Bagian Kedua : Wasiat Nabi Seputar Wudhu dan Shalat
a. Pengaruh Wudhu terhadap Jiwa
Ramadhan - Mostafa Atef Full Lyrics & Translation
http://www.facebook.com/MostafaAtef.MA
https://soundcloud.com/mostafaatefma
Original Video : https://youtu.be/QaCLmEFIyjs
كلمات : الحبيب علي الكاف و محمد إبراهيم
توزيع : أحمد عبد السلام
تصوير ومونتاج : أحمد أمين
منتج منفذ : أحمد أمين
*****
"Hilalmu datang menerangi
Hariku yang terasa sunyi
Ooh Ramadhan berkahmu kutunggu
Angkat musibahku"
هلّ الهلال ليعلن أننا
في شهر رمضان الكريم فأبشروا
هيا فهل من مذكر أيا عباد الله
(Telah muncul hilal sebagai tanda bahwa kita memasuki bulan Ramadhan yg mulia
maka bergembiralah...!!
Marilah kita saling mengingatkan
Wahai hamba Allah)
"Ramadhan Hadirmu anugerah
dari Sang Maha Rahman
Denganmu beribu ribu dosa dihapuskan
Semua amalan dilipat gandakan bagi ummat Rasulullah"
رمضان أفضل ما مر علي دنيانا من أيام
وبه نزل القرآن علي خير الإنام
رمضان به البشرى ومع العسر يسرا وهذا ظننا بالله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yg kita lalui di dunia
Dengannya di turunkan AlQur'an pada manusia terbaik
Ramadhan datang membawa kabar gembira
Dan bersama kesulitan ada kemudahan
Dan ini prasangka baik kita pada Allah)
*****
رمضان خير ما تؤتي السنه
الا بذكر الله نحيا فكبروا
واذا إشتد البلاء هو للقلوب شفاء وهذا وعد الله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yang datang
Ingatlah dengan mengingat Allah kita akan hidup maka agungkanlah..!!
Dan ketika ujian semakin berat
itu sebagai penyembuh hati
Dan inilah janji Allah)
"Hilalmu datang menerangi
Hariku yang terasa sunyi
Ooh Ramadhan berkahmu kutunggu
Angkat musibahku"
"Ramadhan Hadirmu anugerah
dari Sang Maha Rahman
Denganmu beribu ribu dosa dihapuskan
Semua amalan dilipat gandakan bagi ummat Rasulullah"
رمضان أفضل ما مر علي دنيانا من أيام
وبه نزل القرآن علي خير الإنام
رمضان به البشرى ومع العسر يسرا وهذا ظننا بالله
(Ramadhan adalah bulan terbaik yg kita lalui di dunia
Dengannya di turunkan AlQur'an pada manusia terbaik
Ramadhan datang membawa kabar gembira
Dan bersama kesulitan ada kemudahan
Dan ini prasangka baik kita pada Allah)
*****
Jangan lupa like and subscribe yaa...
Thanks for watching
Wejangan Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani
Siapa yang ingin meraih ridho atas ketentuan Allah Azza wa-Jalla hendaknya ia terus mengingat kematian. Karena dengan mengingatnya meringankan beban musibah dan bencana. Dan anda jangan berhasrat pada dirimu, hartamu, pada anakmu. Namun ucapkan, “Tuhanku lebih tahu tentang diriku dibanding diriku sendiri.”
Bila anda bisa melanggengkan itu, anda akan didatangi oleh kelezatan ridho dan keselarasan dengan kehendakNya. Maka, bencana dengan akar dan rantingnya akan sirna, lalu datanglah gantinya, berupa nikmat-nikmat dan kebajikan. Sepanjang anda beserasi dengan ridho, disaat bencana datang, justru nikmat-nikmat yang bakal tiba dari berbagai arah dan tempat.
Namun sungguh celaka anda ini, hai orang yang alpa pada Allah Swt. Janganlah anda sibuk menjauhiNya dan mencari selain Dia. Sudah berapa lama anda memburu keleluasaan rejeki, tetapi malah menjadi bencana bagimu, sedangkan anda tidak tahu kebaikan itu ada dimana.
Mulailah anda diam dan berselaraslah denganNya, carilah ridhoNya atas tindakan-tindakanNya dan bersyukur dalam berbagai situasi. Karena berlimpahnya rejeki malah menjadi bencana manakala tidak disertai syukur. Begitu juga sempitnya rejeki menjadi bencana manakala tidak disertai sabar. Syukur menambah nikmat padamu dan mendekatkanmu kepada Allah Azza wa-Jalla. Sementara sabar meneguhkan langkah-langkah hatimu, menolongmu, menguatkanmu, menguntungkan dirimu. Akibat sabar adalah terpujinya seseorang di dunia dan akhirat. Karena kontra kepada Allah Azza wa-Jalla berarti menzalimi hati dan wajah.
Wahai orang bodoh, gantilah kesibukanmu yang terus menentang Tuhanmu dengan kesibukan memohon kepadaNya Azza wa-Jalla, teruslah demikian sampai hilang bencana dan cobaan, serta api cobaan sirna.
Anda wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah Azza wa-Jalla, yang mengaku melihat khazanah perbendaharaan rahmatNya dan cintaNya memohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla manakala anda ada di JalanNya, sebelum sampai di hadapanNya.
Bila anda bingung, katakan, “Wahai Dzat yang memberi petunjuk bagi orang-orang bingung, tunjukkanlah padaku.”
Bila anda lemah dan kehilangan kesabaran, ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, tolonglah aku, dan sabarkanlah diriku, bukakanlah jalan keluar bagiku.”
Namun bila anda telah sampai (wushul) dan hatimu sudah masuk di hadapanNya serta dekat padaNya, maka tidak ada lagi permohonan yang harus diutarakan, melainkan diam dan menyaksikanNya. Anda menjadi tamuNya, dan tamu yang baik tidak menginginkan apa-apa, justru harus berbudi adab yang bagus. Tidak makan kecuali yang disuguhkan, mengambil apa yang diberi. Kecuali jika ditanyakan, “Anda ingin sesuatu?”. Ia pun berkeinginan itu, sebagai bentuk pelaksanaan perintah, bukan karena pilihannya sendiri.
Meminta itu, berarti jauh dariNya. Sedangkan diam, berarti dekat denganNya.
Orang-orang arif senantiasa tidak mengenal kecuali Al-Haq Azza wa-Jalla. Semua bentuk ketergantungan putus dan semua sebab akibat sirna dari hatinya. Bahkan seandainya tidak ada makanan dan minuman berhari-hari dan berbulan-bulan ia tidak peduli dan tidak berubah. Karena Allah azza wa-Jalla memberikan makanan kepada mereka, konsumsi yang sesuai dengan kehendakNya.
Siapa yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla, tetapi masih mencari selain Dia, berarti ia dusta dalam mencintaiNya. Namun jika ia dicintaiNya, ia telah wushul menjadi tamuNya, dan begitu dekat denganNya, lalu dikatakan padanya, “Carilah,…”, dan anda memang menginkannya, maka ucapkanlah, “Terserah apa yang Engkau Kehendaki, karena KehendakMu itu bebas…”.
Sang pecinta senantiasa tergenggam, dan yang dicintai senantiasa menghamparkan keleluasaan. Bagi pecinta segalanya terlarang, bagi yang dicinta meraih segalanya. Sepanjang hamba menjadi pecinta ia senantiasa bimbang, tercabik-cabik, dan penuh upaya sepanjang waktu. Bila ia telah kembali kepadaNya, ia menjadi tercinta. Segalanya jadi terbalik pada haknya. Datanglah kemudahan-kemudahan, kesejahteraan, tenang, rizki melimpah dan makhluk lain patuh padanya. Semua itu berkah kesabaran dan keteguhan pada situasi mencintaiNya. Kedekatan hamba hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, sedangkan cintanya Allah azza wa-Jalla pada hambaNya, bukan seperti cintanya makhluk pada sesamanya. Karena Tuhan kita Azza wa-Jalla:
“Tidak satu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Jadikan padanan itu hanya pada sesama manusia. Maka carilah pemahaman dariNya, carilah kebaikan qalbu dariNya. Karena Dia senantiasa memberikan keluasan kebajikan qalbu pada yang dikehendakiNya, Dialah yang memperbanyak rizki qalbu pada yang dikehendakiNya.
Salah satu dari kaum Sufi hatinya begitu luas melampaui langit dan bumi, sehingga hatinya seperti Tongkat Musa as. Tongkat Nabi Musa as, pada awalnya adalah hikmah, kemudian menjadi qudroh (memiliki kemampuan). Tongkat itu digunakan membawa bekalnya manakala ia tidak mampu membawanya. Tongkat itu bisa jadi kendaraan yang dinaiki, manakala ia tidak mampu berjalan. Tongkat itu bisa menolak bahaya, sedangkan ia sedang duduk dan tidur. Bahkan bisa berbuahkan buah-buahan dari berbagai jenis buah dan menjadi payung ketika ia duduk. Allah menampakkan kekuasanNya dalam tongkat itu, lalu Nabi Musa merasa bahagia dengan KekuasaanNya melalui perantara tongkat itu. Katika Allah Azza wa-Jalla menjadikan dirinya sebagai Nabi, dan memberikan ke-taqarrub-an, mengajaknya bicara dan memberikan tugas padanya, Allah berfirman pada Nabi Musa as. :
“Apa yang ada di tangan kananmu wahai Musa?” Maka Musa menjawab, “Inilah tongkatku, aku gunakan pegangan (bertelekan) padanya, dan aku gunakan menggembala kambingku, dan bagiku ada kegunaan lain padanya.” (Thaha 18)
Kemudian Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Lemparkanlah tongkatmu…” Tiba-tiba menjadi ular besar, dan Musa lari dari ular itu. Maka Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Ambillah ia, dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya (jadi tongkat lagi)”. (Thaha 21)
Tujuan utama dari itu adalah menampakkan Kekuasaan Allah Swt, sehingga imperium Fir’aun terasa hina, sekaligus menegaskan perang melawan Fir’aun dan pasukannya, dan keluarbiasaan itu sebagai piranti untuk memerangi mereka dan menampakkan hal yang luar biasa. Di awalnya memang menimpulkan rasa sesak di hati dan dada, kemudian Allah melapangkannya, dan memberikan hukum, kenabian dan pengetahuan kepada Musa as.
Hai bodoh, ini pun KekuasaanNya, namun tetap dilalaikan dan diingkari. Karena itu jangan anda melupakan Dzat yang tak pernah lupa padamu, jangan anda alpa pada Yang tidak pernah melupakanmu. Ingatlah pada mati, karena malaikat maut yang siap mencabut nyawa mereka. Karena itu kemudaanmu, hartamu dan semua yang engkau miliki tidak akan pernah memperdayaimu, karena tidak lama lagi akan diambil semua darimu. Sementara anda hanya mengenang keteledoranmu dan sia-siamu di hari-hari ini, penuh dengan tindak kebatilan. Anda menyesal, dan tak ada penyesalan kemudian.
Tidak lama lagi anda mati, dan anda baru ingat kata-kataku, nasehatku padamu dan anda sangat berharap agar aku ada disampingmu ketika engkau dalam kuburmu, mendengarkan saran nasehatku.
Karena itu berusahalah dengan serius untuk menerima kata-kataku dan mengamalkannya, hingga engkau bersamaku di dunia dan akhirat. Berbaiksangkalah padaku sampai anda mengambil manfaat ucapanku, lalu berbaiksangkalah pada selainmu, namun berburuk sangkalah pada nafsumu. Bila anda melakukan tindakan ini, anda bisa meraih manfaat dan yang lain mendapatkan manfaat darimu.
Sepanjang anda dengan selain Allah azza wa-Jalla, maka anda terus susah dan gelisah, syirik dan berat.
Keluarkanlah makhluk dari hatimu dan bersambunglah dengan Allah azza wa-Jalla, maka anda akan melihat sesuatu yang tak terbayang mata, dan tak pernah terbesit di telinga, tidak pula terlintas di hati manusia. Inilah yang anda ada di dalamnya, dalam kondisi anda tidak benar dan tidak sempurna. Karena prinsip dasarnya masih ada yang lain, bukan Dia sebagai penentu. Dia terbuang, dan anda telah membangun keruntuhan.
Bertaubatlah kepada Allah azza wa-Jalla dan mohonlah perubahan posisi anda kepadaNya., yang berupa ambisi duniawimu dan kontra akhirat itu.
(Sumber : sufinews.com)
Do’a Terhindar Dari Wabah Penyakit.
Barangsiapa membaca do’a dibawah ini sebanyak-banyaknya dengan istiqomah setiap habis sholat lima waktu atau minimal dibaca sehabis sholat Subuh dan Sehabis sholat Maghrib sebanyak tiga kali, maka Insya Allah akan di hindarkan sama Allah dari segala macam wabah penyakit menular.
يَا رَبَّنَا بِالاَنْبِيَاءِ وَ فِى الرِجَال الصُلَحَاءْ
إِصْرِفْ عَنَّا حَرَّ الْوَبَاءْ وَقِنَا شَرَّ الظُّلَمَاءْ
لِي خَمْسَةٌ اُطْفِئ بِهَا حَرَّ الْوَبَاءِ الْحاطِمَه
الْمُصْطَفٰى وَالْمُرْتَضٰى وَابْنَاهُمَا وَالْفَاطِمَه
YAA ROBBANAA BIL-ANBIYAA(-I), WA FII RIJAALI ShULAHAA(-I),
IShRIF ‘ANNAA HARROL WABAA(-I), WA QINAA SyARROZh ZhULAMAA(-I),
LI KhOMSATUN UThFII BIHAA, HARROL WABAA-IL KHATIMAH,
AL MUShThOFAA WAL MURTADhOO, WABNAAHUMAA WAL FAAThIMAH.
Ya Tuhan kami, dengan lantaran para Nabi dan para tokoh yang sholeh,
Palingkanlah kami dari panasnya wabah, dan hindarkan kami dari orang-orang yang sesat,
Ada lima yang aku menggunakannya untuk mematikan panasnya wabah,
Yaitu Nabi Muhamad Nabi Pilihan,Sahabat Ali yang diridhoi, kedua putranya Sayid Hasan dan Sayid Husain dan Sayyidah Fathimah.
(Di kutip dari Kitab Silahul Mukmin – KH. Mahfudz Syaroni, Amalan 225, Halaman 193, Penerbit Ampel Suci Surabaya)
سئل الْحَسَن عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قَالَ: سَأَلْتُ حُذَيْفَةَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ ؟
قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قَالَ: سَأَلْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ، عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قَالَ: سَأَلْتُ رَبَّ الْعِزَّةِ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قَالَ: «سِرٌّ مِنْ أَسْرَارِي، اسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِي».
“Yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku titipkan pada hati orang yang aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.”
~~~~~~~<<<<<{{{♡}}}>>>>>~~~~~~~
IKHLASH (الإخلاص) - Risalat al Qusyairiyyah
Karya Abul Qasim Abdul Karim Hawazi Al-Qusyairi An-Naisabur
قال الله تعالى: "ألا لله الدين الخالص"
“Ingatlah, bagi Allah agama yang murni.” (Q.S. Az Zumar: 3)
أخبرنا: علي بن أحمد الأهوازي
قال: أخبرنا أحمد بن عبيد البصري،
قال: حدثنا جعفر بن محمد الغرياني قال: حدثنا أبو طلوت
قال: حدثني هانيء بن عبدالرحمن بن أبي عقبة،
عن إبراهيم بن أبي عبلةالعقيلي
قال: حدثني عطية ابن وشاح،
عن أنس بن مالك رضي الله عنه، قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ثلاث لا يغلّ عليهن قلب مسلم:
إخلاص العمل لله؛ ومناصحة ولاة الأمور، ولزوم جماعة المسلمين"
Dari Anas bin Malik diceritakan bahwa Rasululloh Saw. Bersabda:
“Tiga perkara yang tidak bisa dikhianati hati seorang muslim, yaitu; keikhlasan amal karena Allah Swt, Saling menasehati dalam penguasaan masalah, dan tetapnya jamaah umat islam.
وقال الأستاذ: الإخلاص، إفراد الحق سبحانه في الطاعة بالقصد،
وهو أن يريد بطاعته التقرب إلى الله سبحانه دون أي شيء آخر؛
من تصنع لمخلوق أواكتساب محمدة عند الناس،
أو محبة مدح من الخلق،
أو معنى من المعاني سوى التقرب به إلى الله تعالى.
ويصح أن يقال: الإخلاص: تصفية الفعل من ملاحظة المخلوقين.
ويصح أن يقال الإخلاص:التوقي عن ملاحظة الأشخاص
Ustadz Syaikh berkata; “Ikhlas adalah penunggalan Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata, tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain mendekatkan diri pada Allah.” Bisa juga diartikan bahwa ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.
وقد ورد خبر مسند: "أن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر جبريل، عليه السلام، عن الله سبحانه وتعالى،
أنه قال: الإخلاص سرٌ من سري،
استودعتُه قلبَ من أحببتُه من عبادي".
“saya bertanya Jibril a.s. tentang ikhlas, apa itu?’ dan, Tuhanpun menjawab; “Yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku titipkan pada hati orang yang aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.”
سمعت: الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله،
يقول: وقد سألته عن الإخلاص: ما هو؟
فقال:سمعت: علي بن سعيد، وأحمد بن محمد بن زكريا،
وقد سألتهما عن الإخلاص،
فقالا: سمعنا علّي بن إبراهيم الشقيقي،
وقد سألناه عن الإخلاص،
فقال:سمعت محمد بن جعفر الخصاف،
وقد سألته عن الإخلاص،
فقال: سألت أحمد بن بشار عن الإخلاص:ما هو؟
قال: سألت أبا يعقوب الشريطي عن الإخلاص:ما هو؟
قال: سألت أحمد بن غسان عن الإخلاص: ماهو؟
قال: سألت عبد الواحد بن زيد عن الإخلاص: ماهو؟
قال: سألت الحسن عن الإخلاص: ما هو؟
قال:سألت حذيفة عن الإخلاص: ما هو؟
قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قَالَ: سَأَلْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ، عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟
قال: سألترب العزة عن الإخلاص: ما هو؟
قال: "سر من سري استودعته قلب من أحببته من عبادي".
~~~~~~~<<<<<{{{♡}}}>>>>>~~~~~~~
سمعت: الأستاذ أبا علي الدقاق يقول: الإخلاص:التوقي عن ملاحظة الخلق
والصدق: التنقي من مطالعة النفس فالمخلص؛ لا رياء له، والصادق: لاإعجاب له.
Saya dengar Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Ikhlas adalah keterpeliharaan diri dari keikutcampuran semua makhluk.
Shidiq (kebenaran) adalah kebersihan diri dari penampakan-penampakan diri. Orang yang ikhlas tidak memiliki riya’ dan orang yang shidiq atau benar tidak akan kagum pada dirinya sendiri.”
وقال ذو النون المصري: الإخلاص: لا يتم إلا بالصدق فيه،
والصبر عليه، والصدق لا يتم إلا بالإخلاص فيه والمداومة عليه.
Dzunnun Almishri berkata, Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan kebenaran dan sabar di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus menerus di dalam ikhlas.”
وقال أبو يعقوب السوسي: متى شهدوا في إخلاصهم الخلاص إحتاج إخلاصهم إلى إخلاص.
Abu Ya’qub As-Susi berkata; “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.”
وقال ذو النون: ثلاث من علامات الإخلاص:
استواءالمدح والذم من العامة،
ونسيان رؤية الأعمال في الأعمال،
ونسيان اقتضاء ثواب العمل في الآخرة.
Dzunnun Al-Mishri berkata, “ ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu ketiadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang amal perbuatannya di dalam amal perbuatannya sendiri, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya di kampung akhirat.”
سمعت: الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله،
يقول: سمعت أبا عثمان المغربي يقول:
الإخلاص:ما يكون للنفس فيه حظ بحال، وهذا إخلاص العوام.
وأما إخلاص الخواص: فهو ما يجري عليهم، لابهم،
فتبدو منهم الطاعات، وهم عنها بمعزل، ولا يقعلهم عليها رؤية،
ولا ا اعتداد، فذلك: إخلاص الخواص.
Abu Utsman Al-Maghribi mengatakan; “ ikhlas adalah ketiadaan bagian atas suatu hal bagi dirinya. Ini adalah ikhlas orang-orang kebanyakan. Adapun ikhlas orang-orang khusus adalah apa yang terjadi pada mereka, bukan yang bersama mereka. Maka, dari mereka muncul ketaatan dan mereka sendiri terpisah dari ketaatan itu sendiri. Mereka tidak memandang dan menghitung ketaatan yang terlimpahkan kepada diri mereka. Demikian ini merupakan ikhlas kelompok orang khusus.”
وقال أبو بكر الدقاق: نقصان كلّ مخلص في إخلاصه:رؤية إخلاصه؛
فإذا أراد الله تعالى أن يخلص إخلاصه أسقط عن إخلاصه رؤيته لإخلاصه؛ فيكون مخلَصاًلامخلصا. وقال سهل: لا يعرف الرياء إلا مخلص.
Abu Bakar Ad-Daqaq berkata; “Kekurangan setiap orang yang ikhlas dalam keikhlasannya adalah kebiasaan melihat keikhlasannya. Jika Allah menghendaki memurnikan keikhlasan seseorang, maka Dia menggugurkan penglihatan keikhlasannya pada keikhlasannya, sehingga ia menjadi orang yang diikhlaskan atau dimurnikan, bukan orang yang ikhlas atau berusaha menyucikan diri.
Sahal bin Abdullah berkata; “Tiada yang mengetahui riya’ selain orang yang ikhlas.”
سمعت أبا حاتم السجستاني يقول:
سمعت عبد الله بن علي يقول: سمعت الوجيهي
يقول: سمعت أباعلي الروذباري يقول:
قال لي رويم: قال أبو سعيدالخراز:
رياء العارفين أفضل من إخلاص المريدين.
Abu Sa’id mengatakan; “ Riya orang-orang yang ahli ma’rifat lebih utama daripada ikhlas para
murid.”
وقال ذو النون: الإخلاص: ما حفظ من العدو أن يفسده.
Dzun Nun Al-Mishri mengatakan; “Ikhlas adalah apa yang dipelihara dari permusuhan yang
merusak.”
وقال أبو عثمان: نسيان رؤية الخلق به وام النظر إلى فضل الخالق.
Abu Utsman al-Hiri mengatakan;”Ikhlas adlah pelupaan penglihatan makhluk dengan keabadian memandang Sang Maha Pencipta.”
وقال حذيفة المرعشي: الإخلاص أن تستوي أفعال العبد في الظاهر والباطن.
Khudzaifah al-Mar’isi berkata; “aikhlas adalah penyamaan perbuatan-perbuatan hamba dalam aspek lahir batinnya.”
وقيل: الإخلاص: ما أريد به الحق، سبحانه، وُقصد بهالصدق. وقيل: الإغماض عن رؤية الأعمال.
Dikatakan juga bahwa ikhlas adalah apa yang dikehendaki Al-Haqq dan yang dimaksudkan tujuan shidiq (kebenaran). Terkadang juga ikhlas diartikan sebagai kepura-puraan tidak tahu dari penglihatan macam-macam amal perbuatan.
سمعت: محمد بن الحسين، رحمه الله،
يقول: سمعت أبا الحسين الفراسي
يقول: سمعت محمد بن الحسين
يقول: سمعت علي بن عبد الحميد
يقول:سمعت السري يقول:
من تزين للناس بما ليس فيهسقط من عين الله تعالى.
As-Siriy As-Saqithi mengatakan; “ barangsiapa menghiasi dirinya untuk manusia dengan sesuatu yang tidak ada pada manusia, maka dia gugur dari pandangan Allah.”
وسمعته يقول: سمعت علي بن بندار الصوفي
يقول:سمعت عبد الله بن محمود
يقول: سمعت محمد بن عبد ربه
يقول: سمعت الفضيل
يقول ترك العمل من أجل الناس رياء،
والعمل من أجل الناس شرك،
والإخلاص: أن يعافيك الله منهما.
Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan berbuat amalan kebajikan karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah pembebasan Allah pada anda dari keduanya.
وقال الجنيد: الإخلاص سر بين الله تعالى وبين العبد،لايعلمه ملك فيكتبه، ولا شيطان فيفسده، ولاهوى فيميله.
Al-Junaid mengatakan; “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Tidak ada malaikatpun yang mengetahui dan mencatatnya. Tidak ada setan pula yang mengetahui dan merusaknya. Dan tidak ada hawa nafsu yang mengetahui lalu menyondongkannya.”
وقال رويم: الإخلاص من العمل هو: الذي لايريدصاحبه عليهِ عوضاً من الدارين، ولا حظً من الملكين.
Ruwaim mengatakan; keikhlasan suatu perbuatan adalah ketiadaan kehendak bagi pemiliknya untuk mendapatkan ganti (pahala) dari dua alam (dunia dan akhirat) dan ketiadaan permintaan bagian dari dua malaikat (penjaga surga dan neraka)
وقيل لسهل بن عبد الله: أي شيء أشد على النفس؟فقال: الإخلاص: لأنه ليس لها فيها نصيب. وسئلبعضهم عن الإخلاص: فقال: أن لا تشهد على عملك غير الله عز وجل.
Ditanyakan pada Sahal bin Abdullah, “Hal apa yang paling berat bagi manusia?.” “Ikhlas, karena didalamnya tidak ada bagian (tuntutan) bagi pelakunya,” jawabnya.
Sebagian ahli Sufi juga ditanya tentang hal yang sama, lalu dijawab, “Hendaknya engkau tidak mempersaksikan amalmu pada selain Allah Swt.”
وقال بعضهم:
دخلت علي سهل بن عبد الله يومجمعة قبل الصلاة بيتاً..
فرأيت في البيت حية.فجعلت أقدم رجلاً وأؤخر أخرى،
فقال: ادخل، لا يبلغ أحد حقيقة الإيمان
وعلى وجه الأرض شيء يخافه.
ثم قال: هل لك في صلاة الجمعة؟
فقلت: بيننا وبين المسجد مسيرة يوم وليلة..
فأخذ بيدي، فما كانإلا قليل حتى رأيت المسجد،
فدخلناه؛ وصليناالجمعة.
ثم خرجنا؛ فوقف ينظر إلى الناس وهم يخرجون،
فقال: أهل لا إله إلا الله كثير، والمخلصونمنهم قليل.
Sebagian yang lain bercerita: saya pernah masuk ke rumah Sahal bin Abdullah pad hari Jum’at sebelum sholat dilaksanakan. Saya lihat dirumahnya ada seekor ular yang membuat saya mengedepankan seseorang dan mengakhirkan yang lain (orang ini berada ditengah-tengah). Tiba-tiba sahal berkata, “Masuklah, seseorang tidak akan mencapai hakikat iman, sementara dipermukaan bumi masih ada yang ditakutkan.”
“Apakah engkau hendak sholat Jum’at?” tanyanya kemudian.
Sayapun lantas berkata bahwa di antara kami dan masjid terdapat jarak sejauh perjalanan kaki sehari semalam. Saya menempuh perjalanan itu dan tidak ada jarak lagi selain tinggal sedikit, sehingga saya melihat masjid, lalu saya masuk dan sholat Jum’at didalamnya. Kemudia saya keluar. Pandangan saya tertuju pada kerumunan orang yang sedang keluar dari masjid. Tiba-tiba saya mendengar Sahal berkata; “Orang-orang yang mengatakan Laa Ilaaha illal-laah sangat banyak, tetapi yang ikhlas amat sedikit.
أخبرنا: حمزة بن يوسف الجرجاني قال: حدثنا محمدبن محمد بن عبد الرحيم قال: حدثنا أبو طالب محمد بن زكريا المقدسي قال: حدثنا أبو قرصافة محمد بن عبد الوهاب العسقلاني قال: حدثنا زكريا بننافع قال: حدثنا محمد بن يزيد القراطيسي،
عن إسماعيل بن أبي خالد،
عن مكحل قال: ما أخلص عبد قط أربعين يوماً،
إلاظهرت ينابيع الحكمة من قلبه على لسانه.
Makhul berkata; “Tidaklah seorang hamba selama empat puluh hari mampu berbuat ikhlas kecuali sumber-sumber hikmah akan keluar dari hatinya melalui lidahnya.”
سمعت الشيخ أبا عبد الرحمن السلمي، رحمه الله،
يقول: سمعت محمد بن عبد الله بن شاذان
يقول:سمعت عبد الرزاق
يقول: سمعت يوسف بن الحسين يقول: أعز شيء في الدنيا الإخلا ص، وكن أجتهد في إسقاط الرياء عن قلبي، فكأنه ينبث فيه على لون آخر.
Yusuf bin Husin berkata; paling mulianya sesuatu di dunia adalah ikhlas. Betapa beratnya saya berjuang menggugurkan riya dari hati saya, tetapi seakan-akan riya masih tumbuh dengan warna lain
وسعته يقول: سمعت النصراباذي
يقول: سمعت أباالجهم
يقول: سمعت بن أبي الحواري
يقول: سمعت أبا سليمان
يقول: إذا أخلص العبد انقطعت عنه كثرة الوساوس والرياء
Sulaiman Ad-Darani berkata; Jika seorang hamba ikhlas, maka rasa was-was dan riya akan terputus darinya.
Sumber: Risalatul Qusyairiyah- Abul Qasim Abdul Karim Hawazi Al-Qusyairi An-Naisabur
KEAJAIBAN IKHLAS
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Abu Bakar Al-Bazzar. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Rabi’ bin Tsabit bin Wahb bin Masyja’ah bin Harits bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik Al-Anshari Al-Ka’bi Al-Baghdadi Al-Bashri Al-Bazzar.
Al-Qadhi Abu Bakar bin Abu Thahir.
Tokoh kali ini adalah putra Abu Thahir (w. 461 H), salah satu pembesar penduduk Baghdad, yang terkenal sebagai seorang syaikh yang shalih dan muhaddits, yaitu Al-Bazzar, atau terkenal dengan sebutan Abu Bakar. Al-Bazzar lahir pada hari Selasa, 10 Shafar 442 H, wafat 535 H dan sudah hafal Al-Qur’an saat berusia 7 tahun.
Pengakuan menakjubkan pernah terlontarkan dari lisan Abu Bakar sendiri, melalui riwayat Ibnu As-Sam’ani,
ماضيعت ساعة من عمري فى لهو او لعب
“Mâ dhayya`tu sâ`atan min `umrî fî lahwin aw la`bin"
"Aku tidak pernah menyia-nyiakan sesaat dari umurku dengan senda gurau dan main-main.”
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar al-Anshari berkata:
“Dulu, aku pernah berada di Makah–semoga Allah selalu menjaganya. Suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku.
Ketika sedang berjalan-jalan ke luar rumah, ia menemukan sebuah kantong dari sutera yang ditali dengan tali sutera juga. Karena tidak ada siapa-siapa, ia mengambil kantong tersebut dan membawanya pulang. Ia mengurai talinya, dan mendapati kalung yang terbuat dari permata. Kalung sedemikian indah itu belum pernah ia lihat sebelumnya. Ah, pasti sangat mahal harganya, demikian kekata hatinya. Ia masih terus saja memperhatikan kalung tersebut seolah tak percaya. Menakjubkan.
Tetapi, ketika keluar dari rumah, tiba-tiba saja ada seorang kakek yang mengumumkan berita kehilangan, dan membawa buntalan uang yang berisi 500 Dinar [1 dinar=10 dirham, 1 dinar setara –sebagaimana pendapat jumhur ulama’ dengan 4,25 gram emas, jadi kalau sekarang satu gram emas seharga 400.000 rupiah -misalnya-, maka 1 dinar seharga 1.700.000 rupiah. Jadi, 500 dinar pada saat ini –dengan estimasi harga satu gram emas sekarang senilai 400.000 rupiah- seharga 850.000.000 atau 850 juta. Subhanallah, angka yang fantastis!].
Kakek tersebut akan memberikan buntalan uang berisi 500 dinar atau senilai 850 juta tersebut kepada siapa yang berhasil menemukan kantong yang berisi kalung permata.
Tatkala mendengar pengumuman tersebut, Abu Bakar Al-Bazzar berkata dalam hati, “Aku sedang membutuhkan, dan aku pun tengah kelaparan, biarlah aku mengambil imbalannya dan memanfaatkannya, dan aku mengembalikan kantong tersebut.”
Abu Bakar mendatangi kakek tersebut, dan memintanya untuk datang ke rumahnya seraya meminta untuk menyebutkan ciri-ciri kantong tersebut. Abu Bakar terperanjat. Kakek tersebut memang pemilik kantong yang barusan ia temukan. Pasalnya, kakek itu tahu persis ciri kantong tersebut beserta isinya berupa kalung dari permata dan jumlahnya, tali yang dipergunakan untuk menali kantong itu juga diketahuinya.
Akhirnya, karena yakin bahwa kakek itulah sang pemilik kantong tersebut, Abu Bakar mengambilnya, dan menyerahkan kepada kakek tersebut. Kemudian, sang kakek hendak menyerahkan buntalan uang berisi 500 dinar yang tadi sudah dijanjikan kepada Abu Bakar, tetapi ia justru enggan mengambilnya, bahkan malah berkata dengan kata-kata yang menakjubkan, kata-kata seorang ahli ilmu yang menunjukkan kedalaman ilmunya, “Sudah wajib bagi saya untuk mengembalikan kantong ini kepada Anda, dan saya tidak mau mengambil upahnya.”
Kakek itu pun menjawab,
لابد لك ان تأخذ
“Lâ budda laka an ta’khudza"
tidak boleh tidak, kamu harus mengambilnya!” ia mengulang-ulang kata-kata itu dan mendesak agar Abu Bakar menerimanya, tetapi tetap saja, sekalipun sangat membutuhkan bahkan sedang kelaparan, Abu Bakar menolak pemberian sang kakek.
Akhirnya, karena tidak berhasil mendesak lagi, kakek tersebut meninggalkan Abu Bakar. Tetapi ia pergi dengan meninggalkan rasa takjub yang luar biasa. Pemuda shalih, kata dalam hatinya. Entah, bagaimana suasana hatinya pada saat itu, yang jelas ia justru merasa berhutang budi kepada pemuda yang baik hati itu.Karena, bukankah manusia akan merasa berhutang budi kepada orang yang pernah berbuat kepadanya?.
Sementara itu, setelah kejadian penemuan kalung permata itu, pada suatu ketika, Abu Bakar keluar dari Mekah dengan menaiki kapal, mengarungi lautan. Di tengah lautan, gelombang datang bertubi-tubi dengan dahsyatnya. Kapal pecah, dan banyak penumpang yang tenggelam. Begitu pula dengan harta-benda mereka. Sementara Abu Bakar selamat, ia masih hidup karena memegangi pecahan kapal yang tenggelam tersebut. Selama beberapa saat, ia berada di tengah-tengah lautan, tidak tahu ia tengah berada di mana dan mau kemana?
Setelah terombang-ambing oleh gelombang lautan, ia terdampar di sebuah pulau yang dihuni oleh sebuah kaum. Sesampainya di sana, Abu Bakar mendatangi masjid, lalu membaca Al-Qur’an….,
Tiba-tiba saja…, semua orang mengerumuninya, mereka tertakjub dengan bacaan Abu Bakar. Mereka meminta agar diajari Al-Qur’an. Karena privat mengajarkan baca Al-Qur’an inilah, ia mendapatkan banyak rizki.
Suatu ketika, Abu Bakar melihat ada lembaran-lembaran dari mushhaf di dalam masjid. Ia mengamati, mengambil dan membacanya. Ketika melihat Abu Bakar membaca, penduduk pulau tersebut bertanya, “Apakah Anda mahir menulis?” Abu Bakar menjawab, “Ya.” Lalu mereka berbondong-bondong datang dengan membawa putra-putri mereka untuk diajari tulis-menulis, tak ketinggalan para pemudanya. Dari hasil mengajar tulis-menulis ini, Abu Bakar lagi-lagi mendapat rizki yang tidak diduganya. Alhamdulillah, ucap hatinya berkali-kali. Betapa maha pemurah dan dermawannya Allah Ta’ala, sang pemilik perbendaharaan langit dan bumi. Betapa mudahnya Allah memberikan rizki, kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Selesai mengajar, mereka mendatangi Abu Bakar sembari berkata, “Sesungguhnya di tengah-tengah kami ada seorang gadis yatim, dan dia memiliki ‘secuil’ dunia, kami ingin anda berkenan menikahinya.”
[Yah, kalau kita menggunakan bahasa sekarang ya, “Ustadz-ustadz, di sini ada gadis yang berharta dan keturunan orang ternama di desa ini, kaifa?”]
tetapi Abu Bakar menolak, ia enggan menikahi gadis tersebut, khawatir pernikahannya semata-mata karena gadis tersebut kaya.
Tetapi mereka memaksa dan berkata, “Lâ bal, tidak… pokoknya Anda harus menikahinya.” Titik.
Karena tidak bisa menolak, akhirnya tawaran mereka diterima juga. Bagaimana lagi? Sudah rizkinya, ucap hati Abu Bakar lagi.
Ketika resepsi acara pernikahan berlangsung, kedua mata Abu Bakar tertuju kepada kalung permata yang dikenakan di leher gadis mempelai, wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya. Ia terkaget. Kalung permata itu? seolah ia pernah melihatnya, tapi di mana dan kapankah? Oh iya, kalung permata itu adalah kalung milik si kakek yang dulu pernah ia temukan. Ia hampir melonjak-lonjak karena riang sekali hatinya. Lama sekali ia memandangi kalung permata itu, sementara orang seluruh pulau yang menghadiri resepsi pernikahan melihat mata Abu Bakar yang hanya memperhatikan kalung, bukan si mempelai perempuan. Mereka pun mengingatkan,
“Wahai Syaikh, Anda menghancurkan hati gadis yatim ini karena Anda hanya melihat kalungnya, dan tidak melihatnya.”
Ditegur seperti itu, Abu Bakar menceritakan kisahnya dulu; ketika ia dalam keadaan membutuhkan dan kelaparan, lalu menemukan kantong berisi kalung mutiara, dan pertemuan dengan si kakek yang menjanjikan upah 500 dinar kepadanya, tetapi ia menolaknya.
Mendengar kisahnya, penduduk pulau tersebut berteriak. Suara mereka bergemuruh. Terdengar pekikan takbir dan tahlil yang memenuhi ruangan resepsi pernikahan, hingga berita ini menyebar ke seluruh penduduk pulau itu, tanpa terkecuali. Mereka begitu bahagia.
Abu Bakar Al-Bazzar pun bertanya keheranan,
“Mâ bikum, hei…, apa-apaan ini?” ia terheran-heran dengan euforia penduduk setempat setelah mendengar kisahnya, seolah mereka memenangi piala dunia karena saking bahagianya.
Mereka kemudian mendudukkan Abu Bakar yang dianggapnya sebagai seorang syaikh yang sangat mereka hormati itu. “Begini” kata salah satu dari mereka sebagai duta bercerita untuk menjelaskan duduk permasalahannya, “sebenarnya, kakek yang dulu mengambil dan memiliki kalung permata dari Anda itu adalah….” Kata itu terputus. Ia melanjutkan lagi setelah menahan nafas sejenak untuk mengheningkan cipta sembari menoleh kepada Abu Bakar dan orang-orang di sekitarnya, “…adalah ayah dari gadis yang sekarang Anda nikahi ini.”
“Dulu, ayah gadis ini memuja-muji Anda setelah kejadian paling bersejarah itu. Beliau takjub dengan sikap Anda, sampai-sampai beliau berlebihan dalam berkata,
ما فى الدنيا الا هذا الذي ردّ عليّ هذاالعقدَ
“Mâ fi d-dunyâ illâ hâdza l-ladzî radda `alayya hâdza l-`aqda"
"di dunia ini tidak ada pemuda muslim shalih yang berhati mulia selain orang yang mengembalikan kalung ini.”
“Bahkan, beliau pernah berdoa,
اللهم اجمع بيني وبينه حتى ازوجه بابنتي
“Allâhumma jma` baynî wa baynahu hattâ uzawwijahu bi ibnatî,"
"Ya Allah, kumpulkanlah aku dengan pemuda itu hingga aku menikahkannya dengan putriku.”
Dan sekarang doanya betul-betul dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla.”
Subahanallah 3 X,
Allahu Akbar 3 X
Lahaula Walaquwata illabillah.
Di tangan Allah lah segala urusan, dan hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar dalam segala urusan kita.
Sesungguhnya Allah akan membalas setiap kebaikan dan keikhlasan kita, meskipun kadang kita lalai atau lupa bahwa itulah buah dari kebaikan kita di masa lampau.
Semoga bermanfaat,
Allahu A’lam