Selasa, 28 April 2020

Bagian kedua kitab wasiyatul Muathofa tentang Wudlu dan Sholat

Bagian Kedua : Wasiat Nabi Seputar Wudhu dan Shalat

فَصْلٌ فِي الْوُضُوْءِ وَالصَّلاَةِ

a. Pengaruh Wudhu terhadap Jiwa

قَالَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: يَاعَلِيُّ، اِسْتَقْصِ اِسْبَاغَ الْوُضُوْءَ فَاِنَّهُ شَطْرُ اْلاِيْمَانِ، فَاِذَا تَوَضَّأْتَ فَلاَ تُسْرِفْ فِي الْمَاءِ، فَاِذَا فَرَغْتَ مِنْ طُهْرٍ فَاقْرَأْ اِنَّآاَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ مِنْ بَعْدِ غَسْلِ الْقَدَمَيْنِ عَشَرَ مَرَّاتٍ يُفَرِّجِ اللهُ هَمَّكَ
“Nabi Saw bersabda, “Hai Ali, tetaplah berusaha menyempurnakan wudhu karena sesungguhnya wudhu itu separuh dari iman. Apabila engkau berwudhu janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Jika engkau telah selesai dari bersuci maka bacalah: Innaa anzalnaahu fii lailatil qadri (QS. al-Qadr), sebanyak sepuluh kali begitu usai membasuh kedua kaki, yang dengannya Allah akan menghilangkan kesusahanmu.”

b. Wudhu Sarana Penghapus Dosa

يَاعَلِيُّ، اِذَا فَرَغْتَ مِنَ الطَّهَارَةِ فَخُذْ مَاءً وَامْسَحْ بِيَدَيْكَ رَقَبَتَكَ وَقُلْ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ. ثُمَّ انْظُرْ اِلَى اْلاَرْضِ وَقُلْ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. فَاِنَّ مَنْ قَالَ هَذَا غَفَرَ اللهُ لَهُ كُلَّ صَغِيْرَةٍ وَكَبِيْرَةٍ
“Hai Ali, apabila engkau telah selesai dari bersuci (berwudhu), ambillah air dengan kedua tanganmu lalu usapkan ke lehermu seraya membaca: “Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta wahdaka laa syariika laka astaghfiruka wa atuubu ilaik”. Kemudian arahkan pandanganmu ke bumi dan ucapkan: “Asyhadu anna muhammadan ‘abduka wa rasuuluk”. Sesungguhnya siapa saja yang membaca kalimat-kalimat tersebut, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya, baik yang kecil maupun yang besar.”

c. Doa Malaikat untuk Orang yang Selalu dalam Keadaan Suci

يَاعَلِيُّ، اِنَّ الْمَلآئِكَةَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِلْاِنْسَانِ مَادَامَ عَلَى طَهَارَةٍ وَلَمْ يُحْدِثْ
“Hai Ali, sesungguhnya malaikat akan senantiasa memohonkan ampun (kepada Allah) untuk seseorang, selama ia berada dalam keadaan suci, tidak berhadas.”

d. Keutamaan Mandi di Hari Jumat

يَاعَلِيُّ، مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غَفَرَاللهُ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَةِ اِلَى الْجُمُعَةِ، وَجَعَلَ ذَلِكَ ثَوَابًا فِيْ قَبْرِهِ وَثَقُلَ عَلَى مِيْزَانِهِ
“Hai Ali, barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, maka Allah akan mengampuninya antara Jumat itu hingga Jumat berikutnya, dan (Allah) menjadikan hal itu sebagai pahala di alam kuburnya dan memperberat timbangannya.”

e. Rahasia Perintah Bersiwak

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِالسِّوَاكِ، فَفِيْهِ اَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ فَضِيْلَةً فِي الدِّيْنِ وَالْبَدَنِ 
“Hai Ali, tetapkanlah untuk dirimu bersiwak, karena di dalamnya terdapat dua puluh empat keutamaan bagi agama maupun badan.”

f. Keutamaan Shalat Pada Waktunya

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِالصَّلاَةِ فِيْ اَوْقَاتِهَا، فَاِنَّهَا رَأْسُ كُلِّ فَضِيْلَةٍ وَسَنَامُ كُلِّ عِبَادَةٍ
“Hai Ali, tetapkanlah untukmu shalat (tepat) pada waktunya, karena sesungguhnya ia (shalat tepat waktu) merupakan induk segala keutamaan dan hal yang menonjol pada setiap ibadah.”

g. Amalan yang Membuat Jibril Ingin Jadi Manusia

يَاعَلِيُّ، تمَنَىَّ جِبْرِيْلُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْ بَنِيْ اَدَمَ لِسَبْعِ خِصَالٍ: الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ مَعَ اْلاِمَامِ، وَمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ، وَعِيَادَةِ الْمَرِيْضِ، وَتَشْيِيْعِ الْجَنَازَةِ، وَسَقْيِ الْمَاءِ، وَالصُّلْحِ بَيْنَ اْلاِثْنَيْنِ، وَاِكْرَامِ الْجَارِ وَالْيَتِيْمِ. فَاَحْرِصْ عَلَى ذَلِكَ  
“Hai Ali, malaikat Jibril berangan-angan ingin menjadi manusia karena tujuh hal: (yaitu) shalat lima waktu bersama imam, berkumpul dengan para ulama, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memberi minum orang yang haus, mendamaikan dua orang (yang berselisih), dan memuliakan tetangga dan anak yatim. Untuk itu peliharalah amal-amal tersebut.”

h. Manfaat Melaksanakan Shalat Malam (Tahajjud)

يَاعَلِيُّ، صَلِّ بِاللَّيْلِ وَلَوْكَحَلْبِ شَاةٍ فَالْمُصَلِّي بِاللَّيْلِ اَحْسَنُ وَجْهًا
“Hai Ali, shalatlah di malam hari (tahajjud), meskipun hanya sekedar waktu yang dibutuhkan untuk memerah susu. Karena orang yang mengerjakan shalat malam (tahajjud) itu paling bagus wajahnya.”

i. Cara Takbir dan Rukuk

يَاعَلِيُّ، اِذَا كَبَّرْتَ لِلصَّلاَةِ فَفَرِّجْ اَصَابِعَكَ وَارْفَعْ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ. وَاِذَا كَبَّرْتَ فَضَعْ يَمِيْنَكَ عَلَى شِمَالِكَ تَحْتَ سُرَّتِكَ. وَاِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَفَرِّجْ بَيْنَ اَصَابِعِكَ
“Hai Ali, ketika kamu takbir dalam shalat, maka renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua tanganmu setinggi kedua pundakmu. Dan apabila kamu telah takbir, maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kiri di bawah pusar. Apabila engkau rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu, dan renggangkanlah jari-jarimu.”

j. Waktu Yang Baik Untuk Shalat Subuh dan Maghrib

يَا عَلِيُّ، اَسْفِرْ بِالصُّبْحِ وَصَلِّ الْمَغْرِبَ بَعْدَ غِيَابِ الشَّمْسِ بِقَدْرِ حَلْبِ شَاةٍ فَاِنَّ ذَلِكَ مِنْ خِصَالِ اْلاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ 
“Hai Ali, kerjakanlah shalat Subuh sedikit agak siang dan kerjakanlah shalat Maghrib sesudah matahari terbenam lewat sepanjang (waktu yang dibutuhkan) memerah susu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan para Nabi ‘Alaihimus Shalaatu Wassalam.”

k. Keutamaan Menunaikan Shalat Berjamaah

يَا عَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الْجَمَاعَةِ، فَاِنَّهَا عِنْدَ اللهِ كَمَشْيِكَ اِلَى الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، وَمَا يَحْرُصُ عَلَى صَلاَةِ الْجَمَاعَةِ اِلاَّ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ قَدْ اَحَبَّهُ اللهُ، وَمَا يَزْهَدُ فِيْهَا اِلاَّ مُنَافِقٌ قَدْ اَبْغَضَهُ اللهُ 
“Hai Ali, tetapkanlah (wajibkanlah) atasmu shalat berjamaah, karena sesungguhnya (pergi untuk menunaikan) shalat berjamaah itu di sisi Allah seperti pergi (untuk) menunaikan haji dan umrah. Dan tidaklah (seseorang) yang senang menunaikan shalat berjamaah itu melainkan orang yang benar-benar Mukmin yang dicintai Allah, dan tidaklah (seseorang yang tidak suka) menunaikan shalat berjamaah melainkan orang yang munafik yang dibenci Allah.”

l. Hamba Yang Paling Dicintai Allah

يَا عَلِيُّ، اَحَبُّ الْعِبَادِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَبْدٌ سَاجِدٌ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِهِ : رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
“Hai Ali, hamba yang paling dicintai Allah adalah seseorang yang bersujud dan membaca (doa) di dalam sujudnya: Rabbi innii zhalamtu nafsii faghfirlii dzanbii fa-innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta (Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).”

m. Keutamaan Shalat Dhuha

يَاعَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصَلاَةِ الضُّحَى فِي السَّفَرِ وَالْحَضَرِ، فَاِنَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُنَادِىْ مُنَادٍ مِنْ فَوْقِ شَرَفِ الْجَنَّةِ: اَيْنَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُصَلُّوْنَ الضُّحَى اُدْخُلُوْا مِنْ بَابِ الضُّحَى بِسَلاَمٍ اَمِنِيْنَ، وَمَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ اِلاَّ وَاَمَرَهُ بِصَلاَةِ الضُّحَى
“Hai Ali, kerjakanlah shalat dhuha, baik saat berada dalam perjalanan (safar) maupun tidak (mukim di rumah), karena pada hari kiamat nanti aka nada seruan yang datangnya dari atas surga, “Di manakah orang-orang yang selalu mengerjakan shalat dhuha? Masuklah kalian ke dalam surga melewati Pintu Dhuha dengan selamat dan aman.” Dan Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali kepadanya diperintahkan mengerjakan shalat dhuha.”

n. Tiga Ukuran Kemuliaan Hidup

يَاعَلِيُّ، مِنْ كَرَامَةِ الْمُؤْمِنِ زَوْجَةٌ مُوَافِقَةٌ وَالصَّلاَةُ جَمَاعَةً وَجِيْرَانٌ يُحِبُّوْنَهُ
“Hai Ali, di antara (tanda) kemuliaan seorang mukmin adalah istri yang ideal, shalat berjamaah, dan tetangga yang mencintainya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.