Minggu, 07 Januari 2018

Tingkatan pencari ilmu

Jumat 12 januari 2018/24 robiutsani 1439

بسم الله الرحمن الرحيم
الخطبة الاولى مرتبة طلبة العلوم الدينية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد للهِ الذي انعم علينا بانواعِ  النِعَمِ ولطائفِ الاحسان , وفضَّلَنا على سائر خَلقِه بتعليم العلم والبيان ,
اشهد ان لااله الا الله وحده لاشريك له خالقُ الانسان والجان , واشهد انَّ محمدا عبده ورسوله الذي خُلُقُهُ القرأن
اللهم فَصَلِّ وسَلِّمْ وباركْ علي سيدنا محمدٍ المبعوثِ بخير المِلَلِ والأديان , وعلى اله واصحابه بُدُورِ معالمِ الايمان وشموشِ عوالمِ العرفان
امابعد : فياايها المسلمون ! اوصيكم ونفسي بتقوي الله فقد فاز المتقون
معاشرالمسلمين جماعه جمعه رحمكم الله
Melalui  mimbar ini saya berpesan kepada para jamaah jumat semua dan  pada diri saya sendiri
Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan taqwa kita Kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah perintahNYA  dan menjauhi larangan larangan NYA,sebab dengan taqwallah kita dapat meningkatkan keluhuran budi pekerti dan kemuliaan akhlaq serta dapat meraih ketenangan lahir batin berbahagia di dunia dan akherat.
معاشرالمسلمين جماعه جمعه رحمكم الله
Ketenangan dan kedamaian merupakan dambaan setiap manusia, baik pria maupun wanita, tua maupun muda.
Salah satu FAKTOR yang bisa mendorong meraih ketenangan dalam hidup adalah menyadari bahwa  segala sesuatu ada tahapan tahapan atau tingkatan tingkatannya

sejak kecil... kita sudah dimasukkan oleh orangtua ke dalam pendidikan formal dari tingkatan paling rendah.yaitu TK atau SD/Ibtidaiyyah. Lalu melalui serangkaian proses belajar mengajar, ujian hingga kelulusan, kita naik ke tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. SMP/Tsanawiyah. Kemudian lanjut SMA/Aliyah. Begitu seterusnya hingga sampai perguruan tinggi.

Begitu juga di bidang kehidupan kita yang lain. Semua ada tingkatan-tingkatannya. Dan itu pasti berangkat dari tingkatan yang paling rendah, lalu berproses naik ke tingkatan yang lebih tinggi, hingga mencapai tingkatan tertinggi.

Begitulah  sunnatullah.
Jadi, tidak ada orang yang langsung mendadak menjadi kaya raya.
Tidak ada juga yang ujug-ujug langsung jadi pinter.jadi cerdik pandai jadi ahli ilmu
Pun mustahil juga ada orang yang langsung menjadi terkenal tanpa melalui serangkaian proses...
tingkatan demi tingkatan.
Semua ada prosesnya. Kalaupun nampak tiba-tiba muncul, itu karena kita tidak tahu menahu saja proses di belakangnya.

Sedangkan kita tahu, Sang Maha Pencipta telah mengajari kita tentang arti sebuah proses.
Tentang bagaimana proses pertumbuhan janin dari segumpal darah menjadi segumpal daging dan menjadi tulang belulang dan jasad yg lengkap bersama ruh yang ditiupkan bersamanya.
Begitu juga dalam hal pemahaman atas ibadah-ibadah ritual agama. Bab sholat ada tingkatan-tingkatannya. Sholat wajib sehari semalam lima kali,yg menjalankan hanya karena untuk menggugurkan kewajiban saja adalah tingkatan paling dasar. Kemudian terus belajar menambah kekhusu’an,  asyik dlm sholatnya hingga merasakan kenikmatan dalam sholat, asyik dlm qiyamullail. Selalu bangun malam bermunajat kepada Allah Azza Wajalla. Mampu mendirikan dan menghayati arti sholat dalam kehidupannya,
Dan Jangan berharap bisa merasakan nikmatnya sholat tahajjud kalau sholat lima waktunya saja belum benar.

Bab puasa juga ada tingkatan-tingkatannya. Pada Puasa Ramadhan dengan menahan diri tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan biologis itu tingkatan paling mendasar. Tingkatan tertingginya adalah shaumul khususil khusus, yaitu menjaga keseluruhan hati dan raga dari hal-hal yang memalingkan diri dari ALLAH SWT.
Dan Jangan berharap langsung bisa menjadi orang bertakwa yang ditinggikan derajatnya kalau puasa yang paling mendasar saja tidak dilakukan dengan baik.

Allah berfirman dalam surat Al isro’ ayat 21 :

(21). انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚوَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.

Begitu juga dalam bidang ilmu agama ( ulumuddin ) tidak terlepas dr tingkatan tingkatan yg harus disadari oleh penuntut ilmu agama, agar supaya menumbuhkan sifat sabar dan telaten dalam belajar untuk menghasilkan ilmu yg bermanfaat.
معاشرالمسلمين جماعه جمعه رحمكم الله
Secara garis besar  penuntut ilmu agama ada 3 tingkatan sebagaimana yg disampaikan oleh KH Syakroni ahmadi Kudus MUSYTASYAR PBNU
1.tingkatan pertama adalah MUBTADI’(Pemula/ Tingkat dasar) : ialah orang yang sudah bisa membaca kitab tp belum menguasainya
2. tingkatan kedua adalah MUTAWASITH (tingkat menengah) : ialah orang yang bisa membaca kitab dan mampu mengulasnya
3. tingkatan ketiga adalah MUNTAHIN (Tingkat Atas) : Ialah orang yg bisa membaca mengulas dan menunjukkan dalil AlQuran dan Hadits tentang yg dibacanya.

Selanjutnya dari ketiga tingkatan ini ada sebagian  yg ditambah keutamaannya dan diangkat oleh Allah hingga tingkatan ArRosikhu fil ilmi ( الراسخ فى العلم )
yaitu seseorang yang ilmunya seperti sumber mata air yg dapat memuaskan dahaga umat dan bisa diambil manfaat oleh orang orang yg membutuhkannya, airnya selalu mengalir jernih dan tak pernah habis.

Siapakah yang dimaksud dengan ArRosikhu fil ilmi ( الراسخ فى العلم ) ini ?

Imam Malik Bin Anas Rahimahu Allah ta’ala  dalam tafsir sowi Juz 1 hal 190 Berkata :
"الراسخ في العلم من جمع أربع خصال : الخشية فيما بينه وبين الله، والتواضع فيما بينه وبين الناس، والزهد فيما بينه وبين الدنيا، والمجاهدة فيما بينه وبين نفسه))

ArRosikhu fil ilmi ( الراسخ فى العلم ) adalah orang yang mampu menggabungkan 4 karakter dalam dirinya :
Karakter yg pertama yaitu
الخشيةُ فيما بينه وبين الله،,١
merasa takut pada sesuatu yang berhubungan antara dia dan Allah

Maka tak heran ketika Allah berfirman bahwa sesungguhnya yang khasyyah (yg memiliki rasa takut) dari hamba-hambaNya hanyalah para Ulama, firmanNya:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (Fathir: 28)

Ibnu Abbas berkata yang dimaksud dengan Ulama adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Ulama atau orang yang alim ialah orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sekalipun dia tidak melihat-Nya, menyukai apa yang disukai-Nya( Allah), dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya(Allah).
Ahmad ibnu Saleh Al-Misri telah meriwayatkan dari Ibnu Wahbin, dari Malik
"Sesungguhnya Ulama itu bukanlah karena banyak meriwayatkan hadis, melainkan ilmu itu adalah cahaya yang dijadikan oleh Allah menerangi kalbunya"

Selain Ulama, yang memiliki sifat khasyyah kepada Allah adalah para penyampai risalahNya (para Nabi), firman Allah:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺒَﻠِّﻐُﻮﻥَ ﺭِﺳَﺎﻻﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻳَﺨْﺸَﻮْﻧَﻪُ ﻭَﻻ ﻳَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﺇِﻻ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺴِﻴﺒًﺎ
(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (al-Ahzab: 39).
***
Karakter yg kedua yaitu
والتواضع فيما بينه وبين الناس،,٢
Bersikap Rendah hati pada sesuatu yang berhubungan dengan manusia

Tawadhu’ adalah sikap rendah hati, dan tidak sombong.
Pengertian Tawadhu'  yang lebih mendalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita, memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.
Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati selalu menjaga hati dan niat dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia
jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh setiap umat islam.

Dalam sebuah hadits disebutkan :
– عَنْ أبي هريرة رضي اللَّه عنه أَن رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: « ما نَقَصَتْ صَدقَةٌ من مالٍ، وما زاد اللَّه عَبداً بِعَفوٍ إِلاَّ عِزّاً،
ومَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ » رواه مسلم.
artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’  melainkan dimuliakan oleh Allah. (HR. Muslim).
Dengan tawadhu ini seorang hamba menghantarkan dirinya secara tidak langsung untuk berjalan dengan ketundukan dan kepatuhan menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dengan memasrahkan diri kepadaNya.
*****

Karakter yg ketiga yaitu
والزهد فيما بينه وبين الدنيا،,٣
Bersikap zuhud pada perkara yang berhubungan dengan dunia.

Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .
Dari Abul ‘Abbas, Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku mengerjakannya, maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia’. Maka sabda beliau : ‘Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang dicintai manusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah no.4102 dan yang lainnya, Hadits hasan)

Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat.
Maka zuhud terhadap dunia maksudnya adalah seluruh amal perbuatan tidak diperuntukkan untuk meraih nilai duniawi tetapi semata-mata karena Allah, maka sama saja baginya mendapat pujian atau mendapat celaan manusia.

Zuhud terhadap milik manusia maksudnya tidak ada dalam hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain.
Barang siapa yang bisa merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan pengertian di atas maka dia akan meraih cinta Alloh dan cinta manusia.
***
Karakter yg keempat
والمجاهدة فيما بينه وبين نفسه,٤
selalu mujahadah/berusaha memerangi sesuatu yang berhubungan dengan hawa nafsunya

Setiap dari kita dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shalih. Artinya, setiap pribadi dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kebathilan dan kejahatan.
Rasulullah bersabda :
اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ
“Seorang pejuang adalah orang yang berjuang untuk memerangi hawa nafsunya karena Allah” (HR. Tirmidzi, shahih)
Beberapa ulama mengatakan bahwa Mujahidun linafsihi adalah seutama-utama jihad.
Seperti Dalam sebuah hadits disebutkan :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ : أَيُّ الْجِهَادِ
أَفْضَلُ ؟, قَالَ: أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَ هَوَاكَ فِي ذَاتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dari Abu Dzar ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah : “Jihad manakah yang paling utama ?”, beliau bersabda: “Seutama-utama jihad adalah engkau memerangi dirimu dan hawa nafsumu karena dzat Allah ”(HR. Abu Nu’aim, shahih)
Allah berfirman:
وَأَمَّامَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (An-Nazi’at: 40-41)

Al-Hafizh Ibnu Hajar –rahimahullah- dalam kitab Fathul Bari berkata dengan menukil perkataan Ibnu Baththal: “Dan termasuk dari menahan hawa nafsu adalah mencegah dirinya dari bermaksiat  dan mencegah diri dari syubhat  dan juga menahan diri dari mengikuti syahwat yang mubah, dan ini semua dimaksudkan untuk lebih banyak konsentrasi dengan akhirat”.

Akhirnya....
semoga kita selalu mendapatkan taufiq.. hidayah dan hadiyah Allah SWT mendapat bimbingan dari para guru
mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta mendapat ridlo Allah SWT

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيّاكُمْ مِنَ الفَائِزِينَ الْاَمِنِيْنَ واَدْخَلَنَا فِى عِبادِهِ الصَّالحينَ

أعوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطانِ الرَّجيم؛ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَاب
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

وَقُل رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

Kaliwungu 8 januari 2018
Hidayah dan Hadiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.