Minggu, 21 Januari 2018

DZATULLAH

Dzatullah

Pengertian Dzatullah adalah Diri Allah SWT yang laisa kamislihi syai-un (tidak sama dengan sesuatu), tetapi Allah sangat dekat dengan hambaNya, sehingga kedekatan Allah dengan para hambaNya lebih dekat dengan urat nadinya, nahkan lebih dekat dengan mata putih dan mata hitam.

Perlu diketahui bahwa kalangan orang-orang sufi (ahli tasawwuf) tidak pernah berhanti mencari kunhi dzatullah sebelum mereka mendapatkannya.

Dan berkat Rahmat dan Hidayah Allah mereka akhirnya menemukan apa yang mereka cari dengan berpedoman fatwa ulama sufi :

ﻣﻦ ﻋﺮﻑ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻘﺪﻋﺮﻑ ﺭﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﻋﺮﻑ ﺭﺑﻪ ﻓﻘﺪ ﺟﻬﻞ ﻧﻔﺴﻪ

“Siapa yang mengenal dirinya, ia kenal TuhanNya, dan siapa yang mengenal Tuhan-Nya, maka lenyap (fana’) dirinya.”

Bagi kaum sufi yang sudah mampu melihat kunhi dzatullah, maka pernyataan yang masyhur dikalangan para sufi adalah berbunyi :

ﻋﺮﻓﺖ ﺭﺑﻲ ﺑﺮﺑﻲ

“Aku kenal Tuhan-ku denga Tuhan-ku ”
Dari rumusan ilmun para sufi dapat ditarik benang simpul, sebagai berikut :

1. Kunhi Dzat yaitu rahasia Dzat Allah
2. Naq Haq yaitu Dzat Mutlaq (Dzatul Bukhti) bernama Allah
3. Nur Dzat yaitu Cahaya Dzat, bernama Muhammad, dan Muhammad itu adalah hakikat Muhammadiyah.
4. Nur Muhammad adalah Nur Shifatullah
5. Nur Muhammad adalah bahan atas diciptakannya semesta alam.

Upaya mencari kunhi dzatullah tidak hanya dilakukan oleh para sufi saja, bahkan ketika Nabi Musa as.
Uzlah dan bermunajat dibukit Thursina, neliau memohon agar Allah menunjukkan rahasia Diri-Nya Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang, sebagaimana kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.

ﻭَﻟَﻤَّﺎ ﺟَﺎﺀَ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻟِﻤِﻴﻘَﺎﺗِﻨَﺎ ﻭَﻛَﻠَّﻤَﻪُ ﺭَﺑُّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺏِّ ﺃَﺭِﻧِﻲ ﺃَﻧْﻈُﺮْ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻦْ ﺗَﺮَﺍﻧِﻲ ﻭَﻟَﻜِﻦِ ﺍﻧْﻈُﺮْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﺒَﻞِ ﻓَﺈِﻥِ ﺍﺳْﺘَﻘَﺮَّ ﻣَﻜَﺎﻧَﻪُ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﺗَﺮَﺍﻧِﻲ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺗَﺠَﻠَّﻰ ﺭَﺑُّﻪُ ﻟِﻠْﺠَﺒَﻞِ ﺟَﻌَﻠَﻪُ ﺩَﻛًّﺎ ﻭَﺧَﺮَّ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺻَﻌِﻘًﺎ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﻓَﺎﻕَ ﻗَﺎﻝَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺗُﺒْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻭَّﻝُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ

“Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu , dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
(QS. Al-A’raaf: 143)

Adapun makna dzatullah adalah adanya dzat Allah yang Esa, Kuasa dan Berdiri Sendiri, Dia tidak memerlukan ruang, waktu dan tempat. Bahkan semua ruang, waktu, dan tempat Dia-lah yang menciptakannya. Dan Dzat Allah adalah Al-Kholiq, sebagai sang pencipta, pembuat, pembentuk, semua yang ada dengan qudrah dan iradah-Nya yang tidak terbatas, serta seluruh hamba harus menyembah dan mengabdikan diri kepada-Nya.

C. Bentuk Diri Dzatullah

Ketika seorang muslim menyebut asma’ ilahiyah , dia tidak boleh membayangkan, menghayalkan, dan merenungkan tentang bentuk, rupa, dan keadaan Allah. Renungan dan khayalan akan itu semua justru akan menjerumuskan ke dalam perilaku syirik. Bahkan Rasulullah SAW dengan jelas melarang perbuatan yang seperti itu, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas RA.

ﺗﻔﻜﺮﻭﺍﻓﻲ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻭﻻ ﺗﻔﻜﺮﻭﺍ ﻓﻲ ﺫﺍﺕ ﺍ ﻟﻠﻪ

“Berpikirlah terhadap setiap sesuatu (yang dicipta Allah), dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah”.

Hadits di atas diperkuat oleh wahyu Ilahi yang menjelaskan tentang Dzat Allah agar menjadi pegangan dan pedoman akidah yang kuat dan tertanam pada setiap diri kaum muslim di lubuk hati yang paling dalam

ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺼَّﻤَﺪُ
ﻟَﻢْ ﻳَﻠِﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻮﻟَﺪْ
ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍ ﺃَﺣَﺪٌ

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa".
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

Surat tersebut diturunkan
(asbab an-nuzul) berkenaan dengan kaum musyrik yang suatu ketika berkata kepada Rasullah SAW “ Hai Muhammad, jelaskan kepada kami silsilah Tuhanmu !”(Hadits Riwayat Tirmidzi, Hakim, dan Ibn Khuzaimah).

Ayat ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ
Katakanlah,”Dialah....”.

Yakni Informasi yag kebenarannya sudah pasti, dan didukung oleh bukti yang rasional tak ada sedikitpun keraguan padanya, bahwa ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ Allah adalah Esa.
Kata Esa sesutau yang tunggal di dalam dzatnya, tidak tersusun dari sesuatu yang berbeda-beda. Ia bukan materi dan tidak pula tersusun dari berbagai nonmateri. Jadi, Ia tidak seperti yang diperkirakan secara keliru oleh sebagian ahli agama-agama, yang menganggap bahwa Tuhan berasal dari dua unsur aktif, atau tiga unsur yang manunggal meskipun berbeda-beda. Namun yang benar adalah bahwa Allah Maha Tersucikan dari penyifatan seperti itu.

Kata ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺼَّﻤَﺪُ mengandung pengertian amat luas, yang dapat meliputi jiwa seseorang tanpa payah. Kata
ﺍﻟﺼَّﻤَﺪُ

juga mengisyaratkan bahwa Dialah bermuara secara langsung setiap permohonan, tanpa perlu perantara atau pemberi syafa’at. Selain itu juga menentukan batasan-batasan umum bagi setiap amalan dan menetapkan segala hukum syari’at, maka wajiblah untuk mengembalikan semua itu kepada wahyu-Nya.

Kata ﻟَﻢْ ﻳَﻠِﺪْ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻮﻟَﺪْ
tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Maha Tersucikan Allah SWT dari pada beranak. Ayat inimenunjukkan kepada nafinya pendapat orang-orang tertentu bahwa Allah mempunyai putra atau putri. Sedangkan proses melahirkan hanya dialami oleh makhluk hidup yang mempunyai watak dan tabiat.

Ayat ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻛُﻔُﻮًﺍ ﺃَﺣَﺪٌ

dan tidak ada apapun (atau siapapun) yang setara dengan-Nya.
Firman-Nya ini untuk menyaggah kepercayaan melenceng dari sebagian orang yang menganggap adanya lawan yang seimbang dan setara bagi Allah, yang senantiasa bertentangan dengan-Nya dalam tindakan-tindakan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.