Selasa, 29 Juni 2021
anta salam
Minggu, 20 Juni 2021
Al Misku Fah
اَلْمِسْكُ فاَح اَلْمِسْكُ فَاح، لَمَّا ذَكَرْنَا رَسُوْلَ اللّه و النُّوْرُ لَاح النُّوْر لاَح، لَمَّا حَضَرْنَا اَبَا الزَّهْرَاء أَشْكِى لِمِين وَجْدى وَ حَالِى، وَ أقول لِمِين النَّبِى غَالِى إيه اللى غير أَحْوَالِى، غير الْغَرَام لِرَسُوْلِ اللّه طُوْل عُمْرِى باتمنى اشُوْفَك، وَ انْظُر جَمَالَك وَ اَبُوْسَك صَبَرْتُ نَفْسِى باحَاديثك، وأقول لا بد فِى لَيْلِى أَرَاه يَا صَاحِبَ الْقُبَّةِ الْخَضْرَا، هَلْ عَلَيْنَا بِالنَّظْرَة هِز الهِلَال يَا أَبَا الزَّهْرَاء، وَاعْطَ لِكُلِّ مُحِبِّ مُنَاه حَدِيْث لِجدك طمنى، و بِذِكْره حَافْضَل مِتْهَنِّى أَنَا مِن الحُسين وَ حُسين مِنِّى، يا ابن بنت رسول الله |
Ketika kami menyebut Ayahanda Fatimah Az Zahra
Kepada siapa aku harus mengadukan perasaan dan keadaanku
Dan kepada siapa harus ku ungkapkan tentang Nabi yang mulia ini?
Dialah yang telah merubah keadaanku
Menjadi seorang yang (tergila) kepada Rasulullah Saw
Sepanjang umur aku berharap berjumpa denganmu
Melihat keindahan dan menciummu
Aku terus bersabar mendengar kisah tentangmu
Aku berkata “malam ini aku harus bermimpi bertemu dengannya”
Wahai pemilik kubah hijau nan megah
Akankah kami dapat menemuimu
Waktu telah mengguncang kami wahai ayahanda Fatimah Az-Zahra
Berikanlah setiap pecintamu apa yang dia inginkan
Sabtu, 19 Juni 2021
khutbah dzul qodah
الْأُوْلَى
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ القَوِيِّ الْمَجِيْدِ. اَلْمُدَبِّرِ لِخَلْقِهِ كَمَا يَشَاءُ وَهُوَ الْفَعّالُ لِمَا يُرِيدُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشِرِيْكَ لَهُ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه ذُو الرَّشَادِ وَالتَّسْدِيْدِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسّلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ هُمْ نِعْمَ العَبِيْدُ, وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِالْإِحْسِانِ وَالتَّسْدِيْدِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللَّهِ, إِتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ بفِعْلِ المَأمُوْراتِ وَاجْتِنَابِ المُحَرَّمَاتِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Ma’asyirol muslimin, hafidzo kumulloh…
Marilah kita senatiasa meningkatkan taqwa kepada Allah swt. dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.
Saat ini kita telah memasuki bulan Dzulqa’dah, bulan pertama dari empat bulan haram. Bulan Dzulqa’dah adalah bulan ke-11 dalam kalender Islam.
Orang jawa juga menyebut bulan ini Dzulqo’dah, Dzulqaidah, Dzulkadah dan Dulkangidah. Bulan ini dikenal pula dengan nama bulan Selo, Apit atau Hapit.
Menurut masyarakat Jawa, Apit berarti terjepit. Hal ini karena bulan ini terletak di antara dua hari raya besar yaitu, Idul Fitri (Syawal) dan Idul Adha (Dzulhijah). Juga disebut Selo karena bulan ini jeda dari dua hari raya besar tersebut.
Secara bahasa, Dzul Qo’dah terdiri dari dua kata: Dzul yang bermakna shohib artinya “sesuatu yang memiliki” dan Al-Qo’dah yang artinya “tempat yang diduduki”. Bulan ini disebut Dzul Qo’dah karena pada bulan ini, kebiasaan masyarakat Arab duduk (tidak bepergian) di daerahnya dan tidak melakukan perjalanan atau peperangan. Secara bahasa, Dzul Qo’dah juga berarti “penguasa genjatan senjata” karena pada saat itu bangsa Arab dilarang melakukan peperangan.
Bulan ini memiliki nama lain. Diantaranya, orang jahiliyah menyebut bulan ini dengan waranah. Ada juga orang arab yang menyebut bulan ini dengan nama: Al Hawa’. (Al-Mu’jam Al-Wasith)
Ma’asyirol muslimin, hafidzo kumulloh…
Hingga zaman now seperti sekarang ini, masih beredar kepercayaan bulan Dzulqa’dah sebagai bulan sial atau bulan tidak baik untuk menikah dan sebagainya. Justru, dalam Islam, bulan Dzulqa’dah termasuk salah satu dari empat bulan haram, yaitu bulan yang dimuliakan atau disucikan Allah SWT selain Muharram, Dzulhijjah, dan bulan Rajab.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerngi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama-sama orang yang bertakwa.” (Q.S. At-Taubah:36)
Bulan haram ialah bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai bulan yang suci lagi diagungkan kehormatannya.
Bulan Dzulqa’dah termasuk bulan haram ditegaskan dalam hadits shahih berikut ini:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Bukhari 3197 & Muslim 4477)
Ma’asyirol muslimin, hafidzo kumulloh…
Diantara kemuliaan bulan Dzulqa’dah adalah:
Bulan Dzulqa’dah termasuk bulan haram.
Bulan haram atau disebut juga bulan yang disucikan, sebagaimana yang jabarkan At-Thabari dalam kitab tafsirnya, ialah bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai bulan yang suci lagi diagungkan kehormatannya. Di mana di dalamnya amalan-amalan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya sedangkan amalan-amalan yang buruk akan dilipatgandakan dosanya.
Adapun Ibnu Katsir menjabarkan ayat di atas, bahwa bulan yang disucikan itu ada empat, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dzulqa’dah mempunyai keistimewaan karena di dalamnya Allah melarang manusia untuk berperang. Di dalam Dzulhijjah manusia mempersiapkan diri untuk melaksanakan manasik haji. Pada bulan Muharram mereka kembali ke negeri mereka masing-masing. Sedangkan pada bulan Rajab, orang-orang dari berbagai pelosok negeri yang datang ke Baitullah kembali ke negeri mereka dalam keadaan aman.
Bulan Dzulqa’dah juga merupakan salah satu dari bulan-bulan haji (asyhrul hajj) yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui…” (QS. al-Baqarah: 197)
Dalam Tafsir Ibni Katsir dikemukakan bahwa asyhur ma’lumaat (bulan-bulan yang telah diketahui) merupakan bulan yang tidak sah ihram untuk menunaikan haji kecuali pada bulan-bulan ini. Dan ini pendapat yang benar (shahih).
Pada bulan Dzulqa’dah ini, Rasulullah saw. menunaikan ibadah umrah hingga empat kali, dan ini termasuk umrah beliau yang diiringi ibadah haji. Meskipun ketika itu beliau berihram pada bulan Dzulqa’dah dan menunaikan umrah tersebut di bulan Dzulhijjah bersamaan dengan haji. (Lathaa-iful Ma’aarif)
Di bulan Dzulqa’dah ini, Allah swt. berjanji kepada Nabi Musa as. untuk berbicara dengannya selama tiga puluh malam di bulan Dzulqa’dah, ditambah sepuluh malam di awal bulan Dzul Hijjah berdasarkan pendapat mayoritas para ahli tafsir. (Tafsir Ibni Katsir)
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَوَاعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (untuk memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi)…” (QS. al-A’raaf: 142).
Ma’asyirol muslimin, hafidzo kumulloh…
Alhasil, bulan Dzulqa’dah adalah bulan pertama dari empat bulan haram, yaitu bulan yang suci lagi diagungkan kehormatannya. Seluruh amal kita dilipat gandakan pahala maupun dosanya oleh Allah di bulan ini. Oleh karena itu, mari perbanyak amal shalih dan hindari sekuat tenaga maksiat kepada Allah.
وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَولِه يَهْتَدي الْمُهْتدُونَ, أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, ۞ وَوٰعَدْنَا مُوْسٰى ثَلٰثِيْنَ لَيْلَةً وَّاَتْمَمْنٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيْقَاتُ رَبِّهٖٓ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ۚوَقَالَ مُوْسٰى لِاَخِيْهِ هٰرُوْنَ اخْلُفْنِيْ فِيْ قَوْمِيْ وَاَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيْلَ الْمُفْسِدِيْنَ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Jumat, 18 Juni 2021
Alangkah indahnya
Andai dapat kutatap wajah-Mu
'Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenangan-Mu
Andai dapat kukecup tangan-Mu
Tak pernah kutatap wajah-Mu
يا رسو ل الله يا حبيب الله
Kami rindu pada-Mu
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Tak pernah kutatap wajah-Mu
يا رسو ل الله يا حبيب الله
Kami rindu pada-Mu
Terimalah kami sebagai umat-Mu
يا رسو ل الله يا حبيب الله
Kurniakanlah syafaat-Mu
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
اللّهمّ صلّ على محمّد
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
اللّهمّ صلّ على محمّد
ﻳﺎ ﺭﺏ ﺻﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Kamis, 17 Juni 2021
Syiir Tanpo wathon
Gus Nizam merupakan cucu KH Sahlan, seorang ulama besar dari Krian dengan amalan-amalan wirid tarekat. Memang ketika mendendangkan syiir gubahannya, suara Gus Nizam sangat mirip dengan suara Gus Dur, sehingga banyak yang mengira syiirnya adalah karya Gus Dur.
Syiir Tanpo Waton
اَسْتَغْفِرُالله رَبَّ الْبَرَايَا # اَسْتَغْفِرُ الله مِنَ الْخَطَايَا
رَبِ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعًا # وَوَفِّقْنِيْ عَمَلًا صَالِحًا
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran # Kelawan muji maring pengeran
(Aku memulai menembangkan (menyanyikan) syiir # dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan # Rino wengine tanpo pitungan
(Yang memberi rahmat dan kenikmatan siang dan malam tanpa perhitungan)
Duh bolo konco priyo wanito # Ojo mung ngaji syare’at bloko
(Wahai para sahabat pria dan wanita jangan hanya belajar syariat saja)
Gur pinter dongeng nulis lan moco # Tembe mburine bakal sengsoro
(Hanya pandai mendongeng (bicara), menulis, dan membaca akhirnya hanya akan sengsara)
Akeh kang apal Qur’an hadise # Seneng ngafirke marang liyane
(Banyak yang hafal Al-Qur’an dan hadisnya suka mengkafirkan orang lain)
Kafire dewe ndak digatekke # Yen isih kotor ati akale
(Kekafirannya sendiri tidak diperhatikan kalau masih kotor hati dan akalnya)
Gampang kabujuk nafsu angkoro # Ing pepaese gebyare donyo
(Mudah tertipu nafsu angkara dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo # Mulo atine peteng lan nisto
(Iri dan dengki kekayaan tetangga maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake # Wajibe ngaji sa’pranatane
(Mari saudara jangan melupakan kewajiban mengaji (belajar) lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide # Baguse sangu mulyo matine
(Untuk menebalkan iman tauhidnya bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine # Kerono mapan sari ngelmune
(Yang disebut orang shaleh itu bagus hatinya #Karena sempurna sari keilmuannya)
Laku thoriqoh lan ma’rifate # Ugo haqiqot manjing rosone
(Melakukan thariqat dan ma’rifatnya juga hakikat meresap rasanya)
Al-Qur’an qodim wahyu minulyo # Tanpo tinulis iso diwoco
(Al-Qur’an qadim wahyu yang mulia # Tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito # Den tancepaken ing jero dodo
(Itu wejangan (pesan) guru yang waskita # Ditancapkan ke dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran # Mrasuk ing badan ugo jeroan
(Tergantung (tertempel) di hati dan pikiran # Merasuk ke dalam badan dan tubuh)
Mukjizat Rosul dadi pedoman # Minongko dalan manjinge iman
(Mukjizat Rasul (Al-Qur’an) jadi pedoman # sebagai jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh kang moho suci # Kudu rangkulan rino lan wengi
(Kepada Allah yang Maha Suci # Harus berpelukan (mendekatkan diri) siang dan malam)
Ditirakati diriyadlohi # Dzikir lan suluk jo nganti lali
(Diusahakan dan dilatih # Dzikir dan suluk jangan sampai dilupakan)
Uripe ayem rumongso aman # Dununge roso tondo yen iman
(Hidupnya tenteram dan merasa aman # itulah perasaan tanda beriman)
Sabar narimo nadjan pas-pasan # Kabeh tinakdir saking pengeran
(Sabar menerima meskipun (hidup) pas-pasan # Semua sudah ditakdirkan dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo # Kang podo rukun ojo dursilo
(Terhadap teman, saudara, dan tetangga # Rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunnahe rosul kang mulyo # Nabi Muhammad junjungan kito
(Itu sunnah Rasul yang mulia # Nabi Muhammad suri tauladan kita)
Ayo nglakoni sekabahane # Alloh kang bakal ngangkat drajate
(Ayo jalani semua #Allah yang akan mengagnkat derajatnya)
Senajan asor toto dzohire # Ananging mulyo maqom drajate
(Meskipun rendah secara lahiriyah # Namun mulia kedudukan derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane # Ora kesasar roh lan sukmane
(Ketika ajal telah datang di akhir # Tidak tersesat roh dan sukma (raga) nya)
Den gadang Alloh swargo manggone # Utuh mayite ugo ulese
(Disanjung Allah surga tempatnya # Utuh (lengkap) jasadnya juga kain kafannya)
اَسْتَغْفِرُالله رَبَّ الْبَرَايَا # اَسْتَغْفِرُ الله مِنَ الْخَطَايَا
رَبِ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعًا # وَوَفِّقْنِيْ عَمَلًا صَالِحًا
Rabu, 16 Juni 2021
Abu Yazid dan 80 pemabuk
Abu Yazid al-Busthami merupakan seorang ahli tasawuf yang terkemuka. Tokoh berkebangsaan Persia itu lahir dengan nama Tayfur sehingga nama lengkapnya adalah Abu Yazid Tayfur bin Isa bin Surusyan al-Busthami.
Kedua orang tuanya termasuk Muslimin yang taat beribadah dan bersahaja. Mereka hidup zuhud sehingga sangat teliti dalam mencari nafkah yang benar-benar halal saja, sekecil apa pun perolehannya.
Alim yang wafat dalam usia 71 tahun itu memiliki ketertarikan yang sangat kuat terhadap perkara cinta Ilahi. Ia menaruh perhatian besar pada pengalaman-pengalaman spiritual yang tinggi, yang pernah dialami Nabi Muhammad SAW, seumpama mi'raj ke langit. Bahkan, pernah disampaikannya bahwa dirinya bermimpi mengalami "mi'raj" dengan membawa kerinduan untuk mencari Allah, keinginan untuk bersatu dan tinggal bersama-Nya untuk selama-lamanya.
Ada beragam kisah Abu Yazid yang mengungkapkan kerinduannya untuk meraih cinta Allah SWT. Salah satunya dituturkan dalam buku karangan Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri, Kitab al-Mawaizh.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari, sufi tersebut sedang bermunajat kepada Allah. Saking khusyuknya, kalbunya terasa bersih; sanubarinya pun tenteram. Dalam keadaan demikian, akalnya merasa tengah melesat menuju Arsy.
Dalam hatinya ia berkata, “Alangkah indahnya maqam Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin para rasul. Semoga aku kelak bisa menjadi tetangga beliau di surga.”
Ia kemudian masuk ke dalam kesadaran lahiriah. Tiba-tiba, terdengar sebentuk suara berbicara kepadanya, “Sungguh, syekh imam fulan di negeri anu kelak akan menjadi tetanggamu di surga!”
Abu Yazid terkejut mendengar pesan tersebut. Ia pun menyelesaikan munajatnya dan segera beranjak dari rumahnya. Tujuannya jelas, menemukan sosok “syekh imam” yang namanya disebut oleh suara tadi. Dengan penuh semangat, dirinya menempuh perjalanan sejauh lebih dari 550 kilometer untuk sampai ke negeri yang dimaksud.
Setibanya di negeri yang disebut dalam sirr-nya itu, Abu Yazid melalui pasar. Ia pun menghampiri beberapa warga lokal yang sedang duduk-duduk di depan sebuah toko.
Kepada mereka, dirinya menanyakan identitas sosok yang dicarinya. Akan tetapi, orang-orang itu justru balik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau mencari si perusuh yang gemar mabuk-mabukan itu? Kalau melihat pada sosok wajahmu, bukankah engkau ini termasuk saleh?”
Mendengar itu, Abu Yazid pun seketika merasa kesal dan sedih. la mulai berpikir ulang tentang perjalanannya. Jangan-jangan, suara yang muncul dalam sirr-nya beberapa waktu lalu hanyalah bisikan setan.
Penyesalan menyelimuti hatinya. Setelah pamit kepada para warga itu, ia memutuskan untuk kembali ke negerinya. Namun, sekelabat pikirannya menimbang-nimbang, “Bukankah aku sudah sampai di sini? Mengapa pulang begitu saja tanpa sempat melihat wajah orang yang kucari-cari itu?”
Abu Yazid pun menemui lagi beberapa warga tadi. “Wahai saudara-saudara, di manakah letak rumah si fulan?”
“Percuma engkau mendatangi rumahnya. Sore ini paling-paling dia sedang sibuk mabuk-mabukan di kedai dekat pasar ini,” jawab seorang di antara mereka.
Abu Yazid pun bergegas mendatangi sebuah kedai yang dimaksud penduduk setempat. Betapa terkejut dirinya menyaksikan pemandangan di lokasi tersebut. Ia melihat, ada seorang laki-laki duduk dikelilingi puluhan orang yang sedang berpesta minuman keras. Pemandangan demikian tak pelak membuat hatinya kian putus asa. Tanpa mengucapkan sepatah kata, alim ini langsung berbalik untuk pulang ke negerinya.
Tiba-tiba, si laki-laki yang ada di tengah puluhan pemabuk itu berseru, “Wahai Abu Yazid! Wahai Syekh al-Muslimin! Mengapa engkau tidak mendekat terlebih dahulu? Bukankah engkau sudah datang jauh-jauh dari kampung halaman ke negeri kami? Dengan berusaha keras, engkau tempuh perjalanan panjang hanya untuk menemui tetanggamu di surga nanti?”
Mendengar kata-kata itu, Abu Yazid terkesima. Belum sampai mulutnya terbuka, lelaki itu sudah berkata lagi, “Sungguh, kini engkau telah mememukan yang kaucari. Lantas, mengapa kau ingin pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, bertegur sapa, atau menyampaikan pesan perpisahan terlebih dahulu?”
Masih dalam keadaan bingung, hatinya bergumam, “Mengapa dia mengetahui siapa aku dan maksud kedatanganku? Bukankah yang kulakukan ini perintah gaib? Bagaimana mungkin laki-laki itu bisa mengetahuinya?”
Baru saja Abu Yazid termenung, laki-laki itu berseru lagi, “Wahai Syekh, janganlah terlalu memikirkan dan takjub dengan semua kejadian ini. Sebab, Allah yang telah mengirimku ke kota ini. Dia pun telah memberitahukan kepadaku tentang kedatanganmu hari ini. Mendekatlah, wahai Syekh. Duduk-duduklah sejenak bersama kami di sini.”
Abu Yazid akhirnya masuk ke pelataran kedai itu. Ia mengambil tempat di hadapan laki-laki yang memanggilnya. Lalu, ia bertanya, “Wahai fulan, apa sebenarnya yang terjadi?”
“Sungguh, tidak ada orang yang ingin masuk surga sendirian. Akan kuceritakan kisahku,” tuturnya, “jumlah mereka yang biasa mabuk-mabukan di sini mulanya ada 80 orang. Mereka semuanya fasik. Maka, aku datang, berusaha untuk menyadarkan mereka agar kembali ke jalan Allah. Alhamdulillah, sudah 40 orang di antaranya yang bertobat nasuha.”
Abu Yazid terus menyimak penuturan lelaki itu.
“Kini, orang-orang di sekitarku inilah yang tersisa. Karena engkau sudah datang kemari, wahai Syekh, maka engkaulah yang sekarang harus ikut berupaya menyadarkan mereka. Ajaklah mereka untuk meninggalkan maksiat dan kembali bertakwa kepada Allah.”
Beberapa pemabuk yang sudah siuman mendengar perkataan pria tersebut. Mereka akhirnya menyadari, sosok yang baru saja tiba itu adalah Abu Yazid al-Busthami. Orang-orang itu pun merasa malu. Secara spontan, semua 40 orang pemabuk itu bertobat.
Sabtu, 12 Juni 2021
Astaghfirullah
Sampun dangu kulo, ninggalke Agami
Infak Shodaqah, lan Kitab Suci
nyuwun tuntunan, Ilahi Rabbi
Ya Allah Gusti, Kang ndamel jagat
Kathah bilahi, kawulo sambat
Punopo cobo, punopo laknat
Istighatsahan maos Shalawat
Kamis, 10 Juni 2021
Sholawat Adrikni
Begitu banyak bacaan sholawat kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang populer di kalangan kaum muslimin.
Salah satunya ialah Sholawat Adrikni/Adrikiyah atau Sholawat Khitab. Meski terdapat perbedaan penamaan di kalangan kaum sufi, namun redaksional sholawat ini tetaplah sama dan mengandung manfaat luar biasa.
Sebab, sholawat ini jika dijadikan sebagai santapan rutin dalam berwirid, maka akan mengantarkan si pengamalnya wushul atau sampai kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Disebutkan dalam kitab Afdhalus Shalawat 'ala Sayyidis Sadat karya Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani bahwasanya sholawat ini mempunyai banyak keutamaan, di antaranya dapat menghilangkan segala kesusahan.
Sholawat ini diajarkan Rasulullah kepada mufti Syam bernama Syaikh Hamid Affandy Al-'Imadi melalui mimpi.
Syaikh Ibnu Syaifuddin Al-Jabbary mengatakan:
"Barang siapa membaca sholawat ini 1.000 kali pada malam Jumat dan dilanjutkan pada malam-malam berikutnya sampai hari Jumat sebanyak 1.000 kali (delapan hari berturut-turut) maka akan dikabulkan hajatnya, dan Insya Allah dapat bermimpi bertemu Rasulullah,".
Adapun bacaan Sholawat Khitab/Adrikiyah yaitu:
الصَلاَةُ وَالسلامُ علَيْكَ يَاسَيِّدِيْ يَارَسْوْلَ اللهِ خُـــذْ بِيَدِيْ قَلَّتْ حِيْلَتِيْ أَدْرِكْنِيْ
(Assholatu wassalamu 'alaika yaa sayyidii Rasulallah, khudz biyadii qollat hiilatii adriknii).
Semoga kita sebagai umatnya, dapat mengamalkan sholawat secara istiqamah, agar kelak mendapat syafaat dan masuk surga di barisan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
doa pemuda yang bertaubat
Dikisahkan pada suatu hari terdapat seorang yang fasik lagi suka berbuat maksiat dan meminum khamr..
Suatu ketika hati pemuda tersebut digerakkan hatinya ingin menuju ke majlis seorang tokoh yang terkenal pada masa itu, Imam Hasan al Bashri.
Sesampainya di majlis tersebut, Imam al Bashri sedang menjelaskan ayat 16 dari surat al Hadid : “Apakah belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)….”.
Semua orang yang hadir menangis karena mendengar Imam al Bashri menjelaskan secara detail tafsir dari ayat tersebut. Termasuk pemuda itu, sang ahli maksiat.
Kemudian pemuda tersebut berdiri dan mengajukan pertanyaan kepada Imam al Bashri :
“Wahai Imam, Apakah Allah akan menerima taubatnya orang yang ahli maksiat sepertiku?”
“Iya, Allah akan menerima taubat meskipun dari orang yang fasik dan ahli maksiat.” jawab Imam al Bashri.
Ketika mendengar jawab dari Imam al Bashri, wajahnya menjadi pucat, tubuhnya gemetar, ia berteriak keras dan langsung pingsan.
Ketika sadar, ia bertanya kepada Imam al Bashri : “Wahai Imam, Apakah Allah Yang Maha Pengasih akan menerima taubat orang sepertiku ?”
“Tiada dzat yang menerima taubat seorang pendosa kesalahan kecuali Allah Yang Maha Memaafkan”, jawab Imam al Bashri.
Kemudian Pemuda itupun berdo’a kepada Allah dengan tiga permohonan :
١) إِلَـٰهِيْ إِنْ قَبِلْتَ تَوْبَتِيْ وَغَفَرْتَ حَوْبَتِي ، فَأَكْرِمْنِيْ بِالْفَهْمِ وَالحِفْظِ حَتَّىٰ أَحْفَظَ كُلَّ مَا سَمِعْتُ مِنَ العِلْمِ وَالقُرْءَانِ
1) “Ya Allah, bila Engkau terima taubatku dan Engkau ampuni dosaku maka berilah aku kemuliaan dengan mudah faham dan mudah hafal, sehingga aku dapat menghafal semua yang aku dengar dari ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an”.
٢) إِلَهِيْ أَكْرِمْنِيْ بِحُسْنِ الصَّوْتِ وَالنَغْمَةِ، حَتَّى أنَّ كُلَّ مَنْ سَمِعَ قِرَآءَتِيْ يَزْدَادُ رِقَّةً فِيْ قَلْبِهِ إِنْ كَانَ قَاسِيَ القَلْبِ
2) “Ya Allah berilah aku kemuliaan dengan suara yang merdu, sehingga sesiapa saja yang mendengar bacaanku, hatinya akan menjadi lembut meskipun ia seorang yang keras hati”.
٣ ) إِلَهِيْ أَكْرِمْنِيْ بِالرِّزْقِ الحَلاَلِ وَارْزُقْنِيْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
3) “Ya Allah memuliakanku dengan rezeki yang halal dan semoga engkau memberikanku rezeki dari arah yang tak diduga-duga “.
Maka Allah pun mengabulkan semua do’a pemuda tersebut, sehingga bertambahlah kefahaman serta hafalannya. Dan hanya itu, tatkala ia membacakan Al Qur’an maka setiap orang yang mendengarkan bacaannya akan taubat.
Kamis, 03 Juni 2021
Sholawat Manshub
Rabu, 02 Juni 2021
Tasawuf Falsafi dan 'Irfani
TASAWUF AKHLAQI
كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Artinya:
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan
(maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut.
a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت: 69)
Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69)
Firman-Nya lagi,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(النازعات:40-41)
“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
b.Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات:13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13)
Allah SWT. juga berfirman,
.......وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ( البقرة : 194)
Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)
c. Tentang maqam Zuhud
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
d.Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (الطلاق : 3)
…Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (الزمر: 39)
Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az Zumar [39]: 39)
Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ( إبراهيم : 7 )
…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7)
e. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(المؤمن :55)
Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)
..... وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة : 155 )
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-Baqarah[2]:155)
f. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ( المائدة : 119)
….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119).
g. Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ وَاللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (البقرة : 282)
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
(الكهف : 65)
Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).
Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.
pengantar ilmu Balaghoh
Kitab Jauharul Maknun merupakan adikarya luhur dan monumental di bidang ilmu balaghoh. Karya waliyulloh Syaikh Abdurrohman Al-Ahdlori, yang didalamnya menjelaskan dasar ilmu balaghoh, yang mencakup tiga fan ilmu, yaitu ilmu Ma'ani, ilmu Bayan dan ilmu Badi'.