Minggu, 25 Februari 2018

Jgn Bangga diri...

KELIHATANNYA KAU SEDANG MEMUJI ALLAH, PADAHAL SEBENARNYA KAU SEDANG MEMUJI DIRI SENDIRI

Kisah Abu Yazid Al-Busthami, yang Insya Allah, dapat kita ambil pelajaran.

Di samping seorang sufi, Abu Yazid juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang murid yang rajin mengikuti pengajiannya.

Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid, “Guru, aku sudah beribadah tiga puluh tahun lamanya. Aku shalat setiap malam dan puasa setiap hari, dan aku tinggalkan syahwatku, tapi anehnya, aku belum menemukan pengalaman ruhani yang Guru ceritakan.
Aku belum pernah saksikan apa pun yang Guru gambarkan.

Abu Yazid menjawab, “Sekiranya kau puasa dan beribadah selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun dalam ilmu ini.”

Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”

“Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Abu Yazid.

“Apakah ini ada obatnya,  agar hijab ini tersingkap?” tanya sang murid.

“Boleh,” ucap Abu Yazid, “tapi kau takkan melakukannya.”

“Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu.

“Baiklah kalau begitu,” kata Abu Yazid, “sekarang pergilah ke tukang cukur, cukurlah (rambut) kepalamu dan jenggotmu, tanggalkan pakaianmu, pakailah baju yang lusuh dan compang-camping."
Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana.

Katakan pada mereka dengan lantang “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.”
Lalu datangilah (juga) pasarmu (di mana) jamaah kamu sering mengagumimu."

“Subhanallah, Kau mengatakan ini padaku, apakah ini baik untuk kulakukan?“, kata murid itu terkejut.

Abu Yazid berkata, “Ucapan tasbihmu itu adalah syirik.”

Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”

Abu Yazid menjawab, “Karena (kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya) kau sedang memuji dirimu."

Murid itu berkata, “Aku tidak mampu melakukannya, tunjukkan aku cara lain yang bisa kulakukan.”

Abu Yazid berkata: " Mulailah dengan hal ini sebelum yang lain, sampai perasaan agungmu hilang, dan dirimu merasa rendah, lalu akan kuberitahu apa apa yang baik bagimu."

Sang murid menjawab: "Aku tidak mampu melakukannya."

Abu Yazid berkata:  Kau memang takkan mampu melakukannya!”

(Sumber: Taqdiisul Asykhosh Fil Fikris Shufiy,  Jilid 1, hal 431)

Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga, diantaranya:

1- Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadah mudah terkena penyakit ujub dan takabur.
2- Abu Yazid menganjurkan muridnya berlatih menjadi orang hina agar ego dan keinginan untuk menonjol dan dihormati segera hilang, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian.
3- Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadah yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan.
4- Orang yang gemar beribadah banyak biasa jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadah dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan kecewa bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya.
5. Banyak yang gagal memahami bahwa istilah kita beribadah dan berdzikir itu secara hakikat  bukanlah kita yang beribadah dan berdzikir kepada Allah, tapi anugerah Allah kepada roh dan jasad kita untuk mentajallikan ingat-Nya kepada Diri-Nya melalui penisbahan kepada Roh dan jasad kita kepada Diri Dzat Yang Maha Qayyum. Itu amal Allah (dari sifat-Nya) kepada Diri-Nya (Dzat) yang zahir pada mazhar-Nya pada jasad kita. Pujilah Allah!

Semoga Allah melindungi kita dari sifat MAZMUMAH ZULUMAT. Amin....

Jumat, 23 Februari 2018

Rumahku madrasahku

•| CARA UMAR BIN ABDUL AZIZ MENDIDIK ANAK- ANAKNYA
#Rumahkumadrasahku

- AYAHKU GURUKU -

Jum’at dini hari. Seperti biasa, sebelum masyarakat datang berkunjung, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan semua anak-anaknya. Dari keempat istrinya, Umar memiliki tujuh belas anak, diantara mereka adalah; Ishaq, Ya’qub, Musa, Abdullah, Bakar, Ummu Amar, Ibrahim, Abdul Malik, Walid, Ashim, Abdullah, Abdul Aziz, Yazid, Zayyan, Aminah dan Ummu Abdullah. Setelah semua berkumpul, maka saatnya Umar memulai tadarrus al-Qur’an. Dimulai dari anak yang paling tua, kemudian dilanjutkan adik-adiknya. Begitulah. Semua membaca al-Qur’an bergantian. Satu persatu. Sedangkan Umar menyimak bacaan al-Qur’an anak-anaknya dengan sungguh-sungguh dan penuh ta’dhim.

Inilah ayah yang sekaligus guru bagi anak-anaknya. Guru al-Qur’an. Meskipun Umar telah memilihkan guru-guru hebat bagi buah hatinya, namun dirinya sendiri merasa perlu terjun langsung dalam mewarnai keilmuan mereka. Sekalipun agenda reformasi dan kiprahnya dalam pemerintahan sangat banyak, tapi selalu ada waktu yang sangat berkualitas dengan keluarganya. Kebersamaan dalam naungan al-Qur’an.

Menciptakan iklim al-Qur’an dalam lingkungan keluarga, itu nilai penting pada tulisan seri ini. Ketika ternyata sekedar ‘menitipkan’ anak di lembaga-lembaga pendidikan tertentu tidaklah cukup untuk membangkitkan daya dan memupuk kecenderungan anak kepada al-Qur’annya, ketika iklim di rumah tidak Qur’ani.

Nuansa al-Qur’an harus tercipta dalam lingkungan keluarga terlebih dahulu, dan Umar telah melakukan itu. Sehingga menjadi sangat perlu kiranya setiap keluarga muslim mulai merutinkan halaqah al-Qur’an. Disitu berkumpul antara orang tua dan anak-anak. Bergantian membaca al-Qur’an. Mengkaji pelajaran dari setiap ayat-ayatnya. Dan yang menjadi guru adalah ayah.

Menarik pasti. Sangat istimewa. Lebih berkesan dari halaqah al-Qur’an yang diikuti oleh para anak di sekolah mereka. Karena disitu ayahnya adalah gurunya. Ini adalah satu program besar peradaban yang perlu diinstal di setiap rumah. Harus segera dimulai walaupun di awal terasa canggung dan bingung.

Abdullah bin Umar berpesan kepada kita, “Kamu harus bersama al-Qur’an, pelajari al-Qur’an itu dan ajari anak-anakmu. Karena sesungguhnya kamu kelak akan ditanya tentang al-Qur’anmu dan dengannya kamu akan mendapat pahala, dan cukuplah al-Qur’an sebagai pemberi nasehat bagi orang yang berakal.”

Menjadi guru bagi para buah hati. Beginilah ayah hebat mencetak generasi unggulan.

Hidupkanlah halaqoh di rumah bersama ayah bunda.

Perbedaan sakho' dan juud

ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠُﻮﺩ ﻭﺍﻟﺴَّﺨﺎﺀ :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮَّﺍﻏﺐ : ‏( ﺍﻟﺴَّﺨﺎﺀ : ﺍﺳﻢ ﻟﻠﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ .
ﻭﺍﻟﺠُﻮﺩ : ﺍﺳﻢ ﻟﻠﻔﻌﻞ ﺍﻟﺼَّﺎﺩﺭ ﻋﻨﻬﺎ .
ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﻳﺴﻤَّﻰ ﻛﻞُّ ﻭﺍﺣﺪ ﺑﺎﺳﻢ ﺍﻵﺧﺮ ﻣِﻦ ﻓﻀﻠﻪ ‏)
.
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻫﻼﻝ ﺍﻟﻌﺴﻜﺮﻱ : ‏( ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺴَّﺨﺎﺀ ﻭﺍﻟﺠُﻮﺩ : ﺃﻥَّ ﺍﻟﺴَّﺨﺎﺀ ﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﻠﻴﻦ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺴُّﺆﺍﻝ، ﻭﻳﺴﻬﻞ ﻣﻬﺮﻩ ﻟﻠﻄَّﺎﻟﺐ، ﻣِﻦ ﻗﻮﻟﻬﻢ : ﺳَﺨَﻮﺕ ﺍﻟﻨَّﺎﺭ ﺃﺳﺨﻮﻫﺎ ﺳﺨﻮًﺍ : ﺇﺫﺍ ﺃﻟﻴﻨﺘﻬﺎ، ﻭﺳَﺨَﻮﺕ ﺍﻷﺩﻳﻢ : ﻟﻴَّﻨﺘﻪ، ﻭﺃﺭﺽٌ ﺳَﺨﺎﻭِﻳَّﺔٌ : ﻟﻴِّﻨﺔ ...
ﻭﺍﻟﺠُﻮﺩ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﻌﻄﺎﺀ ﻣِﻦ ﻏﻴﺮ ﺳﺆﺍﻝ، ﻣِﻦ ﻗﻮﻟﻚ : ﺟﺎﺩﺕ ﺍﻟﺴَّﻤﺎﺀ، ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺩﺕ ﺑﻤﻄﺮ ﻏﺰﻳﺮ، ﻭﺍﻟﻔﺮﺱ : ﺍﻟﺠَﻮَﺍﺩ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ﺍﻹﻋﻄﺎﺀ ﻟﻠﺠﺮﻱ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺟَﻮَﺍﺩ ﻟﻜﺜﺮﺓ ﻋﻄﺎﺋﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﺗﻘﺘﻀﻴﻪ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ .
ﻭﻳﻈﻬﺮ ﻣِﻦ ﻛﻼﻡ ﺑﻌﻀﻬﻢ : ﺍﻟﺘَّﺮﺍﺩﻑ .
ﻭﻓﺮَّﻕ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ : ﺑﺄﻥَّ ﻣَﻦ ﺃﻋﻄﻰ ﺍﻟﺒﻌﺾ ﻭﺃﺑﻘﻰ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﺍﻟﺒﻌﺾ ﻓﻬﻮ ﺻﺎﺣﺐ ﺳﺨﺎﺀ .
ﻭﻣَﻦ ﺑَﺬَﻝَ ﺍﻷﻛﺜﺮ ﻭﺃﺑﻘﻰ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﺷﻴﺌًﺎ، ﻓﻬﻮ ﺻﺎﺣﺐ ﺟﻮﺩ ‏)
.
- ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠُﻮﺩ ﻭﺍﻟﻜَﺮَﻡ :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻜﻔﻮﻱ : ‏( ﺍﻟﺠُﻮﺩ : ﻫﻮ ﺻﻔﺔ ﺫﺍﺗﻴَّﺔ ﻟﻠﺠَﻮَﺍﺩ، ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺤﻖُّ ﺑﺎﻻﺳﺘﺤﻘﺎﻕ ﻭﻻ ﺑﺎﻟﺴُّﺆﺍﻝ .
ﻭﺍﻟﻜَﺮَﻡ : ﻣﺴﺒﻮﻕٌ ﺑﺎﺳﺘﺤﻘﺎﻕ ﺍﻟﺴَّﺎﺋﻞ ﻭﺍﻟﺴُّﺆﺍﻝ ﻣﻨﻪ ‏)
.
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻫﻼﻝ ﺍﻟﻌﺴﻜﺮﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ : ‏( ﺃﻥَّ ﺍﻟﺠَﻮَﺍﺩ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻌﻄﻲ ﻣﻊ ﺍﻟﺴُّﺆﺍﻝ .
ﻭﺍﻟﻜﺮﻳﻢ : ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻌﻄﻲ ﻣِﻦ ﻏﻴﺮ ﺳﺆﺍﻝ .
ﻭﻗﻴﻞ ﺑﺎﻟﻌﻜﺲ .
ﻭﻗﻴﻞ : ﺍﻟﺠُﻮﺩ : ﺇﻓﺎﺩﺓ ﻣﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻻ ﻟﻐﺮﺽ .
ﻭﺍﻟﻜَﺮَﻡ : ﺇﻳﺜﺎﺭ ﺍﻟﻐﻴﺮ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ ‏) .
- ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺠُﻮﺩ ﻭﺍﻹﻓﻀﺎﻝ :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻜﻔﻮﻱ : ‏( ﻭﺍﻹﻓﻀﺎﻝ ﺃﻋﻢُّ ﻣﻦ ﺍﻹﻧﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺠُﻮﺩ، ﻭﻗﻴﻞ : ﻫﻮ ﺃﺧﺺُّ ﻣﻨﻬﻤﺎ؛ ﻷﻥَّ ﺍﻹﻓﻀﺎﻝ ﺇﻋﻄﺎﺀٌ ﺑﻌﻮﺽ، ﻭﻫﻤﺎ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻣﻄﻠﻖ ﺍﻹﻋﻄﺎﺀ .
ﻭﺍﻟﻜَﺮَﻡ : ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﻤﺎﻝ ﻓﻬﻮ : ﺟﻮﺩ . ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﻜﻒِّ ﺿﺮﺭٍ ﻣﻊ ﺍﻟﻘُﺪْﺭﺓ ﻓﻬﻮ : ﻋﻔﻮ . ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﺒﺬﻝ ﺍﻟﻨَّﻔﺲ ﻓﻬﻮ : ﺷﺠﺎﻋﺔ ‏) .

Rabu, 21 Februari 2018

Doa setelah solat


اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ. 

ALLAAHUMMA INNAA NAS'ALUKA SALAAMATAN FTDDIINI WADDUN-YAA WAL AAKHIRAH. WA 'AAFIYA-TAN FIL JASADI WA SHIHHATAN FIL BADANI WA ZIYAADATAN FIL 'ILMI WA BARAKATAN FIRRIZQI WA TAUB ATAN QABLAL MAUT WA RAHM ATAN 'INDALMAUT WA MAGHFIRATAN BA'D AL MAUT. ALLAAHUMMA HAWWIN 'ALAINAA FII SAKARAATIL MAUT WAN NAJAATA MINAN NAARI WAL 'AFWA 'INDAL HISAAB.

Artinya :
Wahai Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadaMu, kesejahteraan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut, dan ampunan setelah datang maut. Wahai Allah! Permudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (Berilah kami) keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat dilaksanakan hisab.

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ 

ALLAAHUMMA INNAA NA'UUDZU BIKA MINAL 'AJZI WAL KASALI WAL BUKHLI WAL HARAMI WA 'ADZAABIL QABRI.

Artinya :
Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari sifat lemah, malas, kikir, pikun dan dari azab kubur


اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَيُسْتَجَابُ لَهَا. 

ALLAAHUMMAINNAA NA'UUDZU BIKA MIN 'ILMIN LAA YANFA' W AMIN QALBIN LAA YAKHSYA' W AMIN NAFSIN LAA TASYBA' WAMIN DA'WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA.

Artinya :
Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari jiwa yang tidak kenal puas, dan dari doa yanag tak terkabul.

رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ

RABBANAGH FIRLANAA DZUNUUBANAA WA LIWAA-LIDIINAA WALIMASYAAYIKHINAA WA LIMU'ALLI-MIENAA WA LIMAN LAHUU H AQQUN' ALAIN AA WA LIM AN AHABBA WA AHSANA ILAINAA WA LIKAAFFATIL MUS LIMUN A AJMA'IIN.

Artinya :
Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang tua kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh umat islam


رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ 

RABBANAA TAQABBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII'UL 'ALIIM, WA TUB 'ALAINAA INNAKA ANTAT TA WWA ABUR RAHIIM.

Artinya :
Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.


رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

RABBANAA AATINAA FIDDUNNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR.

Artinya :
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.


وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Minggu, 18 Februari 2018

Manfaat benalu

Beberapa manfaat dan khasiat benalu berdasarkan inang/pohon yang ditempelinya :

Benalu yang menempel pada tanaman kelor dan salam dapat digunakan sebagai obat gondok menyeluruh.

Benalu yang menempel pada tanaman randu dapat digunakan untuk mengobati asma, ginjal, saraf dan hernia.

Benalu yang menempel pada tanaman delima dapat digunakan untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, membantu mempersubur rambut, mengobati kecing manis dan membantu mengecilkan perut.

Benalu yang menempel pada tanaman sono dapat digunakan sebagai obat rematik dan pegal linu.

Benalu yang menempel pada tanaman turi dapat digunakan untuk mengobati kencing nanah, mengatasi gangguan saluran kencing, mengatur kadar oksigen dalam darah, mengatasi batu ginjal dan juga masalah pankreas.

Benalu yang menempel pada tanaman sawo dapat digunakan untuk membantu mengecilkan perut.

Benalu yang menempel pada tanaman sirsak dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, sariawan dan juga ambeien.

Benalu yang menempel pada tanaman mangga dapat digunakan untuk mengatasi mual, sesak napas, lever, dan juga dapat digunakan untuk menyembuhkan luka.

Benalu yang menempel pada tanaman alpukat dapat digunakan untuk mengobati tips, mengatasi masalah darah tinggi dan kencing manis.

Benalu yang menempel pada belimbing wuluh dapat digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan, batuk dan pusing.
Benalu yang menempel pada beringin dapat digunakan untuk menghitamkan rambut, mengobati gatal – gatal, datang bulan yang tidak lancar dan mengatasi masalah kutu air.

Benalu yang menempel pada cengkeh dapat digunakan untuk mengobati penyakit paru – paru, jantung dan menjaga kadar kolesterol.

Benalu yang menempel pada durian dapat digunakan untuk melancarkan pencernaan dan mengobati flu.

Benalu yang menempel pada gading dapat digunakan untuk mengatasi gangguna kesuburan rahim, keputihan dan mengobati gatal – gatal.

Benalu yang menempel pada jambu air dapat digunakan untuk mengobati maag, mual, mules, perih dan juga perut kembung.

Benalu yang menempel pada jati dapat digunakan untuk melancarkan peredaran darah, mengobati penyakit kanker, kencing manis, gondok, sakit akibat virus dan juga sifilis.

Benalu yang menempel pada jarak dapat digunakan untuk menjaga kesehatan tulang dan mengatasi masalah gatal – gatal pada ibu yang baru melahirkan.

Benalu yang menempel pada kacang – kacangan dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan.

Benalu yang menempel pada kopi dapat digunakan untuk mengatasi masalah darah rendah, gatal – gatal dan mengobati maag

semoga bermanfaat

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80)

Jumat, 16 Februari 2018

Bunga bank menurut para ulama


Bunga bank memang sudah lama menjadi kontroversi yang selalu diperdebatkan di tengah-tengah masyarakat. Sebagian orang memandang kredit dengan sistem bunga merupakan cara untuk membantu perekonomian rakyat. Namun di sisi lain praktik ini justru merugikan kalangan miskin yang terpaksa melakukan pinjaman di bank.
Pada tahun 2003, Majelis Ulama Indonesia (MUI) resmi mengeluarkan fatwa keharaman bunga bank, dengan dalih bahwa bunga yang dikenakan dalam transaksi utang-piutang memasuki kriteria riba yang diharamkan Allah SWT. Meski demikian, masih banyak ulama yang menghalalkannya dengan alasan bunga bank konvensional tidak mengandung unsur eksploitasi, sebab orang-orang yang meminjam uang dianggap dari golongan perekonomian keatas dan mampu mengembalikan pinjaman tersebut (beserta bunganya).
Nah, sebagai umat islam sudah kewajiban kita untuk mencari rezeki yang halalan thoyiban. Lalu sebenarnya bagaimana hukum bunga bank dalam islam? Berikut ini pengkajiannya secara mendalam.
Definisi Bunga Bank
Bunga merupakan terjemahan dari kata “interest” yang berarti tanggungan pinjaman uang atau persentase dari uang yang dipinjamkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bunga adalah imbalan jasa penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok.
Bunga bank juga dapat didefinisikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank dengan prinsip konvensional kepada nasabah yang melakukan transaksi simpan atau pinjam kepada bank. Ada berbagai macam jenis bunga bank, misalnya bunga deposito, bunga tabungan, giro, dan lain-lain.
Berdasarkan metodenya, bunga bank dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Bunga Simpanan
Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Pemberian bunga ini didasarkan pada porsentase dari simpanan pokok, dimana sumber bunganya berasal dari keuntungan utang-piutang yang dilakukan pihak bank.
2. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada nasabah yang melakukan peminjaman uang di bank, dimana nantinya nasabah harus membayar melebihi jumlah pinjaman pokok dengan batasan waktu tertentu.
Definisi dan Hukum Riba
Menurut etimologi, riba berarti tambahan (ziyadah), bisa juga diartikan berkembang (nama’). Sedangkan secara istilah, riba didefinisikan sebagai pengembalian tambahan dari modal pokok secara bathil dan bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam. (Baca juga: Macam-Macam Riba dalam Ekonomi Islam dan Bahaya Riba di Dunia dan Akhirat )
Qadi Abu Bakar Ibnu Al-arabi dalam bukunya “Ahkamul Quran” berpendapat bahwa riba adalah setiap kelebihan nilai barang yang diberikan dengan nilai barang yang diterima. Sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan jika riba ialah penambahan dana (dalam bentuk bunga pinjaman) yang dibayarkan oleh seseorang yang memiliki utang dengan penambahan waktu tertentu, karena ia tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.
Dalam ajaran islam, seorang muslim diharamkan memakan harta riba’. Atau dengan kata lain, hukum riba adalah haram! Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab menyatakan bahwa riba merupakan perkara yang diharamkan. Pendapat ini didasari firman Allah Swt dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺄْﻛُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻻ ﻳَﻘُﻮﻣُﻮﻥَ ﺇِﻻ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮﻡُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺘَﺨَﺒَّﻄُﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺲِّ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺒَﻴْﻊُ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..” (Q.S Al-Baqarah: 275)
Selain itu, ditegaskan dalam surah An-Nisa ayat 161:
ﻭَﺃَﺧْﺬِﻫِﻢُ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻭَﻗَﺪْ ﻧُﻬُﻮﺍ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺃَﻛْﻠِﻬِﻢْ ﺃَﻣْﻮَﺍﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻭَﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ
“Dan disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An-Nisa: 161)
Keharaman riba dijelaskan pula dalam kitab Al Musaqqah, Rasulullah bersabda :
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻌَﻦَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺁﻛِﻞَ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻭَﻣُﺆْﻛِﻠَﻪُ ﻭَﻛَﺎﺗِﺒَﻪُ ﻭَﺷَﺎﻫِﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻫُﻢْ ﺳَﻮَﺍﺀٌ
“Jabir berkata bahwa Rasulullah mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, “Mereka itu semuanya sama.”(H.R Muslim)

*****

Hukum Bunga Bank Menurut
Beberapa Ulama

Meskipun praktek bunga bank sudah jelas mernyerupai riba, namun keberadaanya di Indonesia sendiri masih menjadi dilematis dan sulit dihindari. Sehingga tidak heran banyak ulama yang bertentangan perihal hukum bunga bank menurut islam.
Sebut saja Ijtima’Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia, pada tahun 2003 mereka telah menfatwakan bahwa pemberian bunga hukumnya haram, baik di lakukan oleh Bank, Asuransi,Pengadilan, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun individu. Selain itu, pertemuan 150 Ulama terkemuka pada tahun 1965 di konferensi Penelitian Islam, Kairo, Mesir juga menyepakati bahwa keuntungan yang diperoleh dari berbagai macam jenis pinjaman (termasuk bunga bank) merupakan praktek riba dan diharamkan.
Ulama lain seperti Yusuf Qardhawi, Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi sepakat jika bunga bank termasuk riba nasiah yang diharamkan oleh Islam. Maka dari itu, umat Islam tidak dibolehkan bermuamalah dengan bank yang menganut sistem bunga kecuali dalam kondisi darurat. Keharaman praktik bunga bank juga diungkapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Di sisi lain, musyawarah para ulama NU pada tahun 1992 di Lampung memandang hukum bunga bank tidak sepenuhnya haram atau masih khilafiyah. Sebagian memperbolehkan dengan alasan darurat dan sebagian mengharamkan. Sedangkan pemimpin Pesantren “Persis” Bangil, A. Hasan berpendapat bahwa bunga bank yang berlaku di Indonesia halal, sebab bunga bank tidak menganut sistem berlipat ganda sebagaimana sifat riba yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 130.
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺄْﻛُﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﺃَﺿْﻌَﺎﻓًﺎ ﻣُﻀَﺎﻋَﻔَﺔً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Ali Imran: 130)
Kesimpulannya, mayoritas ulama menetapkan bahwa bunga bank hukumnya sama dengan riba yang berarti dilarang Allah SWT. Keputusan ini berlandaskan pada Al Quran, Al Hadist, serta hasil penafsiran dari fuqaha’ (ulama yang ahli dalam bidang fiqh).

Wallahu a’lam bishawab.

Rabu, 14 Februari 2018

Lirik pepali ki ageng selo

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻃِﺐِّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ ﻭَﺩَﻭَﺍﺋِﻬَﺎ . ﻭَﻋَﺎﻓِﻴَﺔِ ﺍْﻷَﺑْﺪَﺍﻥِ ﻭَﺷِﻔَﺎﺋِﻬَﺎ . ﻭَﻧُﻮْﺭِ
ﺍْﻷَﺑْﺼَﺎﺭِ ﻭَﺿِﻴَﺎﺋِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA.
MUHAMMADIN THIBBIL QULUBI WADAWAIHA.
WA'AFIYATIL ABDANI WA SYIFA'IHA.
WA NUURIL ABSHOORI WADLIYAAIHA.
WA ALAA ALIHI WASHOHBIHI WASALLIM.

Arti : "Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya. Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya”

PEPALI KI AGENG, SELO AMBERKAHI
OJO GAWE ANGKUH, OJO LADAK LAN OJO JAHIL
OJO ATI SERAKAH LAN OJO CELIMUT,
OJO BURU ALEMAN LAN OJO LADAK
WONG LADAK PAN GELIS MATI, LAN OJO ATI NGIWO

Arti : "Larangan Ki Ageng Selo yang memberkahi, Jangan sombong, jangan bengis,dan jangan jahil. Jangan serakah dan jangan panjang tangan, jangan mencari pujian dan jangan angkuh. Orang yang angkuh akan cepat mati. dan jangan berkehendak negatif"

NIRUHO WONG MULYO, HABAIB ULOMO
NIYAT HORMAT GOLEK TSAWAB UJAR BERKAH KANG MINULYO
OJO SAMPE MODO, ORA KENO NYELO
LUWIH BECIK DEREK TINDAK LAMPAH PINUJI MINULYO
TEMBUNG ALUS ATI ATI, LUNGGUHE OJO SEMBRONO

Arti : "Tirulah orang mulia, seperti para habaib dan ulama. Berniat untuk menghormati, mencari pahala dan keberkahan dari nasihat orang mulia. jangan sampai menghina, jangan menyela. Lebih baik ikut aktivitasnya orang mulia. bicara dengan halus dan hati-hati, duduknya jangan seenaknya sendiri"

SOPO NANDUR BAGUS, BAKAL PANEN UGO
SENENG AYEM BAHAGIA, ANAK PUTU SAK KLUWARGO
LAMUN DADI PENGGEDE, PRINTAH ANAK BUAHE
OJO NGANTI KERAS KAKU, SAK SENENG KAREPE DEWE
DADIYO SIRO PELINDUNG, PRINTAH KELAWAN KIRO KIRO

Arti: "Siapa yang menanam kebaikan, pasti akan panen juga. Senang tenang dan bahagia bersama anak cucu sekeluarga. Ketika jadi pejabat, saat memerintah anak buahnya. Jangan sampai keras dan kaku seenaknya sendiri. Jadilah engkau pelindung, memerintah dengan penuh perhitungan"

ILING LAN WASPODO, DAWUH KANG UTOMO
SENENGNO JIWAMU LAN ATIMU, OJO SALAH TOMPO
PITUTUR KANG LUHUR, PRINTAHE AGOMO
OJO SIMPANG SIUR, TINDAK NGAWUR NDADEKNO SENGSORO
DADIYO WONG AGUNG KANG MINULYO, TUMINDAK SEMPURNO

Arti: "Ingat dan Waspada, Nasihat itu yang utama. Senangkan jiwa dan hatimu dan jangan salah paham. Nasihat yang baik, perintah agama. Jangan mudah simpang siur, bertindak ngawur sehingga membuat sengsara. Jadilah engkau orang yang agung lagi mulia yang bertindak dengan sempurna"

NINDAKI KEWAJIBAN, KANTI DASAR IMAN
AKHLAQ BAGUS TUMUS, SABAR ALUS NOTO ATI MAPAN
TA'AT LAN NGABEKTI, PERINTAHE GUSTI
NINDAKNO NGIBADAH, NETEPI PRINTAH AMAL KANG PINUJI
NYADONG RIDLO RAHMAT LAN SYAFA'AT SAKING KANJENG NABI.

Arti: "Melaksanakan kewajiban dengan dasar iman, Akhlak yang bagus , sabar, halus serta dapat menata hati. Taat dan berbakti terhadap perintahnya Tuhan, Melaksanakan ibadah, menjalankan perintah sebagai amal yang utama. Mengaharap ridho dan rahmat serta syafaat dari Nabi saw."

Tahlilan di makkah dan madinah

Tahlilan di makkah dan madinah

Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i rahimahullah (salah satu pengarang kitab tafsir Jalalain) didalam al-Hawi lil-Fatawi menceritakan bahwa kegiatan ‘tahlilan’ berupa memberikan makan selama 7 hari setelah kematian merupakan amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh umat Islam di Makkah maupun Madinah. Hal itu berlangsung hingga masa beliau :

أن سنة الإطعام سبعة أيام، بلغني أنها مستمرة إلى الآن بمكة والمدينة، فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الآن، وأنهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول
“Sesungguhnya sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang (yakni masa al-Hafidz sendiri) di Makkah dan Madinah. Maka secara dhahir, amalan ini tidak pernah di tinggalkan sejak masa para shahabat Nabi hingga masa kini (masa al-Hafidz as-Suyuthi), dan sesungguhnya generasi yang datang kemudian telah mengambil amalan ini dari pada salafush shaleh hingga generasi awal Islam. Dan didalam kitab-kitab tarikh ketika menuturkan tentang para Imam, mereka mengatakan “manusia (umat Islam) menegakkan amalan diatas kuburnya selama 7 hari dengan membaca al-Qur’an’. [1]

Hal ini kembali di kisahkan oleh al-‘Allamah al-Jalil asy-Syaikh al-Fadlil Muhammad Nur al-Buqis didalam kitab beliau yang khusus membahas kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yakni “Kasyful Astaar” dengan menaqal perkataan Imam As-Suyuthi :

أن سنة الإطعام سبعة أيام بلغني و رأيته أنها مستمرة إلى الأن بمكة والمدينة من السنة 1947 م إلى ان رجعت إلى إندونيسيا فى السنة 1958 م. فالظاهر انها لم تترك من الصحابة إلى الأن وأنهم أخذوها خلفاً عن سلف إلى الصدر الإول. اه. وهذا نقلناها من قول السيوطى بتصرفٍ. وقال الإمام الحافظ السيوطى : وشرع الإطعام لإنه قد يكون له ذنب يحتاج ما يكفرها من صدقةٍ ونحوها فكان فى الصدقةِ معونةٌ لهُ على تخفيف الذنوب ليخفف عنه هول السؤل وصعوبة خطاب الملكين وإغلاظهما و انتهارهما.
“Sungguh sunnah memberikan makan selama 7 hari, telah sampai informasi kepadaku dan aku menyaksikan sendiri bahwa hal ini (kenduri memberi makan 7 hari) berkelanjutan sampai sekarang di Makkah dan Madinah (tetap ada) dari tahun 1947 M sampai aku kembali Indonesia tahun 1958 M. Maka faktanya amalan itu memang tidak pernah di tinggalkan sejak zaman sahabat nabi hingga sekarang, dan mereka menerima (memperoleh) cara seperti itu dari salafush shaleh sampai masa awal Islam. Ini saya nukil dari perkataan Imam al-Hafidz as-Suyuthi dengan sedikit perubahan. al-Imam al-Hafidz As-Suyuthi berkata : “disyariatkan memberi makan (shadaqah) karena ada kemungkinan orang mati memiliki dosa yang memerlukan sebuah penghapusan dengan shadaqah dan seumpamanya, maka jadilah shadaqah itu sebagai bantuan baginya untuk meringankan dosanya agar diringankan baginya dahsyatnya pertanyaan kubur, sulitnya menghadapi menghadapi malaikat, kebegisannyaa dan gertakannya”. [2]

Istilah 7 hari sendiri didasarkan pada riwayat shahih dari Thawus yang mana sebagian ulama mengatakan bahwa riwayat tersebut juga atas taqrir dari Rasulullah, sebagian juga mengatakan hanya dilakukan oleh para sahabat dan tidak sampai pada masa Rasulullah.

Referensi
[1] al-Hawi al-Fatawi [2/234] lil-Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi.
[2] Kasyful Astaar lil-‘Allamah al-Jalil Muhammad Nur al-Buqir, beliau merupakan murid dari ulama besar seperti Syaikh Hasan al-Yamani, Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutubi, Syaikh Sayyid Alwi Abbas al-Maliki, Syaikh ‘Ali al-Maghribi al-Maliki, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Syaikh Alimuddin Muhammad Yasiin al-Fadani.

Kamis, 08 Februari 2018

3 Manusia yg pertama diadili

ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﺣَﺒِﻴﺐٍ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺛِﻲُّ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺧَﺎﻟِﺪُ ﺑْﻦُ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺍﺑْﻦُ ﺟُﺮَﻳْﺞٍ، ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﻳُﻮﻧُﺲُ ﺑْﻦُ ﻳُﻮﺳُﻒَ، ﻋَﻦْ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﻳَﺴَﺎﺭٍ، ﻗَﺎﻝَ : ﺗَﻔَﺮَّﻕَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻧَﺎﺗِﻞُ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺸَّﺎﻡِ : ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦُ، ﺣَﺪِّﺛْﻨَﺎ ﺣَﺪِﻳﺜًﺎ ﺳَﻤِﻌْﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻗَﺎﻝَ : ﻧَﻌَﻢْ، ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻘُﻮﻝُ :

" ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳُﻘْﻀَﻰ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭَﺟُﻞٌ ﺍﺳْﺘُﺸْﻬِﺪَ، ﻓَﺄُﺗِﻲَ ﺑِﻪِ ﻓَﻌَﺮَّﻓَﻪُ ﻧِﻌَﻤَﻪُ ﻓَﻌَﺮَﻓَﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖَ ﻓِﻴﻬَﺎ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﺗَﻠْﺖُ ﻓِﻴﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﺳْﺘُﺸْﻬِﺪْﺕُ، ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺬَﺑْﺖَ، ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻚَ ﻗَﺎﺗَﻠْﺖَ ﻟِﺄَﻥْ ﻳُﻘَﺎﻝَ : ﺟَﺮِﻱﺀٌ، ﻓَﻘَﺪْ ﻗِﻴﻞَ، ﺛُﻢَّ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﻪِ ﻓَﺴُﺤِﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﻟْﻘِﻲَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ، ﻭَﻋَﻠَّﻤَﻪُ ﻭَﻗَﺮَﺃَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ، ﻓَﺄُﺗِﻲَ ﺑِﻪِ ﻓَﻌَﺮَّﻓَﻪُ ﻧِﻌَﻤَﻪُ ﻓَﻌَﺮَﻓَﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖَ ﻓِﻴﻬَﺎ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺗَﻌَﻠَّﻤْﺖُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ، ﻭَﻋَﻠَّﻤْﺘُﻪُ ﻭَﻗَﺮَﺃْﺕُ ﻓِﻴﻚَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ، ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺬَﺑْﺖَ، ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻚَ ﺗَﻌَﻠَّﻤْﺖَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻟِﻴُﻘَﺎﻝَ : ﻋَﺎﻟِﻢٌ، ﻭَﻗَﺮَﺃْﺕَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻟِﻴُﻘَﺎﻝَ : ﻫُﻮَ ﻗَﺎﺭِﺉٌ، ﻓَﻘَﺪْ ﻗِﻴﻞَ، ﺛُﻢَّ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﻪِ ﻓَﺴُﺤِﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﻟْﻘِﻲَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ، ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﻭَﺳَّﻊَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﻨَﺎﻑِ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ﻛُﻠِّﻪِ، ﻓَﺄُﺗِﻲَ ﺑِﻪِ ﻓَﻌَﺮَّﻓَﻪُ ﻧِﻌَﻤَﻪُ ﻓَﻌَﺮَﻓَﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖَ ﻓِﻴﻬَﺎ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻣِﻦْ ﺳَﺒِﻴﻞٍ ﺗُﺤِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳُﻨْﻔَﻖَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﻔَﻘْﺖُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﻚَ، ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺬَﺑْﺖَ، ﻭَﻟَﻜِﻨَّﻚَ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﻟِﻴُﻘَﺎﻝَ : ﻫُﻮَ ﺟَﻮَﺍﺩٌ، ﻓَﻘَﺪْ ﻗِﻴﻞَ، ﺛُﻢَّ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﻪِ ﻓَﺴُﺤِﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻬِﻪِ، ﺛُﻢَّ ﺃُﻟْﻘِﻲَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ "

"(Imam Muslim berkata) Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-Haritsi, (Dia - Yahya bin Habib Al-Haritsi telah berkata) Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Al-Haritsi, (Dia - Khalid bin Al-Haritsi berkata) telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, (Ibnu Juraij berkata) telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman bin Yasaar) berkata, Ketika orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestine beliau adalah seorang tabiin), "Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang Engkau telah dengar dari Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam, Ya (Aku akan ceritakan - Jawab Abu Hurairah),

Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam bersabda: "Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah . Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an . Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda . Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'"

Lirik Alfa mabruk

Lirik Mabruk Alfa Mabruk

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Selamat hari milad
semoga dapat rahmad
Dari Allohhu ahad
hingga hidup selamat

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Selamat ulang tahun
semoga berkah turun
Dari Alloh pengampun
sehingga hidup rukun

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Mabruuk alfa mabruuk
'alaika mabruuk 2x

Mabruuk alfa mabruuk
yawm miiladik mabruuk

Rabu, 07 Februari 2018

Ikhlas beramal

dinukil dari kitab tambihul Ghofilin abul laits as samarqondi.
ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻟَﺒِﻴﺪٍ، ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ , ﻗَﺎﻝَ : ‏« ﺃَﺧْﻮَﻑُ ﻣَﺎ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙُ ﺍﻟْﺄَﺻْﻐَﺮُ ‏» .
ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙُ ﺍﻟْﺄَﺻْﻐَﺮُ؟ ﻗَﺎﻝَ : " ﺍﻟﺮِّﻳَﺎﺀُ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻟَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﻳُﺠَﺎﺯِﻱ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَ ﺑِﺄَﻋْﻤَﺎﻟِﻬِﻢْ : ﺍﺫْﻫَﺒُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺮَﺍﺀُﻭﻥَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﺗَﺠِﺪُﻭﻥَ ﻋِﻨْﺪَﻫُﻢْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ".
dari Muhammad bin labid, sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil."
Para sahabahat bertanya : “ Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu ? “.
Beliau bersabda : “ Riya “, Allah Ta’ala akan berfirman kepada mereka pada hari dibalasnya para hamba atas amal-amal perbuatan mereka : “Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu pameri sewaktu di dunia, maka lihatlah apakah kamu dapat memperoleh suatu kebaikan dari mereka”
Dari Abu Hurairah Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda :
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺍَﻧَﺎﺍَﻏْﻨَﻰ ﺍﻟﺸُّﺮَﻛَﺎﺀِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﺍَﻧَﺎ ﺍَﻏْﻨَﻰ ﻋَﻨِﻰ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﺍَّﻟﺬِﻯْ ﻓِﻴْﻪِ ﺷِﺮَﻛَﺔٌ ﻟِﻐَﻴْﺮِﻯْ ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻶ ﺍَﺷْﺮَﻙَ ﻓِﻴْﻪِ ﻏَﻴِﺮِﻯْ ﻓَﺎَﻧَﺎﻣِﻨْﻪُ ﺑَﺮِﻯْﺀٌ
Allah Ta’ala berfirman : “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu syirik. Aku tidak membutuhkan amal yang didalamnya terkandung persekutuan kepada selain Aku. Barang siapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang didalamnya terkandung persekutuan selain Aku, maka Aku lepas daripadanya”.
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ، ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ , ﻗَﺎﻝَ : ‏« ﺭُﺏَّ ﺻَﺎﺋِﻢٍ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻪُ ﺣَﻆٌّ ﻣِﻦْ ﺻَﻮْﻣِﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺠُﻮﻉُ ﻭَﺍﻟْﻌَﻄَﺶُ، ﻭَﺭُﺏَّ ﻗَﺎﺋِﻢٍ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻪُ ﺣَﻆٌّ ﻣِﻦْ ﻗِﻴَﺎﻣِﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﺴَّﻬَﺮُ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺐُ ‏» .
ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦِ ﺍﻟﺼَّﻮْﻡُ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓَﻠَﺎ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﻟَﻪُ، ﻛَﻤَﺎ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟْﺤُﻜَﻤَﺎﺀِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺜَﻞُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺎﺕِ ﻟِﻠﺮِّﻳَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺴُّﻤْﻌَﺔِ ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﺭَﺟُﻞٍ ﺧَﺮَﺝَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴُّﻮﻕِ ﻭَﻣَﻠَﺄَ ﻛِﻴﺴَﻪُ ﺣَﺼَﺎﺓً، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻣَﺎ ﺃَﻣْﻠَﺄَ ﻛِﻴﺲَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﻟَﺎ ﻣَﻨْﻔَﻌَﺔَ ﻟَﻪُ ﺳِﻮَﻯ ﻣَﻘَﺎﻟَﺔِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ، ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥْ ﻳَﺸْﺘَﺮِﻱَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻟَﺎ ﻳُﻌْﻄَﻰ ﺑِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ، ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻤِﻞَ ﻟِﻠﺮِّﻳَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺴُّﻤْﻌَﺔِ ﻟَﺎ ﻣَﻨْﻔَﻌَﺔَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻠِﻪِ ﺳِﻮَﻯ ﻣَﻘَﺎﻟَﺔِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻟَﺎ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ .
dari abu hurairoh sesungguhnya nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" banyak sekali orang yg berpuasa tiada bagian untuknya dari puasanya kecuali lapar dan haus, dan banyak orang yg sholat malam tiada bagian utknya kecuali begadang dan kepayahan "
maksudnya adalah jika puasa dan sholatnya tidak karena mencari ridho Allah ta'ala maka tiada pahala baginya,
sebagaimana yg diriwayatkan dari sebagian orang yg bijak, sesungguhnya beliau berkata :
"Orang yang mengerjakan ibadah karena riya (pamer kepada orang lain) diumpamakan seperti orang yang pergi kepasar yang memenuhi kantongnya dengan kerikil, kemudian orang-orang berkata : “betapa penuhnya kantong orang itu”; namun ia sendiri tidak bisa mengambil manfaat kecuali hanya pujian orang. Bila ia ingin membeli sesuatu, maka kerikil itu sama sekali tidak bisa dipergunakan sebagai alat beli dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Demikian pula orang yang beramal karena riya’ dan sum’ah, ia tidak akan bisa mengambil manfaat apa-apa dari amalnya kecuali hanya pujian orang, dan ia tidak akan mendapatkan pahala nanti di akhirat.
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺣَﻜِﻴﻢٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤُﻜَﻤَﺎﺀِ : ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺳَﺒْﻌَﺔً ﺩُﻭﻥَ ﺳَﺒْﻌَﺔٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻔِﻊْ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻌْﻤَﻞْ،
ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﻤَﻞَ ﺑِﺎﻟْﺨَﻮْﻑِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺤَﺬَﺭِ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﻘُﻮﻝُ : ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺤْﺬَﺭُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏِ، ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُﻩُ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝُ ﺷَﻴْﺌًﺎ.
Seorang bijak megatakan, barangsiapa yang mengerjakan tujuh hal tanpa dibarengi tujuh hal maka apa yang ia kerjakan itu tidak akan membawa manfaat, yaitu :
1. Seseorang yang beramal dengan takut, namun tidak memelihara diri.
Ia mengatakan : “Saya takut siksaan Allah”, tetapi ia tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Maka ucapannya itu tidak membawa manfaat sama sekali bagi dirinya
ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﻤَﻞَ ﺑِﺎﻟﺮَّﺟَﺎﺀِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟﻄَّﻠَﺐِ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﻘُﻮﻝُ : ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺭْﺟُﻮ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻄْﻠُﺒُﻪُ ﺑِﺎﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺔِ، ﻟَﻢْ ﺗَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﻣَﻘَﺎﻟَﺘُﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ .
2. Seseorang yang beramal dengan penuh harapan namun tidak berusaha.
Ia mengatakan : “Saya mengharapkan pahala Allah”, tetapi ia tidak berusaha mencapainya dengan amal-amal shalih. Maka apa yang ia ucapkan itu tidak ada gunanya
ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﻘَﺼْﺪِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﻨْﻮِﻱ ﺑِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﻤَﻞَ ﺑِﺎﻟﻄَّﺎﻋَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻘْﺼِﺪُ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ، ﻟَﻢْ ﺗَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﻧِﻴَّﺘُﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ
3. Niat tanpa realisasi.
Didalam hati ia niat untuk mengerjakan ibadah dan perbuatan yang baik, namun ia tidak merealisasikannya dengan tindakan. Maka apa yang ia niatkan itu tidak akan manfaat bagi dirinya.
ﻭَﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻊُ ﺑِﺎﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺠَﻬْﺪِ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻥْ ﻳُﻮَﻓِّﻘَﻪُ ﻟِﻠْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪُ، ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﺩُﻋَﺎﺅُﻩُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻭَﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﻟَﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪَ ﻟِﻴُﻮَﻓِّﻘَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ } : ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺟَﺎﻫَﺪُﻭﺍ ﻓِﻴﻨَﺎ ﻟَﻨَﻬْﺪِﻳَﻨَّﻬُﻢْ ﺳُﺒُﻠَﻨَﺎ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻤَﻊَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ { ‏[ ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ : 69 ‏] ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺟَﺎﻫَﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﻃَﺎﻋَﺘِﻨَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻨَﺎ ﻟَﻨُﻮَﻓِّﻘَﻨَّﻬُﻢْ ﻟِﺬَﻟِﻚَ
4. Doa tanpa kesungguh-sungguhan.
Ia berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, namun ia tidak bersungguh-sungguh untuk mengerjakannya. Maka doanya itu tidak ada gunanya. Yang lebih penting hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam beramal niscaya Allah akan menolongnya.
sebagaimana firman Allah dalm surat al angkabut ayat 69
ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺲُ ﺑِﺎﻟِﺎﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟﻨَّﺪَﻡِ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﺪَﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻨْﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏِ، ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭُ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟﻨَّﺪَﺍﻣَﺔِ .
5. Mohon ampunan tanpa penyesalan.
Ia menucapkan : “Saya mohon ampun kepada Allah”, namun ia tidak menyesali dosa-dosanya. Maka permohonannya itu sia-sia belaka.
ﻭَﺍﻟﺴَّﺎﺩِﺱُ ﺑِﺎﻟْﻌَﻠَﺎﻧِﻴَﺔِ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟﺴَّﺮِﻳﺮَﺓِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳُﺼْﻠِﺢُ ﺃُﻣُﻮﺭَﻩُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌَﻠَﺎﻧِﻴَﺔِ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺼْﻠِﺤُﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﺮِّ، ﻟَﻢْ ﺗَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﻋَﻠَﺎﻧِﻴَﺘُﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ .
6. Dalam hal-hal yang kelihatan, ia kerjakan dengan baik, namun dalam hal-hal yang tidak diketahui orang, ia tidak mengerjakannya dengan baik. Tindakan semacam ini menunjukkan bahwa perbuatannya itu tidak membawa kebaikan kepada pelakunya.
ﻭَﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻊُ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﻤَﻞَ ﺑِﺎﻟْﻜَﺪِّ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺎﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻪُ ﺧَﺎﻟِﺼَﺔً ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ، ﻟَﻢْ ﺗَﻨْﻔَﻌْﻪُ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻪُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺇِﺧْﻠَﺎﺹٍ، ﻭَﻳَﻜُﻮﻥُ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻏْﺘِﺮَﺍﺭًﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ
7. Seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh tanpa ikhlas.
Maksudnya ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah namun amal ibadahnya itu tidak ikhlas karena Allah Ta’ala.
Maka amal-amal yang tidak ikhlas itu tidak akan bermanfaat apa-apa bagi dirinya, bahkan yang demikian itu merupakan penipuan bagi dirinya sendiri
ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻟِﺒَﻌْﺾِ ﺍﻟْﺤُﻜَﻤَﺎﺀِ : ﻣَﻦِ ﺍﻟْﻤُﺨْﻠِﺺُ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟْﻤُﺨْﻠِﺺُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻛَﺘَﻢَ ﺣَﺴَﻨَﺎﺗِﻪِ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻜْﺘُﻢُ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗِﻪِ .
ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻟِﺒَﻌْﻀِﻬِﻢْ : ﻣَﺎ ﻏَﺎﻳَﺔُ ﺍﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐَّ ﻣَﺤْﻤَﺪَﺓَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ .
ditanyakan kpd sebagian orang bijak :
" siapakah yg disebut sebagai orang yg ikhlas ?"
beliau menjawab : " Orang yang ikhlas yaitu orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekan-kejelekannya "
ditanyakan kpd sebagian yang lainnya : " apakah puncaknya ikhlas ?"
beliau menjawab : " yaitu apabila dia beramal tidak menyukai pujian dari orang lain.
ﻭَﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲِّ ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ , ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﻟِﻠْﻤُﺮَﺍﺋِﻲ ﺃَﺭْﺑَﻊُ ﻋَﻠَﺎﻣَﺎﺕٍ : ﻳَﻜْﺴَﻞُ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻭَﺣْﺪَﻩُ، ﻭَﻳَﻨْﺸَﻂُ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ، ﻭَﻳَﺰِﻳﺪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﺇِﺫَﺍ ﺃُﺛْﻨِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺇِﺫَﺍ ﺫُﻡَّ ﺑِﻪِ . .
dari ali bin abi tolib rodhiyallohu anhu, sesungguhnya beliau berkata :
" orang yg pamer mempunyai empat tanda :
1. malas beramal ketika sendirian.
2. giat beramal ketika bersama orang lain.
3. menambah amalan ketika di puji puji.
4. mengurangi amalan ketika di cela."
. ﻭَﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺷَﻘِﻴﻖِ ﺑْﻦِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﺍﻟﺰَّﺍﻫِﺪِ , ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﺣُﺴْﻦُ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺃَﺷْﻴَﺎﺀَ : ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺮَﻯ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻟِﻴَﻜْﺴِﺮَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻌُﺠْﺐَ، ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﺃَﻥْ ﻳُﺮِﻳﺪَ ﺑِﻪِ ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟِﻴَﻜْﺴِﺮَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻬَﻮَﻯ، ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﺘَﻐِﻲَ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻟِﻴَﻜْﺴِﺮَ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻄَّﻤَﻊَ ﻭَﺍﻟﺮِّﻳَﺎﺀَ، ﻭَﺑِﻬَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄَﺷْﻴَﺎﺀِ ﺗَﺨْﻠُﺺُ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ .
diriwayatkan dari syaqiq bin ibrahim az zahid sesungguhnya beliau berkata :
" kebaikan suatu amal itu ada tiga perkara :
1. Hendaknya seseorang berpendapat bahwa amal itu dari Allah Ta’ala ,ini tujuannya untuk menghilangkan ‘ujub (rasa heran terhadap diri sendiri).
2. Hendaknya dengan amal itu ia mengharapkan ridla Allah, ini tujauannya untuk menghilangkan hawa nafsu.
3. Hendaknya ia mengharapkan ridla pahala/balasan amalnya itu hanya dari Allah sehingga tidak menimbulkan tamak dan riya’ (pamer kepada orang lain).
dengan ketiganya inilah amalan2 menjadi bersih.
ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟْﺤُﻜَﻤَﺎﺀِ : ﻳَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔِ ﺃَﺷْﻴَﺎﺀَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺴْﻠَﻢَ :
ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻗَﺒْﻞَ ﺑَﺪْﺋِﻪِ .
ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﻟَﺎ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﻳُﻔْﺴِﺪُﻩُ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺼْﻠِﺤُﻪُ .
sebagian orang bijak berkata :
"amalan2 itu membutuhkan empat hal agar menjadi sempurna :
1. Mempunyai ilmu sebelum memulai pekerjaan, karena amal perbuatan itu tidak akan benar dan sempurna kecuali dilandasi dengan ilmu. Amal perbuatan yang tanpa ilmu akan lebih banyak salahnya daripada benarnya.
ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔُ ﻓِﻲ ﻣَﺒْﺪَﺋِﻪِ ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﻟَﺎ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ .
ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ‏« ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ ‏»
2. Niat pada saat memulai pekerjaan, karena amal perbuatan itu tidak akan sah kecuali dengan niat, sebagaimana sabda nabi : " sahnya amalan2 hanyalah dengan niatnya dan setiap seseorang hanyalah mendapatkan apa yang diniatkannya"
ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ﺍﻟﺼَّﺒْﺮُ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄِﻪِ، ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻳَﺼْﺒِﺮُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺆَﺩِّﻳَﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮﻥِ ﻭَﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴﻨَﺔِ .
3. Sabar sewaktu melakukan amal perbuatan, sehingga ia akan bisa mengerjakannya dengan tenang dan tuma'ninah
ﻭَﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻊُ ﺍﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹُ ﻋَﻨْﺪَ ﻓَﺮَﺍﻏِﻪِ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﻟَﺎ ﻳُﻘْﺒَﻞُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺇِﺧْﻠَﺎﺹٍ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﻤِﻠْﺖَ ﺑِﺎﻟْﺈِﺧْﻠَﺎﺹِ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻣِﻨْﻚَ ﻭَﺗُﻘْﺒِﻞُ ﻗُﻠُﻮﺏُ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ .
4. Ikhlas sewaktu selesai mengerjakan amal perbuatan, karena amal yang tidak ikhlas itu tidak akan diterima, dan hanya amal yang dikerjakannya dengan ikhlas saja yang diterima oleh Allah.

wallohu a'lam