Senin, 17 Desember 2018

WUSUL ILAA Rukyati SAYYIDIRROSUL

Kitab MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL, adalah satu kitab yang terjamin ke shahihannya dan berdasarkan dalil yang kuat juga dari Ijazah yang bersambung secara berantai sanadnya. Merupakan pedoman bagi para Muhibbin yang bercita-cita untuk dapat bertemu dengan Junjungan Yang Mulia Sayyidina wa Habibina wa Maulana Rasulullah Muhammad bin Abdillah SAW.Perangkum kitab ini merangkumnya kedalam tiga bahasan pokok dalam merajut kecintaan dan menjalin keterpautan hati kepada Nabi SAW secara sistematis dan proporsional berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan wacana para salaf dan khalaf melalui pengamalan sholawat. Perjumpaan yang dimaksud adalah dengan melalui mimpi dan diharapkan berlanjut ke alam nyata.

Mimpi merupakan yang pertama nampak dari wahyu kenabian kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya pada bahasan Ta’bir dan oleh Muslim pada bahasan Al-Imam ( hadist no : 252 ).Kata RU’YAH digunakan untuk mimpi yang disukai, sedangkan kata HULUM untuk mimpi yang tidak disukai. Terkadang kata Ru’yah digunakan untuk keduanya. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim pada bahasan itu- dari Abu Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda : “ Ru’yah yang benar berasal dari Allah dan Hulum yang buruk berasal dari Syetan.”

Sayyid Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ra pernah ditanya tentang Ru’yah dan beliau mengatakan,” Mimpi adalah bagian dari kenabian dan memiliki alam tersendiri, malah mimpi merupakan dinding pemisah antara kasyf yang bersifat bathin dengan kesadaran ( yagdhah ) yang bersifat zhohir.” Kewalian biasanya diawali dengan mimpi sebagaimana yang di awali oleh Rasulullah SAW pada awal kenabian. Namun tidak setiap mimpi yang diawali oleh seseorang bersifat demikian . Orang yang suka mencampur adukkan yang haq dengan yang batil kecil kemungkinannya untuk mendapatkan mimpi yang benar ( Shidig ). Syarat bermimpi yang benar adalah bersikap jujur dan menjauhkan diri dari khayalan-khayalan buruk.

Allah memuliakan para pecinta Nabinya dengan kemampuan melihat Rasulullah SAW ketika tidur sebagai perwujudan dari mengutamakan dan memuliakan beliau SAW adalah pangkat yang paling agung yang didambakan dan diharapkan oleh setiap insan yang mencintai beliau.Sesuai dengan sabda Nabi SAW,” Tidak beriman ( dengan sempurna ) satu diantara kamu, sehingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan setiap manusia.” Setelah Allah menganugerahi para pecinta dengan kemampuan melihat Nabi-NYA SAW dikala tidur, kedudukan mereka menjadi tinggi dengan memperbanyak bacaan sholawat dan salam sambil mengikuti jejak beliau yang sempurna, sehingga Allah Yang Maha Mulia memberi mereka keutamaan. Mereka mampu melihat beliau dan berkumpul bersama beliau dalam keadaan terjaga. Itulah yang termasuk pangkat yang tinggi dan derajat yang agung.

Sebagaimana sabda beliau SAW,” Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur maka dia benar-benar melihat aku, karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai aku.” ( Sungguh benar Nabi SAW yang benar dan dibenarkan ). Setelah itu beliau memberi kabar gembira kepada kita : “ Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga atau ( dia seakan-akan melihat aku di waktu terjaga ) setan tidak dapat menyerupai aku.” (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).

Diantara syarat-syarat Mahabbah kepada Rasul SAW adalah :

* Taqwa dan Istiqomah yang sempurna. Karena merupakan azaz yang kokoh dalam semua amal ibadah disamping niat yang benar dengan ikhlas).

Didalam mengikuti jejak rasul SAW ada 3 faedah yang besar dan agung :

1. Dicintai Oleh Allah SWT.

2.Taat kepada Rasulullah SAW.

3.Diampuni dosa-dosanya.

Tersebut didalam kitab Mafatihul Mafatih : Barangsiapa bisa bermimpi melihat Rasulullah SAW dikala tidur, maka dia akan mendapatkan Husnul Khotimah dan syafaat beliau, mendapatkan surga dan Allah mengampuninya serta kedua orang tuanya- jika keduanya muslim. Dia termasuk yang mengkhatamkan Qur’an sebanyak 12 kali, sakaratul maut terasa ringan baginya, siksa kubur dihilangkan dari padanya, diselamatkan dari kesulitan da hari kiamat dan tercapai hajatnya didunia dan akhirat dengan kasih sayang dan karunia-NYA.

Ketahuilah bahwasanya mimpi melihat beliau SAW adalah Haq. Mimpi adalah suatu keterbukaan yang tidak bisa terjadi kecuali dengan hilangnya penutup / Hijab dari hati.Oleh karena itu tidak bisa dipercaya kecuali mimpi seseorang laki-laki shaleh dan benar ucapannya. Adapun orang yang banyak kebohongannya, tidaklah benar mimpinya. Orang yang banyak kerusakan dan perbuatan maksiatnya akan gelap hatinya, sehingga apa yang dilihatnya adalah bunga-bunga tidur.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang diberi Taufiq oleh Allah SWT dan dimuliakan dengan melihat Nabi SAW, terkadang dia melihat beliau dalam bentuk-bentuk yang banyak. Hal ini kembali kepada perilaku orang yang melihat beliau, karena perobahan tingkah lakunya, istiqomahnya, dan khaufnya kepada Allah, disertai cara-cara menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan benar. Apabila amalan orang yang melihat Rasul SAW baik, maka baik pula baginya bentuk dan rupa beliau. Terkadang beliau nampak dengan sifat-sifat yang dimilikinya, kendatipun demikian beliau diatas segala sifat-sifat itu dari kebagusan, kesempurnaan, kedermawanan, cahaya dan rahasia beliau yang merupakan sifat-sifat Mulia yang tidak diketahui kecuali Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.

Orang yang berkeinginan untuk melihat Rasulullah SAW wajib menambah :
1.Sikap merendahkan diri kepada Allah SWT.
2. Beradab bersama Rasulullah SAW.
3. Memandang sesuatu sesuai yang disenangi dan di Ridhai Oleh Allah dan Rasul-NYA.
4. Menjauhi semua tempat yang tidak di Ridhai oleh Allah dan Rasul-NYA.

Dan berikut ini adalah contoh beberapa faedah untuk tujuan yang dimaksud, maka bangun dan berjuanglah…ambillah dia untukmu dan semoga kita dapat menyaksikan Ke Maha Murahan dan Ke Maha Agungan Allah yang Maha Penolong dan pemberi Taufiq.

Faedah beberapa surah di dalam Al-Qur’an untuk tujuan berjumpa (Mimpi) kepada Rasulullah SAW.

1.Surah Al-Kautsar

Barangsiapa membacanya dimalam hari 1.000 kali, maka dia akan bermimpi melihat Nabi SAW. ( Mujarab Shahih )

2. Surah Al-Muzammil
Barangsiapa ingin melihat Nabi SAW maka bacalah surah itu sebanyak 41 kali. Maka dia pasti akan melihat beliau SAW. ( Mujarab shohih )

3. Surah Al-Qodr
Dibaca pada malam jum’at 1.000 kali maka dia tidak akan mati sebelum melihat Nabi SAW. ( Mujarab )

4. Surah Al- Qurays
Dibaca malam jum’at 1.000 kali, kemudian tidur dalam keadaan suci maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya dan tercapai maksud serta tujuannya. ( Mujarab )

5. Surah Al-Ikhlas
Riwayat Ibnu Abbas : Dibaca malam hari 1.000 kali , maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya. ( Mujarab )

Dibagian lain Ibnu Abbas menerangkan : “ Barangsiapa yang melaksanakan sholat dua rakaat pada malam jum’at , pada setiap rakaatnya setelah fatehah membaca Surah Al-Ikhlas 25 kali setelah itu ba’da sholat membaca sholawat dengan sighat ini :

Sholallahu ‘alaa sayyidina Muhammadin Nabiyyil ummi. 1.000 kali.

Maka tidak akan sempurna jum’at yang akan datang kecuali dia melihat Nabi SAW diwaktu tidurnya. Jika dia dapat melihat Nabi SAW maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. ( Mujarab Shohih )

Faedah beberapa sholawat pendek An-Nabi SAW.

1.Sholawat Nur
Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma inni as-aluka bi nuuril anwaaril ladzii huwa ‘ainuka laa ghoiruka an turiyanii wajha nabiyyika sayyidina Muhammadin sholallahu ‘alaihi wa aalihi wassallama kamaa Huwa ‘indaka.

Sighat sholawat tersebut dibaca 100 kali. ( Ini Mujarab )

2. Sholawat Ummi

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummi.1.000 kali.

Caranya : Sholat sunah dua rakaat pada malam jum’at. Dalam setiap rakaatnya membaca ba’da al-fatehah : Ayat Qursy.1x dan Surah Al-Ikhlas 15 kali. Setelah salam membaca sholawat tersebut diatas 1.000 kali.( Mujarab )

3. Sholawat Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra.

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rasuulikan nabiyyil ummi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallim.500x

Berkata Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra : “ Barang siapa membaca secara rutin sighat sholawat tersebut dalam sehari semalam sebanyak 500 x , maka dia tidak akan mati sebelum berkumpul bersama Nabi SAW dialam nyata ( terjaga ).”Syekh Yusuf An-Nabhani menambahkan dan menerangkan : Apabila sholawat tersebut berfaedah untuk melihat Nabi SAW dialam nyata , tentunya sholawat tersebut lebih berfaedah lagi untuk melihat beliau didalam tidur.” ( Ini Mujarab )

4. Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib Asy-Syadzily Ra.

Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang agung. Beliau berkata,” Saya pernah melihat Rasulullah SAW didalam tidur , lalu beliau SAW berkata kepadaku “ Bacalah olehmu ketika hendak tidur…

Bismillahir rahmanir rahiim. 5x

A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x

Allahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalaan wa maalaan.5x

Apabila engkau membacanya ketika hendak tidur , maka aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali. “ Lalu beliau menuturkan “ alangkah indahnya bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau menambahinya dengan bacaan sholawat dan salam kepada Nabi SAW.” (Ini Mujarab Shohih).

5. Sholawat Rahmat

Penulis kitab ini Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh ijazah dari Guru beliau Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith- dan beliau berkata : “ Sesungguhnya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy Ra berkata : “ Barang siapa banyak membaca sighat sholawat yang berkah ini maka dia akan melihat An-Nabi SAW.”

Inilah sighat sholawat yang dimaksud :

Bismillahir rahmanir rahiim…

Allahumma sholli wa sallim’ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad miftaahi baabi rohmaatillah, ‘adada maafii ‘ilmillah, sholaatan wa salaaman daa-imaini bi dawamii mulkillah.”

Dan beliau Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh sighat sholawat yang sama dari Al-Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syatthiri diawal perjumpaan beliau di Raudhah yang mulia di Masjid Madinah Al-Munawarrah.

Saya kira cukup sedemikian itulah beberapa contoh dari beberapa faedah yang berguna untuk dapat bertemu dengan An-Nabi SAW. Untuk selanjutnya kami persilahkan kepada ikwanul muslimin, baik yang berada di kampus KWA tercinta ini atau dimanapun berada untuk mencari dan mengamalkannya faedah-faedah lain untuk tujuan yang sama. Hal ini sebagai bukti Mahabbah kita kepada beliau SAW. Bahwasanya seseorang pecinta akan sangat berharap berkumpul dengan orang yang dicintainya.

Akhirul kalam…artikel ini hanya sebagai motivator untuk para ikhwan agar semakin menyuburkan Mahabbahnya kepada Junjungan kita Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW. Banyak sekali metode yang bisa dipergunakan baik melalui pembacaan surah-surah ataupun dengan sholawat. Semoga dengan ini kita akan mengikuti beliau SAW dengan lebih baik. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin......

Sejarah Mahalul qiyam

Asal Mula Dan Sejarah Mahallul Qiyaam (Berdiri Di Dalam Acara Pembacaan Maulid).

Pembacaan kitab-kitab maulid nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti maulid Ad-Dhiba’, maulid, Al-Barzanji, maulid Simtuddhurar, maulid Adh-Dhiya’ullaami’, dll.
telah menjadi kegiatan rutin mayoritas umat Islam Ahlussunnah di seluruh penjuru dunia.
Dan kegiatan ini lebih semarak di bulan Rabi’ul awwal, bulan dimana nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. dilahirkan. Namun ada sebagian kecil umat Islam yang menganggap bahwa kegiatan maulid ini bid’ah yang sesat, karena tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketahuilah bahwa tidak semua yang tidak dilakukan oleh nabi itu dilarang. Yang dilarang adalah apabila kegiatan itu selaras dengan kaidah-kaidah hukum haram, yaitu yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Akan tetapi apabila kegiatan itu selaras dengan kaidah-kaidah hukum sunnah atau mubah, maka kegiatan itu boleh dilakukan karena tidak bertentangn dengan ajaran agama Islam.
Bahkan bisa jadi yang tidak ada di zaman nabi itu termasuk perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan, karena di dalamnya mengandung pengamalan perintah-perintah Allah dan sunnah-sunnah Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di akhir pembacaan kitab-kitab maulid, sebelum doa dibacakan semua jama’ah berdiri untuk membaca qasidah (syair-syair pujian kepada baginda nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.) dengan dipimpin oleh salah seorang anggota jama’ah yang memiliki suara paling bagus. Dengan harapan agar makna yang terkandung di daam qasidah itu bisa diresapi, hingga membekas di dalam hati. Banyak air-air mata yang tumpah ketika acara mahallul qiyam sedang berlangsung.

Hal ini karena kekhusu’an, ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan yang mereka rasakan, seakan-akan menyambut kedatangan baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Timbul pertanyaan dibenak kita, siapakah yang bertama kali melakukan mahallul qiyaam pada acara pembacaan kitab maulid?.
Ia adalah Tajuddin As-Subki, seorang ulama ahli hadis yang telah mencapai derajat hujjatul islaam (orang yang telah hafal lebih dari tiga ratus ribu hadis, dengan seluruh sanad dan matannya).
Beliau adalah guru yang yang sangat alim dan terkenal di zamannya di seluruh penjuru dunia. Beliau memiliki banyak murid yang kebanyakan mereka telah mencapai derajat
huffaazh (orang yang telah hafal lebih dari seratus ribu hadis, lengkap dengan sanad dan matannya).

Pada suatu hari beliau mengajak murid-muridnya dan beberapa ulama teman-teman beliau untuk mengadakan pembacaan qasidah.
Ketika qasidah sedang dibacakan, tiba-tiba Syaikh Tajuddin As-Subki memegang tongkatnya dan berdiri. Ketika beliau berdiri seluruh jama’ah ikut berdiri.
Ketika berdiri itulah mereka merasakan kedamaian, kenyamanan, dan kekhusyuan yang dahsyat. Air mata mereka mengalir merindukan nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jadi, yang pertama kali melakukan mahallul qiyaam adalah ulama besar, Hujjatul Islaam Syaikh Tajuddin As-Subki. Beliau adalah ulama yang sederajat dengan Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan imam-imam besar yang lain. Semoga kita semua dijaga oleh Allah dari pendapat-pendapat yang tidak benar yang akan menggoyahkan hati dan pikiran kita, sehingga kita tetapi istiqamah untuk mengikuti jejak para ulama salafusshalih, pewaris para nabi.
Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.

Minggu, 16 Desember 2018

Sholawat Muabbad

🌺🌻🌼SHOLAWAT ISMUL A'ZHOM🌼🌻🌺

بسم الله الرحمن الرحيم

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ بِاِسْمِكَ اْلاَعْظَمِ اْلمَكْتُوْبِ مِنْ نُوْرِوَجْهِكَ اْلاَعْلَى اَلْمُوَبَّدِ الدَّائِمِ اْلبَاقِى اْلمُخَلَّدِ فِى قَلْبِ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدِ صلى اللهُ عليه وسلم
وَاَسْاَلُكَ بِاِسْمِكَ اْلاَعْظَمِ اْلوَاحِدِبِوَحْدَةِاْلاَحَدِ، اَلْمُتَعَالِيْ عَنْ وَحْدَةِالْكَمِّ وَالْعَدَدِ، الْمُقَدَّسِ عَنْ كُلِّ اَحَدُ، وَبِحَقِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَاللهُ اَحَدُ، اَللهُ الصَّمَدُ،لَمْ يَلِدْ وَلَم يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوَّا اَحَدُ، اَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ سِرِّ حَيَاةِالْوُجُوْدِ، وَالسَّبَبِ الْاَعْظَمِ لِكُلِّ مَوْجُوْدِ، صَلَاةً تُثَبِّتُ فِى قَلْبِى اْلاِيْمَانَ، وَتُحَفِّظُنِى الْقُرْاَنَ، وَتُفَهِّمُنِى مِنْهُ اْلاَيَاتِ، وَتَفْتَحُ لِيْ بِهَا نُوْرَالَجَنَاتِ، وَنُوْرَالنَّعِيْمِ، وَنُوْرَالنَّظَرِ اٍلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم وَالْحَمدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِين

📚📚📚Teks latinnya👇👇👇

"Allaahumma innii as-aluka bismikal A'zhomil maktuubi min nuuri wajhikal a'lal muabbadid daa-imil baaqil mukholladi fii qolbi Nabiyyika wa Rosuulika Muhammad SAW, wa as-aluka bismikal A'zhomil waahidi biwahdatil ahad, al muta'aalii 'an-wahdatil kammi wal 'adad, al muqoddasi 'an-kulli ahad, wa bihaqqi Bismillaahir Rohmaanir Rohiim, Qul Huwallaahu ahad, Allaahush shomad, Lam yalid wa lam yuulad, wa lam yakul-lahuu kufuwan ahad, 'an-tusholliyya 'alaa Sayyidinaa Muhammadin sirri hayaatil wujuud, was sababil A'zhomi likulli maujuud, sholaatan tutsabbitu fii qolbiyal iimaan, wa tuhaffizhuniyal qur-aan, wa tufahhimunii minhul aayaat, wa taftahulii bihaa nuurol jannaati wa nuuron na'iim, wa nuuron nazhori ilaa wajhikal Kariim, wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim wal hamdulillaahi Robbil 'aalamiin".

😊😊😊Artinya👇👇👇

“Ya Allah ﷻ aku mohon kepadaMu dengan AsmaMu yang Agung, yang tertulis dari cahaya wajahMU yang maha Tinggi dan maha Besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan NabiMU Muhammad ﷺ. Aku memohon dengan AsmaMU yang Agung dan Tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang Maha Agung dari kesatuan jumlah, dan maha Suci dari setiap sesuatu, dan dengan hak Bismillaahir Rohmaanir Rohiim. Qul Huwallaahu Ahad. Allaahush Shomad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan Ahad. Semoga Engkau limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad ﷺ, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatNYA, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajahMu yang Mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya dan segala puji Tuhan semesta alam".

📚📚📚Tata cara membaca Sholawat Ismul A'zhom, dianjurkan tawasul dulu👇👇👇

بسم الله الرحمن الرحيم

ﺍﻟﻰ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ واله واصحابه وأزواجه وذريته وأهل بيته أجمعين لهم ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ...

الى حضرة أرواح سيدنا أبى بكر وعمر وعثمان وعلي و على بقية الصحابة رضي الله عنهم أجمعين لهم الفاتحة...

الى حضرة الأمام عارف بالله الشيخ محمد تقي الدين الدمشقى الحنبالى ورجال الغيب وأرواح المقدسة وأصحاب النوبة لهم الفاتحة ...

الى حضرة النبي الخضر عليه سلم  له الفاتحة ...

ﻭﺍﻟﻰﺣﻀﺮﺓ أﺭﻭﺍﺡ ﺟﻤﻴﻊ أﻻﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭ ﺍﻻﻭﻟﻴﺎﺀ ﻭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ
ﻭالصديقين و ﺍﻟﺸﻬﺪﺍﺀ ﻭ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻭ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺍلمسلمات أﻻﺣﻴﺎﺀ ﻣﻨﻬﻢ ﻭﺍلأﻣﻮﺍﺕ ﻟﻬﻢ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ...

📚📚📚Fadhilah👇👇👇

Ini shalawat As-syekh Al-Arif Al-Imam As-Sayyidi Muhammad Taqiuddin
Ad-Damsyiq ( Shahib Aqidatul Ghaib wa Thariq Rijalul Ghaib Qodasallahu
Sirrohu wa Nafa'na bihi.
Dalam satu risalahnya tentang shalawat Ismul A’zhom disebutkan faedah tasarruf dengan shalawat ini mengandung rahasia luar biasa

Sa'aadatud Daroiin Syaikh Yusuf bin Ismail an Nabhani

Rabu, 12 Desember 2018

Derajat zuhud

derajat zuhud dan bahagian-bahagiannya, dengan dikaitkan kepada zuhud itu sendiri, kepada yang tidak disukai dan kepada yang disukai.

Ketahuilah, bahwa zuhud itu sendiri berlebih kurang, menurut lebih-kurang kekuatannya, atas 3 tingkat:

Tingkat pertama, yaitu: yang lebih rendah daripadanya, bahwa ia zuhud di dunia dan ia rindu kepadanya. Hatinya cenderung kepada dunia. Nafsunya berpaling kepada dunia. Akan tetapi, ia berusaha sungguh-sungguh mencegahkannya. Ini dinamakan: orang berbuat diri zuhud (al-mutazahhid). Itu permulaan zuhud pada orang yang sampai kepada derajat zuhud dengan usaha dan sungguh-sungguh. Orang mutazahhid tadi, pertama-tama menghancurkan nafsunya, kemudian saku bajunya. Dan orang zuhud (az-zahid) pertama-tama menghancurkan saku bajunya. Kemudian menghancurkan nafsunya pada mengerjakan taat. Tidak pada bersabar atas apa yang bercerai dengan dia. Orang mutazahhid itu di atas bahaya. Kadang-kadang ia dikalahkan oleh nafsunya dan dihela oleh keinginannya. Lalu ia kembali ke dunia dan beristirahat dengan dunia, sedikit atau banyak.

Tingkat kedua: yang meninggalkan dunia dengan mudah, karena dipandangnya hina dunia itu, dengan dikaitkan kepada apa yang diharapkannya. Seperti orang yang meninggalkan (tidak mau mengambil) sedirham, karena mengharap dua dirham. Tidak sukar kepadanya yang demikian, walaupun ia memerlukan kepada sedikit menunggu. Akan tetapi, orang zuhud ini sudah pasti melihat zuhudnya dan menoleh kepadanya, sebagaimana penjual melihat kepada yang dijualnya dan menoleh kepadanya. Adalah ia kadang-kadang merasa ujub dengan dirinya dan merasa zuhud. Ia menyangka pada dirinya, bahwa ia meninggalkan sesuatu kepunyaannya yang ditaksir, bagi apa yang lebih besar kadarnya. Ini juga suatu kekurangan.

Tingkat ketiga: yaitu yang tertinggi, bahwa ia zuhud dengan mudah. Ia zuhud dalam kezuhudannya. Maka ia tidak melihat zuhudnya, karena ia tidak melihat, bahwa ia telah meninggalkan sesuatu. Karena ia tahu, bahwa dunia itu tidak ada sesuatu. Ia ada seperti orang yang meninggalkan tembikar dan mengambil mutiara. Ia tidak melihat yang demikian itu bertentangan. Dan ia tidak melihat dirinya meninggalkan sesuatu. Dunia dengan dikaitkan kepada Allah Ta’ala dan nikmat akhirat itu buruk dari tembikar dengan dikaitkan kepada mutiara. Inilah kesempurnaan pada zuhud. Sebabnya, ialah kesempurnaan ma’rifah. Orang zahid yang seperti ini aman dari bahaya keberpalingan kepada dunia. Sebagaimana orang yang meninggalkan tembikar dengan mengambil mutiara itu aman daripada menuntut pembatalan jual-beli.

Abu Yazid ra berkata kepada Abi Musa Abdurrahim: “Tentang apa yang engkau perkatakan ?”. Abi Musa menjawab: “Tentang zuhud !”. Abu Yazid bertanya: “Tentang apa ?”. Abi Musa menjawab: “Tentang dunia”. Abu Yazid lalu melepaskan tangannya dan berkata: “Aku menyangka, bahwa ia memperkata kan tentang sesuatu. Dunia itu tidaklah sesuatu. Apa sih, ia zuhud padanya !. Orang yang meninggalkan dunia karena akhirat, pada ahli mengenal ilmu Allah dan orang-orang yang mempunyai hati yang banyak penyaksian yang ghaib-ghaib dan terbukanya ilmu diminta untuk mengetahuinya saja, penghalang adalah seperti orang yang dilarang dari pintu raja, oleh seekor anjing pada pintunya. Lalu ia lemparkan sesuap roti kepada anjing itu. Maka ia lalai sendiri. Dan orang itu memasuki pintu dan memperoleh kedekatan di sisi raja. Sehingga terlaksanalah urusannya pada seluruh kerajaan raja itu.

Adakah anda melihat, bahwa orang itu melihat bagi dirinya kekuasaan di sisi raja, dengan sesuap roti yang dicampakkannya kepada anjing, sebagai imbalan dari apa yang diperolehnya ? Setan itu anjing pada pintu Allah Ta’ala, yang mencegah manusia dari masuk. Sedang pintu itu terbuka dan hijab (dinding) itu terangkat. Dan dunia itu seperti sesuap roti. Kalau engkau makan, maka keenakannya pada waktu mengunyah. Dan habis dalam waktu dekat dengan ditelan. Kemudian, tinggal ampasnya dalam perut. Kemudian, habis dengan busuk dan kotoran. Kemudian, memerlukan sesudah itu, kepada mengeluarkan ampas itu. Maka siapa yang meninggalkannya supaya memperoleh kemuliaan raja, maka bagaimana ia menoleh kepadanya ? Bandingkan dunia seluruhnya, yakni: apa yang diserahkan bagi setiap orang, walaupun ia berumur 100 tahun, dengan dikaitkan kepada nikmat akhirat adalah lebih kecil dari sesuap makanan, dengan dikaitkan kepada raja dunia. Karena tak ada bandingan bagi yang berkesudahan, kepada apa yang tiada berkesudahan. Dunia itu berkesudahan dalam masa dekat. Kalau dunia bermasa beribu-ribu tahun, yang bersih dari setiap kotoran, niscaya tak dapat dibandingkan kepada nikmat yang abadi. Maka bagaimana dan masa umur itu pendek. Kelezatan dunia itu kotor, tidak bersih. Maka apakah bandingannya dengan nikmat yang abadi ? Jadi, orang zahid tidak menoleh kepada zuhudnya, selain apabila ia menoleh kepada apa yang dizuhudkannya. Dan ia tidak menoleh kepada yang dizuhudkannya, selain karena dilihatnya sebagai sesuatu yang diperhitungkan. Dan ia tidak melihat sebagai yang diperhitungkan, selain karena singkat ma’rifahnya/ilmu mengenal Allah. Maka sebab kekurangan zuhud itu kekurangan ma’rifah. Inilah berlebih-kurangnya tingkat zuhud. Setiap tingkat dari ini juga mempunyai tingkat-tingkat. Karena kesabaran orang yang  berbuat diri zuhud (al-mutazahhid).  itu berbeda. Dan berlebih-kurang juga dengan berbeda kadar kesukaran pada sabar.

*****

Demikian juga tingkat orang yang ujub dengan zuhudnya, menurut kadar perolehannya kepada zuhudnya.
Adapun terbaginya zuhud, dengan dikaitkan kepada yang disukai, maka itu juga atas 3 tingkat:

Tingkat yang terbawah: bahwa yang disukai itu terlepas dari neraka dan kepedihan-kepedihan yang lain. Seperti azab kubur, perdebatan pada hisab amal, bahaya berjalan di titian ash-shirathul-mustaqim dan huru-hara lainnya di hadapan hamba, sebagaimana yang tersebut pada hadits-hadits. Karena pada hadits itu disebutkan, bahwa orang akan berhenti pada hitungan amal. Sehingga kalau datanglah 100 ekor unta yang haus, maka ia akan keluar dengan tidak haus lagi, dari meminum keringat orang itu. Ini adalah zuhud orang-orang yang takut. Seakan-akan mereka rela dengan tidak ada, jikalau mereka ditiadakan. Bahwa terlepas dari kesakitan itu berhasil dengan semata-mata tidak ada.

Tingkat kedua: bahwa ia zuhud, karena ingin kepada pahala dan nikmat Allah. Dan kelezatan-kelezatan yang dijanjikan dalam sorgaNya, dari bidadari, istana dan lainnya. Ini zuhud orang-orang yang mengharap. Mereka tidak meninggalkan dunia, karena merasa cukup dengan tidak ada dan terlepas dari kesakitan. Akan tetapi, mereka mengharap pada Wujud yang kekal dan nikmat abadi, yang tiada berakhir.

Tingkat ketiga: yaitu yang tertinggi, bahwa tak ada keinginannya, selain kepada Allah dan kepada menemui Allah. Hatinya tidak berpaling kepada kesakitan-kesakitan, dengan maksud hendak melepaskan diri daripadanya. Dan tidak berpaling kepada kelezatan-kelezatan, dengan maksud untuk memperolehnya dan mencapainya. Akan tetapi, ia menghabiskan semua cita-citanya kepada Allah Ta’ala. Sehingga dia dan cita-citanya menjadi satu. Yaitu: ia mengesakan (berkeesaan) yang hakiki, yang tidak dicarinya, selain Allah Ta’ala. Karena siapa yang mencari selain Allah, maka ia telah memperhambakan diri kepadanya. Setiap yang dicari itu disembah. Setiap yang mencari itu hamba, dengan dikaitkan kepada cariannya. Mencari selain Allah itu termasuk syirik yang tersembunyi.
Inilah zuhud orang-orang mencintai Allah Ta’ala. Mereka orang-orang yang arifin (yang berilmu ma’rifah). Karena tidak mencintai Allah Ta’ala khususnya, selain orang yang mengenalNya (yang berma’rifah kepadaNya). Sebagaimana orang yang mengenal dinar dan dirham dan mengetahui, bahwa itu tidak mampu mengumpulkan diantara keduanya, niscaya ia tidak mencintai, selain dinar (terbuat dari emas). Maka seperti demikian juga, orang yang mengenal Allah, mengenal kelezatan memandang kepada WajahNya Yang Mulia, mengenal bahwa mengumpulkan antara kelezatan itu dan kelezatan bersenang-senang dengan bidadari dan memandang kepada ukiran istana dan kehijauan kayu-kayuan itu tidak mungkin. Maka ia tidak mencintai, selain kelezatan memandang. Dan ia tidak memilih yang lain. Anda jangan menyangka, bahwa penduduk sorga ketika memandang kepada Wajah Allah Ta’ala, masih ada kelapangan di hatinya untuk kelezatan memandang kepada bidadari dan istana-istana. Akan tetapi, kelezatan itu dengan dikaitkan kepada kelezatan nikmat penduduk sorga, adalah seperti kelezatan raja dunia dan menguasai atas segala sudut bumi dan leher makhluk, dengan dikaitkan kepada kelezatan menguasai atas seekor burung pipit dan bermain-main dengan dia. Orang-orang yang mencari nikmat sorga menurut ahli ma’rifah dan orang-orang yang mempunyai hati nurani, adalah seperti anak kecil yang mencari untuk bermain-main dengan burung pipit, yang meninggalkan kelezatan menjadi raja. Yang demikian, karena singkat ilmunya daripada mengetahui kelezatan menjadi raja. Tidak karena bermain-main dengan burung pipit itu sendiri lebih tinggi dan lebih enak daripada menguasai dengan jalan menjadi raja atas seluruh makhluk.

Alfaqir ila ROBBILKABIIR

Tingkatan Al Faqir

1. bahwa jikalau ia diberikan harta, niscaya tidak disukainya dan ia menderita dengan harta itu. Ia lari daripada mengambilnya, dengan kemarahan. Dan ia menjaga dirinya dari kejahatan dan gangguan harta itu.
Itulah zuhud namanya. Dan orang yang bersifat demikian dinamakan: "zahid".

2. Bahwa ia tidak gemar padanya, dengan kegemaran yang menggembirakannya karena diperolehnya. Dan tidak membencikannya, dengan kebencian yang menyakitkannya.
Dan ia zuhud, kalau ia memperolehnya. Orang yang berkeadaan seperti ini, dinamakan: orang yang rela (yang senang dengan yang demikian).

3. Bahwa adanya harta itu disukainya, dibandingkan daripada tidak adanya. Karena kesukaannya pada harta itu.
Akan tetapi, tidak sampai kegemarannya itu menggerakkannya untuk mencarinya. Tetapi, jikalau datang kepadanya, dengan bersih, tanpa diminta, niscaya diambilnya. Dan ia gembira dengan yang demikian. Dan kalau memerlukan kepada kepayahan pada mencarinya, niscaya ia tidak berbuat untuk yang demikian. Orang yang mempunyai sifat yang demikian, kami namakan: orang yang mencukupkan apa adanya (qani’).
Karena ia mencukupkan dirinya dengan yang ada. Sehingga ia meninggalkan mencari, serta ada padanya keinginan yang lemah.

4. Bahwa ia tidak mencari, lantaran ia lemah. Kalau tidak, maka ia gemar padanya, dengan kegemaran, jikalau ia memperoleh jalan kepada mencarinya, walaupun dengan kepayahan, niscaya dicarinya. Atau ia sibuk dengan mencarinya. Dan orang yang mempunyai keadaan seperti ini, maka kami namakan: orang rakus.

5. Bahwa apa yang tidak dipunyainya sangat diperlukannya, seperti: orang yang lapar, yang ketiadaan roti dan orang yang telanjang, yang ketiadaan kain. Orang yang mempunyai keadaan seperti ini, dinamakan: orang yang sangat memerlukan (mudh-thar), bagaimanapun kegemaran pada mencari itu.

*****

ada suatu hal yang lebih tinggi dari zuhud. Yaitu yang sama padanya, ada harta dan tidak adanya. Kalau diperolehnya, ia tidak bergembira dan tidak menderita. Dan kalau tidak diperolehnya maka demikian juga. Yang demikian ini dinamakan orang yg merasa kaya.

Jadi, anda telah mengetahui, bahwa tingkat-tingkat itu 6.
Yang tertinggi, ialah tingkat orang yang merasa kaya ( مستغنى )
Kemudian, orang zuhud ( زاهد ).
Kemudian, orang yang rela dengan yang ada( راضى ).
Kemudian, orang yang merasa cukup dengan yang ada ( قانع ).
Kemudian, orang yang rakus( حريص ).
Dan orang yang sangat memerlukan (مضطر).
maka tergambarlah pada diri orang itu : zuhud, rela dan merasa cukup dengan yang ada (al-qana’ah).

ﻳﺘﺼﻮﺭ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺣﻮﺍﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻧﺤﻦ ﻧﻤﻴﺰﻫﺎ ﻭﻧﺨﺼﺺ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ ﺑﺎﺳﻢ ﻟﻨﺘﻮﺻﻞ ﺑﺎﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺇﻟﻰ ﺫﻛﺮ ﺃﺣﻜﺎﻣﻬﺎ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ
ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺤﻴﺚ ﻟﻮ ﺃﺗﺎﻩ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻟﻜﺮﻫﻪ ﻭﺗﺄﺫﻯ ﺑﻪ ﻭﻫﺮﺏ ﻣﻦ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﺒﻐﻀﺎ ﻟﻪ ﻭﻣﺤﺘﺮﺯﺍ ﻣﻦ ﺷﺮﻩ ﻭﺷﻐﻠﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺍﺳﻢ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﺍﻟﺰﺍﻫﺪ
ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺮﻏﺐ ﻓﻴﻪ ﺭﻏﺒﺔ ﻳﻔﺮﺡ ﻟﺤﺼﻮﻟﻪ ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻫﻪ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﻳﺘﺄﺫﻯ ﺑﻬﺎ ﻭﻳﺰﻫﺪ ﻓﻴﻪ ﻟﻮ ﺃﺗﺎﻩ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻳﺴﻤﻰ ﺭﺍﺿﻴﺎ
ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻋﺪﻣﻪ ﻟﺮﻏﺒﺔ ﻟﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﻟﻜﻦ ﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﻣﻦ ﺭﻏﺒﺘﻪ ﺃﻥ ﻳﻨﻬﺾ ﻟﻄﻠﺒﻪ ﺑﻞ ﺇﻥ ﺃﺗﺎﻩ ﺻﻔﻮﺍ ﻋﻔﻮﺍ ﺃﺧﺬﻩ ﻭﻓﺮﺡ ﺑﻪ ﻭﺇﻥ ﺍﻓﺘﻘﺮ ﺇﻟﻰ ﺗﻌﺐ ﻓﻲ ﻃﻠﺒﻪ ﻟﻢ ﻳﺸﺘﻐﻞ ﺑﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻧﺴﻤﻴﻪ ﻗﺎﻧﻌﺎ ﺇﺫ ﻗﻨﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﺎﻟﻤﻮﺟﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻣﻊ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻏﺒﺔ ﺍﻟﻀﻌﻴﻔﺔ
ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺮﻛﻪ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻟﻌﺠﺰﻩ ﻭﺇﻻ ﻓﻬﻮ ﺭﺍﻏﺐ ﻓﻴﻪ ﺭﻏﺒﺔ ﻟﻮ ﻭﺟﺪ ﺳﺒﻴﻼ ﺇﻟﻰ ﻃﻠﺒﻪ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﻟﺘﻌﺐ ﻟﻄﻠﺒﻪ ﺃﻭ ﻫﻮ ﻣﺸﻐﻮﻝ ﺑﺎﻟﻄﻠﺐ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻧﺴﻤﻴﻪ ﺑﺎﻟﺤﺮﻳﺺ
ﺍﻟﺨﺎﻣﺴﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎ ﻓﻘﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻣﻀﻄﺮﺍ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺠﺎﺋﻊ ﺍﻟﻔﺎﻗﺪ ﻟﻠﺨﺒﺰ ﻭﺍﻟﻌﺎﺭﻱ ﺍﻟﻔﺎﻗﺪ ﻟﻠﺜﻮﺏ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻣﻀﻄﺮﺍ ﻛﻴﻔﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺭﻏﺒﺘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﺇﻣﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﻭﺇﻣﺎ ﻗﻮﻳﺔ ﻭﻗﻠﻤﺎ ﺗﻨﻔﻚ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﺎﻟﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﻏﺒﺔ ﻓﻬﺬﻩ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺣﻮﺍﻝ ﺃﻋﻼﻫﺎ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺍﻻﺿﻄﺮﺍﺭ ﺇﻥ ﺍﻧﻀﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺗﺼﻮﺭ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﺃﻗﺼﻰ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻛﻤﺎ ﺳﻴﺄﺗﻲ ﺑﻴﺎﻧﻪ ﻭﻭﺭﺍﺀ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺣﺎﻟﺔ ﻫﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﻫﻲ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻮﻱ ﻋﻨﺪﻩ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﻓﻘﺪﻩ ﻓﺈﻥ ﻭﺟﺪﻩ ﻟﻢ ﻳﻔﺮﺡ ﺑﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﺄﺫ ﻭﺇﻥ ﻓﻘﺪﻩ

*****

ﻓﻘﺪ ﻋﺮﻓﺖ ﺇﺫﻥ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺗﺐ ﺳﺖ ﻭﺃﻋﻼﻫﺎ ﺭﺗﺒﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻨﻰ ﺛﻢ ﺍﻟﺰﺍﻫﺪ ﺛﻢ ﺍﻟﺮﺍﺿﻰ ﺛﻢ ﺍﻟﻘﺎﻧﻊ ﺛﻢ ﺍﻟﺤﺮﻳﺺ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻀﻄﺮ ﻓﻴﺘﺼﻮﺭ ﻓﻰ ﺣﻘﺔ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺍﻟﺮﺿﺎ ﻭﺍﻟﻘﻨﺎﻋﺔ ﻭﺩﺭﺟﻪ ﺗﺨﺘﻠﻒ ﺑﺤﺴﺐ ﺍﺧﺘﻼﻑ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﻭﺍﺳﻢ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﻳﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺃﻣﺎ ﺗﺴﻤﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻨﻰ ﻓﻘﻴﺮﺍ ﻓﻼ ﻭﺟﻪ ﻟﻬﺎ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﺑﻞ ﺇﻥ ﺳﻤﻰ ﻓﻘﻴﺮﺍ ﻓﺒﻤﻌﻨﻰ ﺁﺧﺮ ﻭﻫﻮ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﺑﻜﻮﻧﻪ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻣﻮﺭﻩ ﻋﺎﻣﺔ ﻭﻓﻰ ﺑﻘﺎﺀ ﺍﺳﺘﻐﻨﺎﺋﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺧﺎﺻﺔ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ ﻟﻪ

والله اعلم...

Tanda Iman yang lemah

TANDA IMAN KITA SEDANG LEMAH
Bismillahirrohmanirrohim

1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa

Hati-hatilah, sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.

Ketahuilah Rasululllah SAW pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya"    (Bukhari, 10/486)

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang di saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman"  (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)

2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku

Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasehati dan memperlunak hati Anda. Bahkan ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi" (Al-Baqarah:74)

3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah

Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah!
Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main"  (Tirmidzi, hadits nomor 3479)

4.Ketika Anda terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah
Bahkan, meremehkannya.

Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka"  (Abu Daud, hadits nomor 679)

Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas".
Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.

5. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an

Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah.
Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal"  (Al-Anfal:2)

6.Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya

Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya.
Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali"(An-Nisa:142)

7. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah

Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahi munkar. Bahkan raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya"  (Abu Daud, hadits nomor 4345)

Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman"  (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)

 8. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi

Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang.

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri"  (Luqman:18)

“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong"  (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)

9. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat

Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat"  (Ash-Shaff:2-3)

10. Ketika Anda merasa gembira dan
senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan.

Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal
Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain"  (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)

 Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya"  (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)

11. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak

Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama.
Hati-hatilah!
Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya"  (Muslim, hadits nomor 1599)

Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.

12. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda

“Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karena Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw  (Bukhari, hadits nomor 401)

13. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam

Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah" (Ash-Shaff:14)

14. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat

Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan.
Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji" (Al-Ankabut:2)

Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya"  (Muslim)

15. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia

Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir"  (Muslim)

16. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya

Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia" (Al-Israa’:53)

Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil"  (Al-Qashash:55)

Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam"  (Bukhari dan Muslim)

17. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan
Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu.

Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (Al-A’raf:31).

Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros" (Al-Isra’:26)

Minggu, 09 Desember 2018

ABU BAKAR ASSHIDDIIIQ RA

1. Abu Bakar "As-Shiddiq" ra.

Abu Bakar  (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634 / 21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam.  Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M.Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah , ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidinatau khalifah yang diberi petunjuk . .

Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abdullah ibn' Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi '. Bertemu nasabnya dengan Nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Tamim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah , istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi  memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama"Abu Bakar ash-Shiddiq".

Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy . Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Nabi Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia hampir sama, pedagang dan ahli berdagang.

Dalam kitab Hayatussahabah, disebutkan bahwa Dakwah Nabi Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi. Abubakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abdur Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abdur Rahman berpisah.

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. 

Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Ketika peristiwa Hijrah , saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya,  Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Tentang keperibadian Abu Bakar r.a. Aisyah berkata, bahwa Abu Bakar adalah seorang pedagang, yang setiap hari pergi ke pasar untuk melakukan jual beli. Dia mempunyai sekumpulan domba yang dia urus sendiri dan terkadang menggembalakannya atau dia serahkan kepada orang lain. Dia juga memerah air susunya untuk diberikan kepada orang-orang kampung. Ketika dia sudah dibaiat sebagai khalifah, ada seorang gadis perempuan yang berkata, "Tentunya sekarang dia tidak mau lagi memerah air susu untuk diberikan kepada kami".

Abu Bakar ra. sempat mendengar perkataan gadis itu. Maka dia berkata, "Aku bersumpah untuk tetap memerah air susu bagi kalian, dan aku berharap agar tugasku yang baru ini tidak merubah kebiasaanku yang lalu."

Maka dia tetap memerah susu seperti biasanya dan diberikan kepada mereka. Namun kemudian dia perlu mempertimbangkan lagi tugas-tugasnya sebagai khalifah. Maka dia berkata, "Tidak demi Allah, urusan berdagang bisa mengganggu tugas-tugas ini, dan tugas ini tidak bisa berjalan lancar kecuali jika aku memusatkan perhatian terhadap urusan manusia. Tidak selayaknya aku hanya menyibukkan diri dengan urusan keluargaku." Maka dia pun meninggalkan usaha dagangnya.

Untuk keperluan diri dan keluarga dia mengambil gaji dari Baitul mal milik umat, sekedar untuk mencukupi keperluannya setiap hari, juga untuk keperluan haji dan umrah. Gajinya untuk satu tahun sebanyak enam ribu dirham. Menjelang kematiannya, dia berkata,"Kembalikan sisa gaji yang ada di tangan kita ke Baitul-mal milik orang-orang Muslim, karena aku tidak ingin mengambil sedikit pun dari harta tersebut. Tanahku yang ada di tempat ini dan itu juga bagi orang-orang Muslim."

Asma' binti Abu Bakar rha, berkata, "Saat Rasulullah Saw hijrah ke Madinah dan Abu Bakar menemani beliau, maka Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak lima atau enam ribu dirham. Kakekku yang buta, Abu Qahafah memasuki rumah seraya berkata, "Demi Allah, menurutku Abu Bakar telah membuat kalian khawatir karena semua hartanya dia bawa."  "Tidak kakek, masih banyak kebaikan yang dia tinggalkan untuk kita," kata Asma'.

Lalu aku mengambil kerikil-kerikil dan kuletakkan di sebuah lubang di dalam rumah, yang di tempat itulah biasanya Abu Bakar meletakkan hartanya, kemudian kuletakkan kain di atasnya. Kupegang tangan kakek, sambil kukatakan kepadanya,  "Letakkan tangan kakek ditempat penyimpanan harta ini." 

Setelah meraba tempat itu, kakek berkata, "Tak apalah kalau dia meninggalkan harta ini untuk kalian. Dia memang telah berbuat yang terbaik, dan sudah cukup untuk kalian." Padahal demi Allah, ayahku tidak meninggalkan apa pun untuk kami. Aku berbuat seperti itu dengan maksud untuk membuat agar kakek merasa tenang.

Tentang keberanian Abu Bakar ra. dalam membela Nabi Saw, diceritakan oleh Anas bin Malik ra, Suatu kali, pernah kaum Quraisy memukul Nabi SAW sehingga beliau jatuh. Ada orang yang mengatakan kepada Abu Bakar. lalu segera dia melerai mereka, seraya berkata: "Celaka kamu sekalian! Apakah kamu ingin membunuh orang yang mengatakan "Tuhanku Allah!"  Kemudian orang-orang jahat bertanya:"Siapa orang ini?" Jawab mereka: "Inilah Abu Bakar yang sudah gila itu!" Mereka pun meninggalkan Nabi SAW dan Abu Bakar. 

Bazzar memberitakan di dalam Musnadnya dari Muhammad bin Aqil dari Ali ra. bahwa pada suatu hari, dia berdiri berpidato kepada orang banyak, katanya:"Siapakah orang yang paling berani?" "Engkau, wahai Amirul Mukminin!" jawab orang-orang yang mendengarnya. "Memang barangkali aku, karena tiada siapa yang tanding pedang denganku, kecuali aku membelahnya menjadi dua." 

Ali lalu berdiam sebentar. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya lagi: "Tetapi yang benar-benar berani adalah Abu Bakar. Pada suatu hari kita mendirikan untuk Nabi SAW sebuah pondok, lalu kami berkata: Siapa yang akan menjaga Nabi SAW supaya jangan ada orang musyrik mengganggunya, Demi Allah, tidak seorang pun yang maju ke depan, kecuali Abu Bakar. Sedang dia menghunuskan pedangnya dan tiada seorang musyrik yang coba mendekati beliau, melainkan diayunkan pedang itu kepadanya. Inilah orang yang paling berani!" ujar Ali. 

Kemudian dia bercerita lagi, "Pernah aku melihat kaum Quraisy mengancam Rasulullah SAW yang satu mengganggunya, dan yang lainnya menarik-nariknya seraya mengatakan: Engkaukah orangnya yang menjadikan tuhan-tuhan itu hanya Satu Tuhan saja? Demi Allah aku tidak melihat siapa pun datang untuk menolong beliau, selain Abu Bakar semata, dia memukul si fulan, menghadapi si fulan serta mendorong si fulan dan dia terus-menerus berkata: Celaka kamu! Celaka kamu! Apakah kamu mau membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku Allah ? "

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun (632) M.

Segera setelah Abu Bakar ra menjadi khalifah, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. 

Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala, Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. 

Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazzab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid .

Baihaqi memberitakan dari Urwah, bahwa Abu Bakar As-Shiddiq ra. pernah menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada Khalid bin Walid ra. ketika diutus kepada kaum yang murtad dari orang-orang Arab, agar dia mengajak mereka kembali kepada Islam dan menjelaskan kembali apa yang wajib bagi mereka, dan meneguhkan keyakinan mereka kepada Islam. Sebab dia hanya disuruh untuk memerangi siapa yang mengkufuri Allah dan menolak keimanan kepadanya saja. Maka apabila orang yang diseru itu sudah menerima Islam, dan benar keimanannya, tidak ada jalan baginya untuk memeranginya lagi, dan Allah sajalah yang bakal membuat perhitungan dengannya. Tetapi, barangsiapa yang enggan menerima seruan Islam itu, dan tidak mau kembali kepada Islam dari orang yang murtad darinya, maka harus dia perangi.

Setelah mensetabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassania. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al- Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghapal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang dipimpin oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.

Salim bin Abdullah bin Umar, berkata, Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka beliau menulis wasiat kepada Umar bin Khatthab, yang isinya:"Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal waktunya menuju ke akhirat dan yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di mana mereka akan dibalikkan. " 

Abdurrahman bin Sabith, berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia berkata kepadanya, "Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah telah mengatur praktek yang harus dikerjakan pada siang hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah mengatur praktek yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak menerima yang sunnah sebelum yang wajib dikerjakan." 

Kemudian beliau menyerahkan kepada Umar seekor unta yang air susunya biasa diperah, seorang budak dan selembar permadani seharga lima dirham. Umar sempat berkata, "Dia menyebabkan kesusahan kepada khalifah sesudahnya."

Sebelum ajal menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu melantunkan syair, "Tidak ada artinya harta kekayaan bagi pemuda Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada". Abu Bakar  menyingkap  kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata,"Bukan begitu. Tetapi ucapkan firman Allah,

Artinya : "Dan, datanglah sekarat-maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya".(QS. Qaf: 19)

Lalu beliau berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain yang baru dari orang yang sudah meninggal". 

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 63 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.