Selasa, 05 Oktober 2021

majaz istiaroh


Pengertian Isti’arah
Isti’arah adalah lafadz yang digunakan bukan pada tempatnya sebab ada hubungan (Alaqoh) persamaan antara keduanya. Seperti lafadz اسد (untuk laki-laki yang gagah. Adapun Alaqoh (perhubungan)nya ialah sama-sama gagahnya.
Isti’arah pada alam dilarang adanya, kecuali mengandung makna sifat, seperti lafadz رأيت حاتما saya melihat seorang dermawan. lafadz حاتما ialah nama orang yang sudah terkenal sifat keterdemawannya, yang dimaksudkan ialah “Hatim bin Atho’I”, sehingga orang yang menyerupainya dalam keterdemawannya di sebut Hatim. Maka lafadz Hatim bagi putra Atho’I adalah hakikat, sedangkan bagi yang lainnya adalah majaz.
2) Macam-macam Isti’arah
1. Mufrod, seperti رايت اسدايرمي saya melihat laki-laki yang gagah itu melempar.
2. banyak (tersusun), seperti يرمي علىفرسه في الهيجاع saya melihat laki-laki itu melempar di atas kudanya di dalam peperangan.
3. pertalian satu dengan yang lainnyadan semuannya menjadi qorinah, bukan satu kesatuan, seperti kata syair di bawah ini
وصاعقة من نصله ثنكفي بها # على ارؤس الاقران خمس سحائب
Banyak sekali petir berbalik dengan lima ujung jari orang itu, dari katajaman pedang orang itu kepada kepala teman-temannya.
Yang menjadi contoh istiaroh, ialah lafadz سحائب dalam arti انامل yang menjadi korinahnya adalah tersusun dari lafadz صاعقة dan seterusnya, kesemuanya itu adalah korinah bagi majaz tersebut.
3) Isti’arah Ditinjau dari Kedua Ujungnya
Majaz isti’arah jika ditinjau dari kedua ujungnya, yaitu musta’ar minhu dan musta’aroh terbagi pada:
1. Inadiyah, yaitu yang kedua ujungnya tidak bias bersatu sebab bertolak belakang (berlawanan), seperti mengisti’arohkan yang makdum pada yang maujud, orang mati kepada yang hidup yang bodoh, seperti رايت الميت في المدرسة saya telah meihat mayat di dalam sekolah.
2. Wifakiya, yaitu yang kedua ujungnya itu dapat bersatu, seperti pengisti’arohan penghidupan pada pemberian hidayah, seperti firman Allah اومن كان ميتا فاحييناه ataukah yang sudah menjadi mayat, lalu kami menghidupkannya.
Sedangkan isti’aroh Inadiyah itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Tamlihiyah (agar tampak lucu) seperti رايت اسدافي المسجد saya melihat singa di masjid.
2. Tahakkumiyah (memperolok-olok), seperti رايت اسدا اي تريد جبانا saya melihat seekor singa yakni ingin menakut-nakuti.
4) Isti’arah Ditilik dari Jihad Jami’
Isti’aroh jika dilihat dari sisi jihad Jami’ itu terbagi menjadi dua bagian:
1. Qoribah (dekat atau mudah), seperti رايت اسدايرمي على فرسه aku melihat seekor singa melempar atas kudanya; aku melihat bulan sedang membaca.
2. Ghoribah (sulit dimengerti), seperti kata syair
وإذا احتبي قربوسه بعنانه # علك السكيم إلى انصر اف الزائر
bila kuda itu duduk menghimpunkan pelawan dengan telinganya, besi mulutnya berbolak balik berpaling kepada dirinya. Isti’aroh semacam ini disebut ghoribah, sukar dicari sisi perpaduannya
5) Isti’arah Ditinjau dari Segi Lafadznya
Majaz isti’aroh jika dititik pada segi lafadtnya, terbagi pada asliyah dan tarbiyah.
1. Kalau musta’ar terdiri dari isim jenis, maka isti’aroh itu disebut asli.
Isim jenis adalah lafadz yang menunjukkan zat yang pantas untuk menunjukkan banyak, tanpa mmemandang sifatnya. (atau disebut juga isim jamid)
Sedangkan yang dimaksud dengan zat adalah lafat yang berdiri sendiri sendiri,berikut pemahamanya, baik keadaanya berbentuk benda atau pengertian, seperti اسد ضرب kecuali alam, isim dhomir, dan isyarah, tidak termasuk isim jenis.

2. Kalau musta’ar itu terdiri dari isim sifat seperti الحال ناطقة بكذا atau jumlah fi’liyah seperti نطقت الحال بكذا Atau jumlah kharfiyah, seperti فالتقطه الفرعون ليكون لهم عدوا وحزنا maka keluarga fir’aun menumukan musa itu, syupaya kemudian menjadi misuh keprihatinan kepada mereka.
Jadi mustasnanya ialah “laam kay” pada lafazd kesemuanya disebut isti’aroh tabi’iyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.