MANAQIB SYEKH ABDUL QODIR ALJAILANY
MALEM SEWELASAN
Abu Ridho, pelayannya meriwayatkan, dalam suatu kesempatan Syaikh Abdul Qadir berbicara tentang roh.
Di tengah penjelasan, beliau diam, duduk dan kemudian bangkit kembali seraya bersenandung :
"Rohku telah diciptakan dengan hikmah dalam ke-qadiman, sebelum ia mewujud, ketika ia dalam ketiadaan sekarang, bukankah suatu kebaikan setelah aku mengenal kalian lalu aku pindahkan kakiku dari jalan hawa kalian".
Di lain riwayat, Abu Ridho bercerita, suatu hari beliau menjelaskan tentang cinta. Tiba-tiba beliau bangkit dan diam. Lalu beliau berkata, Aku tidak akan berbicara kecuali dengan 100 dinar.
Orang-orangpun menyerahkan kepada beliau apa yang beliau minta. Kemudian beliau memanggilku dan berkata, pergilah engkau ke pekuburan Syunuziyah dan cari seorag syaikh yang sedang bermain-main dengan kayu lalu berikan emas ini kepadanya dan bawa ia kepadaku.
Kemudian akupun pergi dan menemukan syaikh yang beliau maksud sedang berdiri dan memain-mainkan tongkat kayu. Akupun mengucapkan salam dan menyerahkan emas tersebut kepadanya. Dia berteriak dan jatuh pingsan.
Saat beliau sadar aku bertanya kepadanya, Syaikh, Syaikh Abdul Qadir ingin bertemu denganmu. Beliau kemudian bangkit dan menemui Syaikh Abdul Qadir.
Setibanya di sana Syaikh Abdul Qadir memberikan perintah untuk menaikkannnya di kursi tempat beliau mengajar dan meminta orang tersebut untuk menceritakan kisahnya.
Dia berkata, Tuanku, sewaktu aku masih muda aku adalah seorang penyanyi bagus yang dikenal banyak orang. Tetapi setelah aku tua, tidak ada seorangpun yang memperhatikan aku. Aku pergi dari Baghdad dan berkata dalam hati, aku tidak akan menyanyi kecuali untuk yang mati. Saat aku mengelilingi kuburan ini, aku duduk di salah satu kuburan yang ternyata telah terbelah dan nampak kepala mayat yang ada di dalamnya.
Mayat tersebut berkata kepadaku, "Mengapa engkau menyanyi untuk orang-orang mati, bernyanyilah untuk Yang Maha Hidup sekali maka Dia akan memberikan kepadamu apa yang engkau inginkan".
Akupun jatuh pingsan, dan setelah tersadar
aku berkata : "Tuhanku, aku persiapkan apa yang aku miliki untuk hari pertemuan dengan-Mu, kecuali pengharapan hati dan ucapan mulutku. Memang, sudah asalnya para pengharap mengharapkan harapan dan mereka akan bersedih apabila engkau menolaknya Jika hanya golongan Muhsin yang boleh berharap kepadaMu, lalu kepada siapa si pendosa berlindung dan melarikan diri. Ubanku membuatku jelek di hari penghabisan dan perjumpaan denganMu, semoga engkau menyelamatkan aku dari api neraka".
Saat aku berdiri, pelayan anda datang membawakan emas ini.
Sambil mematahkan tongkat kayu yang ada di tangannya dia berkata, sekarang aku bertobat kepada Allah.
Usai mendengarkan kisah tersebut,
Syaikh Abdul Qadir berkata : "Yaa fuqara , jika kejujuran (orang ini) terhadap sesuatu yang sia-sia saja menyebabkannya memperoleh apa yang ia inginkan, apalagi dengan para sufi yang bersungguh-sungguh dalam kesufian, ahwal dan thariqahnya".
Kemudian beliau melanjutkan, "hendaklah kalian berlaku jujur, dan bersih hati. Tanpa keduanya, tidak mungkin seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah, Jika berbicara hendaklah kalian berkata jujur".
Saat beliau meminta 100 dinar, ada 40 orang mengantar jumlah yang sama kepada beliau. Beliau hanya mengambil dari satu oraang, dan setelah orang ini bertaubat, sisa dari uang pemberian tersebut beliau bagikan kepada orang-orang.
بارك الله لنا ولكم...
https://youtu.be/V7UhXN3ynNM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.