Senin, 15 Juli 2019

Nida insya tholabi dalam ilmu ma'ani

Nida: Insya Tholabi dalam Ilmu Ma’ani

النداءُ

NIDA

وأمَّا النداءُ، فهوَ طَلَبُ الإقبالِ بحرْفٍ نائبٍ مَنَابَ (أَدْعُو)، وأدواتُه ثمانيةٌ: (يا)، والهمزةُ، و(أيْ)، و(آ)، و(آي)، و(أيا)، و(هيا)، و(وا).

Adapun yg disebut NIDA (panggilan) adalah: menuntut tanggapan/perhatian, dengan menggunakan huruf nida sebagai pengganti dari lafazh AD’UU (aku memanggil).
Adawat nida ada delapan:
1. يا =Yaa
2. أ =Hamzah
3. أي =Ay
4. آ =Aa
5. آي =Aay
6. أيا =Ayaa
7. هيا =Hayaa
8. وا =Waa

فالهمزةُ و(أَيْ) للقريبِ، وغيرُهما للبعيدِ.

Huruf nida Hamzah dan Ay digunakan untuk penggilan dekat, huruf nida selain keduanya digunakan untuk panggilan jauh.

وقدْ يُنَزَّلُ البعيدُ مَنْزِلةَ القريبِ فَيُنَادى بالهمزةِ و(أيْ)، إشارةً إلى أنَّهُ لِشِدَّةِ استحضارِه في ذِهْنِ المتكلِّمِ صارَ كالحاضِرِ معهُ، كقولِ الشاعرِ

Dan terkadang panggilan jauh tsb diposisikan menjadi panggilan dekat, dengan menggunakan kata panggil Hamzah atau Ay. Sebagai isyarat bahwa di dalam fikiran mutakallim sangat membutuhkannya. Maka dihukumi sebagaimana dia berada bersamanya. Contoh perkataan seorang penyair:

أسُكَّانَ نَعْمانَ الْأَرَاكِ تَيَقَّنُوا = بأنَّكم في رَبْعِ قَلْبيَ سُكَّانُ

Wahai penghuni lembah Na’manal-Araak, yakinlah… sesungguhnya kalian berada di sekeliling hatiku.

وقدْ يُنَزَّلُ القريبُ مَنزلةَ البعيد،ِ فيُنادى بأحَدِ الحروفِ الموضوعةِ له، إشارةً إلى أنَّ المنادَى عظيمُ الشأنِ، رفيعُ المرْتَبَةِ، حتَّى كأنَّ بُعْدَ درجتِه في العِظَمِ عنْ درجةِ المتكلِّمِ بُعْدٌ في المسافةِ، كقولِك: (أيا مولايَ)، وأنت معَهُ.
أوْ إشارةً إلى انحطاطِ درجتِه، كقولِك: (أيا هذا)، لِمَنْ هوَ معكَ.
أوْ إشارةً إلى أنَّ السامعَ غافلٌ لنحْوِ نوْمٍ أوْ ذهولٍ، كأنَّهُ غيرُ حاضرٍ في المجلِسِ، كقولِكَ للساهِي: (أيا فلانُ).

Dan terkadang panggilan dekat diposisikan menjadi panggilan jauh, dengan menggunakan salah satu huruf nida jarak jauh. Sebagai isyarat bahwa yg dipanggil itu lebih agung statusnya, ditinggikan martabatnya. Sehingga jauhnya derajat munada ketimbang derajat mutakallim dalam hal keagungan, seakan jauh dalam jarak. Contoh kamu berkata: AYAA MAULAAYA = “wahai tuanku” padahal kamu bersamanya.
Atau digunakan sebagai isyarat kerendahan derajat orang yg dipanggil. Contoh kamu berkata: AYAA HAADZAA “hai kamu ini” pada sesorang yang besamamu.
Atau digunakan sebagai isyarat bahwa pendengarnya lengah semisal orang tidur atau orang yg kacau pikirannya, seakan dia tidak hadir pada tempat. Contoh perkataanmu pada orang lalai tsb: AYAA FULAANU “hai fulan”.

*****

MUNADA

Nida’ secara bahasa artinya panggilan, sedangkan secara terminologi dalam  ilmu balaghah ialah menurut Abdul Qodir Husain dalam kitabnya Fan Al-Balagoh.

النداء هو طلب المتكلم إقبال المخاطب بحرف من أحرف النداء. [1]

Nida’ ialah tuntutan mutakallim yang menghendakiorang yang diajak bicara menghadapnya dengan menggunakan salah satu huruf nida’.

Dan nida’ menurut Abdul Aziz Atiq dalam kitabnyaIlmu Ma’ani.

النداء هو طلب إقبال المدعو علي بأحد حروف مخصوصة ينوب كل حرف منها مناب الفعل "أدعو". وأحرف النداء أو أدواته ثمان : الهمزة, أي, يا, أيا, هيا, أ, أي, وا. [2]

Nida’ ialah tuntutan mutakalim terhadap orang yangdipanggil untuk menghadapnya  dengan menggunakan salah satu huruf tertentu yang menjadi ganti dari fi’il ad’u. dan huruf-huruf nida’ ada delapan yaitu:  

الهمزة, أي, يا, أيا, هيا, أ, أي, وا

       B.     Pembagian Adawat Nida’ dalam Penggunaanya

 

Adawat Nida’ dalam penggunaanya dibagi menjadi dua:[3]

1. Nida’ yang digunakan untuk memanggil munadayang dekat: أي ,الهمزة

a.  Hamzah, contoh: أ محمد  ( hai muhammad )

b.  Ay, contoh: أي ولدي لا تكسل ( hai anakku jangan kau malas )

2. Nida’ yang diguanakan untuk memanggilmunada yang jauh: يا, أيا, هيا, أ, أي, وا

 

a. Yaa, contoh: يا غائبا عن عيونى ( hai orang yang tidak kelihatan olehku)

b.  Ayaa, contoh: أيا سعيد متي تعود ( wahai sa’id kapan kamu kembali )

c.   Hayaa, contoh: هيا سعيد متي تعود ( wahai sa’id kapan kamu kembali )

d.  Ai, contoh: آى علي هلم إلينا ( hai Ali  mari kesini)

e.  Aa, contoh: آعلي هلم إلينا ( hai Ali mari kesini)

f.  Waa, contoh: وا أمير المؤمنين  ( Wahai pemimpin orang-orang mu’min)

Terkadang munada yang jauh dianggap sebagaimunada yang dekat, maupun sebaliknya yang dekat dianggap jauh, yakni:

a. Kadang-kadang munada yang jauh dianggap sebagai munada yang dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida dengan huruf nida Hamzahdan ay. Hal ini merupakan isyarat atas dekatnya Munada dalam hati orang yang memanggilnya, seperti kata seorang penyair :

أسُكَّا نَ نَعْمَا نِ الآرَاكِ تَيَقَّنُوا # بِأَنَّكُمْ فِي رَبْعِ قَلْبِي سُكَّا نٌ

“Wahai penduduk Na’man al-Arak! Yakinlah bahwa sesungguhnya kalian berada dalam lubuk hatiku” [4]

Sekalipun penduduk Na’man al-Arak jauh, tetapi penyair menggunakan hamzah sebagai isyarat bahwa penduduk itu selalu dekat dihatinya.

b.Dan kadang-kadang munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu dipanggil dengan huruf Nida selain hamzah dan ay. Hal ini sebagai isyarat atas ketinggian derajat Munada, atau kerendahan martabatnya, atau kelalaian atau kebekuan hatinya.

a) Yang dipanggil sangat tinggi derajatnya, seperti perkataan Abu Nawas :

يَا رَبٍّ إن عَظُمَتْ ذُنُوبِي كَثْرَةً # فلَقَدْ عَلِمْتُ بأنّ عَفْوَكَ أعْظَمُ

“Ya Tuhan ku ! sekalipun dosa-dosaku sangat besar, namun sungguh aku yaqin bahwa ampunanmu jauh lebih besar.

Sekalipun Allah dekat “Aqrobu min Habil Warid”, tetapi Abu Nawas menggunakan huruf Nida “ya’ yang biasanya dipergunakan untuk panggilan jauh. Hal ini dikarenakan Allah sangat tinggi jauh melebihi derajatnya. Jauh perbedaan dalam derajat dan kedudukan seakan-akan jauh dalam tempat.

b) Yang dipanggil dianggap sangat rendah kedudukannya, seperti dalam firman Allah  menghikayatkan kata ejekan Firaun terhadap Nabi Musa.

إِنَّي لَأَظُنُّكَ يَا مُوْسَى مَسْحُوْرًا [5]

“Sungguh aku mengira engkau orang terkena sihir hai Musa !”

Sekalipun Nabi Musa dekat dihadapannya tetapi Fira’un menggunakan “ya” padahal biasanya untuk panggilan jauh. Hal ini dikarenakan ia beranggapan bahwa Nabi Musa sangat rendah derajatnya. Jauh berbeda dengannya. Perbedaan kedudukan sangat jauh, disamakan jauh jarak tempat.

c) Yang dipanggil dianggap lalai atau lupa, seperti kata penyair yang ditujukan kepada pengumpul harta yang tidak ada batasnya.

أَيَاجَامِعَ الدُّنْيَا لِغَيْرِ بَلَاغَة # لِمَنْ تَجْمَعُ الدُنْيَا وَأنْتَ تَمُوْتُ

“Wahai pengumpul harta yang tidak ada batas ? untuk apakah kau kumpulkan semua itu sedangkan engkau akan mati ?

Sekalipun dekat tapi dipanggilnya dengan ayya dikarenakan orang lalai dan lupa itu menurutnya tidak ada pada satu tempat dengan kedudukannya. [6]

       C.    Nida’ yang Keluar dari Pengertian Aslinya

Diatas sudah diterangkan bahwa Nida itu memanggil untuk menghadap tetapi kadang-kadang mempunyai pengertian lain diantaranya :

a. Al-Jazru (melarang), seperti :

يَا قَلْبُ وَيْحَكَ مَا سَمِعْتَ لِنَا صِحٍ # لَمَّاارْتَمَيْتَ وَلَااتَّقَيْتَ مَلَاحًا

“Wahai hati ! aneh, engkau tidak mau mendengarkan orang yang menasehatimu, dan belum pula engkau membersihkan dan menjaga cercaan orang.”

b. Attahassuru Wattawajjuu ( merasa menyesal dan sakit), seperti :

اَياقَبْرَمَعْنٍ كَيْفَ وَارَيْتَ جُودَهُ # وَقَدْكَانَ مِنْهُ البَرُّوَالبَحْرُمُتْرَعَا

“Wahai kuburan Maan ! bagaiman engkau bisa menutupi kedermawanannya sedangkan daratan dan lautan penuh dengan kebaikannya.”

c. Al-Igroo (mendorong, memberi semangat,) seperti yang ditujukan kepada orang yang sedang teraniaya :

يامَظْلُوْم , تَكَلَّمْ !

“Wahai orang yang teraniaya ! bicaralah”[7]

d. Istogosah (mohon pertolongan) seperti ungkapan:

يا أولى القوة للضعفاء

Wahai yang memiliki kekuatan terhadap orang-orang yang lemah

e.  Ta’ajub (kekaguman) seperti:

يا لجمال الربيع !

Alangkah indahnya musim semi”

f.  An-nudbah (ratapan atau mengaduh) seperti:

و اكبدي

Duhai hatiku ini

g.  Al-ikhtishos (mengkhususkan) seperti:

بعلمكم أيها الشباب يعتز الوطن و ينهض

“Hanya dengan ilmu kalianlah wahai para pemuda, Negara itu akan terhormat dan bangkit”[8]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.