Sabtu, 28 Agustus 2021

kalam insya


Definisi Kalam Insya 

مالم يكن محتملا للصدق *  والكذب الانشا ككن بالحق
والطلب استدعاء مالم يحصل *  اقسامه كثيرة ستنجلى
امر ونهي ودعاء ونداء *  تمن استفهام اعطيت الهدى
واستعملوا كليت لو وهل لعل *  وحرف حض وللاستفهام هل
اي متى ايان اين من وما *  وكيف انى كم وهمز علما

Secara bahasa kata insya’ berasal dari
أَنْشَأَ – يُنْشِئُ – إنْشَاءٌ
shighah mashdar yang berarti Al-ijaad (الإيجاد) mewujudkan, mengembangkan, menciptakan atau menimbulkan.

Menurut istilah yaitu:
هو الكلام لا يحتمل الصدق والكذب في ذاته
Kalam Insya’ adalah suatu kalimat yang tidak mengandung kemungkinan benar maupun bohong dalam dzatnya, seperti
ياخالد، لا تضرِبْ 
Hai khalid, jangan kau memukul.
كن بالحق
jadilah benar..

Pembagian Kalam Insya
(أقسام الكلام الإنْشِائى)

Kalam insya’ terbagi menjadi dua kelompok yaitu thalabi dan ghair thalabi.

Pembahasan Pertama: 

Kalam Insya Thalabi (إنشاء طلبي )

ما يَسْتَدْعي مَطْلوباً غَيرَ حاصل وقتَ الطلب ويكونُ بالأمر، والنهْي، والاستفهام، والتمني، والنِّداءَ

Kalam Insya’ Thalabi yaitu ungkapan kalimat yang menuntut suatu permintaan yang belum diperoleh ketika memintanya.
Maksud dari “belum diperoleh ketika memintanya” yaitu: lafadz perintah terlebih dahulu diucapkan kemudian disusul dengan implementasi (pelaksanaan) dari perintah tersebut. Artinya, perintah dan pelaksanaan tidak bersamaan.
Contoh: يا خالد، قُمْ Hai Khalid, berdirilah.. Kholid mendengar terlebih dahulu perintah berdiri kemudian dia berdiri. Dia tidak berdiri sebelum ada perintah.

Kalam Insya Thalabi  terdapat beberapa model diantaranya:
Ungkapan dengan bentuk kata perintah (الأمر),
ungkapan dengan bentuk larangan (النهي),
permohonan ( دعاء ),
seruan (النداء)
harapan (التمني),
pertanyaan (استفهام ).

Model-model semua ungkapan seperti di atas termasuk kalam insya thalabi yang menjadi objek pembahasan ilmu ma’ani. 

A). Perintah (الأمر) Al-Amr yaitu meminta agar terlaksananya suatu pekerjaan yang dilontarkan dari mutakallim kepada mukhattab (lawan bicara) dengan menggunakan kalimat yang mengandung kata perintah. 

Terdapat 4 shighah untuk bisa mengungkapkan bentuk kalimat perintah yaitu: 
1. Dengan menggunakan bentuk fi’il Amr seperti:
 افْعَلْ وَفْقَ ماَ تُرِيْدُ 
Lakukanlah sesuai kehendakmu. 

Dalam Al-Qur’an:
 قال الله تعالى : ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ. سورة النحل ١٢٥ 
2. Dengan menggunakan lam amr yang memasuki fi’il mudhari’ yang dihukumi jazm, seperti:
 لِتَفْعَلْ وَفْقَ ماَ تُرِيْدُ 
Lakukanlah sesuai kehendakmu 
Dalam Al-Qur’an:
 قال الله تعالى : فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً. سورة النساء ٩ 
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

3. Dengan menggunakan bentuk Isim fi’il amr. seperti:
 صَهْ إذا قُرِأَ القُرْانُ / حيّ على الصلاة 
Diamlah apabila AlQuran dilantunkan /Mari menunaikan shalat 

Dalam Al-Qur’an:
 قال الله تعالى : وَالْقَائِلِينَ لِإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا. سورة الأحزب ١٨ 

4. Dengan menggunakan bentuk mashdar (mashdar sebagai pengganti fi’il), seperti:
 فِعْلاً مَا تُرِيْدُ Lakukanlah apa yang kau inginkan 

Selain mengandung arti tuntutan terhadap suatu perbuatan, Al-Amr (perintah) dalam ilmu ma’ani memiliki kandungan makna lain yang bisa difahami dari konteks kalimat dan qarinah terkait situasi dan kondisinya diantaranya: 
a). Ad-du’a/Doa (الدعاء) Suatu permohonan kepada Allah SWT dari makhluk-Nya untuk memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya. Contoh:
 رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ. النمل ١٩ 
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku” 
b). Al-Irsyad/petunjuk (الإرشاد) Petunjuk adalah bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan dengan arah yang jelas, tepat dengan menggunakan bahasa yang lugas dan efektif. Contoh:
 يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا تَدَايَنتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ. البقرة ٢٨٢ 
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”. 
c). Al-Ta`jiz /melemahkkan (التعجيز) 
Perintah yang mengandung pengertian melamahkan orang yang diperintah (mukhatab) atas ketidakmampuanya. Contoh:
 وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ. البقرة ٢٣ 
“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” 
e). Al-Ibahah/pembolehan (الإباحة) Suatu perintah untuk melakukan perbuatan yang mengandung dan bersifat boleh. Contoh:
 وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ. البقرة ١٨٧ 
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. 
f). At-taswiyyah/penyetaraan (التسوية) Penyetaraan antara dua hal, dimana mukhatab mengira bahwa salah satunya lebih baik dari yg lain. Contoh:
 اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ ۖ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ. الطور ١٦ 
“Masuklah ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan” 
i). At-takhyir /Pilihan (التخيير), contoh:
 تَزَوَجْ مَرْيَمَ أَوْ أُخْتَهَا 
Nikahi Mayram atau saudarinya.  

B). Larangan (النهي)
 النهي هو طلب الكف عن العمل على وجه الاستعلاء وله صيغة واحدة وهي المضارع مع لا الناهية 
Al-nahyi adalah meminta dihentikannya suatu pekerjaan kepada lawan bicara dengan menggunakan sighat fi’il mudhari’ dengan la nahiyah (larangan). Contoh
 لاَ تَضْربْ  Kau jangan pukul. 
Firman Allah Ta’ala:
 وَلاَتُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ. الأعرف: ٧٥ 
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.” 
Seperti halnya Al-Amr (perintah), larangan juga dalam ilmu ma’ani memiliki kandungan makna berbeda yang bisa difahami dari konteks kalimatnya dan qarinah terkait situasi dan kondisi, diantaranya: 
a). Al-du’a (الدعاء) Larangan yang mengandung makna do’a adalah suatu tuntutan agar mukhatab meninggalkan suatu pekerjaan yang disampaikan dengan cara merendah dan sopan. Contoh:
 رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ (ال عمران: 8) 
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” 
b). Iltimas (الالتماس) Yaitu suatu larangan yang mengandung makna tuntutan agar mukhatab meninggalkan suatu pekerjaan yang disampaikan tanpa merendah. Seperti ucapaan seseorang kepada kawanya yang sebaya. Contoh: لا تذهبْ حتّى أطبخَ لك طعاما Janganlah kau pergi sampai aku memasak makanan untukmu. 
c). Al-Irsyad (petunjuk) Yaitu suatu larangan yang mengandung makna petunjuk agar mukhatab tidak salah jalan. Contoh:
 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَسْئَلُوا عَنْ أَشْيَآءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ…المائدة: ١١٠ 
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan kamu…” 
d). Al-Dawam (kekal) Contoh Firman Allah ta’ala:
 وَلاَتَحْسَبَنَّ اللهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ اْلأَبْصَارُ. إبراهيم ٤٢ 
Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak 
e). Al-Tahdid (ancaman) Contoh:
 لا تخرجْ خارج البيت فأصابك فيروس الكرونا Janganlah kau keluar rumah, maka kau akan terinfeksi virus corona 
f). Al-Karahah (benci) Contoh:
 لا تلتفت وأنت في الصلاة 
Janganlah kau melirik apabila sedang shalat 

 C). Pertanyaan (الاستفهام) 
Kata istifham “استفهام” berwazan استفعل yang mengandung arti meminta pemahaman. Menurut istilah yaitu :
 هو طلب العلم بشيء لم يكن معلوما من قبل، وذلك بأدة من إحدى أدواته وهي الهمزة، هل، من، متى، أيّان، كيف، أين، أنّى , أي و كم 
Al-Istifham adalah mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan perangkat istifham (alat bertanya) seperti hamzah, hal, man, ma, mata, ayyana, kayfa, aina, kam dan ayyu .
Sedangan dari segi makna balaghah, perangkat istifham di atas secara garis besar memiliki makna tashawwur atau tashdîq.

Berikut rincianya. 
# Huruf hamzah (أ), memiliki dua makna yaitu tashawwur dan tashdiq Tashawwur berarti lontaran pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan informasi terkait individunya. Dalam kalimatnya biasanya dibarengi dengan kata perbandingan (atau). Dengan demikian, jawaban dari pertanyaan seperti ini tidak dijawab dengan iya atau tidak. Melainkan dengan menyebutkan individunya. 
Contoh.
 أَأَنْتَ ضَرَبْتَ زيدا أَمْ خَالِدا ؟ 
Apakah kau yang memukul zaed atau kholid ? 
Jawab: Aku/Kholid Tashdiq berarti lontaran pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan informasi tentang terjadi atau tidaknya suatu perbuatan tanpa dibarengi dengan kata perbandingan (atau). Dengan demikian, jawaban dari pertanyaan seperti ini dijawab dengan Iya atau tidak.  

# Huruf hal (هل) mengandung makna tashdiq, sebab hanya untuk menyakan tentang kejelasan terjadi atau tidaknya sesuatu perbuatan. Contoh هَلْ عَادَ خَالدٌ إلى البيت Apakah kholid telah kembali ke rumah ? Jawabanya antara Iya atau tidak Berbeda dengan alat bertanya hamzah yang bisa masuk pada semua susunan jumlah (kalimat), sedangkan untuk hal (هل) memiliki keterbatasan dan tidak masuk pada kalimat manfi, jumlah ismiyyah إنّ, jumlah syarat, dan jumlah hal. Contoh#1 هل لم ينجح خالدٌ 
Contoh#2 هل إن خالدا ناجحٌ 
Contoh#3 هل إذا زرتك تكرمني 
Contoh#4 هل تضرب خالدا وهو شجاع 

# Ma & Man (ما dan من) Ma digunakan untuk yang tidak berakal dengan maksud menanyakan kejelasan suatu nama, hakikat sesuatu atau sifat. Contoh ما هو الإحسان ؟ و ما هو الإيمان ؟ و ما هي الشمس ؟ Apa itu ihsan ? iman? matahari ? 

Sedangkan من digunakan untuk yang berakal. من هو خالد ؟ من الذي نجح في الامتحان ؟ 
Siapa kholid itu ? siapa yang lulus dalam ujian ? 

# Mataa ( متى ) digunakan untuk meminta penjelasan tentang waktu, baik waktu lampau atau waktu sekarang. 
Contoh : متى تزور والديك في القرية 
Kapan kau akan mengunjungi kedua orang tua di kampung ?
 متى تولّى الخلافةَ عمرُ ؟ 
Kapan Umar berkuasa menjadi khalifah ?
 حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ. البقرة ٢١٤ “…
Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” 

# Ayyana (أيَّانَ) Digunakan untuk meminta penjelasan mengenai waktu yang akan datang terkait dengan sesuatu yang masih samar atau membingungkan. 
Contoh يَسْـَٔلُ اَيَّانَ يَوْمُ الْقِيٰمَةِ. القيامة ٦ 
Dia bertanya, “Kapankah hari Kiamat itu?”
 يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَا ۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ ۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَ. الأعراف ١٨٧ 
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. 

# Kaifa ( كيف ) Digunakan untuk menanyakan keadaan. Contoh. كيف حالك؟ 

D). Tamanni (التَّمَنِي)
 التمني هو طلب الشيء المحبوب يرجى حصوله Tamanni yaitu menghendaki sesuatu yang diinginkan, baik sesuatu itu mustahil didapatkan atau sesuatu yang mungkin digapai. Namun, tidak ada kemampuan menggapainya dan atau kehendak itu hanyalah berupa harapan. 
# Contoh harapan mustahil:
 أَلَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا # فَأَخْبَرَهُ بِمَا فَعَلَ المُشِيْبُ
 Seandainya suatu hari jiwa muda akan kembali, maka beritahukanlah ia dengan apa yang dilakukan orang yang beruban.
 يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ. القصص ٧٩ 
Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun. 
Apabila sesuatu yang dikehendaki memungkinkan untuk dicapai, disebut dengan tarajji (التَّرَجِي) dan pada umumnya menggunakan kata ‘Asa (عَسَى) dan La’alla (لَعَلَّ) yang biasa diartikan dengan ‘mudah-mudahan’ dan barangkali’. 
# Contoh penggunaan tarajji:
 عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ ٱلَّذِينَ عَادَيْتُم مِّنْهُم مَّوَدَّةًۭ. سورة الممتحنة ٧ 
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka.
 لاَ تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَٰلِكَ أَمْرًا. سورة الطلاق ١ 
“Kamu tidak mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang baru”. 
Untuk Tamanni (التَّمَنَّي) perangkat khusus (asli) yaitu lafadz Laita (لَيْتَ) ;sekiranya/seandainya. 
Kemudian lafadz penggantinya (tidak asli) menggunakan hal (هَلْ), Lau (لَوْ) dan La’alla (لَعَلَّ). 
# Contoh penggunaan Tamanni:
 فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. سورة الشعراء ١٠٢ 
“Maka seandainya kita dapat kembali (ke dunia) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman”.
 فَهَل لَّنَا مِن شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوا۟ لَنَآ أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ. سورة الأعراف ٥٣ 
“Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?”
 أَسِربَ القَطَا هَلْ مَنْ يُعِيْرُ جَنَاحَهُ # لَعَلّي إِلى مَنْ قَدْ هَوْيْتُ أَطِيْرُ 
“Wahai segerombol burung, adakah yang mau meminjamkan sayapnya kepadaku, agar aku bisa terbang kepada orang yang aku cintai”. 

E). Annida (النداء)
 هو طلب المتكلم إقبالَ المخاطب إليه بحرف نائب مناب (أنادي) 
Annida yaitu memanggil mukhatab dengan menggunakan perangkat panggil sebagai pengganti dari kata unaadi (أُنادي) dengan perangkat yang dipakai ialah:
 همزة / أَيّ / يَا / وَآ / آي / أيَا / هَيَّا / وَا 
Dalam hal penggunaanya, perangkat nida dibagi menjadi dua kelompok, untuk panggilan dekat (أ dan أي ), selebihnya dipergunakan untuk panggilan jauh. 
Hamzah dan aiy terkadang dipergunakan untuk panggilan jarak jauh seakan yang dipanggil terasa dekat di depan mata.
 أَسُكَّانَ نُعْمانِ الأَرَاكِ تَيَقَّنُوا # بِأَنَّكُمْ فِي رَيْعِ قَلْبِي سُكَّانُ 
“Wahai penduduk Nu’man Al-Arak, yakinlah bahwa kalian berada di lubuk hatiku”.

Terkadang juga perangkat untuk panggilan jarak jauh dipergunakan memanggil jarak dekat. Hal ini untuk pertanda tingginya derajat orang yang dipanggil, atau bagi orang yang lalai meski berada dihadapan dan bagi orang yang rendah derajatnya.
 أَيَا مَوْلاي / أَيَا فُلاَنُ / أَيا هٰذا 
Wahai tuanku/hai fulan/hai ini (dia) 

Selain mengandung makna panggil, al-nida juga memiliki makna lain sesuai konteks kalimatnya 

Al-Ighra (الإغراء); bujukan, rayuan, godaan, seperti anjuran kepada seseorang yang mondar mandir mau masuk rumah musuhnya:
 يا ابنةَ اليمِّ ، ما أبوكِ بخيلٌ # ما له مولع بمنع وحبس 

Al-Zijr (الزجر); hardikan, cacian. contoh:
 يا قلبُ ما لك لا تزالُ موكلاً # تَهْذي بِهِنْدٍ عِنْدَ حِينَ أَوَانِ

 Al-Tahassur (التحسر) ; penyesalan dan kesakitan, contoh:
 وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَالَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا (النباء:40) 

Al-Istighatsah (الاستغاثة); permintaan pertolongan), contoh:
 يا الله للمؤمنين 

Al-Nudbah (الندية); ratapan, contoh:
 فَوَاعَجبًا كم يُدَعِّي الفَضْلَ نَاقِصٌ # وَوَا أَسِفًا كَمْ يُظْهِرُ النَّقْصَ فاضلٌ 

Pembahasan Kedua: 
Insya Ghair Thalabi ( إنشاء غير طلبي)

 ما لا يستدعي مطلوبا غير حاصل وقت الطلب كصيغة المدح والذم 
Insya Ghair Thalabi yaitu kalimat yang di dalamnya tidak menuntut suatu permintaan. Insya ghair thalabi mencakup kalimat yang mengandung pengertian 

al-madh/pujian (المدح), al-dzam/celaan (الذم), al-qasam/sumpah (القسم), al-ta’ajjub/takjub, al-raja’/harapan (الرجاء) 
Contoh: 
Al-Madh wa al-Dzam (المدح والذم), pujian dan celaan dengan menggunakan kata ni’ma(َنِعْم), bi`sa (بئس)dan habbadza, 
contoh:
 نعمَ هاديا العقلُ ، وبئسَ مشيرا الهوى / نعمَ الصديقُ المخلصُ / بئس الخلُقُ الكذبُ 

Shiyaghu Al-‘Uqud (صيغة العقود); pada umumnya menggunakan bentuk kata kerja madhi, contoh:
 بِعْتُكَ هَذَا / وَهَبْتُكَ ذَاكَ / زوجتك ابنتي 

Al-Qasam (القسم) atau sumpah dengan menggunakan huruf (و/ب/الباءُ والواوُ والتَّاءُ)، contoh:
 واللهِ لَأَفعِلَنَّ / وبِاللهِ لَأَفعَلَنَّ / 
وقَالَ تَعَالَى: وتَاللهِ لَأَكِيدَنَّ أصنَامَكُم 

Demikian materi kalam insya’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.