Kamis, 29 April 2021

Rasa malu

Sifat malu adalah salah satu sifat terpuji yang memilki banyak keutamaan dalam Islam, kendatipun sifat ini identik dengan kaum Hawa, namun bukan berarti kaum Adam menjauhi sifat ini. Justru ia merupakan di antara sifat mulia Rasulullah SAW dan pada diri beliaulah suri tauladan itu disematkan. Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [سورة الأحزاب:21]

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan (bagimu) yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan datangnya hari kiamat serta banyak mengingat Allah” QS.Al Ahzab : 21

Abu Sa’id al Khudriy -radhiallahu ‘anhu- salah seorang sahabat pernah mengabarkan bahwa Rasulullah SAW lebih pemalu dari seorang anak gadis yang dipingit di dalam kamarnya (HR.Bukhari & Muslim). Maka dari itu sejatinya bagi para pengikut Beliau untuk memiliki sifat yang mulia ini.

Di antara keutamaan sifat malu yang disebutkan dalam hadis-hadis Rasulullah SAW adalah :

1. Sifat malu adalah bagian dari cabang keimanan. Rasullah SAW bersabda :

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ . وفي رواية مسلم : بضع وسبعون شعبة

“Iman itu memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari cabang keimanan” (HR.Bukhari), dan dalam riwayat muslim “Lebih dari tujuh puluh cabang…”

Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan melewati salah seorang sahabat dari kalangan Anshar yang ketika itu sedang memberi nasehat kepada saudaranya tentang malu, maka tatkala Rasulullah mendengarnya beliau berkata kepadanya “Biarkanlah ia (dengan sifat malunya itu) karena sesungguhnya malu itu bagian dari iman. (HR.Bukhari,Muslim dan selainnya).

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah SAW bersabda :

الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ ، وَالْإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ ، وَالْجَفَاءُ فِي النَّارِ ” .

“Sifat malu adalah bagian dari iman, sedangkan iman itu tempatnya di Surga, sebaliknya perkataan yang keji itu itu berasal dari watak dan perangai yang keras, sedangkan kekerasan tempatnya di Neraka” HR.Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad

2. Sifat malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Sifat malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan” HR.Bukhari & Muslim

Bahkan Rasulullah SAW sebagaimana dalam Sunan Abi Daud mensifati sifat malu tersebut sebagai sifat yang semua jenis kebaikan terkandung di dalamnya.

3. Sifat malu di antara sifat yang dicintai Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ .

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla Maha Pemurah, Maha Malu dan Maha Tertutup. Dan cinta terhada rasa malu, maka apabila salah seorang di antara kalian mandi, maka hendaklah ia menutup dirinya” HR.An Nasaai

Dan dalam sunan ibnu Majah, Rasulullah SAW berkata kepada Al Asyaj AL Ashry
“Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah ; sifat santun dan malu”

4. Sifat malu menghiasi segala sesuatu.
Rasulullah SAW bersabda :

مَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ ، وَمَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ

“Tidaklah sifat buruk berada dalam sesuatu kecuali akan memperburuknya,dan tidaklah sifat malu berada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya” HR.Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.

5. Sifat malu adalah perangai dan karakter Islam
Rasulullah SAW bersabda :

إن لِكُلِّ دِينٍ خُلُقاً ، وَإن خُلُقَ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ

“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak, dan akhlak Islam itu adalah sifat malu” HR.Ibnu Majah

Adapun di antara perkataan salaf tentang sifat malu :

1. Berkata Umar radhiallahu ‘anhu :

مَن قلَّ حياؤه قلَّ ورعه، ومَن قلَّ ورعه مات قلبه

“Barangsiapa yang sedikit sifat malunya, maka sedikit pula sifat wara’nya. Dan barangsiapa yang sedikit sifat wara’nya, maka hatinya akan mati”

2. Berkata Fudhail bin Iyadh dalam Syuabul Iman :

خمسٌ مِن علامات الشَّقاوة: القسوة في القلب، وجمود العين، وقلَّة الحَيَاء، والرَّغبة في الدُّنْيا، وطول الأمل
“Lima tanda kesengsaraan : Kerasnya hati, keringnya air mata, sedikitnya rasa malu, terlalu berambisi terhadap dunia dan panjang angan-angan”

*****


Malu adalah suatu sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu merupakan salah satu kategori akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah). "Malu adalah bagian dari keimanan seseorang." (HR al-Hakim dan Baihaqi).

Perasaan malu itu meliputi tiga hal. Pertama, malu kepada diri sendiri, yakni perasaan malu di dalam hati, di kala akan melanggar larangan Allah. Kedua, malu kepada orang lain, yakni menjaga semua anggota badan dan gerak-geriknya dari hawa nafsu. Setiap akan melakukan perbuatan yang rendah, ia akan tertegun, tertahan, dan akhirnya tidak jadi berbuat. Karena desakan malunya, takut berbuat yang buruk, takut menerima siksaan Allah di akhirat kelak. Ketiga, malu kepada Allah, artinya jika ia melakukan kekejian akan mendapat siksa yang pedih. Malu kepada Allah merupakan sendi utama dan dasar budi pekerti yang mulia. "Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu." (HR Tirmidzi).

Setiap orang mempunyai rasa malu, entah besar ataupun kecil. Malu itu merupakan kekuatan preventif (pencegahan) guna menghindarkan diri dalam kehinaan atau terulangnya kesalahan serupa. Akan tetapi, rasa malu itu bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap (mati) karena berbagai sebab. Jika malu sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah tak ada lagi kebaikan yang bisa diharapkan dari dirinya. Ibarat kendaraan, remnya sudah blong atau tidak dapat berfungsi lagi. "Jika engkau tidak tahu malu lagi, perbuatlah apa saja yang engkau kehendaki." (HR Bukhari dan Muslim).

Dapat dibayangkan, bila rasa malu itu telah hilang dalam diri seseorang, segala perilakunya makin sulit dikendalikan. Sebab, dia akan melakukan berbagai perbuatan tak terpuji, seperti korupsi, menyontek, menipu, mempertontonkan aurat dengan pakaian yang seksi dan mini, berzina, mabuk-mabukan, pembajakan, pelecehan seksual, dan pembunuhan. Mereka sudah dikuasai oleh nafsu serakah. Orang yang sudah dikuasai nafsu serakah dan tidak ada lagi rasa malu dalam dirinya maka perbuatannya sama dengan perilaku hewan yang tidak punya akal, kecuali sekadar nafsu.

Hilangnya rasa malu pada diri seseorang merupakan awal datangnya bencana pada dirinya. "Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seseorang, maka dicabutnya rasa malu dari orang itu. Bila sifat malu sudah dicabut darinya, maka ia akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan orang benci padanya. Jika ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut darinya, kamu akan mendapatinya sebagai seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya, maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika ia telah menjadi orang terkutuk maka lepaslah tali Islam darinya." (HR Ibnu Majah).

"Malu adalah bagian dari keimanan seseorang." (HR al-Hakim dan Baihaqi). Hilangnya rasa malu, berarti mulai menipisnya rasa keimanan dalam dirinya. Dan, jika keimanan sudah semakin hilang, perbuatannya akan jauh dari rida Allah SWT. Naudzubillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.