Khutbah I
اَلْحَمْد للّٰهِ اَلَّذِي أَسْكَنَ عِبَادَهُ الدُّنْيَا هَذِهِ اَلدَّارَ وَجَعَلَهَا لَهُمْ مَننْزِلَةَ سَفَرٍ مِنْ اَلْأَسْفَارِ وَجَعَلَ اَلدَّارَ اَلْآخِرَةَ دَارَ اَلْققَرَارِ فَسُبْحَانَ مَنْ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ وَيَرْفَقُ بِعِبَادِهِ اَلْأَبْرَارِ فِي جَمِيعِ اَلْأَقْطَارِرِ وَسَبَقَ رَحْمَتُهُ بِعِبَادِهِ غَضَبَهُ وَهُوَ اَلرَّحِيمُ اَلْغَفَّارُ
أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ اَلْغَزَّارِ وَأَشْكُرُهُ مِنْ فَضْلِهِ بِشُكْرٍ مِدْرَارٍ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اَلْوَاحِدُ اَلْقَهَّارُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَلنَّبِيُّ اَلْمُخْتَارُ اَلرَّسُولُ اَلْمَبْعُوثُ بِالتَّبْشِيرِ وَالْإِنْذَارِ،
اَللّٰهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَتَجَدَّدُ بَرَكَاتُهَا بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ وَعَلَى آلِهِ اَلْأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ اَلْأَخْيَارِ وَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اَلْقَرَارِ
أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah
Marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya. Karena sesungguhnya, hanya dengan takwa kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah
Kita hidup di dunia ini Sebenarnya mau apa ( Arep Opo) ? bekal apa yang kita bawa untuk kehidupan akherat (Arep gowo opo ) ? dan apa yang kita tinggalkan ( arep ninggalke opo ) ?
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ ‘Ulumuddin menyatakan:
الدنيا مزرعة الآخرة ؤكل ما خلق فى الدنيا
فيمكن أن يتزود منه للآخرة.
إحياءعلومالدين٢٩٣/٦
“Dunia adalah ladang akhirat. Maka setiap yang diciptakan Allah di dunia, bisa untuk dijadikan bekal menuju akhirat”
Kita diciptakan di dunia ini tidak untuk menyibukkan diri dengan hal-hal keduniaan yang pasti menuju kepunahan. Kita diciptakan tidak untuk menyibukkan diri dengan jabatan yang akan kita tinggalkan, pakaian yang pada akhirnya akan usang, makanan yang akan menjadi kotoran, mobil yang suatu saat nanti menjadi rongsokan dan rumah yang tidak kita bawa ke kuburan.
Di kehidupan dunia yang sementara ini, kita diperintahkan untuk berbuat taat kepada Allah, Tuhan yang wajib kita sembah. Allah mengetahui bahwa diantara hamba-hamba-Nya ada yang taat, dan diantara mereka ada yang durhaka dan mendustakan-Nya.
Kita tidak seperti binatang yang kehidupannya hanya dilalui untuk makan, minum dan tidur. Melainkan kita diperintahkan untuk berbuat taat kepada Allah dan dilarang untuk berbuat maksiat kepada-Nya. Barangsiapa yang tidak mengetahui hal ini, berarti ia tidak mengetahui tujuan penciptaannya. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:
أَيَحْسَبُ الإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدَى
“Apakah manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)AlQiyamah36)
Allah swt. juga menegaskan:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.Adz-Dzariyat:56)
Mereka yang tidak mengetahui untuk tujuan apa mereka diciptakan di dunia ini, berlaku pada diri mereka sabda Rasulullah saw.:
إِنَّ اللَّه يُبْعِضُ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّادٍ سَخَّابٍ بِاالأَسْوَاقِ جِيْفَةٍ بِا للَيْلِ، كِمَارٍ بِالنَهَارِ ، عَارِفٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا جَاهِلٍ بِأَمْرِ الأَخخِرَةِ (رواه ابن حبان)
“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang sombong, rakus kepada harta benda sehingga mengumpulkannya dengan cara yang haram, banyak bicara haram untuk mendapatkan harta, tidak pernah beribadah di malam hari hanya memikirkan makanan di siang hari sehingga lalai untuk melakukan kewajiban, mengetahui urusan dunia dan tidak mengetahui urusan akhirat.” (HR. Ibnu Hibban).
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah..
bekal apa yang kita bawa untuk kehidupan akherat (Arep gowo opo )
tidak lain adalah membawa amal-amal saleh yang ikhlas karena Allah SWT
Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan.
فَمَنْ كانَ يَرْجُوا لِقاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al-Kahfi: 110).
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ، وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
"Tiga hal yang mengikuti mayat (ke kuburannya): keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua di antaranya kembali, dan satu tetap bersamanya. Keluarganya dan hartanya akan kembali, sementara amalnya akan tetap bersamanya." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah...
apa yang kita tinggalkan ( arep ninggalke opo ) ?
Manusia mati akan meninggalkan nama (reputasi dan jasa), yang merujuk pada kebaikan atau keburukan perbuatan mereka di dunia,
Ini sesuai dengan pepatah "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama".
Perbuatannya di dunia, apakah kebaikan yang dilakukannya atau kejahatan yang ditinggalkan. Nama baik menjadi sangat berharga karena sering kali akan diingat lebih lama daripada kekayaan atau harta benda.
Orang yang hidupnya penuh karya, seperti penulis atau ilmuwan, akan meninggalkan warisan pemikiran dan karya-karya ilmiah yang bisa dibaca oleh generasi berikutnya,
Di era modern, manusia juga meninggalkan jejak digital yang bisa berupa karya atau informasi yang tersebar secara daring. Jejak ini dapat berupa karya ilmiah, tulisan, atau aktivitas digital lainnya yang dapat dilacak dan dibaca oleh orang lain setelah kematian.
Selain itu kita juga akan meninggalkan keluarga dan keturunan, dan jangan sampai meninggalkan keturunan yang lemah, baik lemah dalam bidang akidah, lemah dalam bidang ibadah, lemah secara keilmuan, dan lemah secara ekonomi
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 9
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Dalam ayat ini, Allah Swt. memberi peringatan kepada kaum muslimin agar jangan sampai meninggalkan keturunan yang lemah. Tentu larangan ini lebih ditujukan kepada orang tua yang mempunyai anak dan keturunan. Namun, ayat ini sebenarnya berbicara kepada setiap muslim. Dari sini kita bisa memahami bahwa Allah tidak menginginkan adanya generasi yang lemah dalam masyarakat Muslim. Oleh karena itu, agar tujuan mewujudkan generasi yang kuat bisa terwujud dalam masyarakat Muslim, maka diperlukan usaha dan kerjasama semua pihak, termasuk para guru dan segenap komponen masyarakat.
Pada akhirnya mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa memperbaiki diri,memperbanyak amal soleh dan mampu mendidik generasi yang bertakwa berilmu berkah dan bermanfaat amin allahumma amin
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَااتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُممْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْممِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.