Minggu, 10 November 2019

Faidah Santri

FAIDAH YANG DIDAPAT OLEH SIAPAPUN PENUNTUT ILMU YANG BELUM MENDAPATKAN ILMU

يُقَالُ مَنِ انْتَهَى إِلَى الْعَالِمِ، وَجَلَسَ مَعَهُ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يَحْفَظَ الْعِلْمَ، فَلَهُ سَبْعُ كَرَامَاتٍ
Dikatakan bahwa, seseorang yang pergi menuju orang alim, duduk bersamanya tetapi dia tidak mampu menghafalkan ilmu, maka orang tersebut masih mendapatkan tujuh kemuliaan.

أَوَّلُهَا: يَنَالُ فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِينَ.

1. Mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar.

وَالثَّانِي: مَا دَامَ جَالِسًا عِنْدَهُ كَانَ مَحْبُوسًا عَنِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَأِ.

2. Selama masih duduk bersama orang alim maka dia tercegah dari melakukan dosa dan kesalahan.

وَالثَّالِثُ: إِذَا خَرَجَ مِنْ مَنْزِلِهِ تَنْزِلُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ.

3. Ketika keluar dari rumahnya maka rahmat turun kepadanya.

وَالرَّابِعُ: إِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ، فَتَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَتُصِيبُهُ بِبَرَكَتِهِمْ.

4. Ketika dia duduk disamping orang alim maka rahmat turun kepada mereka dan diapun mendapatkan rahmat sebab berkah mereka.

وَالْخَامِسُ: مَا دَامَ مُسْتَمِعًا تُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَةُ.

5. Selama masih mendengarkan maka ditulis kebaikan baginya.

وَالسَّادِسُ: تَحُفُّ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا رِضًا وَهُوَ فِيهِمْ.

6. Mereka dilindungi malaikat dengan sayap-sayapnya karena ridha dan orang tersebut juga bersama mereka.

وَالسَّابِعُ: كُلُّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ، وَيَضَعُهُ يَكُونُ كَفَّارَةً لِلذُّنُوبِ، وَرَفْعًا لِلدَّرَجَاتِ لَهُ، وَزِيَادَةً فِي الْحَسَنَاتِ

7. Setiap langkah kakinya yang diangkat dan diletakkan maka menjadi penghapus bagi dosa-dosa, pengangkat derajat dan tambahan kebaikan baginya.
Wallahu A'laam Bis shawab.

Dinukil dari kitab Tanbihul Ghafilin karya Abul Laist Al Samarqandi.

Kamis, 07 November 2019

SILSILAH NASAB NABI MUHAMMAD

Silsilah Nasab dari Nabi Muhammad hingga Nabi Adam

Nabi yang sering disebut khairul khalq (makhluk terbaik) dan sayyidul anbiyâ’ wal mursalîn (pemimpin para nabi dan rasul) memiliki nasab yang luar biasa sucinya.

Nasabnya dipenuhi orang-orang termulia dari generasinya.
Tidak ada satu pun darinya yang berperilaku tercela. Karena itu, umat Islam harus mengetahui nasab Rasulullah ﷺ secara terperinci. 
Dalam kitab al-Sîrah al-Nabawiyyah, Imam Ibnu Hisyam menulis nasab Rasulullah Muhammad ﷺ sebagai berikut:

هَذا كِتَابُ سِيْرَةِ رَسُوْلِ اللهِ صلي الله عليه وسلّم, هُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ—وَاسْمُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: شَيْبَةَ بن هَاشِمِ—وَاسْمُ هَاشِمِ: عُمَرُو بن عَبْدِ مَنَافِ—وَاسْمُ عَبْدِ مَنَافِ: المغِيْرَةُ بن قُصَيّ بن كِلَابِ بن مُرَّةَ بن كَعْبِ بن لُؤَيِّ بن غَالِبِ بْن فِهْرِ بن مالِكِ بن  النَّضْرِ بن كِنَانَةَ بنِ خُزَيْمَةَ بن مُدْرِكَةَ—واسمُ مُدْرِكَةَ: عَامِرِ بن إِلْيَاس بن مُضَر بن نِزَار بن مَعَدِّ بن عَدْنَانَ بن أُدَّ—ويقالُ أُدَدَ بن مُقَوِّمِ بن نَاحُوْر بن تَيْرَح بن يَعْرُبَ بن يَشْجُبَ بن نَابَت بن إِسْمَاعِيْلَ بن إِبْرَاهِيْمَ—خليلُ الرَّحمنِ—بن تَارِح—وهوَ آزَر—بن نَاحُوْر بن سَارُوْغ بن رَاعُو بن فَالِخ بن عَيْبَر بن شَالِخ بن أَرْفَخْشَذ بن سَام بن نُوْح بن لَمَك بن مَتُّو شَلَخ بن أَخْنُوْخ—وَهو إِدْرِيْسُ النَّبِي—وَكانَ أَوَّلَ بَنِي آدَمَ أُعْطِي النُّبُوَّةَ وَخَطَّ بِالْقَلَمِ—ابن يَرْد بن مَهْلَيِل بن قَيْنَن بن يَانِش بن شِيْث بن آدَمَ عليه السلام

“Ini adalah kitab Sirah Rasulullah ﷺ, dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib—nama asli Abdul Muttalib adalah Syaibah bin Hasyim—nama asli Hasyim adalah Umar bin Abdu Manaf—nama asli Abdu Manaf adalah Mughirah bin Qusayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadlr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah—nama asli Mudrikah adalah ‘Amr bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan bin Udda—dilafalkan juga Udada bin Muqawwim bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim—khalil al-rahman—bin Tarih—dia adalah Azar—bin Nahur bin Sarug bin Ra’u bin Falikh bin Aybar bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mattu Syalakh bin Akhnunkh—dia adalah Nabi Idris, bani Adam pertama yang dianugerahi kenabian dan baca tulis—bin Yard bin Malayil bin Qainan bin Yanisy bin Syits bin Adam 'alaihis salam.” (Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, ed. Umar Abdul Salam Tadmuri, Dar al-Kutub al-‘Arab, 1990, juz 1, h. 11-16)

Imam Ibnu Hisyam memang menyebutkan nasab Rasulullah secara lengkap dari Abdullah sampai Nabi Adam, tapi para ulama dan ahli sejarah sendiri berbeda pendapat perihal nasab Rasulullah di atas Adnan.
Nasab Rasulullah yang disepakati para ulama hanya nasab dari Abdullah sampai Adnan, sedangkan nasab dari Adnan ke atas, para ulama berbeda pendapat.

Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi mengomentari hal ini dengan mengatakan:

أَمَّا مَا فَوْقَ ذَالِكَ فَمُخْتَلَفٌ فِيْهِ, لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْه في شَيْئٍ غَيْرُ أَنَّ مِمَّا لَا خِلَافَ فِيْهِ أَنَّ عَدْنَانَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ نَبِيِّ اللهِ ابْنِ إِبْرَاهِيْمَ خَليْلِ اللهِ عَلَيْهِمَا الصَّلَاةُ والسَّلامُ

“Adapun nasab Rasulullah di atas Adnan, para ulama berbeda pendapat, tidak ada yang bisa dianggap paling shahih. Namun, semua ulama sepakat bahwa Adnan merupakan keturunan dari Ismail, Nabi Allah putra Ibrahim Khalilullah 'alaihis salam.” (Syeikh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sîrah al-Nabawiyyah Ma’a Mujaz li al-Tarîkh al-Khilâfah al-Rasyîdah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1991, h. 73)

Memang terjadi banyak perbedaan pendapat mengenai nasab Rasulullah dari Adnan ke atas. Beberapa ahli bahkan mengatakan tidak ditemukan seorang pun yang mengetahui hal ini, salah satu yang berpendapat demikian adalah Sayyidina Urwah bin Zubeir bin Awam (644-713 M).

Beliau berkata: “Mâ wajadnâ man ya’rifu mâ wara’a ‘adnâna—kami tidak menemukan seorang pun yang (secara pasti) mengetahui nasab Rasul dari Adnan seterusnya.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, tt, juz 2, h. 18).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sayyidina Abu al-Aswad bin Muhammad bin Abdul Rahman, salah seorang anak asuh Sayyidina Urwah bin Zubeir.
Beliau berkata:

سَمِعْتُ أَبَا بَكْر بْنِ سُلَيْمَانَ ابْنِ أَبِي خَيْثَمَةَ, وَكَانَ مِنْ أَعْلَمِ قُرَيْشٍ بِأَنْسَبِهَا وَأَشْعَارِهَا يَقُوْلُ: مَا وَجَدْنَا أَحَدًا يَعْلَمُ مَا وَرَاءَ مَعَدَّ بْنِ عَدْنَانَ فِي شِعْرِ شَاعِرٍ وَلَا فِي عِلْمِ عَالِمٍ

“Saya mendengar Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Khaitsamah, salah seorang yang paling berpengetahuan mengenai nasab bangsa Quraish dan syair-syairnya berkata: “Tidak ditemukan seorang pun yang mengetahui nasab Rasul setelah Ma’ad bin Adnan, baik dalam syairnya para penyair maupun dalan pengetahuannya orang berilmu.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, juz 2, h. 18)

Dengan demikian wajar saja jika terjadi banyak perbedaan jumlah maupun nama nasab Rasul dari Adnan ke atas yang banyak ditemukan di kitab-kitab Sirah Nabawiyyah dan hadits.

Salah satu yang paling mencolok adalah riwayat Sayyidina Ibnu Abbas ra:

أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بن عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بن هَاشِمِ بن عَبْدِ مَنَافِ بن قُصَيّ بن كِلَابِ بن مُرَّةَ بن كَعْبِ بن لُؤَيِّ بن غَالِبِ بْن فِهْر بن مالِكِ بن النَّضْرِ بن كِنَانَةَ بنِ خُزَيْمَةَ بن مُدْرِكَةَ بن إِلْيَاس بن مُضَر بن نِزَار بن مَعَدّ بن عَدْنَان بن أُدّ بن أُدَدَ بن الهَيْسَع بن بَنَت بن حَمَل بن قَيْذَار بن إِسْمَاعِيْل بن إِبْرَاهِيْم الخ.....

“Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushayy bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin Adnana bin Udda bin Udada bin Alhaysa’ bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Isma’il bin Ibrahim ........” (Imam al-Hafidh al-Dailami, Firdaus al-Akhbâr bi Ma’tsûr al-Khitâb al-Mukharraj ‘ala Kitâb al-Syihâb, Damaskus: Dar al-Kitab al-‘Arabi, juz 1, hlm 73)

Dalam riwayat yang dikutip oleh Imam Ibnu Hisyam (w. 213/218 H), Adnan merupakan anak Udda yang terkadang disebut dengan Udada, sedangkan dalam riwayat Sayyidina Ibnu Abbas, Udda merupakan anak dari Udada. Perbedaan lebih mencolok terjadi pada runtutan nasab setelah Udada. Riwayat kutipan Imam Ibnu Hisyam menyebut (riwayat pertama),
“Udada bin Muqawwim bin Nahur bin Tayrah bin Ya’ruba bin Yasyjuba bin Nabat bin Ismail bin Ibrahim.”
Sementara riwayat Sayyidina Ibnu Abbas mengatakan (riwayat kedua), “Udada bin Alhaysa’ bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Isma’il bin Ibrahim.” 

Jika pun nama-nama itu merupakan nama lain, seperti dalam kasus Abdul Muttalib yang nama aslinya Syaibah, tetap saja tidak dapat menyingkirkan perbedaan, karena nama Nabat pada kedua nasab di atas menempati urutan yang berbeda.
Imam al-Kinani dalam Mukhtashar-nya juga mengutip runtutan nasab yang berbeda, yaitu Adnan bin Udda bin Udada bin Alyasa’ bin Alhamaisa’ bin Salaman bin Nabat bin Hamal bin Qaidzar bin Ismail bin Ibrahim. (Imam al-Hafidh al-Dailami, Firdaus al-Akhbâr bi Ma’tsûr al-Khitâb al-Mukharraj ‘ala Kitâb al-Syihâb, juz 1, hlm 73).

Artinya, di samping perbedaan urutan, terjadi juga perbedaan jumlah orang.
Selain itu, banyak juga terjadi perbedaan penulisan dari mulai Adnan ke atas, seperti Fâlikh, ‘Aibar, Râ’û, dan lainnya dalam riwayat yang dikutip oleh Imam Ibnu Hisyam, dan Fâligh, ‘Âbir, Râghû, dan lainnya dalam riwayat Sayyidina Ibnu Abbas.
Hal ini terjadi karena kebanyakan dari nama-nama itu adalah isim ‘ajam (nama bukan Arab).
Imam Ibnu Sa’ad berkata:

سَائِرُ هَذهِ الْأَسْمَاءِ أَعْجَمِيَّةٌ وَبَعْضُهَا لَا يُمْكِنُ ضَبْطُهُ بِالْخَطِّ إِلَّا تَقْرِيْبًا

“Sisa nama-nama ini adalah nama-nama ajam (non-Arab), sebagiannya tidak mungkin ditulis dengan tepat kecuali dengan cara memperkirakannya.” (Imam Muhammad al-Dzahabi, Tarîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A’lâm: al-Sîrah al-Nabawiyyah, juz 2, h. 22)

Dalam al-Sirah al-Nabawiyyah karya Imam Ibnu Hisyam sendiri terdapat riwayat lain yang memiliki cara penulisan berbeda dengan yang pertama, salah satunya riwayat Sayyidina Qatadah bin Dima’ah:

إِسْمَاعِيْلُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ—خليل الرحمن—ابْنِ تَارِخ—وهو آزر—بن نَاخُوْر ابن أَسْرُغ بن أَرْغُو بن فَالِخ بن عَابِر بن شَالِخ بن أَرْفَخْشَذ بن سام بن نُوح بن لَمَك بن مَتُوشَلَخ بن أَخْنُوْخ بن يَرْد بن مَهْلَائِيْل بن قَايِن بن أَنُوش بن شَيْت بن آدَمَ

“Ismail bin Ibrahim Khalilurrahman bin Tarikh—beliau adalah Azar—bin Nakhur bin Asrugh bin Arghu bin Falikh bin ‘Abir bin Syalikh bin Arfaksyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Matusyalakh bin Akhnukh bin Yard bin Mahla’il bin Qayin bin Anusy bin Syit bin Adam 'alaihis salam.” (Imam Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1990, juz 1, h. 18)

Perbedaannya terletak pada penulisan nama Asrugh, Arghû, ‘Âbir, Matûsyalakh, Mahlâ’îl, Qâyin, Anûsy, dan Syît yang pada riwayat pertama ditulis Sârûgh, Ar’û, ‘Aibar, Mattûsyalakh, Mahlayil, Qaynan, Yânisy, dan Syîts. Seperti yang dikatakan Imam Ibnu Sa’ad, perbedaan itu terjadi karena nama-nama itu bukan nama Arab, melainkan nama ajam yang tidak dapat ditulis dengan tepat dalam tulisan Arab.

Dari sisi ibunya, Sayyidah Aminah, nasab Rasulullah ﷺ adalah:

هِيَ آمِنَةُ بِنْتُ وَهْبٍ بْنِ عَبْدِ مَنَافِ بْنِ زُهْرَةَ بْنِ كِلَابِ بْنِ مُرَّةَ. ]وَأُمُّهَا بَرَّةُ بِنْتُ عَبْدِ الْعُزَّي بن عُثْمَانَ بن عَبْدِ الدَّارِ بن قُصَيِّ بن كَلَاب. وَأُمُّهَا أُمُّ حَبِيْبِ بنت أَسَد بن عَبْدِ الْعُزَّي بن قُصَيِّ بنِ كِلَاب

[ “Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. [Ibunya Sayyidah Aminah adalah Barrah binti Abdul ‘Uzza bin Utsman bin Abdul Dar bin Qushayy bin Kilab. Ibunya Barrah binti Abdul ‘Uzza adalah Ummu Habib binti Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushayy bin Kilab].” (Imam Abdul Aziz al-Kinânî, al-Mukhtashar al-Kabîr fi Sîrah al-Rasûl, Amman: Dar al-Basyir, 1993, h. 19)

Nasab Sayyidah Aminah bertemu dengan nasab Sayyid Abdullah, ayah Rasulullah di nama Kilab. Begitu pun dengan ibu Sayyidah Aminah, semuanya bermuara pada satu sumber, yaitu Nabi Ismail 'alaihis salam.

Setelah keterangan-keterangan di atas, sebuah hadits di bawah ini kiranya tepat menjadi penutup:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَي كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَي قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَي هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim.” (HR. Imam Muslim)

Wallahu a’lam bi al-shawab 

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/105023/silsilah-nasab-dari-nabi-muhammad-hingga-nabi-adam
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id

Syiiran Nabi Muhammad SAW

Nabi muhammad lahire ono ing mekah
Dinane isnain 12 maulid tahun gajah
Ingkang ibu asmane Siti Aminah
Ingkang romo asmane Sayyid Abdullah.

Ingkng garwo asmane Siti Khodijah
Siti Saudah Siti Aisyah Siti Hafshoh
Ummu Masakin Hindun Zainab Juwairiyyah
Ummu Habibah Siti Shofiyyah lan Maimunah

Gadahi putro asmane Sayyid Qosim
Sayyid Abdullah ugo Sayyid Ibrohim
Ingkang putri asmane Siti Zainab
Siti Ruqayyah Ummi Kultsum Siti Fatimah.

Ustman ali meniko dados mantune
Abu bakar Umar moro sepuhe
Hasan Husain iku putune
Abdul Mutthallib meniko asmo simbahe.

Yen leluhure Sayyid Hasyim iku buyute
Abdi Manaf iku canggahe
Sayyid Qushoy iku warenge
Sayyid Killab udheg udheg siwure.

Senin, 04 November 2019

Belasungkawa

انا لله وانا اليه راجعون...

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ
وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَس
وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
وَزَوْجَةً خَيْرًا مِنْ زَوْجِتِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. 
اَللَّهُمَّ لَاتََحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ
بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
أَمِِيْن يَا رَبَّ العَالَمِينَ

Sabtu, 02 November 2019

Khutbah maulid 8 11 19

Khutbah bulan Maulid
Bergembira atas Rahmat Allah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلِه الَّذِي أَرْسَلَ سيدنا مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ اَلْمَالِكُ الْحقُّ الْمُبِيْنُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله صَادِقُ الْوَعْدِ الْاَمِيْنِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Memasuki bulan Rabi’ul Awal di tahun ini marilah kita mengingat peristiwa penting kelahiran manusia sempurna pilihan Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam, yakni Nabi Muhammad ﷺ.

Rasul yg sangat mencintai dan dicintai umatnya, pembawa Risalah terakhir, Nabi yg penuh kasih sayang,Nabi yg mensyafaati umatnya dan nabi yg menghilangkan kegelisahan dan kesedihan....

 Allah SWT Berfirman Dalam Surat Ali Imron 164 :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.


Peringatan disini dalam arti mempelajari sejarah perjuangannya dalam mendakwahkan agama Islam, meneladani kebaikan-kebaikan akhlaknya, dan mengikuti sunnah-sunnah serta memperbanyak bacaan shalawat atasnya. Agar kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencintai dan dicintai oleh rasulullah ﷺ dan akan mendapatkan syafaatnya di dunia ini sampai Akherat kelak.
عن عائشة رضى الله عنها انها قالت . مَن احبَّ اللهَ تعالى اكثرَ ذِكرَه، وثمرتُه ان يَذكُرَه اللهُ برحمتِه وغفرانه ويُد خِلَه الجنةَ مع انبيائه واوليائه ويُكرِمَه برؤية جمالهِ، ومن احبَّ النبىَّ عليه السلام اكثرَمن الصلاة عليه وثمرتُه الوصولُ الى شفاعتِه و صُحبتهِ فى الجنة (كذافى الجامع الصغير)

Dari Aisyah RA, bahwa dia berkata:” Barang siapa mencintai Allah Ta’ala, maka dia banyak mengingat-Nya, sedang buahnya ialah, bahwa Allah mengingat dia dengan rahmat-Nya dan ampunan-Nya serta memasukanya ke dalam surga bersama para Nabi-Nya dan para Wali-Nya, dan dimuliakan dia oleh-Nya dengan melihat keindahan-Nya. Dan barang siapa mencintai Nabi SAW, maka dia banyak bershalawat kepadanya, sedang buahnya ialah, mencapai syafaatnya dan bersama dengannya di surga,” (Demikian tersebut dalam al-Jami ‘us-Shagir)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Allah memerintahkan kita untuk bersyukur bahagia atas setiap rahmatNya yang kita rasakan. Di dalam surat Yunus ayat 58 Allah berfirman :

 قُلْ بِفَضْلِ اللِه وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا “

Katakanlah, atas anugerah Allah dan RahmatNya hendaknya mereka berbahagia”.

Tidak diragukan lagi jika Rasulullah adalah lebih agung-agungnya rahmat Allah kepada umat manusia, bahkan seluruh alam semesta. Anjuran bersyukur-bahagia pada ayat tersebut tidak dibatasi waktu dan tempat. Kapanpun, kita dianjurkan mensyukuri wujudnya Rasulullah SAW di dunia. Setiap saat kita dianjurkan untuk melakukannya. Rahmat wujudnya Rasulullah dapat dirasakan sampai kapanpun dan tidak akan terputus habis dimakan zaman. Jika di hari-hari biasa saja kita dianjurkan bersyukur atas wujudnya Rasulullah, lebih-lebih di hari atau bulan kelahiran beliau. Anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan.
Al-Syaikh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menegaskan :

فَالْفَرَحُ بِهِ صلى الله عليه وسلم مَطْلُوْبٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَفِي كُلِّ نِعْمَةٍ وَعِنْدَ كُلِّ فَضْلٍ وَلَكِنَّهُ يَتَأَكَّدُ فِي كُلِّ يَوْمِ اثْنَيْنِ وَفِي كُلِّ شَهْرِ رَبِيْعْ لِقُوَّةِ الْمُنَاسَبَةِ وَمُلَاحَظَةِ الْوَقْتِ وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهُ لَا يَغْفَلُ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ وَيُعْرِضُ عَنْهَا عَنْ وَقْتِهَا اِلَّا مُغَفَّلٌ أَحْمَقُ “

 Berbahagia dengan kehadiran Rasulullah di dunia dianjurkan pada setiap waktu. Setiap mendapat kenikmatan dan karuniaNya. Akan tetapi, anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan pada setiap hari Senin dan bulan Rabiul Awal karena korelasi yang kuat dan momen waktu yang selayaknya diperhatikan. Sudah menjadi kemakluman bersama tidak akan melupakan dan berpaling dari sebuah momen peristiwa besar kecuali orang yang lalai dan bodoh”.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Kewajiban Pertama Atas Umat Ini, Setelah Meyakini Kenabian Beliau Adalah Mencintai Beliau, Cinta yang Benar-Benar Tumbuh dari Hati yang Suci.
Bahkan seharusnya mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua, anak, istri, bahkan seluruh manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

{ لا يؤمن أحدُكم حتى أكونَ أحبُّ إليه من والِده وولَده و الناسِ أجمعين }

“Tidaklah beriman sempurna salah seorang di antara kalian sehingga dia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada orang tua, anak, bahkan manusia seluruhnya”. (HR. Bukhari bab Hubbur rasuul shallallahu ‘alaihi wa sallam minal iimaan)

Di antara tanda kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keinginan mereka untuk dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti sabda beliau di dalam shahih Muslim:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Yang paling cinta kepadaku di antara umatku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, di mana salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim bab Fii man yawaddu ru’yatan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Kewajiban umat ini yang kedua dan sekaligus menjadi Hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Adalah Engkau Meyakini Bahwa Tidak Ada Kebahagiaan dan Tidak Ada Kebaikan, Melainkan Hanya Dengan Mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apabila kita menginginkan hidayah, Sesungguhnya kita tidak akan mendapatkannya kecuali hanya dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah azza wa jalla berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ 

Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-A’raaf: 158)

Sahabat abu bakar pernah di tanya Rosulullah SAW apa yg di sukai dari dunia ini
قال ابو بكر : انا حُبّبَ اليّ من دنياكم ثلاثٌ الجلوس بين يديك والصلاة عليك وانفاق مالى عليك

Dan berkatalah Sayyidina Abu Bakar ra..
"Aku suka dari dunia ini 3 perkara :
1.Duduk” bersamamu Ya Rasulullah
2.Bersalawat kepadaMu Ya Rasullah
3.Aku korbankan harta ku untuk Mu ya Rasulullah "

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Mari memuliakan bulan Rabiul Awal ini dengan sebaik-baiknya memuliakan. Mengagungkannya dengan memperbanyak shalawat, shalat, sedekah, puasa, dan segala bentuk amal kebajikan lainnya. Mari berusaha sekuat tenaga meninggalkan kemakshiatan dan perbuatan tak berguna demi kemuliaan bulan maulid ini.
Semoga kita semua diakui sebagai umat Rasulullah SAW dan mendapat syafaat beliau kelak di hari pembalasan.

ﺟَﻌَﻠَﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺇﻳَّﺎﻛﻢ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻔَﺎﺋِﺰِﻳﻦ ﺍﻵﻣِﻨِﻴﻦ، ﻭَﺃﺩْﺧَﻠَﻨَﺎ ﻭﺇِﻳَّﺎﻛﻢ ﻓِﻲ ﺯُﻣْﺮَﺓِ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ
 أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

(وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين)

Rabu, 30 Oktober 2019

Keutamaan surat yasin

Keutamaan surah Yasin

1. Barang siapa ada baginya hajat pada raja-raja atau pada orang orang besar maka hendaklah membaca  (Surah Yasin) dua puluh lima (25) kali maka bahwasanya dimuliakan dia dan ditunaikan hajatnya biidznillaaahi Ta’aala.


2.Syaikh asy-Syadzili rahimahullaaahu Ta’aala : bahwasanya barang siapa yg takut pada orang yang berkuasa maka bacalah (Yasin) dan berdoa setelahnya


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لآ إِلـــهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لآ إِلـــهَ إِلاَّ هُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فيِ اْلأَرْضِ وَلاَ فيِ السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ فُلَانِ بْنِ فُلَانَةٍ

  (sebut namanya dan nama ibunya)

Kemudian masuk ia atasnya maka bahwasanya aman ia daripada kejahatannya. 


3.Bagi yang punya cita-cita bacalah (surah Yasin) empat puluh satu (41) kali  setelah solat sunah dua rokaat setelah Isya dan berdoa setiap  satu kali

يَا مَنْ يَقُوْلُ لِلشَّيْءِ كُنْ فَيَكُوْنُ اِفْعَلْ لِيْ كَذَا وَكَذَا

Maka insya Allaah Ta’ala terkabul


4. Barangsiapa tertawan atau berhutang atau ketakutan maka bacalah (yasin) tiga kali niscaya dilepaskan dia dan diamankan dia dan ditunaikan hutangnya. 



5. Untuk segala kepentingan bacalah yasin tujuh kali dan engkau baca doa ini tujuh kali

أَيُّهَا الْجَمَاعَةُ الْمُسَخَّرُوْنَ الْمُطِيْعُوْنَ لِهذِهِ السُّوْرَةِ الْمُبَارَكَةِ بِحَقِّ أَنْبِيَاءِ اللهِ تَعَالَى وَأَوْلِيَائِهِ وَبِحَقِّ خَالِقِكُمْ اِجْعَلُوْا كَلِمَتِيْ سَارِيَةً وَقَوْلِيْ مَسْمُوْعًا مَقْبُوْلًا وَاكْفُوْنِيْ مُهِمَّاتِيْ وَأَمِدُّوْنِيْ وَأَعِيْنُوْنِيْ فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا اْلكُلِّيَّةِ وَالْجُزْئِيَّةِ بِحَقِّ إِنَّه مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّه بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ أَلاَّ تَعْلُوْا عَلَيَّ وَائْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ اَلْوَحَا اْلعَجَلَ السَّاعَةَ

6.baca (yasin) 41 kali pada setiap hajat niscaya ditunaikan. 

7.Dan riwayat setengah dari para shalihin bahwasanya barangsiapa membaca (yasin) seperti bilangan yang tersebut 41x tanpa berkata-kata selama membaca lalu berdoa kemudian tidur  niscaya  ia akan mendapat nafaqahnya di bawah kepalanya bihaulillah wa quwwatih (dengan daya dan kekuatan Allah). 

Inilah doanya

اَللّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ فِي اْلبَحْرِ فَأَطْلِعْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ وَإِنْ كَانَ قَرِيْبًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلًا فَكَثِّرْهُ وَإِنْ كَانَ كَثِيْرًا فَهَوِّنْهُ وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ وَارْزُقْنِيْ مِنْ حَيْثُ أَحْتَسِبُ وَمِنْ حَيْثُ لَا أَحْتَسِبُ رِزْقًا حَلاَلًا طَيِّبًا غَدَقًا سَحًّا مُبَارَكًا فِيْهِ حَتَّى لَايَكُوْنَ لِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ عَلَيَّ فِيْهِ مِنَّةٌ وَاجْعَلْ يَدِيْ عُلْيَا بِالْإِعْطَاءِ وَلَا تَجْعَلْ يَدِيْ سُفْلَى بِالْاِسْتِعْطَاءِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

8. Untuk mengharapkan sesuatu bacalah  yasin empat kali jangan dipisahkan antaranya dengan sesuatu kemudian baca doa ini empat kali yaitu

سُبْحَانَ الْمُنَفِّسِ عَنْ كُلِّ مَدْيُوْنٍ سُبْحَانَ الْمُفَرِّجِ عَنْ كُلِّ مَحْزُوْنٍ سُبْحَانَ مَنْ جَعَلَ خَزَائِنَهُ بَيْنَ اْلكَافِ وَالنُّوْنِ سُبْحَانَ مَنْ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَه كُنْ فَيَكُوْنُ 

 (يَا مُفَرِّجُ فَرِّجْ

٤x

فَرِّجْ عَنِّيْ هَمِّيْ وَغَمِّيْ فَرَجًا عَاجِلاً بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِه وَسَلَّمَ

*****

يشرفنى ان اهديكم اليوم هذا العمل المبارك وهو من فوائد سورة يس الشريفه (( للـتـسـخـيـر كل من حولك )) ومدة العمل بها 7 ايام متتاليه علما انه من بعد ثالث يوم سوف تحس بتغير الوضع ان شاء الله ولكن لابد الموصله حتى تنهى السبـعــة ايام ..

كل ليله قبل ان تنام تتوضى ثم تدخل غرفة لوحدك وتشغل قليلا من البخور الطيب . ثم تصلى ركعتين لله سبحانه وبعد الانتهاء من الصلاة تجلس على السجادة اتجاه القبله وتذكر الاتي :- 
1- اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وبارك على محمد وآل محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ( مكرر 11 مرة )

2- تسعيذ بالله من الشيطان الرجيم وتقراء سورة يس كامله مكرر 7 مرات دون توقف . بشرط انه يجب عليك بعد قرءاة السورة كامله كل مرة تذكر الدعاء الاتي (( يا أيتها الجماعة المسخرون المطيعون لهذه السورة المباركة بحق أنبياء الله تعالى و أوليائه و بحق خالقكم اجعلوا كلمتي سارية و قولي مسموعا مقبولاً و اكفوا مهماتي و أمدوني و أعينوني في الأمور كلها الكلية و الجزئية بحق إنه من سليمان و انه بسم الله الرحمــن الرحيم الوحا الوحا العجل العجل الساعه الساعة )) ... 
3- اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وبارك على محمد وآل محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ( مكرر 11 مرة )

ملاحظة / لامانع ان تقوم بذلك بعد صلاة الفجر مباشره لمن لايستطيع القيام بها قبل النوم .. ولكن بشرط ان تختار وقت معين لمدة 7 ايام .. اما بعد صلاة الفجر مباشره او قبل النوم .

Rabu, 23 Oktober 2019

Majaz aqli

PENGERTIAN MAJAZ AQLI

المجاز العقلي هو اسناد الفعل او ما فى معناه الى غير فاعله الحقيقى
Artinya:
“Majaz ‘aqly adalah penyandaran fi’il pada fail yang tidak sebenarnya”

المجاز العقلى هو اسناد الفعل او فى معناه الى غير ما هو له لعلاقة مع قرينة مانعة من ارادة الاىسناد
 الى الحقيقي.
   Artinya:     
 ”Majaz ‘aqli adalah menyandarkan fi’il pada sesuatau yang lain untuk suatu hubungan pada hakikatnya”.

Majaz aqli adalah penyandaran fi’il atau kata yang menyerupainya kepada tempat penyandaran yang tidak sebenarnya karena adanya hubungan dan disertai karinah yang menghalangi dipahaminya sebagai penyandaran yang hakiki. Penyandaran majazi adalah penyandaran kepada sebab fi’il, waktu fi’il, atau mashdar-nya, atau penyandaran isim mabnii fa’il kepada maf’ul-nya, atau isim mabni maf’ul kepada fa’il-nya (Al-Jarim, 2015 : 162)

PENYANDARAN MAJAZ AQLI

1.    penyandaran kepada sebab fi’il (السببية)
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab langsung (pelaku).
Contohnya:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (٣٦) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (٣٧)
Artinya:
“Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu,(yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS. Ghafir [40]: 36-37)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) membangun gedung yang menjulang disandarkan kepada seorang bernama Haman padahal ia bukan pelaku sebenarnya. Yang membangun itu adalah para pekerja, tetapi Haman bertindak sebagai pengawas proses pembangunan itu.

واذا تليت عليهم اياته زادنهم ايمانا
Artinya:
“Apabila dibacakan ayat-ayat (Allah) kepada mereka maka bertambahlah imannya”.
                                                            
Dalam firman Allah mengguankan gaya bahasa majaz ‘aqly, yaitu adanya penyandaran fi’il pada fa’il yang tidak sebenarnya. Penyandaran fi’il  زاد kepada الايات  adalah penyandaran bukan pada fa’il yang sebenarnya, sedang yag dimaksud adalah penyandaran fi’il زاد kepada Allah.

2.    penyandaran kepada waktu fi’il (الزمانية)
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu terjadinya.
Contohnya:
نَهَارُ الْـمُؤْمِنِ صَائِمٌ ولَيْلُهُ قَائِمٌ
Artinya:
"Siangnya orang mukmin itu berpuasa dan malamnya bangun (untuk ibadah).”
Pada contoh ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) puasa disandarkan kepada masa/waktu yaitu “siang” padahal “siang” itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang melakukan puasa itu adalah seorang mukmin pada waktu siang hari.

يوم يجعل الولدان شيبا
Terdapat penyandaran fi’il يجعل (menjadikan) pada fail yang tidak sebenarnya. Yaitu berupa dhomir mustatir kembalinya pada اليوم  asalnya berbunyi يوم يجعل اليوم الوالدان شيبا , bahwa hari tidak dapat menjadikan anak berubah, yang dapat menjadikan anak berubah adalah Allah. Berhubung proses anak menjadi dewasa itu terjadi di sela-sela perjalanan zaman (waktu), maka hubungan yang ada adalah hubungan zaman العلاقة الزمانية.

3.    penyandaran kepada tempat fi’il (المكانية)
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya.
Contohnya:
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٧٢)
Artinya:
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 72)
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir disandarkan kepada  sungai-sungai padahal sungai-sungai itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalir itu adalah air-air yang bertempat di sungai-sungai.

 وجعلنا الانهار تجري من تحتهم
Terdapat penyandaran fi’il تجري (mengalir) pada fi’il yang tidak sebenarnya. Benarkah sungai itu mengalur? Tentu saja tidak, yang mengalir adalah air. Dengan demikian penyandaran yang sebenarnya adalah تجري المياه من تحتهم   (air-air itu mengalir dibawah mereka). Maka hubungan yang ada adalah hubungan tempat العلاقة المكانية sungai menjadi tempat air menaglir.

4.     penyandaran kepada mashdar  (المصدرية)
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya (kata dasar/asal).
Contohnya:
سَيَذْكُرُنِي قَوْمِيْ إِذَا جَدَّ جِدُّهُمْ # وَفِي اللَّيْلَةِ الظَّلْمَاءِ يُفْتَقَدُ البَدْرُ
Artinya:
“Kaumku akan teringat kepadaku apabila mereka menghadapi kesulitan. Pada malam yang gelap bulan purnama baru dirindukan (dicari-cari)”
Pada syair ini disebutkan bahwa aktivitas menghadapi kesusahan disandarkan kepada mashdar (kata dasar) yaitu kata (جِدُّ) padahal mashdar itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalami kesusahan adalah orang-orang yang susah.

سيذكرني اذا جد جدهم # وفى الليلة الظلماء يفتقد البدر
Terdapat kalimat yang berbunyi جد جدهم penyandaran fiil جد pada fail جدهم adalah bukan penyandaran fail yang bukan sebenarnya, penyandaran yang dimaksud adalah pada lafadz الجاد  sehingga kalimat tersebut berbunyi اذا جد الجاد جدهم  pada kalimat tersebut fail yang sebenarnya الجاد di buang kemudian fiilnya disandarkan pada isim masdar, yaitu جدهم  . hubungan adalah hubungan masdariyah العلاقة المصدرية[
5.     penyandaran isim mabni fa’il ke maf’ulnya العلاقة المفعولية
Contoh:
لا عاصم اليوم من امر الله الا من رحم
Allah menggunakan lafadz عاصم adalah berbentuk isim fail yang mempunyai arti “yang melindungi” akan tetapi aslinya adalah “yang dilindungi” sehingga yang dimaksud ayat tersebut لا معصوم اليوم من قضاء الله الا من رحمة الله, yang terdapat pada ayat tersebut penyandaran isim fail pada isim maf’ul, dan hubungan yang ada adalah hubungan maf’uliyah العلاقة المفعولية

6.      penyandaran isim mabni maf’ul ke fa’ilnya العلاقة الفاعلية
Contoh:
واذا قرأت القران جعلنا بينك وبين الذين لا يؤمنون بالاخرة حجابا مستورا
Terdapat penggunaan lafadz مستورا yaitu berbentuk isim maf’ul yang berarti “ditutupi” yang dimaksud sesungguhnya bukanlah bentuk isim maf’ul melainkan isim fa’il, sehingga ayat tersebut berbunyi  حجابا ساتراdan bukan حجابا مستورا dalam arti yang sebnarnya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pada contoh di atas terjadi penyandaran lafadz مستورا (bentuk isim maf’ul) pada lafadz  ساترا (bentuk isim fa’il) hubungannya adalah fa’iliyyah العلاقة الفاعلية

*****

MAJĀZ ‘AQLĪ

Arti majāz ‘aqlī, ialah meng-isnād-kan fi‘il atau yang menyerupainya kepada mulābas-nya yang bukan sebenarnya, yaitu fi‘il mabnī fā‘il. Seperti: (نَصَرَ) bukan kepada mulābas yang seharusnya, ialah fā‘il, melainkan kepada maf‘ūl-nya dan fi‘il mabnī maf‘ūl bukan kepada nā’ib-ul-fā‘il-nya, seperti:

(ثَوْبٌ لَابِسٌ) asal artinya: pakaian yang memakainya.

Padahal maksudnya: pakaian yang dipakai.

(نَهَارُهُ صَائِمٌ) Asal artinya: Siangnya yang berpuasa.

Padahal maksudnya: pada siang harinya dia berpuasa.

Asalnya: (لَبِسَ زَيْدٌ ثَوْبًا), (صَامَ زَيْدٌ نَهَارَهُ).

وَ الثَّانِيْ أَنْ يُسْنَدَ لِلْمُلَابَسِلَيْسَ لَهُ يُبْنَى كَثَوْبٍ لَابِسٍ

Artinya:

“Yang kedua, (yaitu majāz ‘aqlī), ialah meng-isnād-kan fi‘il atau syibhi-nya kepada mulābas-nya (ma‘mūl-nya) yang bukan seharusnya di-isnād-kan kepadanya. Seperti: (كَثَوْبٍ لَابِسٍ) = Pakaian yang memakai. Maksudnya pakaian yang dipakai.

أَقْسَامُهُ بِحَسَبِ النَّوْعَيْنِ فِيْجُزْئَيْهِ أَرْبَعٌ بِلَا تَكَلُّفِ

Artinya:

Pembagian majāz dengan menghitung kedua macam (makna ḥaqīqat dan majāz) di dalam kedua juznya (musnad dan musnad ilaih-nya), itu ada empat macam tanpa kesulitan.”

Contoh-contohnya:

1. Kedua juznya dengan makna ḥaqīqat, seperti:

(أَنْتَ الرَّبِيْعُ الْبَقَلَ) = telah menumbuhkan musim penghujan akan sayur-sayuran.

2. Kedua juznya dengan makna majāz, seperti:

(أَحْيَا الْأَرْضَ شَبَابُ الزَّمَانِ) = telah menyuburkan tanah itu penggantian zaman.

Arti (أَحْيَا) di sini majāz, karena arti asalnya menghidupkan. Dan asal arti (شَبَابُ الزَّمَانِ) kemudian zaman, sedangkan maksudnya = penggantian zaman.

3. Musnad ilaih dengan arti ḥaqīqat, sedangkan musnaddengan arti majāz, seperti (أَحْيَا الْأَرْضَ الرَّبِيْعُ) = musim hujan itu menyuburkan tanah. Musnad ilaih lafaz (الرَّبِيْعُ), dan musnad-nya lafaz (أَحْيَا).

4. Musnad ilaih dengan arti majāz. Sedang musnad-nya dengan arti ḥaqīqat, seperti: (أَنْبَتَ الْبَقَلَ شَبَابُ الزَّمَانِ) = telah menumbuhkan kepada sayur-sayuran itu penggantian zaman.

Musnad ilaih-nya lafaz (شَبَابُ الزَّمَانِ), dan musnad-nya (أَنْبَتَ).

وَ وَجَبَتْ قَرِيْنَةٌ لَفْظِيَّةًأَوْ مَقْتُوِيَّةٌ وَ إِنْ عَادِيَّةً.

Artinya:

Majāz ‘aqlī-nya itu harus ada qarīnah (yang menunjukkan kepada tujuan yang sebenarnya), baik dengan qarīnah lafzhiyyah atau ma‘nawiyyah atau qarīnah menurut adat.”

1. Contoh qarīnah lafzhiyyah, seperti:

شَيَّبَ رَأْسِيْ تَوَالِي الْهُمُوْمِ وَ الْأَحْزَانِ وَ لكِنَّ اللهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ

Telah menumbuhkan uban di kepalaku berturut-turut kesusahan dan keprihatinan, tetapi Allah mengerjakan apa yang Ia kehendaki.

Lafaz: (وَ لكِنَّ اللهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ), qarīnah lafazhiyyah.

2. Contoh qarīnah ma‘nawiyyah, seperti:

(مَحَبَّتُكَ جَاءَتْ بِيْ إِلَيْكَ) = kecintaan padamu telah mendatangkan aku padamu.

Qarīnah-nya: mustahil mendatangi kekasih oleh kecintaan melainkan oleh kakinya.

3. Contoh qarīnah ‘adiyah (adat), seperti:

(هَزَمَ الْأَمِيْرُ الْجُنْدَ) = telah menewaskan komandan itu kepada pasukan musuh.

Qarīnah-nya: mustahil menurut adat, seorang diri komandan mampu menewaskan musuh. Melainkan oleh pasukannya.