Minggu, 21 Februari 2021

ALLAHUL KAFI DAN SYAIR JAWA

Syair jowo #Manaqib

اَللهُ اْلكَافِى- رَبُّنَا اْلكَافىِ- قَصَدْنَا الْكَافىِ- وَجَدْنَا الْكَافىِ-  لِكُلٍّ كَافىِ-كَفَا نَاالْكَافىِ-
وَنِعْمَ الْكاَفىِ-اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ

Artinya: Allah yang mencukupi, Tuhan kita yang mencukupi, Tujuan kita adalah Allah yang mencukupi, dan kita menemukannya yang mencukupi, terhadap segala sesuatu Allah lah yang mencukupi, yang memenuhi segala kebutuhan kita adalah Allah, dan Allah itu sebaik-baik zat yang mencukupi, segala puji bagi Allah

Perumpamaan orang mukmin dalam membaca AlQuran


عَن اَبي مُوُسى رَضي اللٌهُ عَنهُ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم مَثَلُ المُومِنِ اٌلَذِي يَقَراُ القُرانَ مَثَلُ الآترُجَةِ رِيحُهَا طيِبُ وَطَعمُهَا طَيِبُ وَمَثَلُ الموُمِنِ اٌلَذِي لآيَقرَاٌ القُرانَ كَمَثَلِ التَمرَة لآريَح لَهَا وَطَعمُهَا حُلوٌ وَمَثَلُ المُنَافِقِ اٌلَذِي يَقرَأ القُرانَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيّبٌ وَطَعْمُهَا مُرُّ وَمَثَلُ المُنَافق اّلذِي لا يَقْرَأُ القُرْانَ كَمَثِلِ الحَنُظلَةِ لَيسَ لَهَا رِيحُ وطعمها مُرُّ. (رواه البخارى ومسلم والنسائي وابن ماجة).

Dari Abu Musa RA, berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “perumpamaan orang mu’min yang membaca Alquran adalah seperti jeruk manis yang baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mu’min yang tidak membaca Alquran adalah seperti kurma, tidak berbau harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran seumpama buah pare, tidak berbau harum dan rasanya pahit.” (Hr. Bukhari, Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)

Sabtu, 20 Februari 2021

TIJAROTAN LANTABOUR

PERDAGANGAN YANG TAK AKAN RUGI
KHUTBAH JUM'AT

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ
وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم البَعَاثِ
اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا (امّا بعـــــد)
فيا عباد الله:
أُوصِيكُمْ ونَفْسِي بالاِزْدِلاَفِ لِلْمَوْلَى – جَلَّ وَعَلاَ – بالشُّكْرِ عَلَى ما هَدَاكُمْ للإسلام، وأَوْلاَكُم مِنَ اْلفَضْلِ والإنْعَام، فَاتَّقُوهُ – تبارك وتعالى – حقَّ التّقوى في السِّرِّ والعلانية
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ)  (الحشر: ١٨

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu melaksanakan perintah Allah SWT dan bersungguh-sungguh dalam meninggalkan semua larangan Allah SWT, karena hanya dengan begitu kita akan meraih kebahagiaan yang hakiki baik di dunia maupun di akherat nanti.

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Kehidupan manusia di dunia ibarat orang sedang berbisnis. Pelakunya bisa menderita kerugian, bisa pula memperoleh keuntungan. Kerugian dan keuntungan yang hakiki akan di terima di akhirat. Sementara di dunia, kendati sudah ada yang dapat dirasakan, namun hanya sebagian kecil. Baru ‘uang muka’ saja.

Sebagai kitab petunjuk, Alquran telah menjelaskan mengenai amal yang membuat pelakunya merugi atau untung. Ayat ini adalah salah satunya. Ada beberapa amal yang disebut dalam ayat ini dapat membe-rikan keuntungan berlipat bagi pelakunya.

Allah SWT berfirman dalam surah fathir ayat 29 – 30 :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ ٢٩) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (٣٠
“Sesunguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-quran), dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. (29) Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karuniaNya. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30).”

Amalan yang Menguntungkan

Pertama, الذين يتلون كتاب الله , yaitu orang-orang yang selalu membaca kitab Allah.kata tersebut bermakna yaqr’ûna ta’abbud[an] bih (membaca dalam rangka untuk beribadah dengannya). Dijelaskan al-Syaukani, ungkapan itu meunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang membiasakan diri dan terus menerus membaca al-Kitab.Yang dimaksud dengan al-Kitâb dibaca tak lain adalah Alquran.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه

“Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi Shahibul Qur’an” – (HR. Muslim  804)

Membiasakan diri untuk selalu membaca al-qur’an adalah sebuah aktifitas yang dapat mendatangkan manfaat yang sangat besar. Diantaranya adalah mendapatkan kebaikan hingga berlipat ganda. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud Nabi SAW bersabda:

عن إبن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ) :مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاَبِ الله فَلَهُ حَسَنَةٌ والحَسَنةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهاَ ، لا أَقُولُ الم حرفٌ ، ولكن أَلِفٌ حَرْفٌ ، ولامٌ حَرْفٌ ، وَمِيْمٌ حرفٌ(رواه الترمذي

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Quran) maka dengan membaca itu ia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan itu berlipat dengan 10 kali lipat. Aku tidak berkata alif lam mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.

Membaca al-Qur’an juga akan mendatangkan nur(cahaya) di dunia dan sebagai investasi di akherat.

عن أبي ذرّ رضي الله عنه قال قلت : يا رسولَ الله أَوْصِنِي . قال :«عليكَ بتقوى الله ؛ فإنه رأسُ الأمرِ كلِّهِ» . قلتُ : يا رسولَ الله زِدْنِي . قال :«عليك بتلاوة القرآن ؛ فإنه نورٌ لك في الأرض ، وذُخْرٌ لك في السَّماء »

Dari Abi Dzar RA berkata: aku berkata: “Wahai Rosulullah berilah wasiat kepadaku,” Rosulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah karena itu adalah pokok dari segala urusan,” aku berkata: “Wahai Rosulullah tambahilah (wasiat) kepadaku,” Rosulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu membaca al-Qur’an, karena itu menjadi cahaya bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit.”

Sindiran bagi orang yang tidak gemar membaca al-Qur’an pernah disampaikan oleh Nabi SAW. Nabi SAW memberikan perumpamaan orang yang tidak gemar membaca al-Qur’an seperti rumah  rusak yang tidak layak huni. Na’udzu billahi min dzaalik.

عن ابن عباسٍ رضي الله عنهما ، قَالَ : قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : إنَّ الَّذِي لَيْسَ في جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ القُرْآنِ كَالبَيْتِ الخَرِبِ

Dari Abdullah bin Abbas RA berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya (perumpamaan) seseorang yang tidak terdapat sedikitpun al-Qur’an dalam tenggorokannya adalah bagaikan rumah yang rusak.”

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Amalan yg Kedua, وأقاموا الصلاة  , yaitu orang-orang yang selalu mendirikan shalat.

Selain membaca Alquran, mereka juga: wa aqâmû al-shalâh (dan mendirikan shalat). Kata al-shalâh dalam ayat ini tentu dalam pengertian syar’i. Yakni, ibadah khusus yang diawali dengan tak-bir, diakhiri dengan salam, dan disertai dengan niat. Mereka mendirikan semua shalat yang diwajibkan atas mereka, dan disempurnakan dengan shalat-shalat nafilah. Semua shalat itu, dikerjakan sesuai dengan wak-tunya dan terpenuhi syarat, rukun, dan dan dzikirnya. Shalat itu dikerjakan dengan khusuk, sehingga menjadi orang-orang yang beruntung (lihat QS al-Mukminun [23]: 1-2). Selain itu, juga memberikan pengaruh dalam perilakunya, sehingga tercegah dari perbuatan keji dan munkar (lihat QS al-Ankabut [29]: 45).

Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah

Amalan yg Ketiga,
 وأنفقوا ممّا رزقناهم سرّاً وعلانيةً

(dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan). Maknanya, menurut al-Thabari, mereka menunaikan zakat yang difardhukan. Selain itu, mereka juga mengeluarkan harta mereka untuk shadaqah tathawwu’.

Penyebutan kata sirr[an] wa ‘alâniyat[an] menjelaskan cara menunaikannya. Apabila ditunaikan secara sirr[an] (raha-sia), itu lebih baik. Namun jika ditunaikan secara ‘alânit[an] (terang-terangan), menurut dugaannya tercegah dari sikap riya’. Bisa juga, yang dimaksud dengan sirr[an] adalah shadaqah, semen-tara ‘alâniyat[an] adalah zakat. Sebab, menunaikan zakat secara terang-terangan sama halnya dengan mengumumkan kewa-jiban. Dan itu sesuatu yang mustahab. Demikian al-Razi dalam tafsirnya.

Rosulullah pernah bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الَسَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ الله، قريبٌ مِنَ الجَنَّة، قريبٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ. وَالبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنَ الله بَعِيدٌ مِنَ الجَنَّةِ، بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيبٌ مِنَ النَّارِ. وَالْجَاهِلُ الَسَّخِيُّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تعالى مِنْ عَابِدٍ بَخِيْلٍ

Sifat dermawan akan mampu memudahkan seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dekat dg sorga dekat dg manusia dan menjauhkan diri dari neraka
sebaliknya sifat kikir akan menjauhkan seseorang dari kasih sayang Allah SWT, menjauhkan dari RahmatNya, jauh dari sorga, jauh dari umat manusia dan mendekatkan kepada siksa neraka, bahkan seseorang yang kurang pengetahuan agamanya tetapi dermawan lebih disukai Allah SWT daripada seorang ahli ibadah tetapi kikir.

Hadirin jamaah shalat jum’ah Rahimakumullah

Menurut Fakhruddin al-Razi, dalam ayat ini mengandung hikmah yang besar innamâ yakhsyâl-Lâh dalam ayat sebe-lumnya mengisyaratkan amalan hati, al-ladzîna yatlûna Kitâbal-Lâh mengisayaratkan amalan lisan,  wa aqâmû al-shalâh mengisayaratkan amalan badan, dan wa anfaqû mimmâ razaqnâhum meng-isyaratkan amalan harta. Penjelasan senada juga dikemukakan Abu Hayyan al-Andalusi.

Berharap Pahala dan Fadhilah-Nya

Kemudian Allah SWT ber-firman: yarjûna tijârat[an] la tabûr (mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi). Dijelaskan Menurut Fakhruddin al-Razi, ini menunjukkan bahwa mereka melakukannya dengan ikhlas. Mereka mengerjakan semua amal itu bukan karena riya, supaya disebut sebagai orang yang baik, dermawan, dan sebagainya. Namun mereka mengerjakan benar-benar dilandasi motivasi untuk men-dapatkan balasan ALLAH SWT.

Kata al-tijârah, menurut al-Raghib al-Asfahani, berarti mempergunakan modal yang ber-tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Ibarat tijârah, semua amalan itu adalah modal yang dikeluarkan. Sedangkan keuntungan yang didapat adalah pahala, surga, dan ridha-Nya. Dibandingkan dengan amal yang dikerjakan, tentulah keuntungan itu sangat besar. Apa yang melebihi surga dan ridha-Nya? Perniagaan itu pun disebut sebagai tijarât[an] lan tabûr, perniagaan yang tidak akan merugikan. lan tabûr bermakna lan tahlik (tidak akan lenyap).

Semua modal manusia yang berupa iman dan amal shalih tidak akan lenyap dan sia-sia. Allah SWT pun berfirman: liyuwaffiyahum ujûrahum (agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka). Hal ini memberikan penegasan bahwa harapan mereka tidak hampa. Mereka pasti akan mendapatkan apa yang diharapkan itu.

Bahkan balasan yang dibe-rikan bukan hanya sepadan dengan perbuatan yang diker-jakan, namun masih ditambah dengan keuntungan berlipat. Allah SWT berfirman: waya-zîdahum min fadhlihi (dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya). Menurut Ibnu ‘Athiyah, tambahan fadhilah itu ada yang menafsirkannya sebagai pelipatgandaan pahala bagi pelakunya, mulai sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Namun menurut yang lain, pelipat gandaan pahala itu masih termasuk dalam cakupan liyuwaffiyahum ujûrahum. Sedangkan tambahan yang dimaksud adalah melihat wajah Allah SWT di akhirat kelak. Bisa pula, tambahan itu berupa dijadikannya mereka sebagai pemberi syafaat bagi orang lain, sebagaimana firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (TQS Yunus [10] :26).

Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya: Innal-Lâh Ghafûr[un] Rahîm[un] (sesung-guhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). Artinya, Allah SWT mengampuni per-buatan dosa mereka, dan mem-balas semua amal shalih mereka.

Hidup di dunia amat singkat. Itu pun hanya sekali. Maka jangan sampai salah pilih dan merugi. Kita harus meng-ambil ‘bisnis’ dengan keun-tungan berlipat ganda yang ditawarkan kepada kita. Masih-kah kita belum tertarik dengan tawaran menggiurkan  itu? 

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن

الخطبة الثانية
Khutbah Jum’at Kedua:

ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ , ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ِﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺍْﻷَﺷْﻴَﺂﺀَ * ﺃَﺣْﻤَـﺪُﻩُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺣَﻤْﺪَ ﻣَﻦْ ﻋُﻔِﻲَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻼَﺀِ *
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻵ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻵ ﺷَـﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓً ﺗُﻨْﺠِﻲْ ﻗَﺎﺋِﻠَﻬَـﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠَـﺰَﺍﺀِ *
ﻭَﺃَﺷْـﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﺃَﺗْﻘَﻰ ﺍْﻷَﺗْﻘِﻴﺂﺀِ * ﺃَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ ﻭَﺍْﻷَﻧْﺒِﻴﺂﺀِ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﺍﻟْﻜَﺮَﻣﺂﺀِ * ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﺍْْﻷَﺻْﻔِﻴﺂﺀِ * ﻭَﻣَﻦْ ﺗُﺒِﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﻠِّﻘَﺎﺀ ِ *
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﻴَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺃَﺷْـﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﻮَﺍﻟِﻲ ﺍﻟﻨَّﻌَﻤﺂﺀِ
ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮْﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻣَﺮَﻛُﻢْ ﺃَﻣْﺮًﺍ ﻋَﻤِﻴْﻤًﺎ * ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺟَﻞَّ ﺟَﻼَﻟُﻪُ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ * ﻳَﺂﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴْﻦَ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ * ﻭَﺗَﺎﺑِﻊِ ﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻳَﺎ ﺃَﺭْﺣَﻢَ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ * ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ * ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُّﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ * ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺻْﻠِﺢْ ﺃَﺋِﻤَﺘَﻨَﺎ ﻭَﺃُﻣَّﺘَﻨَﺎ * ﻭَﻗُﻀَﺎﺗَﻨَﺎ ﻭَﻋُﻠَﻤَﺎﺀَﻧَﺎ ﻭَﻓُﻘَﻬَﺎﺀَﻧَﺎ * ﻭَﻣَﺸَﺎﻳِﺨَﻨَﺎ ﺻَﻼَﺣًﺎ ﺗَﺎﻣًّﺎ ﻋَﺎﻣًّﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻫُﺪَﺍﺓَ ﻣُﻬْﺘَﺪِﻳْﻦَ *
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍْﻧﺼُﺮْ ﻣَﻦْ ﻧَﺼَﺮَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺍﺧْﺬُﻝْ ﻣَﻦْ ﺧَﺬَﻝَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ * ﺃَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻫْﻠِﻚْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀَ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ * ﻭَﺃَﻟِّﻒْ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮْﺏِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ * ﻭَﻓُﻚَّ ﺃَﺳْﺮَ ﺍﻟْﻤَﺄْﺳُﻮْﺭِﻳْﻦَ * ﻭَﻓَﺮِّﺝْ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻜْﺮُﻭْﺑِﻴْﻦَ * ﻭَﺍﻗْـﺾِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻦَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺪْﻳُﻮْﻧِﻴـْﻦَ * ﻭَﺍﻛْﺘُﺐِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻟﺴَّﻼَﻣَﺔَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ * ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻐُﺰَّﺍﺓِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻫِﺪِﻳْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮِﻳْﻦَ * ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳْﺮٌ *
ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍﺩْﻓَﻊْ ﻋَﻨَّﺎ ﺍﻟْﻐَﻠَﺎﺀَ * ﻭَﺍﻟْﺒَﻼَﺀَ ﻭَﺍﻟْﻮَﺑَﺎﺀَ * ﻭَﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮَ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲَ ﻭَﺍﻟﺴُّﻴُﻮْﻑَ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻔَﺔ * ﻭَﺍﻟﺸَّﺪَﺍﺋِﺪَ ﻭَﺍﻟْﻤِﺤَﻦَ * ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦَ * ﻣِﻦْ ﺑَﻠَﺪِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺧَﺎﺻَّﺔً * ﻭَﻣِﻦْ ﺑُﻠْﺪَﺍﻥِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻋَﺎﻣَّﺔً * ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳْﺮٌ * ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺑﺎﻹِﻳـْﻤَﺎﻥِ * ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻨَﺎ ﻏِﻼًّ ﻟِّﻠَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

ﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍْﻹِﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳْﺘَﺎﺀِﺫِﻯ ﺍْﻟﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍْﻟﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍْﻟﺒَﻐْﻰِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭْﻥَ * ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭْﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻌَﻤِﻪِ ﻳَﺰِﺩْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺌَﻠُﻮْﻩُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ ﻳُﻌْﻄِﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻛْﺒَﺮُ

Ulang Tahun ala Santri

DOABERKAH

لااله الا الله الملك الحق المبين... 
محمد رسول الله صادق الوعد الامين...

Ya Allah Gusti kulo nyuwun..
Gesang ingkang istiqomah...
Ya Allah Gusti kulo nyuwun...
Mbenjang pejah husnul khotimah...

Ya Allah Gusti kang Moho luhur...
Mugi paring panjang umur...
Anak putu gampil dipun atur...
Sregep ngaji tondo roso syukur...

Ya Allah Gusti kang Moho Luhur...
Mugi paring panjang umur....
Rejeki turah cekap kangge saksedulur...
Ing pengajab lahir batin biso makmur...

Ya Allah Gusti Kang Moho Murah...
mugi sedoyo paringono berkah...
Anak Murid Sregep ibadah...
Aman slamet saking wabah...

اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان
وبلغنا رمضان وبلغنا رمضان

امين امين يا الله امين * امين امين يا الله امين

امين امين يا الله امين *  يا الله رب العالمين

Selasa, 16 Februari 2021

Hukum wudhu setelah makan

Memang terjadi khilafiyyah (perbedaan pendapat) diantara Para Ulama apakah orang yang memakan makanan yang disinggung dengan api diwajibkan berwudhu. Namun pendapat Mayoritas Ulama wudhunya tidak batal.
قال ابن الشهاب أخبرني سعيد بن خالد بن عمرو بن عثمان وأنا أحدثه هذا الحديث أنه سأل عروة بن الزبير عن الوضوء مما مست النار فقال عروة سمعت عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم تقول : قال صلى الله عليه وسلم توضئو مما مست النار
Berkata Ibnu As-Syihab : Telah mengkhabarkan kepadaku Said bin Khalid bin Amr bin Utsman dan Aku menceitakan hadits ini. Sesungguhnya Urwah bin az-Zubair bertanya tentang berwudhu karena (memakan) apa yang disinggung api. Maka berkata Urwah, ‘Aku mendengar Aisyah Istri Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Berwudhulah kalian karena (memakan) apa yang disinggung api”.
(HR.Muslim II/262)
وقد اختلف العلماء في قوله صلى الله عليه وسلم : توضئوا مما مست النار . فذهب جماهير العلماء من السلف والخلف إلى أنه لا ينتقض الوضوء بأكل ما مسته النار . ممن ذهب إليه أبو بكر الصديق رضى الله عنه ، وعمر بن الخطاب ، وعثمان بن عفان ، وعلي بن أبي طالب ، وعبد الله بن مسعود ، وأبو الدرداء ، وابن عباس ، وعبد الله بن عمر وأنس بن مالك ، وجابر بن سمرة ، وزيد بن ثابت ، وأبو موسى ، وأبو هريرة ، وأبي بن كعب وأبو طلحة ، وعامر بن ربيعة ، وأبو أمامة وعائشة رضى الله عنهم أجمعين . وهؤلاء كلهم صحابة. وذهب إليه جماهير التابعين وهو مذهب مالك ، وأبي حنيفة ، والسافعي ، وأحمد ، وإسحاق بن راهويه ، ويحي بن يحي ، وأبي ثور ، وأبي خيثمة رحمه الله .
وذهب طائفة إلى وجوب الوضوء الشرعي وضوء الصلاة بأكل ما مشته النار ، وهو مروي عن عمر بن عبد العزيز ، والحسن اليصري ، والزهري ، وأبي قلابة ، وأبي مجلز . وأجابوا عن حديث وضوء مما مست النار بجوابين : أحدهما أنه منسوخ بحديث جابر رضى الله عنه قال : كان آخر الأمرين من رسول الله صلى الله عليه وسلم ترك الوضوء مما مسته النار ، وهو حديث صحيح رواه أبو داود والنسائى وغيرهما من أهل السنن بأسانيدهم الصحيحة . والجواب الثانب أن المراد بالوضوء غسل الفم والكفين . ثم إن هذا الخلاف الذي حكيناه كان في الصدر الأول ، ثم أجمع العماء بعد ذلك على أنه لا يجب الوضوء بأكل ما مسته النار . والله أعلم
Sesungguhnya Para Ulama berbeda pendapat tentang sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam “Berwudhulah kalian karena (memakan) apa yang disinggung api”.
Mayoritas Ulama Salaf dan Khalaf berpendapat bahwasanya wudhu tidak batal karena memakan apa yang disinggung api. Diantara yang berpendapat demikian : Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abu Darda’, Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Samurah, Zaid bin Tsabit, Abu Musa, Abu Hurairah, Ubai bin Ka’ab, Abu Thalhah, ‘Aamir bin Robi’ah, Abu Umamah dan Aisyah radhiallahu ‘anhum Ajma’iin. Mereka semuanya adalah sahabat.
Mayoritas Thabi’iin juga berpendapat demikian, diantaranya : Malik, Abu Hanifah, As-SYafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rawaaih, Yahya bin Yahya, Abu Tsur dan Abu Khaitsamah Rahimahullah.
Sekelompok Ulama mewajibkan wudhu secara syar’i wudhu shalat karena memakan apa yang disinggung api. Pendapat tersebut diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz, Hasan al-Bashri, Zuhri, Qulaibah dan Abu Mijlaz.
Mayoritas Ulama menjawab tentang hadits berwudhu karena memakanapa yang disinggung api dengan dua jawaban : (1). Hadits tersebut mansukh dengan Hadits Jabir radhiallahu ‘anhu, beliau berkata “Perkara yang terakhir dari (ketetapan) Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah meninggalkan wudhu dari memakan yang disentuh api”. Ini adalah hadits shahih, diriwayatkan Abu Dawud, Nasa’i dan lainnya dengan sanad yang shahih. (2). Yang dikehendaki dengan wudhu ialah membasuh mulut dan dua telapak tangan.
Kemudian khilaf yang kami ceritakan diatas adalah pada masa awal. Kemudian setelah itu Para Ulama sepakat tidak wajib berwudhu dari memakan apa yang disentuh api.
Al-Manhaj li an-Nawawy II/66
Wallahu A’lamu Bis Showaab.

Jumat, 29 Januari 2021

khutbah jumat Infaq Shodaqoh

 خطبة جمعة فى الانفاق والصدقة

اَلحمدُالحمد لله الذي اصطفى لمحبته الأخيار، فصرف قلوبهم إلى طاعته ومرضاته آناء الليل وأطراف النهار، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له مقلب القلوب والأبصار، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبده ورسوله المصطفى المختار،  اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله الطيبين الأطهار، وعلى جميع أصحابه الأخيار، ومن سار على نهجهم ما أظلم الليل وأضاء النهار امابعد

فَياَ عِبَادَ الله،أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُون
اعلموا انّ الصدقة شعار المتقين، ولواء الصالحين المصلحين، زكاة للنفوس، ونماء في المال، وطُهرة للبدن، مرضاة للرب، بها تُدفع عن الأمة البلايا والرزايا، تُطهر القلوب من أدران التعلق بهذه الدنيا وشهواتها ولذاتها

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengawali Khutbah Jumat ini,  marilah kita selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan  dengan melaksanakan seluruh perintah-perintah agama yang sudah di terangkan dalam al-quran, dan hadist nabi muhammad SAW. dan menjauhi segala laranganNya, sehingga hidup kita akan memperoleh keselamatan didunia dan diakhirat nanti. Amin.....

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

 Ketahuilah bahwa sodaqoh adalah syiar orang bertaqwa,bendera orang sholih,pembersih jiwa,menambah harta benda,pembersih badan,mendapat Ridho Allah,penolak bala,pembersih hati dari ketergantungan syahwat dunia dan kelezatannya

Di antara pintu-pintu kebaikan yang agung dan mulia dan yang sangat dianjurkan oleh syariat kita adalah infaq dan shodaqoh. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Muanfiqun ayat ke 10.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh (QS Al-Munafiqun: 10)

Allah SWT juga berfirman dalam surah Saba Ayat yang ke 39
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya (QS Saba: 39)

Allah berjanji kepada orang yang berbuat kebajikan, bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala mereka. Malah ia lipat gandakan dengan kelipatan yang banyak.

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُون

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” [Quran Al-Baqarah: 245].

Abu hurairah RA pernah meriwayatkan bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda.
قَالَ اللّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَاابْنَ آدَمَ اَنْفِقْ اُنْفِقْ عَلَيْكَ
  Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi “Wahai anak adam, berinfaqlah engkau, niscaya aku akan berinfak untukmu (HR Bukhari dan Muslim)

Dalil dalil ini menunjukkan bahwasannya orang yang berinfaq dijalan Allah SWT dengan keikhlasan dan ketulusan hati pada hakikatnya dia tidak kehilangan sedikitpun harta benda yang dia miliki, bahkan Allah SWT akan menggantinya dengan yang lebih baik. Apa yang kita infaqkan dijalan Allah, niscaya kita akan mendapatkan gantinya dari sisi Allah SWT. 

Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang berinfak dijalan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَنْ جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا. (الأنعام: ١٦٠)
Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepulah kali lipat amalnya. (QS. Al-An’am : 160)
Di Ayat lain Allah berfirman:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّـهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّـهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ 
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah 2: 261)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّيْ أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ.
“Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang thayyib (yang baik), maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jama’ah sholat jum’at rahimakumullah

Dengan bersedekah kita mensucikan harta. Sedekah wajib berupa zakat dan sedekah sunnah di setiap saat.
وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَا آتاَهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرُّ لَّهُمْ. سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَللهِ مِيْرَاثُ السَمَاوَاتِ وَالأَرْضِ. وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. (آل عمران: ١٨٠)
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di leher mereka di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran : 180)

Adapun keberuntungan atau faedah menafkahkan harta di jalan Allah adalah sangat banyak, diantaranya: 

Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits Qudsi disebutkan, "Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku (menjamin) nafkahmu." (Muttafaq Alaih)

Kedua, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api." (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi, ia berkata hadits hasan shahih)

Ketiga, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi, bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa'ad Radhiallahu Anhu.

Keempat, berinfak menyebabkan rezeki bertambah, berlipatganda, berkembang dan penuh berkah. 
Rezeki bukan hanya berupa uang dan kekayaan, akan tetapi rezeki itu meliputi kesehatan, anak yang shaleh, tetangga dan teman yang baik, pekerjaan yang halal, kehidupan yang tenang, itulah yang merupakan bagian dari rezeki yang sangat mahal dan tidak ternilai/terbayar dengan uang. Kita dapat membayangkan betapa banyak orang kaya yang jatuh miskin dalam waktu yang singkat dengan menguras harta kekayaannya untuk mengobati penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Maka berbahagialah orang yang diberikan kesehatan oleh Allah.

Kelima, kecintaan Allah dan kecintaan manusia terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara fithrah manusia mencintai orang yang berbuat baik padanya.

Keenam, kemudahan melakukan keta'atan. Allah menolong orang yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta'atan, sehingga ia merasa mudah melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Demikian semoga menjadi pendorong kita untuk gemar bersedekah dan berinfaq  

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ 
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ للهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. (الليل : ٥-٧)
 (وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)

Selasa, 05 Januari 2021

Sholat Musafir

الْْقَصْرُ: يَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ سَفَرًا طَوِيْلًا (مَرْحَلَتَيْنِ) أَنْ يَقْصُرَ الصَّلَاةَ الرُّبَاعِيَّةَ اِلَى رَكْعَتَيْنِ
qosor: diperbolehkan bagi seorang musafir dengan perjalanan panjang (dua marhalah) menqosor sholat yang empat rakaat menjadi dua rakaat

لقوله تعالى وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْ مِنَ الصَّلَاةِ
karena firman Allah jika kalian bepergian di bumi maka tiada larangan atas kalian untuk menqosor shalat

وقوله صلى لله عليه وسلم حِيْنَمَا سُئِلَ عَنْ صَلَاةِ السَّفَرِ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَقْبَلُوْا صَدَقَتَهُ
dan sabda Nabi SAW ketika beliau ditanya tentang shalat dalam perjalanan: itu adalah shodaqoh, yang Allah shodaqohkan terhadap kalian , maka terimalah shodaqohnya

شُرُوْطِ صِحَّةِ الْقَصْرِ (1) أَنْ يَكُوْنَ السَّفَرُ فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَةٍ (2) أَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الْاِحْرَامِ (3) أَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيْمٍ
syarat sah menqosor: (1) bepergian di selain maksiat (2) niat qosor bersama takbiratul ihram (3) tidak makmum pada orang muqim

الْجَمْعُ فِي السَّفَرِ: وَيَجُوْزُ الْجَمْعُ فِي السَّفَرِ الطَّوِيْلِ فَيَجْمَعُ بَيْنَ الظُّهْرش وَالْعَصْرِ وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَاْلعِشَاءِ تَقْدِيْمًا أَوْ تَأْخِيْرًا
jama’ dalam perjalanan: boleh jama’ dalam perjalanan yang panjang, maka ia menjamak antara dzuhur dan ashar dan antara maghrib dan isya’, mendahulukan atau mengakhirkan

شُرُوْطُ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ
SYARAT-SYARAT JAMA’ TAQDIM

(1) التَّرْتِيْبُ فَلَا يَجُوْزُ تَقْدِيْمُ الْعَصْرِ عَلَى الظُّهْرِ وَلَا الْعِشَاءِ عَلَى الْمَغْرِبِ
tertib: tidak boleh mendahulukan ashar mengakhirkan dzuhur, dan mendahulukan isya’ mengakhirkan maghrib

(2) نِيَّةُ الْجَمْعِ فِي الصَّلَاةِ الْأُوْلَى
niat jama’ di sholat yang pertama

(3) الْمُوَالَاةُ بِحَيْثُ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِمَا يَسَعُ رَكْعَتَيْنِ
 terus menerus, sekira keduanya tidak dipisah dengan waktu yang cukup dua rakaat

(4) أَنْ يَكُوْنَ مُسَافِرًا فِي الْأُوْلَى وَعِنْدَ عَقْدِ الثَّانِيَةِ
hendaknya ia dalam keadaan bepergian di sholat yang pertama, dan ketika memulai yang kedua

شُرُوْطِ جَمْعِ التَّاْخِيْرِ
SYARAT-SYARAT JAMA’ TA’KHIR

(1) نِيَّةُ تَأْخِيْرِ الْأُوْلَى فِي وَقْتِهَا
niat mengakhirkan di shalat yang pertama, di waktu shalat yang pertama

(2) دَوَامُ السَّفَرِ إِلَى إِتْمَامِ الصَّلَاتَيْنِ
masih di perjalanan sampai selesainya dua shalat