺍ ﻭﻧﺬﻳﺮﺍ، ﻭﺩﺍﻋﻴﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﻭﺳﺮﺍﺟﺎ ﻣﻨﻴﺮﺍ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻙ ﻭﺭﺳﻮﻟﻚ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﺗﻌﺒﻬﻢ ﺑﺈﺣﺴﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ
ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ ﻓﻴﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﻖ ﺗﻘﺎﺗﻪ ﻭﻻ ﺗﻤﻮﺗﻦ ﺇﻻ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻣﺴﻠﻤﻮﻥ
Hadirin Jumah Yang Berbahagia

Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dg menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan Nya


Khutbah kita kali ini akan mengkaji konsep cinta sesuai dengan apa yang pernah ditawarkan dan dicontohkan oleh Rasul Saw dan para sahabatnya.
Namun sebelumnya, ada baiknya disampaikan satu hal mengenai pendapat ulama terhadap keabsahan suatu riwayat atau hadis supaya lebih jelas persoalan yang akan kita bahas dalam khutbah ini.
Para Hadirin Yang Berbahagia
Secara garis besar, ada dua klasifikasi atau pembagian hadis, yaitu; shohih dan ghoiru shohih . Untuk hadis yang shohih adalah sudah jelas boleh dan legal digunakan untuk sebagai dasar pengambilan hukum-hukum syariah yang meliputi wajib, mubah, sunnah, makruh dan haram. Kemudian untuk hadis yang ghoiru shohih , maka dibagi lagi ke dalam pembagian terperinci yang bisa dipelajari lebih lanjut dalam disiplin ilmu Mustholahul Hadis. Nah, di antara Hadis ghoiru shohih itu terdapat kelompok Hadis yang disebut sebagai hadis
dlo`if atau lemah. Hadis seperti ini oleh Imam an-Nawawi dianggap boleh dijadikan landasan terhadap hal-hal di luar kewajiban dan keharaman, yaitu hal-hal yang baik seperti konsep hidup bertetangga, konsep pergaulan sosial dan semacamnya, dengan syarat-syarat tertentu di antaranya adalah harus didukung oleh dalil-dalil lain yang sudah jelas keshahihannya.
Nah, berikut ini akan kita kaji sebuah hadis atau riwayat yang memang belum tergolong shahih, namun seperti yang dinyatakan Imam an-Nawawi tadi adalah tidak keliru jika kita ambil sebagai landasan hikmah dan penggalian nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup kita sebagai makhluk sosial yang pasti selalu berinteraksi dengan antarsesama.
Hadirin Rohimakumullah
Dalam sebuah kitab yang bertitel Al-Mawâhib Al-Laduniyyah, disebutkan sebuah riwayat yang lumayan panjang redaksinya yaitu:
ﺟﻠﺲ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻊ ﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﺳﺄﻟﻬﻢ ﻣﺒﺘﺪﺃ ﺑﺄﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻣﺎﺫﺍ ﺗﺤﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ؟
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﺑﻲ ﺑﻜﺮ ‏( ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ‏) ﺃﺣﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺛﻼﺛﺎ ﺍﻟﺠﻠﻮﺱ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻚ – ﻭﺍﻟﻨﻈﺮ ﺍﻟﻴﻚ – ﻭﺃﻧﻔﺎﻕ ﻣﺎﻟﻲ ﻋﻠﻴﻚ .
ﻭﺍﻧﺖ ﻳﺎ ﻋﻤﺮ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺐ ﺛﻼﺛﺎ : ﺍﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺳﺮﺍ – ﻭﻧﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺟﻬﺮﺍ – ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﺍ، ﻭﺍﻧﺖ ﻳﺎ ﻋﺜﻤﺎﻥ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺐ ﺛﻼﺛﺎ : ﺍﻃﻌﺎﻡ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ – ﻭﺍﻓﺸﺎﺀ ﺍﻟﺴﻼﻡ – ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﻟﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﻧﻴﺎﻡ، ﻭﺍﻧﺖ ﻳﺎ ﻋﻠﻲ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺐ ﺛﻼﺙ : ﺍﻛﺮﺍﻡ ﺍﻟﻀﻴﻒ – ﺍﻟﺼﻮﻡ ﺑﺎﻟﺼﻴﻒ – ﻭﺿﺮﺏ ﺍﻟﻌﺪﻭ ﺑﺎﻟﺴﻴﻒ، ﺛﻢ ﺳﺄﻝ ﺃﺑﺎ ﺫﺭ ﺍﻟﻐﻔﺎﺭﻱ : ﻭﺃﻧﺖ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﺫﺭ : ﻣﺎﺫﺍ ﺗﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ؟ ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ : ﺃﺣﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺛﻼﺛﺄ : ﺍﻟﺠﻮﻉ؛ ﺍﻟﻤﺮﺽ؛ ﻭﺍﻟﻤﻮﺕ ،ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ‏( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‏) : ﻭﻟﻢ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ : ﺃﺣﺐ ﺍﻟﺠﻮﻉ ﻟﻴﺮﻕ ﻗﻠﺒﻲ؛ ﻭﺃﺣﺐ ﺍﻟﻤﺮﺽ ﻟﻴﺨﻒ ﺫﻧﺒﻲ؛ ﻭﺃﺣﺐ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻷﻟﻘﻰ ﺭﺑﻲ،
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ‏( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‏) ﺣﺒﺐ ﺇﻟﻰ ﻣﻦ ﺩﻧﻴﺎﻛﻢ ﺛﻼﺙ ﺍﻟﻄﻴﺐ؛ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺀ؛ ﻭﺟﻌﻠﺖ ﻗﺮﺓ ﻋﻴﻨﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ . ﻭﺣﻴﻨﺌﺬ ﺗﻨﺰﻝ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺃﻗﺮﺃﻫﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﻗﺎﻝ : ﻭﺍﻧﺄ ﺃﺣﺐ ﻣﻦ ﺩﻧﻴﺎﻛﻢ ﺛﻼﺙ ﺗﺒﻠﻴﻎ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ؛ ﻭﺃﺩﺍﺀ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ؛ ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻴﻦ؛ ﺛﻢ ﺻﻌﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻭﺗﻨﺰﻝ ﻣﺮﺓ ﺃﺧﺮﻯ؛ ﻭﻗﺎﻝ : ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻳﻘﺮﺅﻛﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﻳﻘﻮﻝ : ﺍﻧﻪ ﻳﺤﺐ ﻣﻦ ﺩﻧﻴﺎﻛﻢ ﺛﻼﺙ ﻟﺴﺎﻧﺎ ﺫﺍﻛﺮﺍ ؛ ﻭﻗﻠﺒﺎ ﺧﺎﺷﻌﺎ؛ ﻭﺟﺴﺪﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﺻﺎﺑﺮﺍ
Hadirin Yang Berbahagia
Riwayat yang sangat panjang itu kurang lebih artinya adalah: Suatu ketika Nabi Saw berkumpul bersama beberapa sahabatnya. Nabi bertanya kepada Abu Bakar, “Apa yg kamu senangi dari dunia ini?” Abu Bakar menjawab, “Aku senang 3 hal: duduk bersamamu, memandangimu, dan menginfaqkan seluruh hartaku untukmu.” Lalu Nabi bertanya hal yg sama kepada Umar, dan Umar menjawab, “Aku juga senang 3 hal: amar ma’ruf, nahi mungkar, dan berkata benar meskipun pahit.” Kemudian Nabi bertanya kepada Utsman bin Affan, dan Ustman menjawab, “Akupun menyukai 3 hal: memberi makan kepada yang lapar, mengucap salam, dan sholat malam ketika orang-orang sedang tidur lelap.” “Lalu kamu, Wahai Ali?” Ali menjawab, “Aku juga menyukai 3 hal: memuliakan tamu, puasa di musim panas, dan memerangi kaum kafir.” Berikutnya Nabi menanyakan hal yang sama kepada Abu Dzar Al-Ghiffariy, dan ia menjawab, “Aku suka 3 hal: kelaparan, sakit, dan kematian!” Mendengar ini, Nabi bertanya lagi, “Wahai Abu Dzar, mengapa engkau menyukai 3 hal itu?” Abu Dzar menjawab, “Aku suka kelaparan supaya hatiku halus. Aku suka sakit supaya dosa-dosaku terhapus, dan aku suka kematian supaya aku segera sowan kepada Dzat yang aku rindukan. Kemudian setelah itu, Nabi Saw bersabda: Aku pun mencintai 3 hal di dunia ini, yaitu: wewangian, wanita, dan sholat. Berikutnya Malaikat Jibril turun mengucap salam kepada Nabi dan para sahabatnya, seraya berkata: aku juga cinta 3 hal dari dunia kalian ini, yaitu: menyampaikan wahyu kepada para Nabi, menjaga amanah, dan aku juga menyukai orang-orang miskin. Setelah berkata seperti itu, Malaikat Jibril menghilang sejenak dan kemudian datang kembali dan berkata, “Allah menitipkan salam-Nya kepada kalian semua, dan Allah berfirman bahwa Allah juga menyukai 3 hal di dunia ini, yaitu: lisan yang selalu berdzikir, hati yang khusyuk, dan jasad yang selalu bersabar.
Hadirin Rohimakumullah
Itulah sebuah riwayat panjang yang menceritakan bagaimana pembicaraan antara Nabi, para sahabatnya dan bahkan dengan Malaikat Jibril yang kemudian disambung oleh firman Allah.
Kesemua pernyataan sikap para sahabat Nabi dan sabda Nabi sendiri seperti tersebut di atas itu sungguh bisa kita renungkan secara panjang lebar. Namun dalam kesempatan terbatas ini, marilah pertama-tama kita telaah pernyataan sahabat Abu Bakar ketika beliau menjawab pertanyaan Nabi tentang apa yang disukainya. Dalam kesempatan khutbah yang lain, Insyaallah kita telaah pernyataan sahabat-sahabat Nabi yang lain.
Hadirin Rohimakumullah
Dalam riwayat tadi, menjawab pertanyaan Nabi tentang apa yang disenangi di dunia, Abu Bakar menyatakan: saya suka 3 hal yaitu: duduk bersama Nabi, memandangi Nabi, dan menginfaqkan seluruh hartanya untuk Nabi. Jawaban Abu Bakar itu jelas menunjukkan bahwa semua yang ada dalam diri beliau rodliyallahu ‘anhu ditotalitaskan kepada Kanjeng Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam,
rûhan wa jasadan. Ini jelas merupakan seorang sahabat yang benar-benar sejati.
Dalam keseharian kita, kalau kita duduk bersama seorang alim saja akan mampu memberikan kita berbagai macam ilmu, maka bagaimana kalau kita duduk bersama sayyidu mu’allim an-nâs, Guru dari segala Maha Guru, yaitu Rasulullah Saw?
Kalau memandang seorang alim saja dapat menjadikan halusnya hati atas pancaran nur sang alim, maka bagaimana halnya dengan memandangi wajah khoirul basyar, sebaik-baik manusia?
Kalau menginfaqkan seluruh harta kepada seorang alim adalah perkara yang baik, bagaimana dengan menginfaqkan seluruh harta kepada s ayyidul wujud, Rasulullah Saw.
Hadirin Rohimakumullah
Itulah sekelumit gambaran kesetiaan dan totalitas persahabatan Abu Bakar kepada Nabi Saw. Semoga kita bisa meneladani.
Insyaallah dalam kesempatan lain, kita akan lanjutkan pembahasan kita dengan menelaah sikap-sikap para sahabat Nabi sebagaimana tersebut dalam riwayat di atas.
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻛﺎﻟﻨﺠﻮﻡ ﺑﺄﻳﻬﻢ ﺍﻗﺘﺪﻳﺘﻢ ﺍﻫﺘﺪﻳﺘﻢ، ﺃﻭ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ
ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ، ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ، ﺍﺩﻉ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻚ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ ﻭﺍﻟﻤﻮﻋﻈﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺟﺎﺩﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ، ﺇﻥ ﺭﺑﻚ ﻫﻮ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﻤﻦ ﺿﻞ ﻋﻦ ﺳﺒﻴﻠﻪ ﻭﻫﻮ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﻤﻬﺘﺪﻳﻦ، ﻭﺇﻥ ﻋﺎﻗﺒﺘﻢ ﻓﻌﺎﻗﺒﻮﺍ ﺑﻤﺜﻞ ﻋﻮﻗﺒﺘﻢ ﺑﻪ ﻭﻟﺌﻦ ﺻﺒﺮﺗﻢ ﻟﻬﻮ ﺧﻴﺮ ﻟﻠﺼﺎﺑﺮﻳﻦ، ﻭﺍﺻﺒﺮ ﻭﻣﺎ ﺻﺒﺮﻙ ﺇﻻ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺗﺤﺰﻥ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﻚ ﻓﻲ ﺿﻴﻖ ﻣﻤﺎ ﻳﻤﻜﺮﻭﻥ
ﻭﻗﻞ ﺭﺏ ﺍﻏﻔﺮ ﻭﺍﺭﺣﻢ ﻭﺃﻧﺖ ﺃﺭﺣﻢ ﺍﻟﺮﺍﺣﻤﻴﻦ

GUS JA'FAR

CERPEN “GUS JAKFAR”
Karya GUS MUS
Di antara putera-putera Kiai Saleh, pengasuh pesantren “Sabilul Muttaqin” dan sesepuh di daerah kami, Gus Jakfar-lah yang paling menarik perhatian masyarakat. Mungkin Gus Jakfar tidak sealim dan sepandai saudara-saudaranya, tapi dia mempunyai keistimewaan yang membuat namanya tenar hingga ke luar daerah, malah konon beberapa pejabat tinggi dari pusat memerlukan sowan khusus ke rumahnya setelah mengunjungi Kiai Saleh. Kata Kang Solikin yang dekat dengan keluarga ndalem, bahkan Kiai Saleh sendiri segan dengan anaknya yang satu itu.
“Kata Kiai, Gus Jakfar itu lebih tua dari beliau sendiri,” cerita Kang Solikin suatu hari kepada kawan-kawannya yang sedang membicarakan putera bungsu Kiai Saleh itu. “Saya sendiri tidak paham apa maksudnya.” “Tapi, Gus Jakfar memang luar biasa,” kata Mas Bambang, pegawai Pemda yang sering mengikuti pengajian subuh Kiai Saleh. “Matanya itu lho. Sekilas saja mereka melihat kening orang, kok langsung bisa melihat rahasianya yang tersembunyi. Kalian ingat, Sumini yang anak penjual rujak di terminal lama yang dijuluki perawan tua itu, sebelum dilamar orang sabrang kan ketemu Gus Jakfar. Waktu itu Gus Jakfar bilang, ‘Sum, kulihat keningmu kok bersinar, sudah ada yang ngelamar ya?’. Tak lama kemudian orang sabrang itu datang melamarnya.” “Kang Kandar kan juga begitu,” timpal Mas Guru Slamet. “Kalian kan mendengar sendiri ketika Gus Jakfar bilang kepada tukang kebun SD IV itu, ‘Kang, saya lihat hidung sampeyan kok sudah bengkok, sudah capek menghirup nafas ya?’ Lho, ternyata besoknya Kang Kandar meninggal.” “Ya. Waktu itu saya pikir Gus Jakfar hanya berkelakar,” sahut Ustadz Kamil, “Nggak tahunya beliau sedang membaca tanda pada diri Kang Kandar.” “Saya malah mengalami sendiri,” kata Lik Salamun, pemborong yang dari tadi sudah kepingin ikut bicara. “Waktu itu, tak ada hujan tak ada angina, Gus Jakfar bilang kepada saya, ‘Wah, saku sampeyan kok mondol-mondol; dapat proyek besar ya?’ Padahal saat itu saku saya justru sedang kemps. Dan percaya atau tidak, esok harinya saya memenangkan tender yang diselenggarakan Pemda tingkat propinsi.” “Apa yang begitu itu disebut ilmu kasyaf?” tanya Pak Carik yang sejak tadi hanya asyik mendengarkan. “Mungkin saja,” jawab Ustadz Kamil. “Makanya saya justru takut ketemu Gus Jakfar. Takut dibaca tanda-tanda buruk saya, lalu pikiran saya terganggu.”

***

Maka, ketika kemudian sikap Gus Jakfar berubah, masyarakat pun geger; terutama para santri kalong, orang-orang kampung yang ikut mengaji tapi tidak tinggal di pesantren seperti Kang Solikin yang selama ini merasa dekat dengan beliau. Mula-mula Gus Jakfar menghilang berminggu-minggu, kemudian ketika kembali tahu-tahu sikapnya berubah menjadi manusia biasa. Dia sama sekali berhenti dan tak mau lagi membaca tanda-tanda. Tak mau lagi memberikan isyarat-isyarat yang berbau ramalan. Ringkas kata, dia benar-benar kehilangan keistimewaannya. “Jangan-jangan ilmu beliau hilang pada saat beliau menghilang itu,” komentar Mas Guru Slamet penuh penyesalan. “Wah, sayang sekali! Apa gerangan yang terjadi pada beliau?” “Ke mana beliau pergi saat menghilang pun, kita tidak tahu;” kata Lik Salamun. “Kalau saja kita tahu ke mana beliau pergi, mungkin kita akan mengetahui apa yang terjadi pada beliau dan mengapa beliau kemudian berubah.” “Tapi, bagaimanapun ini ada hikmahnya,” ujar Ustadz Kamil. “Paling tidak, kini kita bisa setiap saat menemui Gus Jakfar tanpa merasa deg-degan dan was-was; bisa mengikuti pengajiannya dengan niat tulus mencari ilmu. Maka, jangan kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan gus kita ini hingga sikapnya berubah atau ilmunya hilang, sebaiknya kita langsung saja menemui beliau.” Begitulah, sesuai usul Ustadz Kamil, pada malam Jum’at sehabis wiridan salat Isya, saat mana Gus Jakfar prei, tidak mengajar; rombongan santri kalong sengaja mendatangi rumahnya. Kali ini hampir semua anggota rombongan merasakan keakraban Gus Jakfar, jauh melebihi yang sudah-sudah. Mungkin karena kini tidak ada lagi sekat berupa rasa segan, was-was dan takut. Setelah ngobrol ke sana kemari, akhirnya Ustadz Kamil berterus terang mengungkapkan maksud utama kedatangan rombongan: “Gus, di samping silaturahmi seperti biasa, malam ini kami datang juga dengan sedikit keperluan khusus. Singkatnya, kami penasaran dan sangat ingin tahu latar belakang perubahan sikap sampeyan.” “Perubahan apa?” tanya Gus Jakfar sambil tersenyum penuh arti. “Sikap yang mana? Kalian ini ada-ada saja. Saya kok merasa tidak berubah.” “Dulu sampeyan kan biasa dan suka membaca tanda-tanda orang,” tukas Mas Guru Slamet, “kok sekarang tiba-tiba mak pet, sampeyan tak mau lagi membaca, bahkan diminta pun tak mau.” “O, itu,” kata Gus Jakfar seperti benar-benar baru tahu. Tapi dia tidak segera meneruskan bicaranya. Diam agak lama. Baru setelah menyeruput kopi di depannya, dia melanjutkan, “Ceritanya panjang.” Dia berhenti lagi, membuat kami tidak sabar, tapi kami diam saja. “Kalian ingat, saya lama menghilang?” akhirnya Gus Jakfar bertanya, membuat kami yakin bahwa dia benar-benar siap untuk bercerita. Maka serempak kami mengangguk. “Suatu malam saya bermimpi ketemu ayah dan saya disuruh mencari seorang wali sepuh yang tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung yang jaraknya dari sini sekitar 200 km kea rah selatan. Namanya Kiai Tawakkal. Kata ayah dalam mimpi itu, hanya kiai-kiai tertentu yang tahu tentang kiai yang usianya sudah lebih 100 tahun ini. Santri-santri yang belajar kepada beliau pun rata-rata sudah disebut kiai di daerah masing-masing.” “Terus terang, sejak bermimpi itu, saya tidak bisa menahan keinginan saya untuk berkenalan dan kalau bisa berguru kepada Wali Tawakkal itu. Maka dengan diam-diam dan tanpa pamit siapa-siapa, saya pun pergi ke tempat yang ditunjukkan ayah dalam mimpi dengan niat bilbarakah dan menimba ilmu beliau. Ternyata, ketika sampai di sana, hampir semua orang yang saya jumpai mengaku tidak mengenal nama Kiai Tawakkal. Baru setelah seharian melacak ke sana kemari, ada seorang tua yang memberi petunjuk.” ‘Cobalah nakmas ikuti jalan setapak di sana itu’ katanya. ‘Nanti nakmas akan berjumpa dengan sebuah sungai kecil; terus saja nakmas menyeberang. Begitu sampai seberang, nakmas akan melihat gubuk-gubuk kecil dari bambu. Nah, kemungkinan besar orang yang nakmas cari akan nakmas jumpai di sana. Di gubuk yang terletak di tengah-tengah itulah tinggal seorang tua seperti yang nakmas gambarkan. Orang sini memanggilnya Mbah Jogo. Barangkali itulah yang nakmas sebut Kiai siapa tadi?’ ‘Kiai Tawakkal.’ ‘Ya, Kiai Tawakkal. Saya yakin itulah orangnya, Mbah Jogo.’ “Saya pun mengikuti petunjuk orang tua itu, menyeberang sungai dan menemukan sekelompok rumah gubuk dari bambu.” “Dan betul, di gubuk bambu yang terletak di tengah-tengah, saya menemukan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo sedang dikelilingi santri-santrinya yang rata-rata sudah tua. Saya diterima dengan penuh keramahan, seolah-olah saya sudah merupakan bagian dari mereka. Dan kalian tahu? Ternyata penampilan Kiai Tawakkal sama sekali tidak mencerminkan sosoknya sebagai orang tua. Tubuhnya tegap dan wajahnya berseri-seri. Kedua matanya indah memancarkan kearifan. Bicaranya jelas dan teratur. Hampir semua kalimat yang meluncur dari mulut beliau bermuatan kata-kata hikmah.” Tiba-tiba Gus Jakfar berhenti, menarik nafas panjang, baru kemudian melanjutkan, “Hanya ada satu hal yang membuat saya terkejut dan tgerganggu. Saya melihat di kening beliau yang lapang ada tanda yang jelas sekali, seolah-olah saya membaca tulisan dengan huruf yang cukup besar dan berbunyi ‘Ahli Neraka’. Astaghfirullah! Belum pernah selama ini saya melihat tanda yang begitu gambling. Saya ingin tidak mempercayai apa yang saya lihat. Pasti saya keliru. Masak seorang yang dikenal wali, berilmu tinggi, dan disegani banyak kiai yang lain, disurati sebagai ahli neraka. Tak mungkin. Saya mencoba meyakin-yakinkan diri saya bahwa itu hanyalah ilusi, tapi tak bisa. Tanda itu terus melekat di kening beliau. Bahkan belakangan saya melihat tanda itu semakin jelas ketika beliau habis berwudhu. Gila!” “Akhirnya niat saya untuk menimba ilmu kepada beliau, meskipun secara lisan memang saya sampaikan demikian, dalam hati sudah berubah menjadi keinginan untuk menyelidiki dan memecahkan keganjialan ini. Beberapa hari saya amati perilaku Kiai Tawakkal, saya tidak melihat sama sekali hal-hal mencurigakan. Kegiatan rutinnya sehari-hari tidak begitu berbeda dengan kebanyakan kiai yang lain: mengimami salat jamaah; melakukan salat-salat sunnat seperti dhuha, tahajjud, witir,dsb.; mengajar kitab-kitab (umumnya kitab-kitab besar); mujahadah; dzikir malam; menemui tamu; dan semacamnya. Kalaupun beliau keluar, biasanya untuk memenuhi undangan hajatan atau- dan ini sangat jarang sekali- mengisi pengajian umum. Memang ada kalanya beliau keluar pada malam-malam tertentu; tapi menurut santri-santri yang lama, itu pun merupakan kegiatan rutin yang sudah dijalani Kiai Tawakkal sejak muda. Semacam lelana brata, kata mereka.” “Baru setelah beberapa minggu tinggal di ‘pesantren bambu’, saya mendapat kesempatan atau tepatnya keberanian untuk mengikuti Kiai Tawakkal keluar. Saya pikir, inilah kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya yang selama ini mengganggu saya.” “Begitulah, pada suatu malam purnama, saya melihat Kiai keluar dengan berpakaian rapi. Melihat waktunya yang sudah larut, tidak mungkin beliau pergi untuk mendatangi undangan hajatan atau lainnya. Dengan hati-hati saya membuntutinya dari belakang; tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Dari jalan setapak hingga ke jalan desa, Kiai terus berjalan dengan langkah yang tetap tegap. Akan ke mana beliau gerangan? Apa ini yang disebut semacam lelana brata? Jalanan semakin sepi; saya pun semakin berhati-hati mengikutinya, khawatir tiba-tiba Kiai menoleh ke belakang.” “Setelah melewati kuburan dan kebun sengon, beliau berbelok. Ketika kemudian saya ikut belok, saya kaget, ternyata sosoknya tak kelihatan lagi. Yang terlihat justru sebuah warung yang penuh pengunjung. Terdengar gelak tawa ramai sekali. Dengan bengong saya mendekati warung terpencil dengan penerangan petromak itu. Dua orang wanita- yang satu masih muda dan yang satunya lagi agak lebih tua- dengan dandanan yang menor sibuk melayani pelanggan sambil menebar tawa genit ke sana kemari. Tidak mungkin Kiai mampir ke warung ini, pikir saya. Ke warung biasa saja tidak pantas, apalagi warung yang suasananya saja mengesankan kemesuman ini. ‘Mas Jakfar!’ tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara yang tidak asing di telinga saya, memanggil-manggil nama saya. Masyaallah, saya hampir-hampir tidak mempercayai pendengaran dan penglihatan saya. Memang betul, mata saya melihat Kiai Tawakkal melambaikan tangan dari dalam warung. Ah. Dengan kikuk dan pikiran tak karuan, saya pun terpaksa masuk dan menghampiri kiai yang saya yang duduk santai di pojok. Warung penuh dengan asap rokok. Kedua wanita menor menyambut saya dengan senyum penuh arti. Kiai Tawakkal menyuruh orang disampingnya untuk bergeser, ‘Kasi kawan saya ini tempat sedikit!’ Lalu, kepada orang-orang yang ada di warung, Kiai memperkenalkan saya. Katanya, ‘Ini kawan saya, dia baru datang dari daerah yang cukup jauh. Cari pengalaman katanya’. Mereka yang duduknya dekat serta merta mengulurkan tangan, menjabat tangan saya dengan ramah; sementara yang jauh melambaikan tangan”. “Saya masih belum sepenuhnya menguasai diri, masih seperti dalam mimpi, ketika tiba-tiba saya dengar Kiai menawari, ‘Minum kopi ya?!’ Saya mengangguk asal mengangguk. ‘Kopi satu lagi, Yu!’ kata Kiai kepada wanita warung sambil mendorong piring jajan ke dekat saya. ‘Silakan! Ini namanya rondo royal, tape goreng kebanggan warung ini! Lagi-lagi saya hanya menganggukkan kepala asal mengangguk.” “Kiai Tawakkal kemudian asyik kembali dengan ‘kawan-kawan’-nya dan membiarkan saya bengong sendiri. Saya masih tak habis pikir, bagaimana mungkin Kiai Tawakkal yang terkenal waliyullah dan dihormati para kiai lain bisa berada di sini. Akrab dengan orang-orang beginian; bercanda dengan wanita warung. Ah, inikah yang disebut lelana brata? Ataukah ini merupakan dunia lain beliau yang sengaja disembunyikan dari umatnya? Tiba-tiba saya seperti mendapat jawaban dari tanda tanya yang selama ini mengganggu saya dan karenanya saya bersusah payah mengikutinya malam ini. O, pantas di keningnya kulihat tanda itu. Tiba-tiba sikap dan pandangan saya terhadap beliau berubah.” ‘Mas, sudah larut malam,’tiba-tiba suara Kiai Tawakkal membuyarkan lamunan saya. ‘Kita pulang, yuk!’ Dan tanpa menunggu jawaban saya, Kiai membayari minuman dan makanan kami, berdiri, melambai kepada semua, kemudian keluar. Seperti kerbau dicocok hidung, saya pun mengikutinya. Ternyata setelah melewati kebon sengon, Kiai Tawakkal tidak menyusuri jalan-jalan yang tadi kami lalui. ‘Biar cepat, kita mengambil jalan pintas saja!’ katanya.” “Kami melewati pematang, lalu menerobos hutan, dan akhirnya sampai di sebuah sungai. Dan, sekali lagi saya menyaksikan kejadian yang menggoncangkan. Kiai Tawakkal berjalan di atas permukaan air sungai, seolah-olah di atas jalan biasa saja. Sampai di seberang, beliau menoleh ke arah saya yang masih berdiri mematung. Beliau melambai. ‘Ayo!’ teriaknya. Untung saya bisa berenang; saya pun kemudian berenang menyeberangi sungai yang cukup lebar. Sampai di seberang, ternyata Kiai Tawakkal sudah duduk-duduk di bawah pohon randu alas, menunggu. ‘Kita istirahat sebentar,’ katanya tanpa menengok saya yang sibuk berpakaian. ‘Kita masih punya waktu, insya Allah sebelum subuh kita sudah sampai pondok.’ Setelah saya ikut duduk di sampingnya, tiba-tiba dengan suara berwibawa, Kiai berkata mengejutkan, ‘Bagaimana? Kau sudah menemukan apa yang kaucari? Apakah kau sudah menemukan pembenar dari tanda yang kaubaca di kening saya? Mengapa kau seperti masih terkejut? Apakah kau yang mahir melihat tanda-tanda menjadi ragu terhadap kemahiranmu sendiri?’ Dingin air sungai rasanya semakin menusuk mendengar rentetan pertanyaan beliau yang menelanjangi itu. Saya tidak bisa berkata apa-apa. Beliau yang kemudian terus berbicara. ‘Anak muda, kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena kau melihat tanda “Ahli Neraka” di kening saya. Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa aku memang pantas masuk neraka. Karena, pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia memasukkan diriku ke sorga atau neraka. Untuk memasukkan hamba-Nya ke sorga atau neraka, sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiai, apakah kau berani menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang di warung yang tadi kau pandang sebelah mata itu pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat dengan-Nya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?’ Aku hanya bisa menunduk. Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil menepuk-nepuk punggung saya. ‘Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi; kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap takabbur; ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri. Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan: godaan untuk takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan kelebihan itu diakui oleh banyak pihak’ Malam itu saya benar-benar merasa mendapatkan pemahaman dan pandangan baru dari apa yang selama ini sudah saya ketahui. ‘Ayo kita pulang!’ tiba-tiba Kiai bangkit. ‘Sebentar lagi subuh. Setelah sembahyang subuh nanti, kau boleh pulang.’ Saya tidak merasa diusir; nyatanya memang saya sudah mendapat banyak dari kiai luar biasa ini.” “Ketika saya ikut bangkit, saya celingukan. Kiai Tawakkal sudah tak tampak lagi. Dengan bingung saya terus berjalan. Kudengar azan subuh berkumandang dari sebuah surau, tapi bukan surau bambu. Seperti orang linglung, saya datangi surau itu dengan harapan bisa ketemu dan berjamaah salat subuh dengan Kiai Tawakkal. Tapi, jangankan Kiai Tawakkal, orang yang mirip beliau pun tak ada. Tak seorang pun dari mereka yang berada di surau itu yang saya kenal. Baru setelah sembahyang, seseorang menghampiri saya. ‘Apakah sampeyan Jakfar?’ tanyanya. Ketika saya mengiyakan, orang itu pun menyerahkan sebuah bungkusan yang ternyata berisi barang-barang milik saya sendiri. ‘Ini titipan Mbah Jogo, katanya milik sampeyan.’ ‘Beliau di mana?’ tanya saya buru-buru. ‘Mana saya tahu?’ jawabnya. ‘Mbah Jogo datang dan pergi semaunya. Tak ada seorang pun yang tahu dari mana beliau datang dan ke mana beliau pergi.’ Begitulah ceritanya. Dan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo yang telah berhasil mengubah sikap saya itu tetap merupakan misteri.” Gus Jakfar sudah mengakhiri ceritanya, tapi kami yang dari tadi suntuk mendengarkan masih diam tercenung sampai Gus Jakfar kembali menawarkan suguhannya.

Rembang, Mei 2002