Jumat, 13 September 2019

Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS

Ulul Azmi (bahasa Arab: ﺃﻭﻟﻮﺍﻟﻌﺰﻡ Ulu al-Azmi) adalah sebuah gelar khusus bagi golongan nabi pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid.
Terdapat lima nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Gelar Ulul Azmi dijelaskan dalam Surah Al-Ahqaf ayat ke-35 dan Asy-Syura ayat ke-13.

Nabi Nuh memiliki keteguhan luar biasa selama menyebarkan berbagai risalah Allah.
Tatkala para nabi ini harus menghadapi berbagai penentangan dari kaum-kaum yang didakwahi; para nabi ini berdoa agar Allah memberi hidayah untuk kaum-kaum tersebut.
Tatkala Allah mendapati bahwa berbagai risalahNya yang disampaikan melalui para nabi ini telah secara mutlak dibantah serta diingkari oleh kaum-kaum tersebut, maka Allah yang menyelamatkan para nabi ini beserta para pengikut mereka, serta Allah timpakan hukuman setimpal kepada kaum-kaum pengingkar itu.

Kegigihan Nabi Nuh sewaktu mendakwahkan berbagai risalah Allah, meskipun dirinya harus menghadapi berbagai penentangan dari kaumnya, merupakan bukti bahwa Nabi Nuh termasuk golongan nabi yang sangat tabah serta bertekun dalam tugas kenabian.

Selama bertahun-tahun, Nuh mendakwahi keluarga, kerabat hingga kaumnya yang merupakan sebagian besar umat manusia pada masa itu, supaya mereka meninggalkan kemusyrikan juga agar mereka hanya menyembah Allah.

Meski demikian, seorang anak dan istri nabi Nuh menentang dakwah sang nabi.

Ketika mendapati dakwahnya telah mutlak diingkari, Nabi Nuh mengadu kepada Allah supaya seluruh kaum itu dihukum setimpal akibat kaum itu lebih menghendaki ajaran mereka sendiri dibanding risalah Allah.

Nabi Nuh memohonkan pengampunan kepada Allah untuk dirinya beserta orang tuanya maupun orang-orang yang beriman, juga Nuh memohon agar tiada satu orang kafir pun yang diluputkan hidup di muka bumi.

Kemudian Allah mengabulkan pengaduan Nabi Nuh, sewaktu Azab banjir bah melenyapkan segala makhluk di muka bumi, selain para penghuni bahtera Nuh.
Nabi Nuh selama kurang lebih 900 tahun berdakwah mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. namun tenyata hanyalah sebagian saja yang mau mengikuti dakwahnya, ironisnya anak Nabi Nuh yang bernama Kan’an pun menolak ajakan dakwah dari Nabi Nuh.

Yang akhirnya oleh Allah ditenggelamkan pada kejadian banjir bandang yang menimpa kaumnya yang durhaka. Kisah tentang kedurhakaan anaknya (Kan’an) tentunya tidak lagi diperselisihkan kebenarannya sebab Allah swt dalam Al-Quran secara jelas menceritakan peristiwa tersebut dalam surah huud ayat 42:

ﻭَﻫِﻲَ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﺑِﻬِﻢْ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺝٍ ﻛَﺎﻟْﺠِﺒَﺎﻝِ ﻭَﻧَﺎﺩَﻯٰ ﻧُﻮﺡٌ ﺍﺑْﻨَﻪُ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﻣَﻌْﺰِﻝٍ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﺍﺭْﻛَﺐ ﻣَّﻌَﻨَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜُﻦ ﻣَّﻊَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”. (QS. Hud : 42)

Jika mengacu pada teori pendidikan, tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan, yaitu apa kira-kira penyebab “kegagalan” atau lebih tepatnya kedurhakaan Kan'an?

Apakah memang ada kaitannya dengan pendidikan agama yang diberikan ayahnya?

Padahal ayah Kan'an adalah seorang Nabi?

Bukan menjadi rahasia umum bahwa dalam teori pendidikan ditemukan sebuah rumusan bahwa kesalehan anak tergantung dari pendidikan yang diberikan orang tuanya.

Begitu pula sebaliknya kegagalan anak bisa jadi disebabkan kegagalan pendidikan dari orang tuanya.

Maka dari itu tentunya ada rahasia besar dibalik kegagalan tersebut, maka jika kita mau menyadari, pasti akan menemukan rahasia tersebut yakni antara lain adalah Allah hendak memberikan pelajaran kepada seluruh manusia bahwa: hidayah adalah hak mutlak milik Allah, manusia hanya mampu berusaha.

Bahkan sebenarnya bukan hanya Nabi Nuh saja, melainkan nabi-nabi yang lain.

Hal yang serupa pun pernah menimpa Nabi Muhammad yang ditakdirkan gagal untuk mengajak pamannya memeluk agama Islam dan Allah secara tegas menyatakan:

ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [QS. Al-Qashash : 56]

Hanya saja, bukan hanya kegagalan yang dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an melainkan kesuksesan dari orang tua dalam mendidik pun banyak diceritakan.

Seperti kisah Lukman Al-Hakim, Nabi Ibrahim, Nabi Ya'kub dll. Itu menandakan bahwa orang tua memang mempunyai peranan penting dalam kesuksesan anak-anaknya.

Hanya saja hasil finalnya adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Jadi benarlah apa yang dikatakan seorang bijak yang pernah mengatakan:
“Jika para pendahulunya adalah orang baik, maka keturunanya pun akan baik. Sungguh menakjubkan jika sekuntum mawar tumbuh di tengah pohon-pohon yang berduri.
Namun terkadang juga ditemukan keturunan yang buruk berasal dari para orang-orang tua yang baik, sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa untuk membolak balikkan suatu keadaan”

Wallahu A'lam

*****

Nama pertamanya adalah Abdul Malik. Disebut Nuh karena dia selalu meratapi umatnya selama 500 tahun.
Menurut Ibnu Katsir bahwa Nabi Nuh diutus untuk kaum Bani Rasib, dia lahir 126 sepeninggal Nabi Adam a.s.
ASSuyuti menceritakan bahwa nama Nuh bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Syria yang artinya “Bersyukur” atau “selalu berterima kasih”.
Al Hakim berkata, dinamakan Nuh karena seringnya dia menangis, namanya adalah Abdul Ghafar.

Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Shiyth, dan Idris.
Dia merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam .
Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa fatrah, masa kekosongan diantara dua rasul di saat itu biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan iblis.

Ibnu Abbas menceritakan bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun. Dia mengarungi banjir ketika dia berumur 600 tahun dan kemudian setelah banjir dia hidup selama 350 tahun. Ibnu Abbas menceritakan bahwa suatu ketika Nabi Isa menghidupkan Ham Ibnu Nuh dan bertanya kepadanya mengapa rambutnya beruban, dia menjawab dia meninggal di saat usia muda karena ketakutannya ketika banjir. Dia berkata bahwa panjang kapal Nuh adalah 120 kubit dan lebarnya 600 kubit dan mempunyai tiga lapisan.
Menikah sebanyak dua kali. Istri pertama adalah ‘Amud. ‘Amudlah yang pertama kali beriman kepadanya. Darinya, lahir tiga orang anak: Sam, Yam, dan Ham. Kemudian menikah dengan Wahilah yang melahirkan dua orang anak: Yafits dan Kan’an.
Pekerjaan sehari-hari Nuh adalah sebagai pemahat batu.
Kurang lebih selama 300 tahun Nabi Nuh berdakwa secara sirriyah (sembunyi-sembunyi). Setelah itu, Allah memerintahkan untuk berdakwah secara jahiriyah (terang-terangan). Nabi Nuh diutus kepada Bani Rasib yang dipimpin seorang raja bernama Darmasil. Darmasil adalah sosok penguasa tiran dan penyembah banyak berhala, diantaranya Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Natsra. Kemudian selama 50 tahun, dia menyeru Bani Qabil yang sama-sama menyembah berhala.
Inti ajaran Nabi Nuh adalah tauhid, shalat, puasa, amar makruf, dan nakhyi munkar, namun dakwah dibalas dengan angkara murka, sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah brfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan”. (QS. Hud, 11: 25-26)
Mereka dimusnahkan karena menolak dakwah Nabi Nuh a.s dan Allah berfirman dalam Al-Quran dengan jelas.
Maka, mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta. (QS. Al-A’raf, 7:64)

*****

Kaum Nabi Nuh adalah kaum yang pertama kali menyembah berhala. Mereka menyembah patung-patung yang dibuat oleh mereka sendiri. Kaum Nabi Nuh dikenal sebagai Bani Rasib. Mereka tinggal di wilayah Babel Irak. Dahulunya mereka menyembah Allah Ta’ala. Mereka beribadah dan taat kepada Allah. Di antara mereka terdapat orang-orang yang saleh, rajin beribadah, berlaku adil, dan bijaksana. Orang-orang Bani Rasib sangat menghormati dan memuliakan mereka. Di antara mereka terdapat lima orang yang sangat terkenal, yaitu Wudd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Suatu ketika, lima orang tersebut meninggal dunia. Orang-orang Bani Rasib sangat bersedih. Dalam kesedihan yang mendalam, iblis berhasil memunculkan ide dalam pikiran mereka untuk membuat patung-patung kelima orang tersebut. Hal itu merupakan wujud kecintaan mereka kepada kelima orang yang meninggal itu.
Melalui patung-patung itu, mereka mengingat orang-orang yang sangat dikasihinya. Kemudian, patung-patung itu dimasukkan ke dalam rumah-rumah mereka. Lama-kelamaan, mereka juga menyucikan dan memuliakan patung-patung itu. Setelah beberapa generasi, kegiatan itu menjadi kegiatan ibadah. Akhirnya, mereka melupakan Allah SWT. Sejak saat itu, mereka menjadi kaum yang kufur dan syirik. Inilah kaum yang pertama kali menyembah berhala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.