Rabu, 15 Juli 2020

ilmu Badi' Muhsinat Lafdhiyah

Muhassinat Al-Lafdhiyyah (keindahan lafadh)

Yang termasuk Muhassinat lafdhiyah adalah:

1. JINAS

Jinas; yaitu keserupaan dua lafadz dalam ucapan bukan pada makna.
Jinas itu ada yang Tamm (sempurna) dan Ghoiru Tamm (tidak sempurna).

■ Jinas Tamm; yaitu : dua lafadz yang hurufnya sama dalam keadaannya (ha’iat), jenis, hitungan dan urutannya.
Contoh :

ﻟَﻢْ ﻧَﻠْﻖَ ﻏَﻴْﺮَﻙَ ﺇﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻳُﻼﺫُ ﺑِﻪِ ﻓَﻼ ﺑَﺮِﺣْﺖَ ﻟِﻌَﻴْﻦِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ .

Kami belum pernah bertemu manusia yang bisa dibuat perlindungan selain engkau, maka engkau senantiasa pada masa ini sebagai biji mata.
Contoh lain :

ﻓَﺪَﺍﺭِﻫِﻢْ ﻣَﺎ ﺩُﻣْﺖَ ﻓِﻲْ ﺩَﺍﺭِﻫِﻢْ     ﻭَﺃﺭْﺿِﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﺩُﻣْﺖَ ﻓِﻲْ ﺃﺭﺿِﻬِﻢْ

Maka kelilingilah mereka, selama engkau tetap dirumahnya. dan senangkanlah mereka selama engkau tetap berada di tanahnya.

● Pembagian Macam-Macam Jinas Taam

Jinas taam terbagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Terdiri dari isim dengan isim atau dari fiil dengan fiil (Jinas Mutamatstsil)
Menurut Ibrahim Mahmud ‘Alan bahwa Jinas mutamatstsil adalah apabila dua lafadz yang serupa tersebut dari bentuk yang sama. Misal isim dengan isim ataupun fiil dengan fiil.

ﻟَﻢْ ﻧَﻠْﻖَ ﻏَﻴْﺮَﻙَ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ﻳُﻼَﺫِﺑُﻪُ # ﻓَﻼَ ﺑَﺮَﺣْﺖَ ﻟِﻌَﻴْﻦِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ ﺇِﻧْﺴَﺎﻧﺎً

Artinya: “Kami tidak menjumpai seorang manusiapun , selain engkau yang dapat dijadikan tempat berlindung. Engkau selalu menjadi insan mata bagi mata zaman”

ﻣَﻦْ ﺗَﺎﺏَ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﺗَﻄْﻠُﻊَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺶِ، ﻣِﻦْ ﻣَﻐْﺮِﺑِﻬَﺎ ﺗَﺎﺏَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ‏(ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ‏)

Artinya: “Orang yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, pasti allah menerima taubatnya ”.

Penjelas: bahwa kedua lafadz ﺇِﻧْﺴَﺎﻧﺎً pada contoh pertama menunjukkan adanya jinas taam yang terbentuk dari isim dengan isim, sedangkan contoh yang kedua pada kedua lafadz ﺕ َﺏﺍَ tersebut merupakan bagian dari jinas taam yang terbentuk dari fiil dengan fiil. Namun keduanya memiliki makna yang berbeda.

b. Terdiri dari fiil dengan isim atau isim dengan fiil (Jinas Mustaufi)

Sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim Mahmud ‘Alan bahwa jinas mustaufi yaitu apabila terdapat dua lafadz yang sejenis tersebut, berasal dari macam atau jenis yang berbeda. Seperti yang satu dari isim dan yang lainnya dari fi’il, atau yang satu dari isim dan yang lainnya dari huruf, atau yang satu dari fiil dan yang lainnya dari huruf.
Sebagaimana ratapan seorang penyair

ﻣَﺎﻣَﺎﺕَ ﻣِﻦْ ﻛَﺮْﻡِ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ # ﻳَﺤْﻴَﻰ ﻟَﺪَﻯ ﻳَﺤْﻲَ ﻯ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪﺍِﻟﻠﻪِ

Artinya: “Tidak ada yang lenyap dari anggur tempo dulu, maka sesungguhnya anggur yang lenyap (mati) itu hidup di samping
Yahya Bin Abdillah ”

Penjelas: Lafadz ﻳَﺤْﻴَﻰ yang pertama adalah fiil, dan ﻳَﺤْﻴَﻰ yang kedua adalah nama seseorang dalam bentuk isim ‘alam.

Sedangkan jinas mustaufi antara bentuk dari isim dengan fiil yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an QS. An-najm:1-3

ﻭَﺍﻟﻨَّﺠْﻢِ ﺇِﺫَﺍ ﻫَﻮَﻯ . ﻣَﺎﺿَﻞَّ ﺻَﺎﺣِﺒُﻜُﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﻏَﻮَﻯ . ﻭَﻣﺎَ ﻳَﻨْﻄِﻖُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻬَﻮَﻯ . ‏( ﺍﻟﻨﺠﻢ : ١ – ٣ ‏)

Artinya: Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu Al-Qur’an menurut kemauan hawa nafsunya. (QS: An-Najm:1-3)

Kemudian contoh jinas mustaufi yang terbentuk dari isim dengan huruf yaitu:

ﻭَﺍﻟﺘَّﺒِﻌُﻮْﺍ ﻣَﺎ ﺗَﺘْﻠُﻮْﺍ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴْﻦُ ﻋَﻠﻰَ ﻣُﻠْﻚِ ﺳُﻠَﻴْﻤﺎَﻥَ ﻭَﻣَﺎ ﻛَﻔَﺮَ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥُ ……. ﺍﻷﻳـﺔ ‏( ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : 102 ‏)

Penjelasan:

Terdiri dari zaraf dengan isim, seperti pada firman Allah SWT QS. Thaha: 94

Contoh: ﺇِﻧِّﻲْ ﺧَﺸِﻴْﺖُ ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮْﻝَ : ﻓَﺮَّﻗْﺖَ ﺑَﻴْﻦَ ﺑَﻨِﻲْ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴْﻞَ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﺮْﻗُﺐْ ﻗَﻮْﻟِﻲْ

Artinya: “Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata: “kamu telah memecah antara bani israil, dan kamu tidak memlihara amanatku”

Penjelas: bahwasanya pada lafadz ﺑَﻴْﻦَ
merupakan bentuk dari zaraf, sedangkan ﺑَﻨِﻲْ menunjukkan kalimat isim.

c. Jinas murakkab adalah perbedaan dua lafadz yang ditinjau dari segi susunannya dan ifrodnya

Jinas murokkab terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Jinas murokkab yang sama tulisannya (Mutasyabbih)
Contoh:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﻠَﻚَ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﺫَﺍﻫِﺒَﺔٍ # ﻓَﺪَﻋْﻪُ ﻓَﺪَﻭْﻟَﺘْﻪُ ﺫَﺍﻫِﺒَﺔٌ

Artinya: “Apabila seorang raja tidak memiliki jiwa bermurah hati , maka tinggalkanlah dia dan kekuasaannya-pun segera sirna ”

Penjelas: Lafadz ﺫَﺍﻫِﺒَﺔٍ yang pertama asalnya ﺫَﺍﺀِ ﻫِﺒَﺔٌ yang dari Asmaul Khamsah (isim-isim yang lima). Sedangkan lafadz ﺫَﺍﻫِﺒَﺔٌ yang kedua asalnya ﺫَﺍﻫِﺒَﺔٍ dalam satu kalimat sebagai isim fail.

2. Jinas murakkab yang tidak sama tulisannya (Mafruq)

ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﻗَﺪْ ﺃَﺧَﺬَ ﺍﻟﺠَﺎﻡَ ﻭَﻟَﺎﺟَﺎﻡِ ﻟَﻨﺎَ # ﻣَﺎﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺿَﺮَّ ﻣُﺪِﻳْﺮَ ﺍﻟﺠَﺎﻡِ ﻟَﻮْﺟَﺎﻣَﻠﻨَﺎَ

Artinya: “Masing-masing kamu telah mengambil bejana arak, dan tidak ada bejana arak bagi kita. Apakah yang memeberi mudharat bagi orang mengelilingkan bejana itu, kalau ia berbuat baik kepada kita ”

Penjelas: lafadz ﻟَﺎﺟَﺎﻡَ ﻟَﻨﺎَ yang pertama adalah bentuk dari isim laa ‏( ﺍﺳﻢ ﻻ ‏) dan khabarnya, kata ﺟَﺎﻡَ bermakna ﺍﻟﻜﺎﺱ dan ﻟَﻨﺎ merupakan huruf jer majrur. sedangkan lafadz ﻟَﻮْﺟَﺎﻣَﻠﻨَﺎَ yang kedua merupakan bentuk mufrad , ia sebagai fiil madli dari kata ﻣﺠﺎﻣﻠﺔ bermakna ﻋﺎﻣﻠﻨﺎ ﺑﺎﻟﺠﻤﻴﻞ .

■ Jinas Ghoiru Tamm ; yaitu Lafadz yang hurufnya berbeda pada salah satu dari keadaan, jenis, hitungan dan urutan.
Contoh :

ﻳَﻤُﺪُّﻭْﻥَ ﻣِﻦْ ﺃﻳْﺪٍ ﻋَﻮَﺍﺹِ ﻋَﻮَﺍﺻِﻢ   ٍ ﺗَﺼُﻮﻝُ ﺑﺄﺳْﻴَﺎﻑٍ ﻗَﻮَﺍﺽٍ ﻗَﻮَﺍﺻِﺐِ
Mereka sedang menjulurkan (lengan mereka) dari tangan orang yang memukul dengan tongkat, yang selalu menjaga (dari kerusakan) yang menyerang dengan pedang yang mematikan, yang memotong.

▪ Macam-macam jinas ghairu tam

1. Jinas Muharraf

Jinas muharraf adalah dua lafaz yang berbeda dilihat dari bentuk hurufnya, dan sama jenis, jumlah dan aturannya. Contoh:
ﺟُﺒَّﺔُ ﺍﻟْﺒُﺮْﺩِ ﺟُﻨَّﺔُ ﺍﻟْﺒَﺮْﺩِ

Misalnya kata ﺍﻟﺒُﺮْﺩُ (kain bergaris untuk diselimutkan pada badan) diartikan sebagai ﺍﻟﻜِﺴﺎَﺀ (pakaian) yakni pakaian bergaris-bergaris yang menyelimutinya, ﺍﻟﺒَﺮْﺩُ yang artinya mengurangi panas, ﺍﻟﺒَﺮَﺩُ yang artinya air beku yang turun dari langit. Huruf-huruf dalam kalimat ini sama jenis, jumlah dan aturannya, akan tetapi berbeda bentuknya.

2. Jinas Naqis

Jinas naqis adalah berkurangnya huruf dalam dua lafadz. Contoh Q.S Al-Qiyamah: 29-30

ﻭَﺍﻟْﺘَﻔَﺖِ ﺍﻟﺴَّﺎﻕُ ﺑِﺎﻟﺴَّﺎﻕِ # ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑّﻚَ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻕُ

Terjemahan: “Dan bertaut betis kiri dan betis kanan, kepada Tuhan-mulah pada hari itu kamu di halau”.

3. Jinas mudhari’

Jinas mudhari’ adalah dua lafadz yang perbedaannya terdapat pada satu huruf, namun berdekatan (masih dalam satu makhorijul huruf), baik pada awal, pertengahan maupun akhir kalimat. Contoh Q.S Al-Mu’min: 75

ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻔْﺮَﺣُﻮْﻥَ ﻓِﻲْ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﺑِﻐَﻴْﺮِﺍﻟْﺤَﻖّ ﻭَﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗًﻤْﺮَﺣُﻮْﻥَ

Terjemahan: “Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersukaria di bumi,tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu selalu bersukaria dalam kemaksiatan.”

Kata ﺗَﻔْﺮَﺣُﻮْﻥَ dan ﺗًﻤْﺮَﺣُﻮْﻥَ adalah dua kata yang serupa akan tetapi berbeda satu hurufnya yaitu huruf ﺍﻟﻔﺎﺀ pada lafaz awal dan huruf ﺍﻟﻤﻴﻢ pada lafaz kedua.

4. Jinas Qalb

Jinas Qalb adalah dua lafaz yanfg berbeda urutan hurufnya. Contoh Q.S Al-Mudatsir: 3
ﻭَﺭَﺑَّﻚَ ﻓَﻜَﺒّﺮ

Terjemahan: “Dan agungkanlah Tuhan-mu.”

2. SAJA’

Saja’ adalah persesuaian dua akhir kata pada huruf akhirnya.

Fashilah adalah kata terakhir dari suatu kalimat yang dibandingkan dengan kalimat yang lainnya. Dua kalimat yang dibandingkan ini disebut qorinah, kemudian qorinah yang dibandingkan disebut faqroh.

Saja’ mempunyai beberapa jenis, yaitu:

Saja’ mempunyai beberapa jenis, yaitu:

1) Al-Mutharraf : saja’ yang dua akhir kata pada saja’ itu berbeda dalam wazannya, dan persesuaian dalam huruf akhirnya.
Seperti dalam firman Allah:

ﻣَّﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﺮْﺟُﻮﻥَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻗَﺎﺭﺍً
ﻭَﻗَﺪْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﺃَﻃْﻮَﺍﺭﺍً

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan”.

Kata ‘waqoro” beda wazan dengan kata “athwaro” yang mana “waqoro” dengan harakat fathah sedang “athwaro” sukun, namun keduanya sama dalam huruf akhirnya yaitu huruf ro’ .

2) Al-Murashasha ’ : saja’ yang padanya lafazh-lafazh dari salah satu rangkaiannya, seluruhnya atau sebagiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lain.
Contohnya pada syi’r al-Hariri:

ﻳَﻄْﺒَﻊُ ﺍﻷﺳْﺠَﺎﻉَ ﺑِﺠَﻮَﺍﻫِﺮِ ﻟَﻔْﻈِﻪ ِ   ﻭَﻳَﻘْﺮَﻉُ ﺍﻷﺳْﻤَﺎﻉَ ﺑِﺰَﻭَﺍﺟِﺮِ ﻭَﻋْﻈِﻪِ .
Orang menghiasi Beberapa sajak dengan keindahan lafadznya, dan mempengaruhi pendengaran dengan Larangan-larangan nasehatnya.

Kata ‘yathbi’u” sama wazannya dengan “yaqro’u” begitu pula dalam qofiahnya yaitu huruf ‘ain, “asja’’ sewazan dengan “asma’” , qofiah ‘ain, “lafzhi” sewazan dengan “wa’zhi”, qofiahnya zho’.

Contoh perkataan al-Hamdani : “ inna ba’da kadr shofwan , wa ba’da mathor
shohwan ”

Atau perkataan Abi al-Fath al-Basati: “liyakun iqdamaka tawakkalan, wa ihjamaka
ta’amullan ”

3) al-Mutawazi: saja’ yang persesuaiannya terletak pada akhir kata saja’. Hal ini dapat terjadi pada tiga keadaan:

▪ Berbeda wazan dan qofiahnya secara bersamaan
▪ Beda wazan, tetapi qofiahnya tidak
▪ Beda qofiah, tapi wazan tidak.

Cantoh yang pertama adalah firman Allah dalam surat al-Ghasiyah:

ﻓِﻴﻬَﺎ ﺳُﺮُﺭٌ ﻣَّﺮْﻓُﻮﻋَﺔٌ

“ Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan dan gelas-gelas yang terletak di dekatnya”.

Qorinahnya ada dua yaitu: ﺳُﺮُﺭٌ ﻣَّﺮْﻓُﻮﻋَﺔٌ
Dan ﻭَﺃَﻛْﻮَﺍﺏٌ ﻣَّﻮْﺿُﻮﻋَﺔٌ
“sururun’ adalah setengah dari qorinah pertama yang dibandingkan dengan kata “akwabun”, qorinah kedua. Keduanya berbeda secara wazan dan qofiah.

Contoh yang kedua adalah:

ﻭَﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠَﺎﺕِ ﻋُﺮْﻓﺎ
ﻓَﺎﻟْﻌَﺎﺻِﻔَﺎﺕِ ﻋَﺼْﻔﺎً

Lafadh ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠَﺎﺕِ dan ﺍﻟْﻌَﺎﺻِﻔَﺎﺕِ berbeda wazannya , yang pertama menurut wazan “maf’alat” dan yang kedua wazan “fa’alaat”, akan tetapi qofiahnya sama, yaitu ta’.

Contoh yang ketiga: “hasola natiq wa shomit, halaka hasad wa syamit”, pada qorinah yang pertama kata “hasola” dibandingkan dengan ‘halaka”, keduanya berdeda qofiahnya. Qofiah yang pertama lam, yang kedua kaf.

• Saja’ yang bagus adalah seperti perkataan al-Hamdani; “kitabi wa bahru wa in lam arohu faqod sami’tu khobrohu, wallatsu wa in lam allafhu faqod tashowwartu kholqohu, wal maliku adil wa in lam laqoituhu qod laqoini shoitahu, wa man ro’a minassaifi atsarohu, faqod ra’a aktsarahu”, fasilah-fasilah diatas burhuruf sukun, hal itu dilakukan karena bertujuan untuk mewujudkan keserasian.

3. IQTIBAS

Secara leksikal iqtibas bermakna ‘menyalin’ dan mengutip. Sedangkan secara terminologis, iqtibas adalah kalimat yang disusun oleh penulis atau penyair dengan menyertakan petikan ayat atau hadis ke dalam rangkaian kalimatnya tanpa menjelaskan bahwa petikan itu berasal dari Al-Qur’an atau hadis.

Dalam Ilmu Badi , iqtibas didefinisikan sebagai berikut “Pembicara menyimpan prosa atau puisinya dengan sesuatu dari Al-Qur’an atau Hadits dengan cara yang tidak memberikan isyarat bahwa sesuatu itu berasal dari keduanya.” Qaidah Ilmu Badi membolehkan mutakallim (pembicara) merubah sedikit pada kata yang diambil dari Al-Qur’an atau Hadits, yaitu karena untuk penyesuaian wazan atau sebab lainnya.

Contoh iqtibas:

Abul Mu-min Al-Ashfahani berkata:

ﻻ ﺗَﻐُﺮَّﻧَّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈَّﻠَﻤَﺔِ ﻛَﺜﺮَﺓُ ﺍﻟﺠُﻴُﻮﺵِ ﻭَﺍﻷَﻧﺼَﺎﺭِِ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﺆَﺧِﺮُﻫُﻢ ﻟِﻴَﻮﻡٍِ ﺗَﺸﺨَﺺُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻵَﺑﺼَﺎﺭُ .

Jangan sekali-kali kamu terbujuk oleh banyaknya pasukan dan pembantu orang-orang penganiaya. Sesungguhnya kami menangguhkan mereka sampai suatu hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelak (Qs. Ibrahim 42).

Seperti juga ucapan Penyair :

ﻻَ ﺗُﻌَﺎﺩِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻓِﻲْ ﺃﻭْﻃَﺎﻧِﻬِﻢْ    ﻗَﻠَّﻤَﺎ ﻳُﺮْﻋَﻰ ﻏَﺮِﻳْﺐُ ﺍﻟﻮَﻃَﻦِ
ﻭَﺇﺫَﺍ ﻣَﺎ ﺷِﺌْﺖَ ﻋَﻴْﺸًﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ    ﺧَﺎﻟِﻖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺨُﻠْﻖٍ ﺣَﺴَﻦٍ .

Janganlah kamu musuhi manusia di Negaranya, Sedikit sekali para pendatang itu dilindungi.

Jika engkau ingin berinteraksi dengan mereka, maka berperilakulah kepada manusia dengan Akhlaq yang baik.
Syair tersebut diambil dari Sabda Nabi kepada Abu dzarr Al-Ghifary :

ﺇﺗﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﻴﺜﻤﺎ ﻛﻨﺖَ ﻭﺃﺗﺒﻊِ ﺍﻟﺴَّﻴﺌﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔَ ﺗﻤﺤُﻬﺎ ﻭﺧَﺎﻟِﻖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺨُﻠﻖٍ ﺣَﺴَﻦٍ .

Dan tidak berpengaruh dengan adanya perubahan yang sedikit pada lafadaz yang diambil karena wazan Syi’ir atatau yang lain.

Seperti juga ucapan Penyair :

ﻗَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﺧِﻔْﺖُ ﺃﻥْ ﻳَﻜُﻮﻧَﺎ ﺇﻧَّﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮﻧَﺎ

Sungguh telah terjadi kematian yang aku khawatirkan, Sesungguhnya kami itu kembali kepada Allah.

Syair tersebut diambil dari Firman Allah Surat Al-Baqoroh : 156 :

ﻭَﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳْﻦَ ﺍﻟﺬِﻳْﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺃﺻَﺎﺑِﺘْﻬُﻢْ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺔٌ ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺇﻧَّﺎ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺇﻧَّﺎ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮْﻥَ .

Keindahan Al-Qur’an dan keterjagaanya dalam menyimpan makna membuat penyair tak pernah ragu untuk sekedar mengutip setiap kalimat dalam Al-Qur’an, pasalnya Al-Qur’an memiliki untaian kata terindah dan memiliki makna yang mendalam serta keterjagaanya yang membuat orang merasa tak perlu menyantumkan sumber kutipan yang ditulis dalam syairnya, karena tentu kalimat itu takkan dirasa asing untuk diperdengarkan.

■ Pembagian Iqtibas

Iqtibas dibagi menjadi tiga macam, ialah :

1. Tsabitul ma’ani, yaitu yang tidak berubah dari makna asalnya.

2. Muhawwal, yaitu yang dirubah dari makna asalnya seperti kata syair :

ﻟﺌﻦ ﺍﺧﻄﺄ ﺕ ﻓﻰ ﻣﺪﺡ * ﻙ ﻣﺎ ﺍﺧﻄﺄﺕ ﻓﻰ ﻣﻨﻌﻰ
ﻟﻘﺪ ﺍﻧﺰﻟﺖ ﺣﺎ ﺟﺎ ﺗﻰ * ﺑﻮﺍ ﺩ ﻏﻴﺮﺫﻯ ﺯﺭﻉ

Artinya :

Kalau aku salah dalam memujimu, maka aku tidak salah dalam menahan nafsuku. Sungguh engkau telah menempatkan kebutuhanku pada lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya.

Syi’iran ini dipindahkan dari ayat :

ﺭﺑﻨﺎ ﺍﻧﻰ ﺍﺳﻜﻨﺖ ﻣﻦ ﺫﺭﻳﺘﻰ ﺑﻮﺍﺩﻏﻴﺮ ﺫﻯ ﺯﺭﻉ

Maknanya dalam Al-Qur’an, ialah lembah yang tidak berair dan tidak ada tumbuh-tumbuhannya, yaitu: Mekkah. Adapun maksud syi’iran, ialah laki-laki yang tiada kebaikannya dan tiada berguna.

3. Yang dirubah sedikit wazannya, seperti kata sya’ir :

ﻗﺪ ﻛﺎ ﻥ ﻣﺎ ﺧﻔﺖ ﺍﻥ ﻳﻜﻮ ﻧﺎ ﺍﻧﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺍ ﺟﻌﻮﻧﺎ .

Artinya :
Sungguh telah terbukti apa yang engkau takuti. Sesungguhnya kami kembali semua kepada Allah. Dari ayat

ﺍﻧﺎ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﻴﻪ ﺭﺍ ﺟﻌﻮﻥ .

● Contoh-contoh Iqtibas beserta penjelasannya

ﻻ ﺗﻌﺎ ﺩﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻰ ﺃﻭﻃﺎ ﻧﻬﻢ * ﻗﻠﻤﺎ ﻳﺮﻋﻰ ﻏﺮﻳﺐ ﺍﻟﻮﻁ
ﺃﺫﺍ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻋﻴﺸﺎ ﺑﻴﻨﻬﻢ * ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ

Janganlah engkau memusuhi orang-orang yang berada dinegeri sendiri, sedikit sekali pengembara disuati negeri mendapat perlakuan baik. Bila engkau menginginkan hidup damai tentram ditengah-tengah mereka, maka berakhlaklah terhadap manusia dengan budi pekerti yang luhur.
Pada contoh diatas kita temukkan dalam syair sebauh ungkapan yang bila diamati bukanlah gubahan penyair sendiri, melainkan penyair mengambil sebagian dari Hadist Nabi Muhamad Saw dengan tidak mengadakan perubahan sedikit pun. Ungkapan tersebut adalah ﻭ ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ , ungkapan ini diambil dari Hadist Nabi Saw yang berbunyi

ﺍﺗﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﻴﺜﻤﺎ ﻛﺘﺐ ﻭ ﺍﺗﺒﻊ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺗﻤﺤﻬﺎ ﻭ ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ

Bertaqwallah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, serta ikiutilah perbuatan jelekmu dengan kebaikkan,niscaya kebaikkan itu akan meanghapuskan kejelekkan, serta berakhlaklah kamu kepada sesama manusia deangan akhlak yang baik.

ﺍﻏﺘﻨﻢ ﻓﻮﺩﻛﺎﻟﻔﺎ ﺣﻤﺎ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺒﻴﺾ ﻓﺄ ﻧﻤﺎ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺟﺪﺍﺭﻳﺮﻳﺪﺃﻥ ﻳﻨﻘﺾ
Gunakanlah kesempatan selagi rambutmu yang hitam belum memutih, karena sesungguhnya dunia ibarat dinnding rumah yang hampir roboh.

Pada contoh diatas ditemukkan bahwa didalam ungkapan tersebut terdapat penyisipan yang dilakukan oleh al-mutakallim yaitu ungkapan

ﻓﺎ ﻧﻤﺎ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺟﺪ ﺍﺭ ﻳﺮﻳﺪ ﺍﻥ ﻳﻨﻘﺾ

tersebut yang diambil dari ayat Al-Qur’an QS.Al-Kahfi;77

ﻓﺎ ﻧﻄﻠﻘﺎ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍﺗﺎﻳﺎﺃﻫﻞ ﻗﺮﻳﺔ ﺍﺳﺘﻄﻌﻤﺎ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻓﺄ ﺑﻮ ﺃﻥ ﻳﻀﻴﻔﻮ ﻫﻤﺎ ﻓﻮ ﺟﺪﺍ ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺪﺍﺭﺍﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺾ ﻓﺄﻗﺎ ﻣﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﻮﺷﺌﺖ ﻟﺘﺨﺬﺕ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺟﺮﺍ

maka keduanya berjalan; sehingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding yang hampir roboh, maka Khidir As mengatakan dinding itu. Musa berkata: Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.

Dalam penyisipan ayat tersebut , Al-mutakalim tidak menyebutkan bahwa ungkapan itu diambil dari ayat Al-Qur’an, juga didapatkan bahwa al-Mutakallim sedikit mengadakan perubahan dari aslinya.

PENUTUP

Indahnya permulaan kalam ; yaitu : Seorang Mutakallim menjadikan awal pembicaraannya dengan indah lafadznya, baik bentuk kalimat atau susunannya, dan benar maknanya.
Apabila permulaan kalam itu mengandung isyarat pada tujuannya, maka dikatakan sebagai Baroatul Istihlal.

Seperti Ucapan abu toyyib ketika memberi ucapan atas hilangnya penyakit :

ﺍﻟﻤَﺠْﺪُ ﻋُﻮْﻓِﻲَ ﺇﺫْ ﻋُﻮﻓِﻴْﺖَ ﻭَﺍﻟﻜَﺮَﻡُ  ﻭَﺯَﺍﻝَ ﻋَﻨْﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻋْﺪَﺍﺋِﻚَ ﺍﻟﺴَّﻘَﻢُ

Keluhuran dan kemuliaan telah terlimpahkan, karena engkau telah sembuh, dan penyakit telah hilang darimu pad musuh-musuhmu.

Seperti Ucapan penyair lain yaitu Asyja’ as-salma ketika memberi ucapan atas pembangunan gedung :

ﻗَﺼْﺮٌ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺗَﺤِﻴَّﺔٌ ﻭَﺳَﻼَﻡُ     ﺧَﻠَﻌَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺟَﻤَﺎﻟَﻬَﺎ ﺍﻷَﻳَّﺎﻡُ

Sebuah gedung yang terdapat kehormatan dan salam,Waktu telah meletakkan keindahannya padanya.

5. Indahnya penutup kalam ; yaitu : Seorang Mutakallim menjadikan akhir pembicaraannya dengan indah lafadznya, baik bentuk kalimat atau susunannya, dan benar maknanya.

Apabila akhir kalam itu mengandung isyarat pada selesainya pembicaraan , maka dikatakan sebagai Baroatul Maqto’.

Seperti Ucapan Abul Ala’ atau abu toyyib :

ﺑَﻘِﻴْﺖَ ﺑَﻘَﺎﺀَ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ ﻳَﺎ ﻛَﻬْﻒَ ﺃَﻫْﻠِﻪِ    ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺩُﻋَﺎﺀٌ ﻟِﻠْﺒَﺮِﻳَّﺔِ ﺷَﺎﻣِﻞُ

Engkau tetap sepanjang masa, wahai Gua tempat berlindung penghuninya, Ini adalah do’a yang menyeluruh untuk manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.