Sabtu, 30 Juni 2018

Derajat Muttaqin

Khutbah jumat 6 juli 2018

DERAJAT TAQWALLAH
#Khutbahjumat
#TawakalRidloSabar

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدُ للهِ الَّذِى امر عبادَهُ بلزومِ طاعتهِ
فبشّرهم بذالِكَ بالجنة الَّتِى فيها انواعُ نعمِهِ
واشهد ان لا اله الا الله وحدهُ لا شَرِيْكَ له اعترافا بربوبيتهِ
واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله خيرُ خلقهِ
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد افضل الخلق كله
وعلى اله وصحبه الذين صدقوا بما جاء به من الحق وجاهَدوا لاعلاء دينهِ اما بعد :

فياايها الناس اوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون...

Hadirin jamaah jumat Rahimakumullah

Melalui mimbar ini marilah kita bersama sama meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dg sebenar benar taqwa dg menjalankan segala perintah perintahNya dan menjauhi segala larangan laranganNya..
Betapa bahagianya orang orang yang mendapatkan predikat Taqwallah.. mereka akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan akherat..

Hadirin jamaah jumat Rahimakumullah

Setelah bulan Ramadhan berlalu apakah terlintas dalam fikiran kita satu pertanyaan " mampukah nilai nilai amal ibadah di bulan Ramadhan mengantarkan kita pada tingkatan termulia yaitu derajat Taqwallah"?

Memang tidak mudah menjawabnya ibarat kita menanam tanaman telah berusaha semaksimal mungkin menjaga dan merawat tanaman tersebut pastilah berharap akan ada buah yg dapat kita petik
Begitu juga kita telah berusaha menjalankan ibadah di bulan puasa dg dasar iman dan hanya mengharap ridho Allah kiranya tidak berlebihan jika kita berharap mendapatkan derajat Muttaqin... Derajat Taqwallah..

Mengingat taqwa tidak nampak oleh penglihatan lahir maka hanya diketahui melalui tanda tandanya

Nabi Dawud AS pernah menasehati putranya Nabi Sulaiman AS

ﻭَقَالَ ﺩَﺍﻭُﺩُ لِسُلَيْمَانَ عَلَيْهِمَا ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ :  ﻳُﺴْﺘَﺪَﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﻘْﻮَﻯ ﺍلْمُؤْمِنِ ﺑِﺜَﻠَﺎﺙٍ : ﺣُﺴْﻦِ ﺍﻟﺘَّﻮَﻛُّﻞِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻨَﻞْ ، ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﺍﻟﺮِّﺿَﺎ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻗَﺪْ ﻧَﺎﻝَ ، ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﺍﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻗَﺪْ ﻓَﺎﺕ

Tanda tanda ketaqwaan seorang mukmin ada  tiga perkara:

1. Baiknya Tawakkal dalam perkara yg belum diraih...

2. Baiknya Ridho dalam perkara yg telah diterima...

3. Baiknya kesabaran dalam perkara yg telah hilang...

*****
Hadirin jamaah jumat rahimakumullah

Tawakal berasal dari kata “wakala” yang berarti “mewakilkan”.

“Tawakkal” berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kita kepada Allah.

Tawakal ialah menyempurnakan keyakinan kepada Allah.
Keyakinan itu takkan terjadi kecuali dengan berbaik sangka kepada Allah, dan mempercayai sepenuhnya terhadap rezeki yang dijanjikan, serta meridhai terhadap ketentuan yang berlaku dari qadha’ dan qadarnya.

Jika keyakinan seperti ini sudah sempurna di dalam hati kita, maka inilah yang dinamakan sebagai “tawakkal”.

Selama kita masih mengira-ngira negatif terhadap qadha’ dan qadar Allah, berburuk sangka terhadap Allah, kecewa terhadap pemberian Allah.. maka kita tidak termasuk sebagai orang yang “mutawakkilin”.

Imam Malik berpendapat :

Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rizki, Hal ini berdasarkan hadist dari Sahabat Umar ibn khottob RA, Rosulullah SAW bersabda :

" ﻟَﻮْ ﺃﻧَّﻜﻢ ﺗﺘﻮﻛَّﻠﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﺣﻖَّ ﺗَﻮﻛُّﻠِﻪِ ﻟﺮﺯَﻗﻜُﻢ ﻛَﻤﺎ ﻳﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْرَ تغدُو خِمَاصًا وتَروحُ بِطَانًا"

“Andai kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal niscaya Allah akan berikan rizki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar lalu pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad dan yg lain).

Adapun Imam Syafi’i berbeda dengan Imam Malik dalam hal ini...
ia mengatakan bahwa seandainya burung itu tidak keluar dari sangkarnya dan pulang kembali niscaya tidak akan mendapat Rizki, artinya ia telah melakukan usaha.

Masing-masing bertahan pada pendapatnya…

Imam Malik mengambil potongan hadist (Niscaya kalian akan diberikan Rizki sebagaimana burung)… sedangkan muridnya Imam Asy Syafi’i mengambil sisi hadist (Kalau burung tidak keluar dari sangkarnya maka tidak akan mendapatkan rizki)…

Asy Syafi’i ingin memperkuat argumennya untuk sang guru, maka ia keluar meninggalkan Imam Malik dalam keadaan berpikir, di tengah jalan ia mendapatkan orangtua sedang memikul sesuatu yang berat, lalu Asy Syafi’i menawarkan diri untuk membawakannya…

Tatkala sampai ke rumah orangtua itu, ia pun memberikan kepada Imam Syafi’i beberapa biji kurma sebagai balas jasa kebaikannya…

Imam Syafi’i bahagia karena telah mendapatkan ide untuk menguatkan pendapatnya, “seandainya aku tidak membantu orangtua tadi, niscaya orangtua itu tidak akan memberikan kurma ini kepadaku”
Penuh kegirangan, ia pun bergegas menjumpai gurunya dengan membawa beberapa biji kurma tadi. Sesampainya di tempat Imam Malik, ia pun meletakkan kurma tersebut di hadapannya sembari menceritakan kisah yang terjadi…

Mendengar kisah yang diceritakan, Imam Malik pun tersenyum sambil mengambil kurma dan mencicipinya lalu mengatakan kepada Imam Syafi’i, engkau telah membawa kurma ini kepadaku tanpa usaha(ikhtiyar) dariku.
Keduanya sama2 tersenyum...
Ini sesuai dg firman Allah dalam Surat Attalaq 2-3
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ ‏
( 2 ‏) ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺴْﺒُﻪُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑَﺎﻟِﻎُ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﻗَﺪْ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪْﺭًﺍ ‏( 3 ‏)

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

*****
Hadirin jamaah jumat Rahimakumullah

Tanda tanda yg kedua

ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺮﺿﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺪ ﻧﺎﻝ
Ridho pada sesuatu yg telah diterima

RIDHO ATAS SEMUA TAKDIR ALLAH

ASSYEKH ABDUL QODIR ALJAELANI
berkata :
Apabila engkau tidak ridha dengan takdir, tidak bersabar atas ujian dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak akan ada Tuhan bagimu, carilah Tuhan selain ALLAH, padahal engkau tahu tidak ada Tuhan selain ALLAH. Apabila engkau mau, ridhalah dengan takdir, pecayalah kepada ketetapan-NYA, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit. Sesungguhnya sesuatu yang akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan sesuatu yang harus luput darimu tidak akan menimpamu sama sekali, baik dengan usaha ataupun upaya

Ridha ALLAH, bergantung pada ridha kita pada-NYA, ridha pada setiap ketentuan dan ketetapan ALLAH, yang baik maupun yang buruk. Mau menerima dengan rela dan senang hati, setiap keadaan dan kejadian yang datang pada kita, yang baik maupun yang buruk. Sedih dan bahagia, kesuksesan dan kebangkrutan, hidup sengsara dan hidup enak dan lain sebagainya. Kita terima dengan kadar yang sama, tanpa membedakan diantara keduanya, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa benar untuk menanggungnya. Inilah tanda-tanda ridha ALLAH pada diri manusia. Barangsiapa yang sudah bersikap dan berbuat seperti itu, berarti ALLAH sudah ridha padanya.

Seorang muslim akan senantiasa setuju terhadap ketetapan-NYA dan ridho atas setiap takdir dan perbuatan-NYA.
Apabila kita tidak menerima datangnya musim kemarau, maka kemarau tersebut akan mendatangkan kesempitan, demikian juga apabila kita tidak menerima ketetapan datangnya musim penghujan, maka kedatangannya hanya akan menjadi siksa.
Kerelaan kita terhadap takdir-NYA yang mendatangkan dua musim tersebut, akan menghilangkan akibat buruk apapun yang datang karena keduanya.
Demikian halnya, penerimaan kita terhadap ujian dan cobaan, akan menghilangkan sedih, perih, dan kesempitan yang lahir darinya.
Alangkah menakjubkan keadaan para KEKASIH itu, betapa baiknya keadaan mereka. Apapun yang ditimpakan ALLAH SWT kepada mereka, semuanya menjadi kebaikan (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

“Kalian harus senantiasa ridlo kepada Alloh Azza wa Jalla dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan baik maupun buruk, sehat ataupun sakit, kaya maupun miskin, dan dalam keadaan sukses ataupun gagal.
Aku tidak melihat obat yang baik bagi kalian selain berserah diri kepada-Nya.
Jika Alloh menakdirkan sesuatu bagi kalian, janganlah takut.
Janganlah mengeluh kepada selain-Nya, sebab itu justru bisa menyebabkan bencana bagi kalian, Tenang dan diamlah!
Jika kalian ridha, Dia akan mengubah kesusahan kalian menjadi kebahagiaan!”
–Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani

*****
TANDA KETAKWAAN YG KETIGA
ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺼﺒﺮ ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺪ ﻓﺎﺕ
Sabar yg baik pada sesuatu yg telah sirna

Imam ahmad mengatakan, “Sabar disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak lebih dari 70 ayat. Kaitan sabar dan iman seperti halnya kedudukan kepala dan jasad… Seorang yang tidak sabar dalam melaksanakan ketaatan, dalam menjauhi kemaksiatan serta ketika tertimpa musibah maka ia sudah kehilangan sebagian besar dari imannya.”

perlu kita ketahui bersama bahwa Alloh tidak akan pernah salah di dalam menempatkan musibah, kepada siapa, kapan dan dampak yang ditimbulkannya.

Alloh berfirman,

ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﻣِﻦْ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۗ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺆْﻣِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻳَﻬْﺪِ ﻗَﻠْﺒَﻪُ ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋَﻠِﻴﻢٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (At Taghobun: 11)

Setiap musibah yang menimpa seseorang baik berkaitan dengan jiwa, harta atau yang lain pasti berasal dari takdir Alloh yang tidak akan bisa terelakkan.
Barang siapa membenarkan dan yakin bahwa seluruh musibah itu datangnya dari Alloh maka Alloh akan memberikan taufik kepadanya untuk rela dengan musibah tersebut dan merasa tenang atas musibah tersebut karena meyakini adanya hikmah Alloh yang agung di balik itu semua. Hal ini karena ia meyakini bahwa Allohlah yang paling tahu yang terbaik bagi hambaNya.

sabar ialah menahan hati dari marah, menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota badan dari melakukan perbuatan haram

Allah tidak akan mengambil sesuatu pun dari manusia kecuali Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Itu akan terjadi apabila mau bersabar dan ridha dengan keputusan-Nya. Janganlah merasa sedih atas suatu musibah, karena setiap musibah yang ditakdirkan Allah merupakan sebuah ujian yang telah disiapkan imbalannya berupa pahala dan ganjaran yang besar yaitu surga.
Biasakan diri untuk melihat sisi positif yang ada di balik setiap musibah. Masa yang dilalui di dunia ini amat singkat. Apa yang ada di dalamnya juga terlalu murah untuk dihargai. Sebaliknya, akhirat lebih baik dan kekal. Siapa saja yang tetap beriman ketika terkena musibah di dunia akan mendapat balasan yang sempurna di akhirat nanti. Siapa saja yang kelelahan karena menahan musibah agar tidak mengurangi ketaatannya kepada Allah dan malah meningkat akan merasakan kenyaman di akhirat. Sebaliknya, orang-orang yang bergantung pada kehidupan dunia, bergelimang dengan gemerlapnya, maka yang ada dalam benak mereka hanyalah rasa takut akan kehilangan kesenangan duniawi. Mereka selalu disibukkan dengan urusan dunia saja, karena yang mereka cari hanyalah kehidupan dunia. Oleh karena itu berbagai musibah dan kesulitan yang menimpa, terasa berat oleh mereka. Karena mereka hanya bisa melihat apa yang tampak di mata. Mereka tidak bisa melihat sesuatu dibaliknya. Apapun yang hilang adalah perantara untuk mendatangkan keuntungan. Sesungguhnya dalam setiap musibah terdapat isyarat bahwa orang itu akan mendapatkan sesuatu dari pencipta-Nya.

Segala sesuatu pasti berputar. Seperti roda, ada saat di bawah dan ada saat di atas. Allah juga menciptakan segala sesuatu berpasangan. Ada laki-laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada dingin ada panas. Begitu pula ada kesusahan pasti ada kemudahan. Semuanya berputar saling bergantian.
Dengan mengambil pelajaran dari itu, ingatlah bahwa setelah lapar akan ada masa kenyang, setelah haus akan ada rasa segar. Setelah terjaga akan ada masa tidur, setelah sakit akan ada masa sehat. Tidak tahu akan menjadi tahu, kesesatan akan diberi petunjuk, penderitaan akan berakhir dan kegelapan pasti akan lenyap. Namun semua harus dilakukan secara aktif. tidak akan mampu menghilangkan rasa lapar apabila  tidak berusaha untuk makan, tidak akan mampu menghilangkan rasa haus apabila tidak berusaha untuk minum.
Bila melihat lautan tak bertepi, ketahuilah di ujung sana ada daratan yang penuh dengan pepohonan. Bersama tangisan akan ada senyuman, bersama ketakutan akan ada keamanan, bersama kegalauan akan ada ketenangan. Orang yang membuat dinding di sekitar pikirannya tidak akan melihat keindahan yang ada diluar. Janganlah membatasi kemampuan daya tahan, karena mustahil setiap keadaan berlangsung terus menerus. Selama kita masih mau berusaha.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan ia mendapat siksa yang dikerjakannya.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."(AlBaqoroh :286)

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيّاكُمْ مِنَ الفَائِزِينَ الْاَمِنِيْنَ واَدْخَلَنَا فِى عِبادِهِ الصَّالحينَ

أعوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطانِ الرَّجيم؛ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

ﻭَﺳَﺎﺭِﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰٰ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺟَﻨَّﺔٍ ﻋَﺮْﺿُﻬَﺎ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕُ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﺃُﻋِﺪَّﺕْ ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

وَقُل رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.