Selasa, 30 Januari 2018

MUROQOBAH 20

MUROQOBAH

Syeikh Ahmad Khatib Syambas ibnu Abdul Ghaffar Ra. pendiri Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dalam kitab Fathul 'Arifin mengatakan bahwa muraqabah itu ada 20:

1. Muraqabah Ahadiyah

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi dalam Zat, Sifat, dan Af’al-Nya, dan mengingat sifat kamal, Muhal dan Naqis-Nya Allah SWT; mengingat Sifat 20 yang wajib bagi Allah beserta sifat Muhal bagi Allah SWT.
Kegunaan dari muraqabah ini adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT. Dalil dari muraqabah Ahadiyah adalah,
ﻗُﻞْ ﻫُﻮَﺍﻟﻠﻪُ ﺍَﺣَﺪٌ
“Katakanlah sesungguhnya Allah itu adalah Zat yang Maha Esa”.
(QS. Al Ikhlas[112]: 1)

2. Muraqabah Ma’iyyah

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan besertanya Allah SWT didalam setiap bagian-bagian dalam diri kita yang bersifat maknawi (tidak bias dilihat adanya beserta Allah SWT dalam diri kita).
Kegunaan dari muraqabah Ma’iyyah adalah adalah berharap akan memperoleh anugerah keutamaan Allah dari arah yang enam (atas, bawah, depan, belakang, kanan, dan kiri) dari sifat Jaiz Allah SWT. Dalilnya adalah,
ﻭَﻫُﻮَﻣَﻌَﻜُﻢْ ﺍَﻳْﻨَﻤﺎَﻛُﻨْﺘُﻢْ

“Allah secara maknawi itu bersama, dimanapun kalian berada”
(QS: al-Hadid [57]: 4)

3. Muraqabah Aqrabiyyah

Yaitu, mengawasi/mengintai-intai sesungguhnya Allah SWT itu lebih dekat kepada kita dibandingkan pendengaran kuping kita, penglihatan mata kita, penciuman hidung kita, perasa lidah kita, dan pikiran hati kita. Dalam arti Allah itu lebih dekat dibandingkan dengan seluruh anggota tubuh kita yang bersifat maknawi. Kita memikirkan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, seperti manusia dan hewan yang berada diatas bumi, yang terbang di awang-awang, semua makhluk yang berada didalam laut. Mengingat alam yang berada di atas, seperti langit lapis tujuh beserta isi-isinya (bulan, matahari,bintang, mega, dll), alam yang berada di bawah, seperti bumi yang lapis tujuh beserta isi-isinya (lautan, gunung, pepohonan, daun-daunan, tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, dll).
Dalilnya,

ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﺍَﻗْﺮَﺏُ ﺍِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺣَﺒْﻞِ ﺍﻟْﻮَﺭِﻳْﺪِ

“Aku (Allah) itu lebih dekat terhadap hamba-hamba-Ku dibandingkan dengan urat leher manusia”. (QS: Qaaf [50]:16)

Kegunaan dari muraqabah Aqrabiyyah adalah mengharapkan anugerah Allah kepada halus-halusnya otak yang berhubungan dengan lathaif yang lima yang berada di dalam dada yang dinamakan ‘Alam al-Amri. ‘Alam al-Amri adalah lokasi ijazahnya guru kepada murid. Adapun lafadz ijazahnya adalah:

ﺍَﻟْﺒَﺴْﺘُﻚَ ﺧِـﺮْﻗَﺔَﺍﻟْﻔَﻘِـﻴْﺮِﻳَّﺔِ ﺍﻟﺼُّﻮْﻓِـﻴَّﺔِﻭَﺍَﺟَﺰْﺗُﻚَ ﺍِﺟﺎَﺯَﺓًﻣُﻄْﻠَـﻘَﺔًﻟِﻠْﺎِﺭْشادِ ﻭﺍﻟْﺎِﺟَﺎﺯَﺓِ ﻭَﺟَﻌَﻠْﺘُﻚَ ﺧَﻠِﻴْﻔَﺔً .

“Aku pakaikan pakaian yang hina yang murni, dan aku ijazahkan kepadamu secara mutlak untuk dijadikan petunjuk dan ijazah dan kau kujadikan khalifah (pengganti)”
Kemudian si murid menjawab:

ﻗَﺒِﻠْﺖُ ﻭَﺭَﺿِﻴْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺫﻟِﻚَ .

“Saya menerima, ridho atas ijazahnya guru kepadaku”

Maka murid sudah menjadi khalifah kecil. Inilah akhir dari wilayah shughra (wilayah kecil) dan permulaan wilayah kubra (wilayah besar).

4. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang pertama, serta mengingat asmaul husna yang berjumlah 99, mengingat kepada keabadian Allah yang tidak berujung.
Kegunaan muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Ula adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs (halusnya otak yang terletak ditengah-tengahnya kedua belah mata dan kedua belah alis).

5. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang kedua, serta mengingat-ingat Sifat Allah yang ma’ani dan ma’nawiyyah
Manfaat muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs.

6. Muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Qausi

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi akan kecintaan Allah SWT kepada kita makhluk-Nya yang beriman dengan menganugerahkan ridha dan pahala kepadanya, dan kecintaan kita makhluk-Nya yang beriman kepada Allah dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah mendekatkan diri kepada-Nya didalam maqam yang lebih dekat yang dipribahasakan dengan kadar se-bendera (isyarat kepada hal yang dekat sekali). Kegunaan muraqabah al-Mahabbah fi al-Daerah al-Tsaniyyah adalah berharap akan anugerah Allah kepada lathaif nafs).

Dalilnya ketiga muraqabah diatas adalah,

ﻳُﺤِﺒُّﻨَﻬُﻢْ ﻭَﻳُﺤِﺒُّﻮْ ﻧَﻪُ
“Allah mencintai orang-orang yang beriman kepada-Nya, dan mereka juga mencinta Allah SWT”. (QS. Al Maidah [5]:54)

7. Muraqabah Wilayah al-‘Ulya
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan wilayah Malaikat AS. Dalilnya,
ﻫُﻮَﺍﻟْﺄَﻭَّﻝُ ﻭَﺍﻟْﺄَﺧِـﺮُﻭَﺍﻟﻈَّـﺎﻫِﺮُﻭَﺍﻝْﺑَﺎﻃِﻦُ

“Allah itu Zat Yang terdahulu tanpa awal, Zat Yang Akhir tanpa ada ujungnya, Zat Yang zahir pekerjaannya, dan Zat yang bersifat maknawi”.
(QS. Al Hadid [52]:3)

Firman Allah SWT,

ﺍِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻋِﻨْﺪَﺭَﺑِّﻚَ ﻻَﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭْﻥَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻪِ ﻭَﻳُﺴَﺒِّﺤُﻮْﻧَﻪُ ﻭَﻟَﻪُ ﻳَﺴْﺠُﺪُﻭْﻥَ
Artinya:
“Sesungguhnya Semua Malaikat yang ada disamping Tuhanmu itu tidak mau menyombongkan diri dari beribadah kepada Tuhanmu, membaca tasbih dan sujud kepada Allah.

Oleh sebab itu hendaklah kalian meniru sifat-sifat Malaikat (didalam memakai pakaian taqwa/sifat Malakaniya, sifat mahmudah munjiyat, dan meninggalkan sifat syaithaniyah/nafsiyyah/bahimah-hayawaniyyah/sifat mazmumat muhlikat) ”. (QS. Al A’raf [7]:206 )
Manfaat muraqabah wilayah al-ulya adalah unsur tiga yang ada pada manusia yaitu air, api, dan angin.

8. Muraqabah Kamalat al-Nubbuwwah

Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi Yang menjadikan kesempurnaan sifat kenabian. Dalilnya,

ﻭَﻟَﻘَﺪْﻓَﻀَّﻠْﻨَﺎﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴِّﻴْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ

Artinya:
“Sungguh Aku (Allah) lebih mengutamakan para Nabi mengalahkan kepada sebagian yang lainnya ”. (QS. Al Isra’ [17]:55)
Manfaat Muraqabah Kamalat al-Nubbuwwah adalah unsur tanah pada manusia

9. Muraqabah Kamalat al-Risalah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan kesempurnaan sifat para Rasul. Dalilnya,
ﻭَﻣَﺎﺍَﺭْﺳَﻠْﻨﺎﻙَ ﺍِﻻَّﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ
Artinya:
“Aku (Allah) tidak mengutus kepada Mu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta ”. (QS. Al Anbiya’ [12]: 107)
Dan firman Allah SWT,

ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞُ ﻓَﻀَّﻠْﻨَﺎﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ

Artinya:
“Aku (Allah) mengutamakan Para Rasul mengalahkan keutamaan yang lainnya”. (QS. Al Baqarah [2]:253)
Manfaat Muraqabah Kamalat al-Risalah adalah sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah)11

10. Muraqabah Uli al-‘Azmi
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Rasul dengan title ulil azmi, yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi isa, nabi Nuh AS. Dalilnya,

ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻛَﻤـَﺎﺻَﺒَﺮَﺍُﻭْﻟُﻮْﺍﻟْﻌَﺰْﻡِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ
Artinya:
“Sabarlah kalian semua seperti para Rasul yang mempunyai pangkat ulil azmi”. (QS. Al Ahqaaf [46]:35)
Manfaat dari Muraqabah Uli al-‘Azmi adalah sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah)

11. Muraqabah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Nabi Ibrahim yang mempunyai pangkat kholilullah (kekasih Allah). Dalilnya,

ﻭَﺍﺗَّﺨَﺬَﺍﻟﻠﻪُ ﺍِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﺧَﻠِﻴْﻼً
Artinya:
“Allah telah menjadikan hakikatnya Nabi Ibrahim AS sebagai kekasih”.
(QS. An Nisa’ [4]:125)
Kegunaan dari Muraqabah al-Mahabbah fi-Daerah al-Khullah wahiya Haqiqat Ibrahim ‘alaihi al-Salam adalah sifat Wahdaniyyah ¬(lathaif 10 buah)

12. Muraqabah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang mulus, yang memberikan kasih sayang kepada Nabi Musa AS yang mempunyai gelar Kalimillah. Dalilnya,
ﻭَﺍَﻟْﻘَﻴْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣَﺤَﺒَّﺔً ﻣِﻨِّﻲ .
Artinya:
“Aku Telah melimpahkan kepadamu (Musa) kasih sayang yang datang dari- Ku”. (QS. Thaaha [20]:39)
Kegunaan dari Muraqabah Daerah al-Mahabbah al-Shirfah wahiya haiqaqat Syaidina Musa ‘Alaihi al-Salam adalah Wahdaniyyah ¬(lathaif 10 buah)

13. Muraqabah al-Dzatiyyah al-Mumtazijah bi al-Mahabbah wahiya haqiqat al-Muhammadiyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Muhammad SAW menjadi kekasih yang utama serta sifat belas asih. Dalilnya,
ﻭَﻣَﺎﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺍِﻻَّﺭَﺳُﻮْﻝٌ
Artinya:
“Tidaklah nabi Muhammad itu kecuali sebagai Utusan Allah”.
(QS. Ali Imran [3]:144)
Kegunaan muraqabah al-Dzatiyyah bi al-Murabbah wahiya haqiqat al- Muhammadiyyah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

14. Muraqabah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Nabi Ahmad yang mempunyai sifat yang belas asih dan lembut. Dalilnya,
ﻭَﻣُﺒَﺸِّﺮًﺍﺑِﺮَﺳُﻮْﻝٍ ﻳَﺄْﺗِﻰ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻯْ ﺍِﺳْﻤُﻪُ ﺍَﺣْﻤَﺪُ
Artinya:
“Bergemberilah wahai Nabi Isa AS dengan Rasul yang akan diutus didalam akhir zaman yang bernama Nabi Ahmad SAW”. (QS. Ashshaaf [61]:6)
Kegunaan Muraqabah al-Mahbubiyyah al-Shirfah wahiya haqiqat al-Ahmadiyyah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

15. Muraqabah al-Hubbi al-Shirfi
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang mulus mengasihi orang-orang mukmin yang mencintai Allah, para Malaikat, para Rasul, Nabi, Ulama, dan semua saudara-saudara yang beragama satu (Islam). Dalilnya,
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃﻣَﻨُﻮْﺍﺍَﺷَﺪَّﺣُﺒًّﺎﻟِﻠَّﻪِ
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang beriman itu lebih besar kecintaan kepada Allah SWT”. (QS. AL Baqarah [2]:165)
Kegunaan Muraqabah al-Hubbi al-Shirfi adalah Sifat Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

16. Muraqabah Laa Ta’yin
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang tidak bisa dinyatakan dengan Zat-Nya dan tidak ada makhluk baik itu Malaikat muqarrabin, Para Nabi dan Rasul yang dapat menemukan Zat-Nya. Dalilnya,
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻴْﺊٌ ﻭَﻫُﻮَﺍﻟﺴَّﻤِﻴْﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴْﺮُ .
Artinya:
“Tidak ada sesuatu yang menyamai Allah. Dia adalah Zat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syuraa [42]:11)
Kegunaan Muraqabah Laa ta’yin adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

17. Muraqabah Haqiqat al-Ka’bah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah menjadikan Ka’bah menjadi tempat sujud para mumkinaat kepada Allah SWT, Dalilnya,
ﻓَﻮَﻝِّ ﻭَﺟْـﻬَﻚَ ﺷَﻄْﺮَﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ .
Artinya:
“Hadapakanlah dadamu kea rah Ka’bah yang berada di Masjidil Haram”
(QS. Al Baqarah [2]:144)
Kegunaan Muraqabah Haqiqat al-Ka’bah adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

18. Muraqabah Haqiqat al-Qur’an
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan iktikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang menjadikan hakikatnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dinilai ibadah membacanya, menjadi dakwah dengan ayat yang paling pendek sekalipun. Dalilinya,
ﻭَﺍِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻓِﻰ ﺭَﻳْﺐٍ ﻣِﻤَّﺎﻧَﺰَّﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋﺒْﺪِﻧَﺎﻓَﺄﺗُﻮْﺍﺑِﺼُﻮْﺭَﺓٍﻣِﻦْ ﻣِﺜْﻠِﻪِ .
Artinya:
“Jika kalian semua ragu terhadap Al-Qur’an yang telah kami turunkan kepada hambaKu Nabi Muhammad SAW, maka jika kalian mampu buatlah satu surat yang menyamai seperti surat ini”. (QS. Al Baqarah [2]:23)
Kegunaan dari muraqabah Haqiqat al-Qur’an adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

19. Muraqabah Haqiqat al-Shalat
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang telah mewajibkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu, yang mengandung beberapa ucapan dan gerakan, dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan beberapa syarat, rukun, tata caranya, menjauhi beberapa hal yang bias membatalkan shalat, menjaga waktunya, disertai dengan khudu’ dan khusu’. Dalilnya,
ﺍِﻥَّ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻛِﺘﺎَﺑﺎًﻣَﻮْﻗُﻮْﺗًﺎ
Artinya:
“sesungguhnya shalat itu wajib dilaksanakan oleh setiap orang mukmin pada waktu yang telah ditentukan”. (QS. An Nisa’ [4]:103)
Kegunaan muraqabah Haqiqat al-Shalat adalah Wahdaniyyah (lathaif 10 buah).

20. Muraqabah Daerah al-Ma’budiyyah al-Shirfah
Yaitu, mengingat Allah SWT dengan i’tikad yang kuat, merasakan kehadiran-Nya bahwa Allah mengintai-intai/mengawasi yang berhak untuk disembah oleh makhluk-Nya dengan tulus ikhlas karena Zat-Nya. Dalilnya,
ﻭَﻣَﺎﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭﺍﻟْﺎِﻧْﺴَﺎﻥَ ﺍِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭْﻥِ
Artinya:
“tidak Aku (Allah) jadikan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah tulus ikhlas kepada Allah SWT”. (QS. At-Thuur [52]:56

Wallohu'alam

Seputar Gerhana

GERHANA

Shalat wajib 5 waktu disyariatkan saat peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Adapun Isra' dan Mi'raj terjadi pada hari Senin Legi tanggal 27 Rajab –3 H (hijriah)/19 Maret 619 M (masehi).

Sebagian riwayat mengatakan 16 bulan sebelum hijrah, sebagian lagi mengatakan 5 tahun sebelum hijrah. Sedangkan shalat gerhana baru disyariatkan 6 tahun 2 bulan setelah Isra' dan Mi’raj.

Shalat gerhana disyariatkan pertama kali pada tahun ke-5 hijrah, yakni ketika terjadi gerhana bulan total pada malam Rabu 14 Jumadal Akhirah 4 H, bertepatan dengan 20 November 625 M.

Sejak disyariatkannya shalat gerhana, 14 Jumadal Akhirah 4 H/20 November 625 M sampai Rasulullah SAW wafat pada hari Senin Legi, 14 Rabi’ul Awal 11 H/8 Juni 632 M terjadi 3 kali gerhana matahari dan 5 kali gerhana bulan. Menurut riwayat, Rasulullah SAW wafat tanggal 12 Rabi’ul Awal. Lebih detalinya gerhana yang terjadi dalam kurun waktu tersebut berdasarkan perhitungan hisab tadqiqi, lihat tabel di bawah.
Sejak disyariatkannya shalat gerhana sampai beliau wafat, Rasulullah SAW melakukan shalat gerhana hanya dua kali.

Yang pertama saat gerhana bulan, 14 Jumadal Akhirah 4 H yang bertepatan dengan 20 November 625 M; dan yang kedua saat gerhana matahari, 29 Syawal 10 H yang bertepatan dengan 27 Januari 632 M.

Namun di dalam kitab Syarah Shahihul Bukhari Liibnil Bathal disebutkan bahwa Rasulullah SAW shalat gerhana beberapa kali.

Kenapa Rasulullah hanya shalat satu kali gerhana bulan dan satu kali gerhana matahari, padahal setelah disyariatkannya shalat gerhana, menurut hisab masih terjadi 4 kali gerhana bulan dan 3 kali gerhan matahari? Memang betul secara hisab terjadi beberapa kali gerhana bulan dan matahari namun waktu terjadinya gerhana bulan maupun matahari terlalu dekat dengan terbit dan terbenamnya bulan atau matahari, sehingga waktunya sempit.
Berikut sedikit uraian kronologi gerhana yang ada di tabel.

1. Enam bulan setelah gerhana bulan yang pertama kali disyari'atkan tepatnya 15 Dzulhijjah 4 H/17 Mei 2626 M terjadi gerhana bulan parsial namun waktunya menjelang shubuh dan beberapa saat setelah shubuh bulan tenggelam dalam keadaan gerhana.

2. Sebelas bulan berikutnya tepatnya 29 Dzulqo'dah 5 H/21 April 627 M terjadi gerhana matahari, namun persentasi piringan matahari yang tertutup hanya 5 persen, kemungkinan besar tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

3. Sebelas bulan kemudian tepatnya 14 Dzulqo'dah 6 H/25 Maret 628 M terjadi gerhana bulan dengan persentasi gerhana 31 persen namun terjadi saat-saat maghrib. Awal gerhana terjadi sebelum bulan terbit, sehingga saat terbit, bulan sudah dalam keadaan gerhana, lalu beberpa menit sebelum waktu isya', gerhana sudah berakhir.

4. Enam bulan berikutnya tepatnya 29 Jumadal Ula 7 H/3 Oktober 628 M terjadi gerhana matahari, namun persentasi piringan matahari yang tertutup hanya 12 persen. kemungkinan besar tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Awal gerhana terjadi sebelum matahari terbit dilihat dari Madinah, sehingga saat terbit, matahari sudah dalam keadaan gerhana, lalu beberpa menit setelah matahari terbit, gerhana sudah berakhir.

5. Lima bulan berikutnya tepatnya 14 Dzulqo'dah 7 H/15 Maret 629 M terjadi gerhana bulan total di tengah malam. Bulan Maret adalah mulai berakhirnya musim dingin. Aktifitas malam masyarakat Arab masih rendah karena beberapa hari sebelumnyah suhu udara masih dingin. Disamping itu sisa-sisa mendung kemungkinan masih banyak sehingga bulan yang sedang gerhana luput dari perhatian masyarakat Madinah saat itu, selebihnya wallohu A'lam.

6. Dua belas bulan berikutnya, tepatnya 15 Dzulqo'dah 8H/4 Maret 630 M terjadi gerhana sebagian dengan persentasi puncak gerhan sekitar 68 persen, namun terjadi saat-saat maghrib. Awal gerhana terjadi sebelum bulan terbit, sehingga saat terbit, bulan sudah dalam keadaan gerhana, lalu beberapa menit (23 menit) setelah matahari terbenam (waktu maghrib) gerhana sudah berakhir.

7. Duapuluh tiga bulan berikutnya tepatnya 29 Syawal 10 H/27 Januari 632 M terjadi gerhana matahari dengan persentasi puncak gerhana 82 persen. Bertepatan dengan peristiwa gerhana tersebut, tepatnya malam hari sebelum gerhana, Sayyid Ibrohim putra Rasulullah SAW dari ibu Maria Al-QIbtiyah wafat. Pada saat gerhana matahari inilah pertama kali sekaligus terakhir kalinya Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana matahari.

*****

Kontroversi Gerhana Matahari Zaman Nabi

Ketika terjadi gerhana, kita pasti teringat akan wafatnya sayyid Ibrohim, putra Rasulullah SAW dari Maria Al-Qibtiyah binti Syam’un (Istri Jariyah rosul hadiah dari penguasa Mesir, Juraij bin Mina Al-Mukaukis ) yang wafat saat terjadi gerhana matahari, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits :

ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺣﺴﺎﻥ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﻋﻦ ﺃﻣﻪ ﺳﻴﺮﻳﻦ ﻗﺎﻟﺖ : ﺣﻀﺮﺕ ﻣﻮﺕ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻜﺴﻔﺖ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ : ﻫﺬﺍ ﻟﻤﻮﺕ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ‏« ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻻ ﺗﻨﻜﺴﻒ ﻟﻤﻮﺕ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻟﺤﻴﺎﺗﻪ ‏» . ﻭﻣﺎﺕ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺜﻼﺛﺎﺀ ﻟﻌﺸﺮ ﺧﻠﻮﻥ ﻣﻦ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﺳﻨﺔ ﻋﺸﺮ

Dari Abdurrohman bin Hasan bin Tsabit dari ibunya Sirin katanya:“Saya telah menghadiri kematian Ibrahim putra Rosululooh SAW. Dan pada hari tersebut terjadi gerhana matahari. Lantas orang pada kasak-kusuk bahwa gerhana tersebut terjadi karena wafatnya Ibrohim, kemudian Rasulullah SAW bersabda
“ Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, tidaklah keduanya gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Beliau wafat pada hari Selasa, 10 hari dari bulan Rabi’ul Awal tahun 10 H.
Menurut riwayat yang kuat menyebutkan bahwa gerhana matahari yang bertepatan dengan wafatnya sayyid Ibrohim terjadi pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal 10 H sementara menurut riwayat lain menyebutkan bulan Romadlon dan bulan Dzulhijjah, bahkan ada yang menyebutkan terjadi pada saat penjanjian hudaibiyah.

Hal ini sangat anomali dengan kaedah hisab yang mana gerhana matahari mestinya terjadi pada pada akhir bulan qomariyah (penileman)
yakni saat ijtimak/konjungsi, sedangkan gerhana bulan terjadi pada saat purnama/badr.
Dari penelusuran hisab, sejak tahun 8 (tahun lahirnya sayyid Ibrohim) sampai 10 hijriyah hanya terjadi satu kali gerhana matahari, yaitu gerhana cincin yang terjadi pada hari Senin Pon, 29 Syawal 10 H, bertepatan dengan 27 Januari 632 M, terjadi pada pagi hari jam 07:15 dan berakhir pada jam 09:53. waktu Madinah.

Dengan demikian maka kemungkinan besar wafatnya sayyid Ibrohim adalah malam Senin, 29 Syawwal 10 H.
Lalu bagaimana dengan riwayat yang menyebutkan terjadi pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal 10 H? Riwayat tersebut tidaklah salah karena saat itu masyarakat Arab belum mempunyai kalender baku yang menjadi patokan syar’i secara umum. Saat itu sistem kalender masih sering berubah, kabilah Arab seringkali menambah atau mengurangi bilangan bulan dalam setahun untuk kepentingan perang, kadang dalam setahun ada 13 bulan. Kalender qomariyah mulai tertib setelah nabi menyampaikan ayat ke 36 surat At-Taubah pada waktu khutbah hari Tasyrik di Mina.

ﺇِﻥَّ ﻋِﺪَّﺓَ ﺍﻟﺸُّﻬُﻮﺭِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﺛْﻨَﺎ ﻋَﺸَﺮَ ﺷَﻬْﺮًﺍ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ ﺣُﺮُﻡٌ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﺍﻟْﻘَﻴِّﻢُ ‏( ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ 36 ‏)

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus” (At-Taubah 36)

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻨَّﺴِﻲﺀُ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮِ ﻳُﻀَﻞُّ ﺑِﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻳُﺤِﻠُّﻮﻧَﻪُ ﻋَﺎﻣًﺎ ﻭَﻳُﺤَﺮِّﻣُﻮﻧَﻪُ ﻋَﺎﻣًﺎ ﻟِﻴُﻮَﺍﻃِﺌُﻮﺍ ﻋِﺪَّﺓَ ﻣَﺎ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻴُﺤِﻠُّﻮﺍ ﻣَﺎ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺯُﻳِّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺳُﻮﺀُ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢْ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ‏( ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ 37 ‏)

“Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (At-Taubah 37)

Sebelum ayat tersebut turun, kalender bulan qomariyah diselaraskan dengan kalender syamsiyah sehingga dalam 3 tahun terdapat tahun yang jumlah bulannya 13 bulan. Sebelum dan sa’at berkembangnya Islam di jazirah Arab, baik kalender Qomariyah (Lunar Calendar) maupun Syamsiyah (Solar Calendar) sudah dikenal akan tetapi belum ada patokan tahunnya serta kaidah-kaidah yang baku yang menjadi ketetapan kalender sehingga baik awal tahun maupun awal bulan serta jumlah bulan dalam setahun tidak beraturan.

Baru pada masa kholifah Umar bin Khottob beliau mengumpulkan segenap sahabat serta elit-elit pemerintahan pada hari Rabu 20 Jumadil Akhir tahun 17 dari hijrah yang bertepatan dengan 8 Juli 638 M, untuk membahas perlunya sebuah kalender yang baku. Akhirnya disepakati sebuah kalender yang berbasis bulan, Lunar System.

Diputuskan bahwa awal tahun hijri dimulai pada sa’at nabi berangkat hijrah ke Madinah yaitu tahun 622 M sedangkan awal bulannya dimulai dari Muharrom, karena pada sa’at itu berakhirnya aktivitas ibadah haji dan menuju kehidupan yang baru. 1 Muharrom 1 H bertepatan dengan 16 Juli 622 M tepat pada hari Jumat Legi.

*****

Hukum Shalat Gerhana

Menurut Jumhurul Ulama’, shalat gerhana, baik gerhana matahari maupun bulan hukumnya sunnah muakkadah, sunnah yang sangat ditekankan, seperti Shalat Hari Raya.

Menurut pendapat Malikiyah dan Hanafiyah untuk gerhana bulan sunnah mandubah berbeda dengan shalat gerhana matahari yang menurut mereka sunnah muakkadah.

Sebagian ulama’ berpendapat bahwa hukum shalat gerhana adalah fardlu kifayah seperti shalat jenazah.
Firman Allah di dalam Al-Qur'an :

ﻭَﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞُ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭُ ﻭَﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮُ ﻟَﺎ ﺗَﺴْﺠُﺪُﻭﺍ ﻟِﻠﺸَّﻤْﺲِ ﻭَﻟَﺎ ﻟِﻠْﻘَﻤَﺮِ ﻭَﺍﺳْﺠُﺪُﻭﺍ ﻟِﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻬُﻦَّ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ‏( ﻓﺼﻠﺖ 37 ‏)

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah engka sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak.(QS. Fushshilat : 37)

Maksud dari perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Yang Menciptakan matahari dan bulan adalah perintah untuk mengerjakan shalat gerhana matahari dan gerhana bulan. Di dalam hadits disebutkan:

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺁﻳَﺘَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻻَ ﻳَﻨْﻜَﺴِﻔَﺎﻥِ ﻟِﻤَﻮْﺕِ ﺃَﺣَﺪٍ ﻭَﻻَ ﻟِﺤَﻴَﺎﺗِﻪِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻤُﻮﻫُﻤَﺎ ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺻَﻠُّﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻨْﺠَﻠِﻲَ

Artinya : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga gerhana pulih kembali. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Shalat gerhana disunnahkan dilakukan secara berjama'ah, lebih utama lagi dilaksanakan di masjid. Disunnahkan mandi sebelum berangkat shalat gerhana. Tidak disunnahkan adzan dan iqomah ketika akan melaksanakan shalat gerhana, tetapi cukup dengan seruan "Asshalatu Jami'ah".

Imam shalat gerhana disunnahkan dengan suara keras saat membaca Al-Fatihah dan Surat untuk gerhana bulan dan dengan suara lirih untuk gerhana matahari.
Menurut madzhab Hambali, Khottobi dan Ibnu Mundzir disunnahkan keras juga pada shalat gerhana matahari.
Tata cara shalat gerhana sebagai berikut:

1. Dikerjakan dengan 2 (dua) rakaat seperti shalat sunnah biasa, tanpa rukuk dua kali. Bahkan tidak syah jika dilakukan dengan 2 kali berdiri dan 2 kali rukuk menurut pendapat imam Abu Hanifah.

2. Dikerjakan dengan 2 rakaat, di dalam setiap rakaat 2 kali berdiri membaca Al-Fatihan dan surat dan 2 kali ruku' tanpa memanjangkan bacaan surat setelah Al-Fatihah saat berdiri, serta tanpa memanjangkan bacaan tasbih di dalam ruku' dan sujudnya.

3. Dikerjakan dengan 2 rakaat, di dalam setiap rakaat 2 kali berdiri dan 2 kali ruku'. Pada setiap rakaa't setelah membaca Al-Fatihah membaca surat yang panjang, lalu ruku' dan membaca tasbih yang panjang, lalu berdiri membaca Al-Fatihah lagi, lalu membaca surat yang panjang namun tidak sepanjang surat sebelumnya, lalu rukuk kembali dan membaca tasbih yang panjang, lalu I'tidal, lalu sujud dua kali dengan memanjangkan tasbih, sujud yang pertama lebih lama daripada sujud yang kedua. Kemudian berdiri untuk roka'at yang kedua dengan tata cara seperti rakaat pertama. Bacaan surat dan tasbih pada roka'at yang kedua lebih pendek dari pada roka'at yang pertama.

Dari ketiga cara di atas yang paling utama adalah nomor tiga.
Setelah selesai shalat disunnahkan khutbah dua kali jika dilakukan secara berjama'ah, jika shalat sendirian tidak disunnahkan khutbah.
Namun menurut imam Ahmad, Abu Hanifah, dan Abu Yusuf tidak disunnahkan khutbah walaupun berjama'ah.
Di dalam khutbahnya disunnahkan menyeruhkan taubat dari maksiat, memperbanyak shodaqoh, berbuat kebaikan, memperbanyak dzikir, do'a dan istighfar.

Jika gerhana berbarengan dengan shalat janazah maka didahulukan shalat janazah. jika berbarengan dengan shalat fardu dan shalat Id maka didahulukan shalat gerhana jika waktu shalat fardlu masih luas tetapi jika takut waktunya shalat fardlu habis maka didahulukan shalat fardlunya daripada shalat gerhana. Apabila berbarengan dengan shalat Jumat jika waktunya masih luas maka didahulukan shalat gerhana lalu khutbah Jumat sekaligus khutbah gerhana. jika gerhana berbarengan dengan shalat taroweh dan witir maka didahulukan shalat gerhana walaupun dikhawatirkan tidak cukup waktu untuk shalat taroweh maupun witir.

*****

Kapan makmum masbuq terhitung mendapatkan raka'at?

Seperti kita ketahui bahwa tata cara shalat gerhana ini berbeda dengan shalat biasa dimana terdapat dua kali rukuk dan dua kali berdiri, kecuali pendapat Hanafi.

Menurut madzhab Maliki : Makmum terhitung dapat rakaat jika makmum bisa mendapati rukuk yang kedua bersama imam dengan thuma'ninah. Walaupun tidak mendapati rukuk yang pertama bersama imam tetap terhitung dapat rakaat karena menurut Maliki rukuk dan berdiri yang pertama adalah sunnah.

Menurut madzhab Syafi'i dan Hambali : Makmum terhitung dapat rakaat jika makmum bisa mendapati rukuk yang pertama bersama imam dengan thuma'ninah, sehingga jika hanya mendapati imam di dalam rukuk yang kedua saja maka tidak terhitung dapat rakaat bersama imam.

*****

Waktu Shalat Gerhana

Menurut ilmu hisab, di dalam gerhana bulan, bayangan yang menutupi bulan itu ada dua. Yang pertama bayangan penumbra dan yang kedua banyak umbra. Bayangan umbra adalah bayangan inti bumi sedangkan bayangan penumbra adalah bayangan bias bumi, sehingga saat bayangan penumbra menyentuh piringan bulan, tidak bisa diidentifikasi secara kasat mata, bulan terlihat seperti biasa, utuh namun agak redup sedikit. Gerhana bulan baru bisa diidentifikasi dengan mata telanjang ketika bayangan umbra menyentuh piringan bulan.
Dengan demikian secara umum yang disebut gerhana bulan yaitu sejak bayangan umbra (bayangan inti) bumi menyentuh piringan bulan sampai seluruh bayangan umbra lepas dari piringan bulan.

Adapun gerhana matahari yaitu sejak bayangan umbra bulan menyentuh piringan matahari sampai seluruh bayangan umbra lepas dari piringan matahari.

Menurut fiqih, masuknya waktu shalat gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari adalah sejak tertutupnya piringan bulan atau matahari. Batas akhir waktu shalat gerhana matahari adalah pulihnya kembali gerhana secara penuh atau terbenamnya matahari walaupun terbenam masih dalam keadaan gerhana.
sedangkan batas akhir gerhana bulan adalah pulihnya kembali gerhana secara penuh atau terbitnya matahari walaupun bulan masih dalam keadaan gerhana.

Menurut imam Syafi'I dan imam Malik, shalat gerhana boleh dilakukan pada saat-saat makruhat karena termasuk shalat yang ada sebabnya. Menurut imam Hanafi dan Imam Achmad tidak boleh, namun cukup dengan membaca tasbih sebagai gantinya.

*****

Bagaimana kalau menurut hisab terjadi gerhana tetapi tertutup mendung?

Mengqiyaskan seperti halnya hilal, dari Ibnu Daqiq Al-Iidi dan Ibnu Hajar di dalam kitab Tuhfahnya, Syeikh Bakhit Al-Muthi'i menjelaskan bahwa jika menurut hisab yang qoth'i (kuat kepastinnya) hilal sudah ada dan memungkinkan untuk bisa dilihat setelah maghrib, namun ternyata tidak bisa dilihat karena terhalang mendung maka hal ini bisa menggunakan perhitungan hisab untuk penentuan awal bulan. Jika penentuan awal bulan saja yang notabene menentukan sesuatu yang wajib cukup dengan hisab yang qoth'i maka apalagi untuk menentukan sesuatu yang sunnah, gerhana misalnya. Kita semua tahu bahwa hisab hilal, gerhana bulan maupun gerhana matahari adalah perhitungan yang sama-sama pasti dan meyakinkan.

Namun Ibnu Hajar di dalam kitab Tuhfah terkait shalat gerhana mengatakan bahwa: Jika bulan atau matahari terhalang oleh mendung sebelum gerhana terlihat tetapi menurut ahli hisab terjadi gerhana maka tidak ada konskuensinya, artinya tidak sunnah shalat gerhana, karena hukum asalnya tidak terjadinya gerhana.

Namun jika bulan atau matahari terlihat gerhana lalu kemudian mendung dan bimbang gerhana sudah selesai atau belum walaupun menurut ahli hisab gerhana sudah selesai maka tetep sunnah shalat gerhana karena hukum asalnya terlihatnya gerhana.

Beliau menegaskan tidak ada tempat bagi ahli hisab dalam hal ini, yakni tidak boleh berdasarkan hisab semata walaupun hisab yang qoth'i sekalipun.

*****

Apakah sunnah takbiran saat terjadi gerhana?

Di masjid-masjid Jawa Barat, saat terjadi gerhana diramaikan dengan takbiran seperti halnya takbiran hari raya.
Mulai awal gerhana sampai berakhirnya gerhana.
Rasulullah SAW bersabda:

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺁﻳَﺘَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﻻَ ﻳَﻨْﺨَﺴِﻔَﺎﻥِ ﻟِﻤَﻮْﺕِ ﺃَﺣَﺪٍ ﻭَﻻَ ﻟِﺤَﻴَﺎﺗِﻪِ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻛَﺒِّﺮُﻭﺍ ، ﻭَﺻَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺗَﺼَﺪَّﻗُﻮﺍ ‏( ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ‏)

Artinya : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan tidaklah terkait kematian atau kehidupan seseorang. Karenanya jika kalian melihat gerhana itu, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah (HR. Bukhari)

Sependek yang saya tahu para ulama dalam koridor madzhab empat tidak memaknai "Fakabbiru" di dalam hadits tersebut dengan takbiran seperti hari raya tetapi bermakna mengagungkan Allah dalam arti kekuasaan Allah yang sangat luar biasa di mana benda-benda langit yang besar (matahari dan bulan) tunduk dan patuh atas perintah Allah SWT. atau dengan kata lain katakanlah "Allohu Akbar".

Wallahu A'lam

*****

Harapan

Walaupun hukum shalat gerhana, baik Khusuful Qomar maupun Kusufusy Syams adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) sebagaimana shalat Hari Raya, akan tetapi sangat sedikit dari umat Islam yang peduli dengan syariat tersebut. Yakni acuh tak acuh dengan hal tersebut, seakan-akan shalat gerhana adalah shalat yang tidak ada tuntunan dan perintahnya.
Untuk itu demi melanggengkan syariat Islam yang berupa shalat gerhana yang mulai langka di negeri ini serta demi syiarnya Islam, maka apabila kita melihat/mengetahui fenomena gerhana marilah kita bersama memperbanyak takbir, tahmid, istighfar, dan shadaqah serta melaksanakan shalat gerhana. Shalat gerhana bisa dilaksanakan selama gerhana matahari berlangsung, walaupun tidak total.

Senin, 29 Januari 2018

Khutbah gerhana bahasa jawa


الخطبة الأولى

اَلحَمْدُ لله الَّذِى خَلَقَ السَّموَاتِ وَالأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. أَحْمَدُهُ – جَلَّ شَأْنُهُ – خَلَقَ الَّليْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لا إله إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

أَمَّا بَعْد, فَيَا عِبَادَ الله …. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن.

ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌﺎَﻟَﻰ ﻓِﻲ ﺍْﻟﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍْﻟﻜَﺮِﻳْﻢِ :
ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺟِﻴْﻢِ،
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ :

ﻭَﻣِﻦْ ﺀَﺍﻳَٰﺘِﻪِ ﭐﻟَّﻴْﻞُ ﻭَﭐﻟﻨَّﻬَﺎﺭُ ﻭَﭐﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻭَﭐﻟْﻘَﻤَﺮُ، ﻟَﺎ ﺗَﺴْﺠُﺪُﻭﺍ۟ ﻟِﻠﺸَّﻤْﺲِ ﻭَﻟَﺎ ﻟِﻠْﻘَﻤَﺮِ ﻭَﭐﺳْﺠُﺪُﻭﺍ۟ ﻟِﻠَّﻪِ ﭐﻟَّﺬِﻯ ﺧَﻠَﻘَﻬُﻦَّ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ

 

Hadirin kaum muslimin wal muslimat ingkang dipun rahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala …..

 

Wonten kesempatan ingkang sae punika sumangga kitha sedaya tansah nambahi raos ajrih kitha wonten Ngarsa Dalem Allah Subhanahu Wa Ta’ala kanti sa estu-estu anggenipun kitha ngelampahi punapa ingkang sampun dipun perintah dening Allah Ta’ala
ugi anebihi sedoyo awisan awisannipun...

Sumangga kitha sesarengan sami ningali dateng awakipun piyambak-piyambak, sampun kados pundi anggenipun kitha ngumawula dumateng Gusti Allah Ta’ala...
menawi sampun sae sumangga kitha pertahanaken, menawi kirang sae sumangga kitha dandosi.
Mugi-mugi kanti mekaten kitha sedaya pikantuk rahmat lan ridha saking ngarsanipun Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amin Allahumma Amin.

 

Hadirin kaum muslimin wal muslimat ingkang tansah kawula mulyaaken …..

 

Menawi kitha ningali kedadosan wonten jagat punika, srengenge ingkang saben enjing mlethek lan dados pepadhang sartha manfaati dateng menungsa, nuli wekdal sonten surup, genthosan kalih rembulan ingkang ugi dados pepadhang sartha manfaati dateng menungsa, lintang ingkang saget dados tetenger kagem kebetahan menungsa, kitha saget mangertos bilih sedaya kala wau wonten Dzat ingkang andadosaken lan Dzat ingkang ngatur, kitha ugi saget mangertos bilih Dzat ingkang andadosaken lan ingkang ngatur kala wau tentunipun sampun dipun mangertosi dateng sedaya para makhluk, inggih punika Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sampun dhawuh wonten Alquran Surat Yunus :

 

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيآءً وَالْقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ
مَا خَلَقَ اللهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآياَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * 
إِنَّ فِي اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللهُ فِي السَّموَاتِ وَالأَرضِ لآيآتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ

 

“ Allah Ta’ala ingkang andadosaken srengenge ingkang saget madhangi lan rembulan ingkang dados cahaya lan anetepaken panggenan-panggenanipun, supados panjenengan sedaya sami mangertosi wilangan tahun lan itungan (wektu). Allah mboten andadosaken ingkang kados mekaten kejawi kanti haq. Allah paring rincian tanda-tanda keagunganipun kagem tiyang-tiyang ingkang sami mangertos.
Sak temene wonten gonta-gantinipun wengi lan rino lan perkawis ingkang dipun dadosaken Allah wonten langit lan bumi punika yekti dados tanda tanda kuasanipun Allah kagem tiyang-tiyang ingkang sami takwa”

 

Hadirin kaum muslimin wal muslimat ingkang minulya…

 

Kedadosan grahana wekdal punika supados saget dipun pendhet i’tibar utawi tepa tulada kagem kitha sedaya kagem aningkataken kesadaran kitha ngemut-emut keagunganipun Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Saw sampun paring tuntunan dumateng kitha nalika wonten grahana wonten ing setunggal hadits :

 

خُسِفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ : ” إِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا اِلَى ذِكْرِ اللهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ “

Setunggal wekdal nalika wonten grahana srengenge Nabi Saw nuli jumeneng (kagem ngelampahi shalat) lan dawuh : “ menawi panjenengan sedaya mirsani grahana, mangka panjenengan sedaya enggal-enggal  anggenipun dzikir dateng Allah, ndonga dateng Allah lan nyuwun pangapunten dateng Allah “

 

Wonten 3 (tigang) perkawis ingkang dipun ajaraken dening Rasulullah dumateng kitha sedaya wekdal wonten grahana.

Ingkang kaping sepisan,

 فَافْزَعُوا اِلَى ذِكْرِ اللهِ,

kitha sedaya supados enggal-enggal dzikir, emut dateng Gusti Allah. Dzikir dumateng Allah Subhanahu wa Ta’ala punika manfaatipun wangsul dumateng awak kitha piyambak-piyambak.

Dawuhipun Allah Ta’ala wonten Alquran :

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“ Tiyang-tiyang ingkang sami iman dumateng Allah lan manahipun sami anteng keranten dzikir dumateng Allah. Emut-emut bilih dzikir dumateng Allah punika (nyebabaken) antengipun manah “

 

Menawi kitha kepengen manah kitha resik saking sedaya penyakit ingkang saget ngotori, kados unek-unek, nggresah, hasud lan lintu-lintunipun, tamba ingkang manjur punika mboten sanes dzikir dumateng Allah. Dzikir dumateng Allah saget dipun lampahi kanti lisan ingkang terus-terusan nyebat asmanipun Allah, kanti manah ingkang dipun ginaaken kagem ngangen-ngangen keagunganipun Allah lan kanti anggaoto awak ingkang dipun ginaaken kagem taat lan ngabekti dumateng Allah.

 

Ingkang kaping kalih, وَدُعَائِهِ , ndonga utawi nyuwun dumateng Allah. Nyuwun dumateng Allah Ta’ala punika hakikatipun ibadah.
 اَلدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَة .

Nyuwun dumateng Allah ugi dados intinipun ibadah, keranten ngetingalaken kumawulaning menungsa, menungsa punika makhluk ingkang asor lan fakir, Allah Ta’ala Dzat ingkang Agung,Maha Sugih, panggenan nyuwun sedoyo perkawis.
Kathah sanget anjuran saking Alquran supados kitha ndunga, nyuwun dumateng Allah Subhanahu wa Ta’ala, ing antawisipun dawuhipun Allah wonten surat al-Baqarah 55 :

 

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55)

“ Nyuwuno sira kabeh dumateng Pengeran sira kabeh kanti ndepe-ndepe lan lirih-lirih. Sak temene Pengeran sira kabeh mboten remen dumateng tiyang-tiyang ingkang sami ngliwati wates “

 

Supados dongo kitha dumateng Allah dipun ijabahi sampun sak mesthinipun menawi ndunga dipun lampahi kanti netepi adab utawi tata krama dumateng Allah, kados dipun lampahi kanti ndepe-ndepe utawi ngasoraken awak lan kanti suara lirih kados dawuh wonten ayat kasebat.

 

Ingkang kaping tiga, وَاسْتِغْفَارِهِ , nyuwun pangapunten dumateng Allah saking sedaya dosa lan kalepatan ingkang sampun dipun lampahi. Sampun sak mesthinipun menawi  istighfar punika mboten namung dipun ucapaken mawi lisan kemawon, nanging ugi kedah dipun lebetaken wonten manah kanti nggetuni dosa ingkang sampun dipun lampahi lan dipun buktikaken kanti tumindak kitha anggenipun nglereni lan mboten badhe nglampahi dosa lan tumindak ala malih.
Menawi sampun saget mekaten InsyaAllah istighfar kitha dipun tampi dening Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Hadirin kaum muslimin wal muslimat ingkang minulya ….

 

Wonten masyarakat kitha kadang wonten anggepan bilih kedadosan grahana punika wonten hubunganipun kaliyan kedadosan-kedadosan sanes ingkang sifatipun mistik, kados anggepan bilih grahana punika dados tanda badhe wonten gonjang-ganjing, paceklik lan sanes-sanesipun. Anggepan punika sampun sak mestinipun kelintu, keranten sak mestinipun kedadosan grahono punika namung nedahaken dumateng keagungan lan kuasanipun Gusti Allah.

Rasulullah SAW – wekdal putranipun Sayyid Ibrahim wafat, lan wekdal niku nembe wonten grahana– dawuh wonten ing setunggal hadits :

“ ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﺁﻳﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻨﻜﺴﻔﺎﻥ ﻟﻤﻮﺕ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻟﺤﻴﺎﺗﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻤﻮﻫﻤﺎ ﻓﺎﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺻﻠﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﻨﻜﺸﻒ ﻣﺎ ﺑﻜﻢ ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ )

“ Sak temenipun srengenge lan rembulan punika dados tanda saking tanda-tanda kuasanipun Allah.

Srengenge lan rembulan mboten kedadosan grahana keranten seda utawi gesangipun tiyang. Nalika panjenengan sedaya mirsani mila panjenengan sedaya sami dongo dumateng Allah lan sholato hinggo gerhana rampung “.(HR Bukhori Muslim)

 wonten hadits lintu dipun sebataken

[ ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﺁﻳﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻨﺨﺴﻔﺎﻥ ﻟﻤﻮﺕ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻟﺤﻴﺎﺗﻪ ، ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ ﺫﻟﻚ ﻓﺎﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﺒﺮﻭﺍ، ﻭﺻﻠﻮﺍ ، ﻭﺗﺼﺪﻗﻮﺍ …… ‏( ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )

“ Sak temenipun srengenge lan rembulan punika dados tanda saking tanda-tanda kuasanipun Allah.
Srengenge lan rembulan mboten kedadosan grahana keranten seda utawi gesangipun tiyang. Nalika panjenengan sedaya mirsani mila panjenengan sedaya sami dongo dumateng Allah, Mocoho takbir , sholato  lan sodaqoho“.(HR Bukhori)

Hadirin kaum muslimin walmuslimat ingkang minulya …..

Kanti kedadosan grahana wekdal punika mugi-mugi saget dados pepeling kagem kitha sedaya supados inggal-inggal taubat...
zikir iling dumateng Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dedongo nyuwun selamet donyo akherat...
Ngatah2ake istighfar nyuwun ngapunten sekehe doso2 lan
Mugi-mugi kanti mekaten kitha sedaya saget pikantuk ridha lan rahmat saking ngersanipun Allah lan dipun tebihaken saking sedaya bala’ lan pancabaya,
Amin Allahumma Amin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

 

الخطبة الثانية

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. 
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺗَﻌﺎَﻟَﻰ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻣَﻶﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰ ﻳﺂ ﺍَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ . ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧﺎَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍَﻧْﺒِﻴﺂﺋِﻚَ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻚَ ﻭَﻣَﻶﺋِﻜَﺔِ ﺍْﻟﻤُﻘَﺮَّﺑِﻴْﻦَ
ﻭَﺍﺭْﺽَ ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺃَﺑِﻰ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮ ﻭَﻋُﺜْﻤَﺎﻥ ﻭَﻋَﻠِﻰ ﻭَﻋَﻦْ ﺑَﻘِﻴَّﺔِ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑَﺔِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﻭَﺗَﺎﺑِﻌِﻲ ﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺑِﺎِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺍِﻟَﻯﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻭَﺍﺭْﺽَ ﻋَﻨَّﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ ﺃَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ

ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍْﻟﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﺍَﻻَﺣْﻴﺂﺀُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍْﻻَﻣْﻮَﺍﺕِ ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﺰَّ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡَ ﻭَﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺃَﺫِﻝَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻭَﺍْﻟﻤُﺸْﺮِﻛِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ ﺍْﻟﻤُﻮَﺣِّﺪِﻳَّﺔَ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْ ﻣَﻦْ ﻧَﺼَﺮَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ ﻭَﺍﺧْﺬُﻝْ ﻣَﻦْ ﺧَﺬَﻝَ ﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَ ﺩَﻣِّﺮْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻭَﺍﻋْﻞِ ﻛَﻠِﻤَﺎﺗِﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ .

ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍﺩْﻓَﻊْ ﻋَﻨَّﺎ ﺍْﻟﺒَﻼَﺀَ ﻭَﺍْﻟﻮَﺑَﺎﺀَ ﻭَﺍﻟﺰَّﻻَﺯِﻝَ ﻭَﺍْﻟﻤِﺤَﻦَ ﻭَﺳُﻮْﺀَ ﺍْﻟﻔِﺘْﻨَﺔِ ﻭَﺍْﻟﻤِﺤَﻦَ ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦَ ﻋَﻦْ ﺑَﻠَﺪِﻧَﺎ ﺍِﻧْﺪُﻭﻧِﻴْﺴِﻴَّﺎ ﺧﺂﺻَّﺔً ﻭَﺳَﺎﺋِﺮِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥِ ﺍْﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻋﺂﻣَّﺔً ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍْﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ . ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨﺎَ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻰ ﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ .

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻇَﻠَﻤْﻨَﺎ ﺍَﻧْﻔُﺴَﻨَﺎ ﻭَﺍﺇﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﺗَﺮْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻟَﻨَﻜُﻮْﻧَﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺨَﺎﺳِﺮِﻳْﻦَ .

ﻋِﺒَﺎﺩَﺍﻟﻠﻪِ ! ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُﻧَﺎ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘﺂﺀِ ﺫِﻱ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑﻰَ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸﺂﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻲ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍْﻟﻌَﻈِﻴْﻢَ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮْ

Kamis, 25 Januari 2018

Khutbah Sholat Gerhana

Khutbah Pertama

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻨُّﻮﺭَ ۖ ﺛُﻢَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﺑِﺮَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﻌْﺪِﻟُﻮﻥَ . ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠﻰ ﻋَﺒْﺪِﻙَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻚَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﻴَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨُﻮْﻥَ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻃَﺎﻋَﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﺍﻟﻤُﺘَّﻘُﻮْﻥَ

MARILAH kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu istiqamah dalam mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Mudah-mudahan kita akan menjadi hamba yang terbaik serta mendapat keredaan Allah Subhanahu Wata’ala di dunia dan di akhirat.

Muslimin / muslimat yang dirahmati Allah,

Allah  SWT berfirman :

ﻭَﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻟِﻤُﺴْﺘَﻘَﺮٍّ ﻟَﻬَﺎ ۚ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺗَﻘْﺪِﻳﺮُ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰِ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢِ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﻗَﺪَّﺭْﻧَﺎﻩُ ﻣَﻨَﺎﺯِﻝَ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻋَﺎﺩَ ﻛَﺎﻟْﻌُﺮْﺟُﻮﻥِ ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢِ ﻟَﺎ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﻟَﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﺗُﺪْﺭِﻙَ ﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞُ ﺳَﺎﺑِﻖُ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ۚ ﻭَﻛُﻞٌّ ﻓِﻲ ﻓَﻠَﻚٍ ﻳَﺴْﺒَﺤُﻮﻥَ

38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267].
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Kejadian Gerhana Matahari / Bulan saat ini mengajak kita untuk menambahkan keimanan tentang kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai Pentadbir seluruh alam, segala peredaran cakrawala, bumi, bulan, dan matahari.

Pergerakan matahari dan bulan yang teratur dan tetap, juga dapat digunakan oleh manusia untuk dijadikan kalendar tahunan. setiap kejadian yang berlaku termasuk gerhana matahari / bulan pada saat ini adalah untuk mengetuk hati kita agar bersyukur dan mengingati Allah sepanjang masa dan tempat. Kita senantiasa diminta agar berfikir tentang kejadian alam ciptaan Allah dalam mengenali sifat-sifat Allah dan juga mengakui diri kita sebagai hamba yang serba lemah.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surah Ibrahim ayat 33:

ﺳَﺨَّﺮَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺩَﺍﺋِﺒَﻴْﻦِ ۖ ﻭَﺳَﺨَّﺮَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞَ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭَ
“Dan Dia juga yang menjadikan matahari dan bulan senantiasa beredar untuk kepentingan kemudahan kamu dan menjadikan malam dan siang untuk hidup kamu.”

Kejadian gerhana matahari / bulan menunjukkan kepada kita bagaimana kedua kejadian ini demikian hebat yang berada dalam arahan dan perintah Allah.

Muslimin / muslimat yang dihormati sekalian,

Kejadian gerhana matahari atau bulan, bukanlah merupakan suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang aneh dan mengkawatirkan, sebaliknya perkara itu menunjukkan kehebatan dan kekuasaan Allah.
Kejadian gerhana juga bukanlah disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang sebagaimana teguran Rasulullah s.a.w terhadap para sahabat yang menyangkutpautkan kejadian gerhana matahari dengan hari wafat putra Rosulullah yaitu Ibrahim, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“ ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﺁﻳﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻨﻜﺴﻔﺎﻥ ﻟﻤﻮﺕ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻟﺤﻴﺎﺗﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻤﻮﻫﻤﺎ ﻓﺎﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺻﻠﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﻨﻜﺸﻒ ﻣﺎ ﺑﻜﻢ ‏( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ )

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Kedua-duanya tidak akan gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya maka berdoalah kepada Allah, dirikanlah sholat hingga hilangnya tanda gerhana daripada kamu"

Muslimin / muslimat yang diberkati Allah,

Apabila terjadi gerhana, kita sebagai umat Islam dianjurkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam supaya bersegera untuk melakukan perkara-perkara kebajikan seperti berdoa, berzikir, sholat, bertakbir, bersedekah dan beristighfar.
Sebagaimana hadis Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam:

[ ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﺁﻳﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻨﺨﺴﻔﺎﻥ ﻟﻤﻮﺕ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻟﺤﻴﺎﺗﻪ ، ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ ﺫﻟﻚ ﻓﺎﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻛﺒﺮﻭﺍ، ﻭﺻﻠﻮﺍ ، ﻭﺗﺼﺪﻗﻮﺍ …… ‏( ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala di mana kedua-duanya tidak akan gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana itu maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sholat dan bersedekahlah……

Di samping kita melakukan perkara-perkara kebajikan marilah pula kita menghindari melakukan perkara-perkara mungkar dan maksiat serta perbuatan syirik. Mudah-mudahan kejadian gerhana ini akan menimbulkan kesadaran serta menguatkan lagi keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surah Ali ‘Imran ayat 190 – 191:

ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻟَﺂﻳَﺎﺕٍ ﻟِﺄُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗِﻴَﺎﻣًﺎ ﻭَﻗُﻌُﻮﺩًﺍ ﻭَﻋَﻠَﻰٰ ﺟُﻨُﻮﺑِﻬِﻢْ ﻭَﻳَﺘَﻔَﻜَّﺮُﻭﻥَ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖَ ﻫَٰﺬَﺍ ﺑَﺎﻃِﻠًﺎ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﻓَﻘِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

“Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan pada pertukuran malam dan siang, ada tanda-tanda kekuasaan kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang berakal yaitu orang-orang yang menyebut dan mengingat Allah saat mereka berdiri duduk dan berbaring dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi sambil berkata: Wahai Tuhan kami! Tidaklah engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari azab neraka.”

ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟِﻲْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ ﻭَﻧَﻔَﻌَﻨِﻲ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻵﻳَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺍﻟﺤَﻜِﻴْﻢِ ﻭَﺗَﻘَﺒَّﻞَ ﻣِﻨِّﻲ ﻭَﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺗِﻼﻭَﺗَﻪُ ﺇِﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴْﻊُ ﺍﻟﻌَﻠِﻴْﻢُ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢَ ﻟِﻲْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻟِﺴَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟُﻤْﺴِﻠِﻤْﻴﻦَ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻩُ ﻓَﻴَﺎ ﻓَﻮْﺯَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻐْﻔِﺮِﻳْﻦَ ﻭَﻳَﺎ ﻧَﺠَﺎﺓَ ﺍﻟﺘَّﺎﺋِﺒِﻴْﻦَ

Khutbah Kedua

ﺍﻟﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﺿِﻴَﺎﺀً ﻭَﺍﻟﻘَﻤَﺮَ ﻧُﻮْﺭًﺍ ,
ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ
ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﺳَﻴِّﺪَﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ,
ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠﻰ ﻋَﺒْﺪِﻙَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻚَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﻴَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨُﻮْﻥَ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻃَﺎﻋَﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﺍﻟﻤُﺘَّﻘُﻮْﻥَ

ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﺿِﻴَﺎﺀً ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﻧُﻮﺭًﺍ ﻭَﻗَﺪَّﺭَﻩُ ﻣَﻨَﺎﺯِﻝَ ﻟِﺘَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﻋَﺪَﺩَ ﺍﻟﺴِّﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏَ ۚ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ۚ ﻳُﻔَﺼِّﻞُ ﺍﻟْﺂﻳَﺎﺕِ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻟَﺂﻳَﺎﺕٍ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻣَﻼﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎﺍَّﻟﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْ ﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻛَﻤَﺎ ﺻَﻠَّﻴْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺎﺭَﻛْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ﺇِﻧَّﻚَ ﺣَﻤِﻴْﺪٌ ﻣَﺠِﻴْﺪٌ
ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﺇِﻧَّﻚَ ﻏَﻔَّﺎﺭًﺍ ﻓَﺄَﺭْﺳِﻞِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣِﺪْﺭَﺍﺭًﺍ ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﻌُﻮْﺫُﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮْﺏِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﻤْﻨَﻊُ ﻏَﻴْﺚَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﻭَ ﻧَﻌُﻮْﺫُﺑِﻚَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ

ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺍﻷﺣْﻴَﺎﺀِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻷﻣْﻮَﺍﺕِ ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ ﻭَﻗَﺎﺿِﻲَ ﺍﻟﺤَﺎﺟَﺎﺕِ ﻭَﺃَﻟِّﻒْ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻬِﻢْ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﺫَﺍﺕَ ﺑَﻴْﻨِﻬِﻢْ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺪُﻭِّﻙَ ﻭَﻋَﺪُﻭِّﻫِﻢْ , ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﻻ ﺗُﺴَﻠِّﻂْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻻﻳَﺨَﺎﻓُﻚَ ﻭَﻻ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻨَﺎ , ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺍﻧْﺼُﺮِ ﺍﻟﻤُﺠَﺎﻫِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳُﺠَﺎﻫِﺪُﻭْﻥَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻠِﻚَ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺯَﻣَﺎﻥٍ ﻭَﻣَﻜَﺎﻥٍ , ﺍﻟﻠّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﺰَّ ﺍﻹﺳْﻼﻡَ ﻭَﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺃَﺫِّﻝَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻭَﺍﻟﻤُﺸْﺮِﻛِﻴْﻦَ ﻭَﺩَﻣِّﺮْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻭَﺍﻧْﺼُﺮْ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻻﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮْﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﻮَﻫَّﺎﺏ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ ! ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹ ﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺍِﻳْﺘَﺂﺀِ ﺫِﻱْ ﺍﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢَ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺄَﻟُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜَﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺗَﺼْﻨَﻌُﻮْﻥَ

Assalamualaikum Wr. Wb.