Jumat, 23 Agustus 2019

Khutbah muharrom 2019

Khutbah I

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذى فضَّلَ بين الشُهُوْرِ والاَيَّامِ

فجعل عَاشُوراءَ مِنْ اَفْضَلِهَا ففضْلُهُ قدْ شَاعَ بين الانامِ

وفضّل عاشوراءَ على جميع ايّام وجعله لعقد ايّام الشهر واسطةَ النظامِ

فسبحانه مِنْ الهٍ اختصَّ بالتفضيلِ والتشريفِ ما شاء مِن ازمنةٍ وامكنةٍ لأسرارٍ وحكم

احمدُهُ سبحانهُ حمدَ عبدٍ معترفٍ بأنّ التوفيقَ للحمد مِن نعمهِ العظام

واشكره على مواهبهِ الجسام

اشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له المنفردُ بالبقاءِ والدوام

واشهد ان سيدنا محمدا  عبده ورسوله اشرفُ مرسلين وافضل امامٍ

اللهم صلّ وسلّم على عبدك ورسولك محمد وعلى اله واصحابه الائمّة الاعلام ومصابيح الظلام

امابعد :

فيا ايّها الناسُ اتقوا الله حق تقاته ولاتموتنّ الا وانتم مسلمون

واعلموا انّكم قد استقبلتم عاماً جديداً وشهراً مفضّلا حميداً

اضافكم نبيُّكم صلى الله عليه وسلم وعظم فقال افضل الصوم بعد شهر رمضان شهرُ الله  الذى تدعونه بالمحرّم


Ma'asyirol Muslimin jamaah jumah Rahimakumullah

Marilah kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dg sebenar benar taqwa dg menjalankan segala perintah perintahNya dan menjauhi segala larangan laranganNya

Ketahuilah sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharrom... memasuki Tahun baru dalam penanggalan Umat islam

Bulan Muharram merupakan salah satu dari bulan bulan yang dimuliakan (al-syharu al-hurum) oleh Allah SWT. 

Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan mulia. Itulah (ketetapan) agama yang lurus."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama.

Selain doa awal dan akhir tahun , puasa, bersedekah dan sholat sunah, di dalamya ada keistimewaan yang lebih dari semua itu, yaitu adanya yaumul asyura’ atau hari ke 10 di bulan Muharram.

Ada pendapat lain mengapa di namakan asyura’ karena pada hari itu Allah SWT telah memulyakan sepuluh nabinya dengan sepuluh keistimewaan.


Pertama, Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Adam as. 


Kedua, Allah telah mengangkat Nabi Idris as. ke tempat yang mulia. 


Ketiga, Allah telah menyelamat Nabi Nuh as. dan kaumnya dari banjir bandang. 


Keempat, Allah telah menyelamatkan Nabi Ibrahim atas api yang membara dari pembakaran Raja Namrudz, kemudian diangkat menjadi Khalilullah (kekasih allah). 


Kelima, Allah telah menerimanya taubatnya Nabi Dawud as. 


Keenam, Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as. dan umatnya dari kejaran Raja Fira’un. Pada hari itu juga Fir’aun ditelenggelamkan Allah ke dalam laut merah. 


Ketujuh, Allah telah menyelmatkan Nabi Yunus as. dan mengeluarkanya dari perut ikan. 


Kedelapan, Allah telah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman as. 


Kesembilan, Allah telah mengangkat Nabi Isa ke langit. 


Kesepuluh, Allah memberikan jaminan pengampunan pada Nabi Muhammad Saw baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.


Ma'asyirol Muslimin jamaah jumah Rahimakumullah

Dari kitab Al Ghunyah Lithaalibii Thariiqil Haqqi ‘Azza Wa Jalla, karya Syaikh ‘Abdul Qadir bin Abi Shalih al Jilani (wafat tahun 561 H) juz II halaman 90 s/d 92, cetakan Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah, Beirut Lebanon: 

فَصْلٌ) وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ فِيْ تَسْمِيَتِهِ بِيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ

(Fashal)

Ulama –rahimahumullaah- berbeda pendapat mengenai dinamakannya hari Asyura 

فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ إِنَّمَا سُمِّيَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ يَوْمٍ مِنْ أَيَّامِ الْمُحَرَّمِ

Mayoritas ulama mengatakan bahwasanya dinamakan hari Asyura karena hari tersebut merupakan hari kesepuluh Muharram 

قَالَ بَعْضُهُمْ : إِنَّمَا سُمِّيَ عَاشُورَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ الْكَرَامَاتٍ الَّتِيْ أَكْرَمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الْأُمّةَ بِهَا وَهِيَ

Sebagian Ulama berpendapat dinamakan Asyura karena hari itu merupakan kesepuluhnya karamah yang mana Allah memulyakan umat ini dengannya.

Kesepuluh karamah tersebut ialah: 

أَوَّلُهَا رَجَبٌ وَهُوَ شَهْرُ اللهِ تَعَالَى الْأَصَمُّ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ هَذِهِ الْأُمَّةِعَلَى سَائِرِ الْأُمَم

Pertama

RAJAB

Rajab adalah bulan Allah yang Ashamm (yang tuli, maksudnya dalam bulan Rajab tidak terdengar hiruk-pikuknya peperangan)

Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya umat ini atas semua umat 

اَلثَّانِيَةُ شَهْرُ شَعْبَانَ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ

Kedua

Bulan SYA’BAN

Keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam atas nabi-nabi lain 

وَالثَّالِثَةُ شَهْرُ رَمَضَانُ وَفَضْلُهُ عَلَي سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ تَعَالَي عَلَى خَلْقِهِ

Ketiga

Bulan RAMADHAN

Keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Allah Ta’ala atas makhluq_Nya 

وَالرَّابِعَةُ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَهِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Keempat

LAILATUL QADAR

Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan

وَالْخَامِسَةُ يَوْمُ الْفِطْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْجَزَاءِ الْأَوْفَي

Kelima

Hari FITHRI

Hari fitri (hari raya Fitri) adalah hari jaza` (pembalasan) yang sempurna 

وَالسَّادِسَةُ أَيَّامُ الْعَشْرِ وَهِيَ أَيَّامُ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَي

Keenam

Hari-hari Sepuluh (maksudnya sepuluh awal bulan Dzul Hijjah)

Hari-hari sepuluh adalah hari berdzikir kepada Allah Ta'ala 

وَالسَّابِعَةُ يَوْمُ عَرَفَةَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ

Ketujuh

Hari ARAFAH

Puasa hari Arafah adalah kaffarat dua tahun 

وَالثَّامِنَةُ يَوْمُ النَّحْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْقُرْبَانِ

Kedelapan

Hari NAHR (Iedul adha)

Hari Nahr adalah hari Qurban 

وَالتَّاسِعَةُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ سَيِّدُ الْأَيَّامِ

Kesembilan

Hari JUMAT

Hari Jumat adalah sayyidul ayyaam 

وَالْعَاشِرَةُ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَةٍ

Kesepuluh

Hari ASYURA

Puasa hari Asyura adalah kaffarat satu tahun 

فَلِكُلِّ وَقْتٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ كَرَامَاتٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ تَكْفِيرًا لِذُنُوبِهِمْ ، وَتَطْهِيرًا لِخَطَايَاهُمْ

(Dengan demikian), maka setiap waktu ini mempunyai karamah yang dijadikan oleh Allah Ta’ala bagi umat ini sebagai penebus dosa-dosa mereka dan mensucikan kesalahan-kesalahan mereka

Ma'asyirol Muslimin jamaah jumah Rahimakumullah

Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan pertama kalender hijriah ini adalah puasa. 

Puasa muharram adalah puasa yang sangat dianjurkan setelah puasa di bulan Ramadhan. Hal ini merujuk kepada hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah.

ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ‏« ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡِ، ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺷَﻬْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ، ﻭَﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔَﺮِﻳﻀَﺔِ، ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ »


Rasulullah SAW bersabda, ‘Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram. Sementara sholat paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.

Ma'asyirol Muslimin jamaah jumah Rahimakumullah

Bulan Muharram merupakan bulan yang bagus untuk mengawali tahun dengan perbuatan dan perangai positif. Bulan mulia harus diisi dengan perbuatan mulia. Muharram bisa dikatakan cerminan langkah awal kita untuk menapaki 11 bulan berikutnya 

Di penghujung akhir tahun ini Marilah kita intropeksi diri dan memohon pada Allah SWT SEMOGA SEGALA AMAL PERBUATAN JELEK YG TELAH BERLALU MENDAPAT AMPUNAN DAN BERUSAHA MEMPERBAIKI DIRI MENJADI LEBIH BAIK

DAN SEMOGA SEGALA AMAL PERBUATAN BAIK DI TAHUN INI DITERIMA DAN MENDAPAT RIDLO ALLAH AZZA WA JALLA

dan di pembukaan tahun baru hijriah ini. Al-faqir mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk memuliakan bulan MUHARRAM ini dengan menjernihkan hati, membenahi perilaku, dan memperindah karakter kepribadian kita. 


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.

وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. 

وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. 

 اعوذ بالله من الشيطان الرجيم 

 بسم الله الرحمن الرحيم


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ( البقرة [2] : 218)


  (وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)



Kamis, 22 Agustus 2019

Puasa bulan Muharram

Puasa bulan Muharram

Puasa muharram adalah puasa yang sangat dianjurkan setelah puasa di bulan Ramadhan. Hal ini merujuk kepada hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah.

<>

ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ‏« ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡِ، ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺷَﻬْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ، ﻭَﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔَﺮِﻳﻀَﺔِ، ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ »

Rasulullah SAW berkata, ‘Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram. Sementara sholat paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.”

Hadis ini menjelaskan bahwa puasa Muharram adalah puasa yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Karenanya, disunahkan melakukannya bagi yang mampu. Hadis di atas tidak secara spesifik kapan waktu puasa yang dianjurkan, apakah setiap hari atau pada hari tertentu saja di bulan Muharram.

Terkait hal ini, Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (syarah sunan Tirmidzi) menyebutkan:

ﺻَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٌ ﺍﻟْﺄَﻓْﻀَﻞُ ﺃَﻥْ ﻳَﺼُﻮﻡَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻌَﺎﺷِﺮِ ﻭَﻳَﻮْﻣًﺎ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻭَﻳَﻮْﻣًﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻭَﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺣَﺪِﻳﺚِ ﺃَﺣْﻤَﺪَ ﻭَﺛَﺎﻧِﻴﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺼُﻮﻡَ ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﺷِﺮَ ﻭَﺛَﺎﻟِﺜُﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺼُﻮﻡَ ﺍﻟْﻌَﺎﺷِﺮَ ﻓَﻘَﻂْ

Puasa Muharram ada tiga bentuk :

Pertama, yang paling utama ialah puasa di hari kesepuluh beserta satu hari sebelum dan sesudahnya.

Kedua, puasa di hari kesembilan dan kesepuluh.

Ketiga, puasa di hari kesepuluh saja.

Tiga tawaran ini setidaknya menjadi opsi yang baik dalam mengamalkan puasa sunah di bulan Muharram. Kalaupun tidak begitu, bisa saja puasa Senin-Kamis atau puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 (ayyamul bidh ) di bulan Muharram bagi mereka yang terbiasa mengamalkannya di bulan lain.

*****

Hadits-Hadits Disyariatkannya Puasa ‘Asyuro

Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut banyak, kami akan sebutkan diantaranya  dengan pengklasifikasian sebagai berikut:

Kaum Yahudi juga berpuasa di hari Asyuro bahkan menjadikannya sebagai Ied (hari raya)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ  هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab, “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullahshallallohu alaihi wasallam pun bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa di tahun yang akan datang. [H.R. Bukhari (1865) dan Muslim(1910) ]

Hadis lain menjelaskan:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ

Dari Abu Musa radhiyallohu anhu berkata, “Hari ‘Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda (kepada ummatnya), “Berpuasalah kalian (pada hari itu)” [HR. Bukhari (1866) dan Muslim(1912), lafal hadits ini menurut periwayatan imam Muslim)

Kaum Quraiys di zaman Jahiliyah juga berpuasa Asyuro dan puasa ini diwajibkan atas kaum muslimin sebelum kewajiban puasa Ramadhan

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ  فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ . متفق عليه.

Dari Aisyah radhiyallohu anha berkata, Kaum Qurays pada masa Jahiliyyah juga berpuasa di hari ‘Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam juga berpuasa pada hari itu, ketika beliau telah tiba di Medinah maka beliau tetap mengerjakannya dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa. Setelah puasa Ramadhan telah diwajibkan beliau pun meninggalkan (kewajiban) puasa ‘Asyuro, seraya bersabda, “Barangsiapa yang ingin berpuasa maka silakan tetap berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tidak mengapa” [ HR. Bukhari (1863) dan Muslim(1897) ]

عن عَبْد اللَّهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ  كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ  وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ (رواه مسلم)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallohu anhuma bahwa kaum Jahiliyah dulu berpuasa Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam serta kaum muslimin juga berpuasa sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari ‘Asyuro termasuk hari-hari Allah, barangsiapa ingin maka berpuasalah dan siapa yang ingin meninggalkan maka boleh” [ HR. Muslim(1901) ]

Perhatian Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam dan para sahabat ridwanullohi alaihim ajmain yang begitu besar terhadap puasa ‘Asyuro

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu Ramadhan.” [ H.R. Bukhari (1867) dan Muslim(1914) ]

عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ قَالَتْ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الْإِفْطَارِ

Dari Rubai’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra’ radhiyallohu ‘anha berkata, Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam di pagi hari Asyuro mengutus ke perkampungan kaum Anshar yang berada di sekitar Medinah (pesan), “Barangsiapa yang tidak berpuasa hari itu hendaknya menyempurnakan sisa waktu di hari itu dengan berpuasa dan barangsiapa yang berpuasa maka hendaknya melanjutkan puasanya”. Rubai’ berkata, “Maka sejak itu kami berpuasa pada hari ‘Asyuro dan menyuruh anak-anak kami berpuasa dan kami buatkan untuk mereka permainan yang terbuat dari kapas lalu jika salah seorang dari mereka menangis  karena ingin makan maka kami berikan kepadanya permainan tersebut hingga masuk waktu berbuka puasa” [ HR. Bukhari (1960) dan Muslim (1136), redaksi hadits ini menurut periwayatan Imam Muslim ]

*****

 Keutamaan Puasa Asyuro

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu” [ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad(22024). Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162) ]

 a.     Bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) menyampaikan, “Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda:

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembalidengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“

Akan tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam wafat di tahun tersebut [ HR. Muslim (1134) ]

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ

Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi”[Diriwayatkan dengan sanad yang shohih oleh Baihaqi di As Sunan Al Kubro (8665) dan Ath Thobari di Tahdzib Al Aatsaar(1110)]

b.     Hukum Berpuasa Sehari Sesudah ‘Asyuro (tanggal 11 Muharram)

Ada tiga tingkatan berpuasa ‘Asyuro: 

Urutan pertama; dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11). 

Urutan kedua; puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits . 

Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja. Kesimpulan ini didasari dengan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. bersabda :

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“ [HR. Imam Ahmad(2047), Ibnu Khuzaimah(2095) dan Baihaqi (8667)]

Wallahu a’lam

Jumat, 16 Agustus 2019

Talak lewat orang lain

Talak lewat orang lain

Sebagaimana telah diketahui bahwa talak adalah perkara yang halal namun tidak disukai Allah Swt.
Kendati demikian, talak dianggap sebagai solusi terakhir untuk memecah kebuntuan persoalan yang menimpa pasangan suami istri. Sampai pada titik ini sebenarnya tidak ada persoalan.
Namun yang menjadi persoalan di sini adalah bagaimana jika suami menjatuhkan talak untuk istrinya melalui orang lain. Apakah talak yang dijatuhkan itu sah?

Terkait dengan pertanyaan di atas, di dalam Islam dikenal dengan istilah wakalah. Pada konsep wakalah ini terdapat pihak yang mewakilkan (muwakkil) dan pihak yang mewakili (wakil). Di samping itu, juga adanya tindakan atau perbuatan yang diwakilkan oleh muwakkil kepada wakil.
Di sini tampak jelas bahwa suami sebagai pihak yang hendak menceraikan istri mewakilkan kepada pihak lain untuk menyampaikan talak kepada istrinya.

Para fukaha menyatakan kebolehan untuk mewakilkan penyampaian talak melalui orang lain. Argumen yang diajukan untuk mendukung kebolehan ini adalah adanya kebutuhan atau hajah sebagaimana kebolehan mewakilkan dalam akad jual beli dan nikah karena adanya hajah.

وَيَجُوزُ التَّوْكِيلُ فِي عَقْدِ النِّكَاحِ لِمَا رَوَي أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَكَّلَ عَمْرَو بْنَ أُمَيَّةَ الضَّمْرِيِّ فِي نِكَاحِ أُمِّ حَبِيبَةَ وَيَجُوزُ فِي الطَّلَاقِ وَالْخُلْعِ وَالْعِتَاقِ لِاَنَّ الْحَاجَةَ تَدْعُو إِلَى التَّوْكِيلِ فِيهِ كَمَا تَدْعُو إِلَى التَّوْكِيلِ فِي الْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ

“Boleh untuk mewakilkan dalam akad nikah karena ada riwayat yang menyatakan bahwa Nabi saw. pernah mewakilkan kepada Amr Ibn Ummayah Adl-Dlamri dalam pernikahan beliau dengan Ummu Habibah. (Begitu juga) boleh mewakilkan dalam menalak, khulu’, dan membebaskan budak karena adanya kebutuhan untuk mewakilkan sebagaimana kebutuhan mewakilkan dalam akad jual beli dan nikah.”


Dari penjelasan singkat di atas, maka menyampaikan talak atau mewakilkannya melalui orang lain dibolehkan. Kebolehan ini dianalogikan (qiyas) dengan kebolehan mewakilkan dalam akad jual beli.

Bagi istri, apabila suami menalaknya melalui orang lain maka harus memastikan kabar tersebut adalah benar-benar ungkapan dari suaminya.
Bukan perkataan bohong yang akan menimbulkan fitnah. Jika yang disampaikan orang lain tersebut adalah benar, maka jatuhlah talak kepada istrinya.

Sebagaimana yang diungkapkan Zakaria Alanshari:

وإن أقر بالطلاق كاذباً لم تطلق زوجته باطناً وإنما تطلق ظاهراً

“Apabila suami berbohong mengaku telah menalak istrinya, maka istrinya tidak tertalak secara batin, tapi tertalak secara lahir.”

Maksud tertalak secara lahir adalah pernyataan itu perlu diverifikasi dan dikonfirmasi pada suami dengan dua saksi apakah ucapan itu bohong atau jujur. Kalau suami menyatakan bohong, maka talak tidak sah dan tidak terjadi.

Dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj disebutkan:

ولو قيل له استخباراً، أطلقتها؟ -أي زوجتك- فقال: نعم.. أو مرادفها…. فإقرار به (الطلاق) لأنه صريح إقرار، فإن كذب فهي زوجته باطناً

“Kalau ditanya pada suami, apakah kamu menceraikan istrimu? Lalu suami menjawab, iya. Maka itu termasuk ikrar talak yang sah. Namun apabila dia bohong, maka istrinya tetap menjadi istri secara batin.”

Maksud istri secara batin adalah tetap sah menjadi istrinya dan ikrar talaknya tidak sah.

والله اعلم

Rabu, 14 Agustus 2019

Qosidah sa'duna fiddunya

Dalam sambutannya pada malam ke-6 dari wafatnya Syaikhona Maimoen Zubair, Gus Idror Maimoen, Putra bungsu Syaikhona Maimoen Zubair berkata:

"Keranten abah kawulo sampun kapundut, kawulo wantun cerito. Qoshidah Sa'duna fiddunya, menawi wonten teks-teks ingkang boten sami kalih teks-teks Al-Anwar, panci abah kawulo angsal mboten saking alam dzohir, tapi abah kawulo dipun imla' saking alam ruhani".

"Karena Abah Saya sudah dipanggil kembali oleh Yang Maha Hidup, saya baru berani bercerita. Dalam Qoshidah "Sa'duna Fid-dunya" mungkin ada teks/redaksi yang tidak sama dengan teks yang di Pondok Al-Anwar. Hal itu karena Abah mendapatkan teks itu bukan dari alam dzohir seperti ini, tetapi didikte (Imla') dari alam ruhani (ghoib)".

Inilah teksnya:

قصِيدَةُ الاِسْتِغاثةِ
بالسيدة خديجة والسيدة فاطمة رضي الله عنهما
وزادها السيد محمد علوي المالكي في أولها بهاتف سمعه في المعلاه ورواها الشيخ ميمون زبير الساراني عنه

سَعْدُنَا بِالدُّنْيَا فَوْزُنَا بِالْأُخْرَى * بِخَدِيْجَةَ الْكُبْرَى وَفَاطِمَةَ الزَّهْرَا

يَا أُهَيْلَ الْمَعْرُوْف وَالْعَطَا وَالْمَأْلُوْف* غَارَةً لِلْمَلْهُوْف إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْمَطْلُوْب وَالْعَطَا وَالْمَوْهُوْب* نَفْحَةً لِلْمَكْرُوْب إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْإِحْسَانْ وَالْعَطَا وَالْغُفْرَانْ* عَطْفَةً لِلْجِيْرَانْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْإِسْعَادْ وَالْعَطَا وَالْإِرْفَادْ* غَارَةً لِلإِسْعَادْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْإِسْعَافْ وَالْعَطَا ذِيْ هُوْ هَافْ* أَمْنَةً لِلْمُخْتَافْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْجَاهَاتْ وَالْمِنَحْ لِلْفَاقَاتْ* اَلدَّرْكْ وَالْغَارَاتْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا أُهَيْلَ الْهِمَّاتْ يَا رِجَالَ الْعَزَمَاتْ* يَا رِجَالَ الْحَمَلَاتْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا اهْلَ بَيْتِ الْمَخْتَارْ عَالِيِّيْنَ الْمِقْدَارْ* اِشْفَعُوْا لِلْمُحْتَارْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

يَا اهْلَ بَيْتِ الْهَادِيْ قُدْوَتِيْ وَاسْيَادِيْ* أَجْزِلُوْا لِيْ زَادِيْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

قَدْرُكُمْ رَافِعْ عَالْ وَعَطَاكُمْ هَطَّالْ* وَسَنَاكُمْ هَيَالْ أَرْسِلُوْا لِيْ نَهْرَا

أَنْتُمُوْا خَيْرُ النَّاسْ جُوْدُكُمْ يَشْفِيْ الْبَاسْ* اِشْفَعُوْا لِلْقَسَّاسْ إِنَّكُمْ بِهْ أَدْرَى

بِخَدِيْجَةَ أُمِّيْ ذِيْ تُجَلِّيْ هَمِّيْ* أَجْزِلِيْ قَسَمِيْ إِنَّكِ بِهْ أَدْرَى

وَاهْتِفِيْ بِالزَّهْرَا ذِيْ تَعَالَتْ قَدْرًا* وَتَجَلَّتْ بَدْرًا إِنَّهَا بِهْ أَدْرَى

وَأَبِيْهَا الْمُخْتَارْ وَالْمُصَاحِبْ فِيْ الْغَارْ* وَعَلِيِّ الْكَرَّارْ إِنَّهُمْ بِهْ أَدْرَى

أَهْلِ شِعْبِ الْمَعْلَاهْ وَلِلْمِنَى فِيْ عُلَاهْ* حَيُّ تِلْكَ الْمَوْلَاهْ إِنَّهُمْ بِيْ أَدْرَى

وَبِحَقِّ السِّبْطَيْن لِلنَّبِيْ نُوْرِ الْعَيْن* وَبِجَاهِ الْعَمَّيْن إِنَّهُمْ بِيْ أَدْرَى

وَبِذَاتِ الْعِلْمَيْن عَائِشَةْ نُوْرِ الْعَيْن* زَوْجِ خَيْرِ الْكَوْنَيْن إِنَّهَا بِيْ أَدْرَى

وَبَقِيَّةِ الْأَزْوَاجْ طَيِّبَاتِ اْلآرَاجْ* مُغْنِيَاتِ الْمُحْتَاجْ إِنَّهُنْ بِيْ أَدْرَى

*****

بسم الله الرحمن الرحيم

سعدنا في الدنيا * فوزنا في الأخرى 


بخديجة الكبرى * وفاطمة الزهراء


* * *


يا أهيل المعروف* والعطاء المألوف 


غارة للملهوف * أنكم به أدرى 


* * *


يا أهيل المطلوب * والعطاء الموهوب 


غارة للمكروب * أنكم به أدرى 


* * *


يا أهيل الإسعاد * والعطاء والإمداد 


غارة يا أسياد * أنكم بي أدرى 


* * *


يا أهيل الإسعاف * والعطاء ذي هو واف 


أمنة للمختاف * إنكم به أدرى 


* * *


يا أهيل الجاهات * والمنح للفاقات 


والدرك للغارات * إنكم بي أدرى 


*


يا أهيل الهمات * يارجال العزمات 


ياجمال الحملات * إنكم بي أدرى 




يا أهل بيت المختار * عاليين المقدار 


اشفعوا للمختار * إنكم بي أدرى 


*


يـــا أهل بيت الهــادي* قـــدوتــــي وأسيــادي 


إجــزلـوا لــــي زادي * إنـكـــــم بــــــي أدرى 




قـدركـــم رافــع عــال * وعطـــاكــم دهبــــــال 


وسنــاكـــم دهبـــــــال * أرســـلوا لــــي نهـــرا


*


أنتموا خيــــر النــاس * جودكـــم يشفي البـــاس 


اشــفعـــــوا للقســـاس * إنـــــكـم بـــــــــي أدرى 


*


بخــــديجـــة أمي * ذي تجلـــــي همــــي 


اجــزلي لي قسمي * إنــــك بـــــــي أدرى 


*


وأهل شــعب المعلاة * والتــي فـــي أعـــلاه 


حـــــي تلك المولاة * ســيــــدتنا الكبــــرى 




وبحــــق السبطيــــــــن * للنبـي نــور العيــــن 


وبجـــــــــاه العميــــــن * إنــــهم بـــــي أدرى 


*


وبــــذات العلميــــــــن* عـــائشه نــون العيــن 


زوج خيـر الكــونيـــن * إنهـــــا بــــــي أدرى 


*


وببـــــــــاقي الأزواج * طيبــــــــات الآراج 


مغنيـــات المحتـــــاج * إنهــــن بــــي أدرى


*****

Terjemahan Qashidah Sa'duna Kesuka'an Syeikh Maimun Zubair Sarang Rembang


سعدنا في الدنيا * فوزنا في الأخرى

Kebahagiaan kami di Dunia

Keberuntungan kami di Akhirat


بخديجة الكبرى * وفاطمة الزهرا * * *

Dengan perantara Khodijah al Kubro

Dan Fathimah az Zahro


يا أهيل المعروف* والعطاء المألوف

Wahai pemilik kebaikan

Dan pemberian yang disukai


غارة للملهوف * إنكم به أدرى * * *

Berikanlah kepada orang yang berduka

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهيل المطلوب * والعطاء الموهوب

Wahai pemilik hal yang dicari

Dan pemberian yang diberikan


نفحة للمكروب * إنكم به أدرى * * *

Berikanlah kepada orang yang bersedih

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهيل الإحسان * والعطا والغفران

Wahai pemilik kemurahan hati

Pemberian, dan ampunan


عطفة للجيران * إنكم به أدرى * * *

Kasihanilah tetangga dekat

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهيل الإسعاد * والعطا والإرفاد

Wahai pemilik kebahagiaan,

Pemberian, dan pertolongan


غارة للإسعاد * إنكم به أدرى * * *

Berikanlah kepada pencari kebahagiaan

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهيل الإسعاف * والعطاء ذي هو واف

Wahai pemilik bantuan,

Dan pemberian yang mencukupi


أمنة للمختاف * إنكم به أدرى * * *

Berikanlah keamanan kepada orang yang takut

Sungguh kalian lebih mengerti


يا أهيل الجاهات * والمنح للفاقات

Wahai pemilik kemuliaan,

Pemberian bagi orang-orang miskin


والدرك للغارات * إنكم به أدرى * * *.

Capaikanlah pemberian-pemberian tersebut

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهيل الهمات * يارجال العزمات

Wahai pemilik kekuatan,

Wahai wali-wali yang memiliki kesabaran


يارجال الحملات * إنكم بي أدرى * * * .

Wahai wali-wali yang membawa (ilmu syariat)

Sungguh kalian lebih mengerti diriku


يا أهل بيت المختار * عاليين المقدار

Wahai keluarga Nabi yang terpilih

Yang tinggi-tinggi derajatnya


اشفعوا للمحتار * إنكم به أدرى ***

Berikanlah syafaat kepada orang yang bingung

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


يا أهل بيت الهادي* قدوتي واسيادي

Wahai keluarga Nabi yang memberi petunjuk

Panutanku dan pemimpinku


أجزلوا لي زادي * إنكم بي أدرى ***

Limpahkanlah bekal bagiku

Sungguh kalian lebih mengerti diriku


قدركم رافع عال * وعطاكم هطال

Derajat kalian tinggi sekali

Dan pemberian kalian mengalir terus menerus


وسناكم هيال * أرسلوا لي نهرا ***

Kemuliaan kalian curahanku

Datangkanlah sungai untukku


أنتموا خير الناس * جودكم يشفي الباس

Kalian ialah sebaik-baiknya manusia

Kebaikan kalian bisa menyembuhkan sakit


اشفعوا للقساس * إنكـم به أدرى ***

Berikanlah syafaat kepada tukang fitnah

Sungguh kalian lebih mengerti dirinya


بخديجة أمي * ذي تجلي همي

Perantara Khodijah, ibuku

Yang menghilangkan kesusahanku


اجزلي قسمي * إنك بي أدرى***

Limpahkanlah bagianku

Sungguh engkau lebih mengerti diriku


وهتفي بالزهرا * ذي تعالت قدرا

Ku memanggil perantara (Fathimah) az Zahro

Yang luhur derajat beliau


وتجلت بدرا * إنها بي أدرى *** .

Yang menjelma rembulan

Sungguh beliau lebih mengerti diriku


وأبيها المختار * والمصاحب في الغار

Dan ayahnya, Nabi yang terpilih

Serta (Abu Bakar) orang yang menemani di gua


وعلي الكرار * إنهم بي أدرى ***.

Dan Ali al Karror,

Merekalah orang-orang yang lebih mengerti diriku


وأهل شعب المعلاه * وللمنى في علاه

Dan penduduk negri Ma'la

Serta Mina yang tinggi derajatnya


حي تلك المولاه * إنهم بي أدرى ***.

Hiduplah mereka, para pemimpin

Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku


وبحق السبطين * للنبي نور العين

Dan perantara dua cucu Nabi yang menjadi cahaya pelita


وبجاه العمين * إنهم بي أدرى***.

Dan dengan perantara pangkat dua paman Nabi

Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku


وبذات العلمين* عائشة نور العين

Dan dengan perantara pemilik dua ilmu (dunia &  akhirat)

'Aisyah cahayanya pelita


زوج خير الكونين * إنها بي أدرى ***.

Yang menjadi istri sebaik-baiknya manusia di dua alam (jin & manusia)

Sungguh beliau yang lebih mengerti diriku


وبقيه الأزواج * طيبات الآراج

Dan perantara semua istri Nabi

Wanita-wanita yang bagus dan wangi


مغنيات المحتاج * إنهن بي أدرى .

Yang memberi kecukupan bagi orang yang membutuhkan

Sungguh merekalah yang lebih mengerti diriku...


Semoga kita di kumpulkan dengan para Nabi ,ahlu bait , sahabat dan para ulama' di akhirat kelak. Amiin


Minggu, 11 Agustus 2019

Khutbah nikah Mbah Kholil Bangkalan

خطبة النكاح للشيخ خليل بنكالان

الحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ مِنَ المَاءِ بَشَرًا. فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا. خَلَقَ آدَمَ ثُمَّ خَلَقَ زَوْجَهُ حَوَّاءَ مِنْ ضِلْعٍ مِنْ أََضْلاَعِهِ اليُسْرَى. فَلَمَّا سَكَنَ إِلَيْهَا قَالَتِ المَلاَئِكَةُ مَهْ يَآدَمُ حَتَّى تُؤَدِّىَ لَهَا مَهْرًا. قَالَ وَمَا مَهْرُهَا قَالُوا أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَإِمَامِ المُرْسَلِيْنَ , فَوَفَّى المَهْرَ وَخَطَبَ الأَمِيْنُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَزَوَّجَهَا لَهُ عَلَى ذَلِكَ المَلِكُ القُدُّوسُ السَّلاَمُ . وَشَهِدَ إِسْرَافِيْلُ وَمِيْكَائِيلُ وَبَعْضُ المُقَرَّبِيْنَ بِدَارِ السَّلاَمِ. فَصَارَ ذَلِكَ سُنَّةَ أَوْلاَدِهِ عَلَى تَعَاقُبِ السِّنِيْنَ.

أَحْمَدُه أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً. وَأَشْكُرُهُ أَنْ جَعَلَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ بِالتَنَسُّلِ الَّذِى هُو أَصْلُ كُلِّ نِعْمَةٍ. 

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُبْدِعُ نِظَامِ العَالَمِ عَلَى أَكْمَلِ حِكْمَةٍ. لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ العَالَمِيْنَ. 

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ حَبِيبُ الرَّحْمَنِ وَمُجْتَبَاهُ القَائِلُ حُبِّبَ إِلَيَّى مِنْ دُنْيَاكُمُ النِسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ 

وَقَالَ يَامَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فُطُوبَى لِمَنْ أَقَرَّ بِذَلِكَ عَيْنَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

اللهمّ صَلّ وسلّمْ على سيدِنا محمّدٍ جاءَنا بالحقِ الْمبين واَرْسلتَهُ رحمةً للعالمين وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ.

فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقِوْنَ 
قَالَ اللهُ تَعَالٰى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 فَإِنَّ النِّكَاحَ مِنَ السُّنَنِ المَرْغَوبَةِ الَّتِى عَلَيْهِ مَدَارُ الإِسْتِقَامَةِ إِذْ مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ كَمُلَ نِصْفُ دِيْنِهِ كَمَا أَخْبَرَ بِذَلِكَ الحَبِيْبُ المَبْعُوثُ مِنْ تِهَامَةِ. وَقَالَ تَنَاكَحُوا تَنَاسَلُوا فَإِنِّى مُبَاهٍ بِكُمُ الأُمَمَ يَومَ القِيَامَةِ.

 وَقَدْ حَثَّ عَلَيْهِ المَنَّانُ بِقَولِهِ وَأَنْكِحُوا الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِيْهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ. 


وَهَذَا عَقْدٌ مُبَارَكٌ مَيْمُونٌ وَاجْتِمَاعٌ عَلَى حُصُولِ خَيْرِ يَكُونُْ. إِنْ شَاءَ اللهُ الَّذِى إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ. 


أَقُولُ قَولِ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَوَالِدِكُمْ وَلِمَشَايِخِى وَمَشَايِخِكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْمُ


أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ (٣×)


أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (٣×) .


Segala puji bagi Allah, Dzat yang menciptakan manusia dari air, kemudian menciptakan keturunan dan kerabat. Allah menciptakan Nabi Adam kemudian menciptakan isterinya Sayidah Hawa dari tulang rusuknya yang kiri. Ketika Adam menyukai Hawa, Malaikat berkata : "jangan dulu wahai Adam, hingga kau penuhkan maharnya." Adam bertanya : "apakah maharnya?" Malaikat menjawab : "bacalah shalawat kepada Nabi Muhammad pemungkas para Nabi dan Imam para Utusan.  Adam kemudian memenuhkan maharnya dan Malaikat Jibril berkhutbah dan Allah menikahkan Adam dengan Sayidah Hawa. Israfil, Mikail dan sebagian Malaikat Muqarrabin menyaksikan di Daar as Salam. Kemudian ini menjadi contoh perilaku keturunannya dari tahun ketahun.

Saya memuji kepada Allah yang menciptakan untukmu dari golonganmu, pasangan-pasangan agar kau merasa tentram dengannya dan Allah menciptakan diantaramu rasa cinta kasih. Saya bersyukur kepada Allah yang menciptakan suku-suku dan bangsa-bangsa dengan berketurunan yang hal itu menjadi asal dari segala nikmat. Saya bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, yang mengatur alam dengan kebijaksanaan yang sempurna. Tiada Tuhan selain Allah Tuhan semesta alam. Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, kekasih Allah yang Maha Penyayang dan pilihan Allah yang menyatakan : "disenangkan untukku dari duniamu, perempuan dan wewangian dan dijadikan penenang hatiku saat bershalat" Dia juga berkata : "wahai para pemuda, barangsiapa diantaramu yang mempunyai bekal, menikahlah. berbahagialah bagi orang mengakui hal itu sebagai permata Rasulullah, keluarga, sahabat dan para tabiin.

Sesungguhnya nikah itu kesunnahan yang dicintai yang menjadi pondasi istiqamah, karena orang yang menikah maka telah sempurna separo agamanya sebagaimana dikabarkan oleh orang yang dikasihi yang diutus dari Tanah Tihamah. Rasulullah bersabda : "Menikahlah dan berketurunanlah, sesungguhnya aku membanggakan denganmu ummat yang banyak dihari kiamat. dan Allah mendorong menikah dengan firmannya : "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." Ini adalah pernikahan yang berkah dan beruntung, dan pertemuan yang akan menghasilkan kebaikan bila dikehendaki Allah Dzat yang bila menginginkan sesuatu, cukuplah berkata jadilah maka jadilah ia
Inilah yang bisa saya katakan, dan saya bermohon ampun kepada Allah untuk ku, engkau semua, kedua orang tuaku dan orang tuamu, guru-guruku dan guru-gurumu dan segenap umat muslim. Maka bermohonlah ampun karena Allah Maha Mengampuni dan Berbelaskasih.

Khutbah nikah 1


خَطبة النكاح

بسم الله الرحمن الرحيم

الْحَمْدُ ِللهِ الْمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ الْمَعْبُوْدِ بِقُدْرَتِهِ الْمُطَاعِ بِسُلْطَانِهِ الْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ النَّافِذِ أَمْرُهُ فِى سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ بِقُدْرَتِهِ وَمَيَّـزَهُمْ بِأَحْكَامِهِ وَأَعَزَّهُمْ بِدِيْنِهِ وَأَكْرَمَهُمْ بِنَبِـيِّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . 

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَتْ عَظَمَـتُهُ جَعَلَ الْمُصَاهَرَةَ سَبَبًا لاَحِقًا وَأَمْرًا مُفْتَرَضًا أَوْشَجَ بِهِ اْلأَرْحَامَ وَأَلْزَمَ اْلأَنَامَ  

فَقَالَ عَـزَّ مِنْ قَائِلٍ :[وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشًرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيْرًا] فَأَمْرُاللهِ يَجْرِيْ عَلَى قَضَائِهِ وَقَضَاؤُهُ يَجْرِيْ إِلَى قَدَرِهِ وَلِكُلِّ قَضَاءٍ قَدَرٌ وَلِكُلِّ قَدَرٍ أَجَلٌ وَلِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ .

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْـنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِـنَا وَسَيِّـآتِ أَعْمَالِـنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . 

أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سيّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهمّ صَلّ وسلم على سيدنا محمد جاءنا بالحق المبين وارسلته رحمة للعالمين وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجمعين اما بعد :

 فياايّها الحاضرون اُوصِيكُمْ ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون 

قَالَ الله تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :

[يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ] 

[يَآأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقًُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْـبًا]

[يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا]

فَإِنَّ الْلأُمُـوْرَ كُلَّهَا بِيَدِ اللهِ يَقْضِيْ فِيْهَا مَا يَشَاءُ وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ لاَ مُؤَخِّرَ لِمَا قَدَّمَ  ولاَ مُقَدِّمَ لِمَا أَخَّرَ وَلاَ يَجْتَمِعُ اثْنَانِ وَلاَ يَفْتَرِقَانِ إِلاَّ بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ وَكِتَابٍ مِّنَ اللهِ قَدْ سَبَقَ .

وَقَالَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ :  تَنَاكَحُوا تَنَاسَلُوا فَإِنِّى مُبَاهٍ بِكُمُ الأُمَمَ يَومَ القِيَامَةِ

ومن المقصود قوله تعالى : 

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١

وَقَدْ حَثَّ عَلَيْهِ المَنَّانُ بِقَولِهِ : وَأَنْكِحُوا الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِيْهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.

ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﺇِﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ , ﻓَﺈِﻧَّﻜُﻢْ ﺃَﺧَﺬْﺗُﻤُﻮْﻫُﻦَّ ﺑِﺄَﻣَﺎﻧَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ , ﻭَﺍﺳْﺘَﺤْﻠَــﻠْﺘُﻢْ ﻓُﺮُﻭْﺟَﻬُﻦَّ ﺑِﻜَﻠِﻤَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ

وقال ايضا: أَلَا وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ : خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِهِ وَ أَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِى، مَا أَكْرَمَ النِّسَآءَ إِلاَّ كَرِيْمٌ وَ مَا أَهَانَهُنَّ إِلاَّ لَئِيْمُ (رَوَاهُ عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِب)

وقال: مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى اللهِ خَيْرًالَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ ، إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ ، وَ إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ ، وَ إِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ ، وَ إِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِى نَفْسِهَا وَ مَالِهِ . (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهُ عَنْ َأَبِى أُمَامَةِ ) 

وَهَذَا عَقْدٌ مُبَارَكٌ مَيْمُونٌ وَاجْتِمَاعٌ عَلَى حُصُولِ خَيْرِ يَكُونُْ. إِنْ شَاءَ اللهُ الَّذِى إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ. 

أَقُولُ قَولِ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَوَالِدِيكُمْ وَلِمَشَايِخِى وَمَشَايِخِكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْمُ

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ (3x)

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ (3x) .


Sabtu, 10 Agustus 2019

Seputar Qurban


A. Pengertian Kurban

Kata kurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat (Ibn Manzhur: 1992:1:662; Munawir:1984:1185). Maksudnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Yang dimaksud dari kata kurban yang digunakan bahasa sehari-hari, dalam istilah agama disebut “udhhiyah” bentuk jamak dari kata “dhahiyyah” yang berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha), yaitu sembelihan di waktu dhuha pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 bulan Dzulhijjah. Dari sini muncul istilah Idul Adha.

Dari uraian tersebut, dapat dipahami yang dimaksud dari kata qurban atau udhhiyah dalam pengertian syara, ialah menyembelih hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah pada Hari Raya Haji atau Idul Adha dan tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. 

B. Hukum Kurban

Ibadah kurban hukumnya adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan Imam al-Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth: 1/314).


 


C. Keutamaan Kurban

Menyembelih kurban adalah suatu sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan. Hal ini didasarkan atas informasi dari beberapa haditst Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, antara lain: 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Menurut Zain al-Arab, ibadah yang paling utama pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan untuk kurban karena Allah. Sebab pada hari kiamat nanti, hewan itu akan mendatangi orang yang menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di dunia, setiap anggotanya tidak ada yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala baginya. Kemudian hewan itu digambarkan secara metaphoris akan menjadi kendaraanya untuk berjalan melewati shirath. Demikian ini merupakan balasan dan bukti keridhaan Allah kepada orang yang melakukan ibadah kurban tersebut. (Abul Ala al-Mubarakfuri: tt: V/62)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sesekali janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Masih banyak lagi sabda Nabi yang lain, menjelaskan tentang keutamaan berkurban. Bahkan pada haditst terakhir, disebutkan bahwa orang yang sudah mampu berkorban, tetapi tidak mau melaksanakanya, maka ia dilarang mendekati tempat shalat Rasulullah atau tempat (majelis) kebaikan lainya.

Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri seorang muslim. Dengan berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai ridha Allah semata. Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya untuk-Nya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang dikurbakan, melainkan ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai kepada-Nya.  

D. Hakikat Kurban

Kurban dalam dimensi vertikal adalah bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapatkan keridhaan-Nya. Sedangkan dalam dimensi sosial, kurban bertujuan untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Adha, sebagaimana pada Hari Raya Fitri mereka digembirakan dengan zakat fitrah. Karena itu, daging kurban hendaklah diberikan kepada mereka yang membutuhkan, boleh menyisakan secukupnya untuk dikonsumsi keluarga yang berkurban, dengan tetap mengutamakan kaum fakir dan miskin.

Allah berfirman:

فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28)

Dengan demikian kurban merupakan salah satu ibadah yang dapat menjalin hubungan vertikal dan horizontal. 

E. Kriteria Hewan Kurban

Para ulama sepakat bahwa semua hewan ternak boleh dijadikan untuk kurban. Hanya saja ada perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih utama dari jenis-jenis hewan tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa yang paling utama adalah kambing atau domba, kemudian sapi, lalu unta. Sedangkan Imam al-Syafi’i berpendapat sebaliknya, yaitu yang paling utama adalah unta, disusul kemudian sapi, lalu kambing (Ibn Rusyd: tt: I:315).

Agar ibadah kurbannya sah menurut syariat, seorang yang hendak berkurban harus memperhatikan kriteria-kriteria dari hewan yang akan disembelihnya. Kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai dengan usia dan jenis hewan kurban, yaitu:

a. Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia satu tahun lebih, atau sudah berganti giginya (al-jadza’). Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sembelilhlah domba yang jadza’, karena itu diperbolehkan.” (Hadits Shahih, riwayat Ibn Majah: 3130 Ahmad: 25826)

b. Kambing kacang (ma’z) harus mencapai usia minimal dua tahun lebih.

c. Sapi dan kerbau harus mencapai usia minimal dua tahun lebih.

d. Unta harus mencapai usia lima tahun atau lebih.

(Musthafa Dib al-Bigha: 1978:241).

Selain kriteria di atas, hewan-hewan tersebut harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari al-Barra bin Azib radliyallâhu ‘anh:

أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لَا تَنْقَى

“Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, “(1) yang (matanya) jelas-jelas buta (picek), (2) yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang (kakinya) jelas-jelas pincang, dan (4) yang (badannya) kurus lagi tak berlemak.” (Hadits Hasan Shahih, riwayat al-Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420)

Akan tetapi, ada beberapa cacat hewan yang tidak menghalangi sahnya ibadah kurban, yaitu; Hewan yang dikebiri dan hewan yang pecah tanduknya. Adapun cacat hewan yang putus telinga atau ekornya, tetap tidak sah untuk dijadikan kurban. (Dr. Musthafa, Dib al-Bigha: 1978:243). Hal ini dikarenakan cacat yang pertama tidak mengakibatkan dagingnya berkurang (cacat bathin), sedangkan cacat yang kedua mengakibatkan dagingnya berkurang (cacat fisik).

F. Ketentuan Kurban

Berkurban dengan seekor kambing atau domba diperuntukkan untuk satu orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk berkurban tujuh orang. Ketentuan ini dapat disimpulkan dari hadits berikut: 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurban bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn Majah: 3123). 

Hadits selanjutnya menjelaskan tentang berkurban dengan seekor domba yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ فَقَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الْمُدْيَةَ (يعني السكين) ثُمَّ قَالَ اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ.

“Dari Aisyah radliyallâhu ‘anhâ, menginformasikan sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menyuruh untuk mendatangkan satu ekor domba (kibas) yang bertanduk . Kemudian domba itu didatangkan kepadanya untuk melaksanakan kurban. Beliau berkata kepada Aisyah: Wahai Aisyah, ambilkan untukku pisau (golok). Nabi selanjutnya memerintahkan Aisyah: Asahlah golok itu pada batu (asah). Aisyah kemudian melakukan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah. Kemudian Nabi mengambil golok itu dan mengambil domba (kibasy), kemudian membaringkannya, dan menyembelihnya sambil berdoa: Dengan nama Allah, wahai Allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan umat Muhammad, beliau berkurban dengan domba itu”. (Hadits Shahih Riwayat Muslim 1967).

Doa Nabi dalam hadits di atas, ketika beliau melaksanakan kurban: “Wahai Allah, terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan umat Muhammad” tidak bisa dipahami bahwa kurban dengan satu domba cukup untuk keluarga dan untuk semua umat Nabi. Penyebutan itu hanya dalam rangka menyertakan dalam memperoleh pahala dari kurban tersebut. Apabila dipahami bahwa berkurban dengan satu kambing cukup untuk satu keluarga dan seluruh umat Nabi Muhammad, maka tidak ada lagi orang yang berkurban. Dengan demikian, pemahaman bahwa satu domba bisa untuk berkurban satu keluarga dan seluruh umat, harus diluruskan dan dibetulkan sesuai dengan ketentuan satu domba untuk satu orang, sedangkan onta, sapi, dan kerbau untuk tujuh orang sebagaimana dijelaskan hadits di atas. 

G. Waktu Pelaksanaan Kurban

Waktu menyembelih kurban dimulai setelah matahari setinggi tombak atau seusai shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan distribusi (pembagian) daging kurban dibagi menjadi tiga bagian dan tidak mesti harus sama rata. Ketiga bagian itu, (1) untuk fakir miskin, (2) untuk dihadiahkan, dan (3) untuk dirinya sendiri dan keluarga secukupnya. Dengan catatan, porsi untuk dihadiahkan dan untuk dikonsumsi sendiri tidak lebih dari sepertiga daging kurban. Meskipun demikian memperbanyak pemberian kepada fakir miskin lebih utama. (Dhib al-Bigha:1978:245).