Makna Lafadz Allah
Lafadz Allah yang kita kenal disebut Ismu Dzatillah
atau disebut juga asma’ ushuliyyah. Tetapi perlu diketahui bahwa nama Allah itu hanya sekedar nama saja, bukan sebagai bentuk
dzatihi atau dzat Allah.
Nama Allah adalah nama bagi pemilik af’al, asma’, shifat, dan
dzat-Nya.
Adapun sesuatu yang berkaitan dengan asma’ Allah, coba perhatikan wahyu Ilahi bagaimana Tuhan memperkenalkan dzat-Nya yang bernama Allah termaktub di dalam Al-Qur’an, dan disini Allah hanya memperkenalkan asma’ bukan dzat-Nya.
ﺇِﻧَّﻨِﻲ ﺃَﻧَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪْﻧِﻲ ﻭَﺃَﻗِﻢِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻟِﺬِﻛْﺮِﻱ ( طه 14)
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”
Nama Allah merupakan lafadz yang sarat akan kandungan makna dan rahasia yang sangat bermanfaat dan berdaya guna para hamba yang bercinta kasih lebih jauh dan mendalam dengan Sang Maha Pencipta, baik lewat amal ibadah, ritual maupun amal sosial yang bernuansa Ilahiyah
Ada beberapa rahasia lafadz Allah yang harus diketahui, dimengerti, dipahami, dan dikenali oleh setiap hamba, sehingga nilai-nilai keimanan yang tertanam di dalam hatinya merupakan (thoriqoh) jalan yang benar-benar lurus.
Beberapa rahasia lafadz Allah adalah sebagai berikut:
1. Lafadz Allah yang menunjukkan asma’-Nya sebagai lambang dari dzat-Nya . Dan lafadz Allah sekaligus termasuk lambang
shifat dan af’al yang disandang-Nya, sehingga seseorang jika menyebut asma’-Nya , atau menyatakan “Laa ilaaha illahu” karena intisari kalimat itu dipahami dan dimengerti mengandung nafi’ dan isbat
2. Adapun pengertian nafi’ adalah sesuatu yang mustahil bagi-Nya, dan isbat adalah menetapkan sesuatu yang layak dan patut bagi-Nya.
3. Selain tiu wajib diketahui juga bahwa lafadz Allah terdiri dari empat huruf, yaitu alif, lam awal, lam akhir, dan ha’ dhamir.
Para ulama’ terdahulu menjelasakan maksud dari empat huruf tersebut adalah sebagai berikut :
a. Huruf alif dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat An-Nur ayat 35
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻧُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷﺭْﺽِ
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi”
Ayat di atas memberikan penertian bahwa Allah adalah Nur. Nur Allah menyinari langit dan bumi, dan Al-Qur’an adalah kalam Allah yang disebut juga sebagai nur. Jadi, nur bukan seperti cahay lampu, matahari, bulan, dan lain-lain. Tetapi nur adalah semacam ilmu dan shifat-Nya adalah milik Allah, dan nur adalah semacam rahmat, hidayah, dan kasuh sayang-Nya.
b. Huruf lam awal atau lam karana dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 284
ﻟِﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻷﺭْﺽِ
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang di bumi”
Mengandung pengertian kekuasaan Allah. Sehingga pengakuan Allah sesuai dengan ayat di atas menunjukkan pada kepemilikan mutlak bagi-Nya atas langit dan bumi serta isinya, dan menun jukkan kekuasaan dan keuasaan-Nya tidak ada bandungan dan tandingan.
c. Huruf lam akhir
atau disebut lam mulk dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hadiid ayat 2 pada lafadz lahuu yang berbunyi
ﻟَﻪُ ﻣُﻠْﻚُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷﺭْﺽِ ﻳُﺤْﻴِﻲ ﻭَﻳُﻤِﻴﺖُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
“Kepunyaan-Nyalah kerajann langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Menerangkan bahwa di atas langit ada kerajaan yang terbesar yaitu
‘arsy yang menjadi milik Allah, begitu juga kerajaan yang ada di bumi juga milik Allah.
d. Huruf ha’ dhamir dijelaskan oleh Allah dalam wahyu-Nya pada Al-Qur’an surat Al-Hadiid ayat 3, dari pengertian lafadz huwaa yang berbunyi
ﻫُﻮَ ﺍﻷﻭَّﻝُ ﻭَﺍﻵﺧِﺮُ ﻭَﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮُ ﻭَﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻦُ ﻭَﻫُﻮَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋَﻠِﻴﻢٌ
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Dzahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”
Ha’ dhamir pada lafadz di atas menerangkan bahwa keberadaan Allah adalah awal tetapi tidak berpemulaan, dan Allah adalah akhir tetapi tidak berkesudahan.
Dia-lah Allah Yang Dzahir dan Bathin adalah menunjukkan dengan jelas besar kekuasaan-Nya atas diri manusia, baik lahir maupun bathinnya, tidak ada sesuatu yang lepas dari kontrol-Nya di setiap saat, karena roh atau
qalbu yang ada pada manusia merupakan titik sentral jatuhnya pandangan Allah kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.