Kisah cinta salah satu dari sahabat Rasulullah yang fenomenal yaitu kisah cinta antara Sahabat Ali bin Abi Thalib dengan Putri bungsu Rasulullah yaitu Fatimah Az-Zahra. Kisah cinta antara Ali bin abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra sangat luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaanya dalam sikap, kata maupun ekspresi. Saking terjaga kerahasiaannya setan saja tidak tahu-menahu urusan cinta di antara keduanya.
Fatimah mendapatkan didikan penuh dari ayahnya yang seorang Nabi dan Rasul. Fatimah tumbuh menjadi perempuan cantik, cerdas, dan penuh kasih sayang. Kecantikan Fatimah tidak hanya jasmaninya saja, bahkan kecantikan ruhaninya sampai melewati batas-batas langit hingga langit ketujuh.
Ali bin Abi Thalib diam-diam sudah menyukai Fatimah sejak lama, ia kerap melihat sosok gadis dari jauh yang sangat menawan sedang mengobati luka Rasulullah. Saat itu Fatimah dengan sigap dan cepat segera mengobati luka-luka di sekujur tubuh Rasulullah akibat perang.
Begitu juga dengan Fatimah yang diam-diam menyukai sahabat baik ayahandanya. Sudah sejak lama mendengar mengenai kebaikan hati Ali bin Abi Thalib, ia sering melihat dari jauh paras rupawan dan kepintaran otak yang Ali bin Abi Thalib miliki.
***
Pada saat kaum muslimin hijrah ke Madinah, Fatimah dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Rasulullah mengutus orang untuk menjemput keduanya. Setelah Rasulullah menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat Rasulullah berusaha untuk meminang Fatimah.
Suatu ketika Fatimah dilamar oleh seorang laki-laki yang sangat dekat dengan Rasulullah; ia telah mempertaruhkan harta, jiwa dan kehidupannya untuk Islam, selalu menemani perjuangan Rasulullah. Dialah Abu Bakar Ash Shiddiq.
Ketika mendengar bahwa Abu Bakar melamar putri Rasulullah tersebut, seketika Ali terkejut. Ia sadar dibandingkan dengan Abu Bakar, Ali bukanlah siapa-siapa. Apalagi Ali juga begitu miskin, bahkan untuk mahar pernikahan saja ia tidak punya. Sedangkan Abu Bakar kedudukannya sangat dekat dengan Rasulullah dan Abu Bakar seorang saudagar, tentu lebih bisa membahagiakan Fatimah.
Waktupun berlalu dan Ali mendapat kabar bahwa lamaran dari Abu Bakar ditolak Fatimah dan Rasulullah dengan lembut. Kabar itupun membuat Ali merasa senang dan mempersiapkan diri kembali berharap ia masih memiliki kesempatan untuk melamar Fatimah.
Akan tetapi ujian Ali belum berhenti di situ saja, ternyata Ummar ibn Al Khattab juga turut melamar Fatimah. Seorang laki-laki yang gagah perkasa dan pemberani, setan saja takut kepadanya. Membuat Ali harus berusaha ikhlas jika Fatimah menikah dengan Ummar. Namun beberapa saat kemudian Ali menerima kabar yang membuat Ali semakin bingung, karena lamaran Ummar pun juga ditolak oleh Fatimah.
***
“Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?” Seru sahabat Ansharnya.
“Mengapa tidak engkau yang mencoba melamar Fatimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Rasulullah.”
“Aku?” Tanya tak yakin.
“Ya. Engkau wahai saudaraku!”
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa aku andalkan?”
Sahabatnya pun memberi dukungan, “Kami selalu berada di belakangmu, kawan!”
Akhirnya Ali memutuskan memberanikan diri untuk menemui Rasulullah dengan menyampaikan maksud hatinya untuk meminang putri Rasulullah Fatimah Az-Zahra untuk menjadi istrinya.
***
Rasulullah bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu?”
“Tidak ada Rasulullah,” jawab Ali.
“Di mana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu?” Tanya Rasulullah lagi.
“Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawab Ali.
“Berikan itu kepadanya (Fatimah) sebagai mahar!” Kata beliau.
Kemudian Ali langsung bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Rasulullah menyuruh menjualnya, dan baju besi tersebut Ali jual kepada Utsman bin Affan seharga 470 dirham; kemudian ia serahkan kepada Rasulullah dan Rasul berikan ke Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.
Fatimah yang sudah lama memendam cintanya kepada Ali bin Abi Thalib merasa bahagia. Kaum muslimin merasa gembira atas pernikahan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Setelah setahun menikah, Fatimah dan Ali Allah Swt. karuniai anak laki-laki bernama Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H.
*****************************
Mencintai dalam diam, kuat dalam mengikhlaskan, dan yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik. Walaupun Ali bin Abi Thalib tidak memiliki ekonomi yang sempurna, tapi komitmennya sempurna, sehingga Allah mempermudah jalannya.
Itulah cinta dalam diam, cinta yang selalu berlandaskan oleh ketaatan; yang diutamakan ialah cinta yang besar kepada Allah dan RasulNya. Itulah kisah cinta tentang keberanian, tanggung jawab, komitment, dan keikhlaan sebuah cinta.
Ada beberapa hikmah dari kisah cinta mereka. Ketika Ali merasa belum siap untuk melangkah lebih jauh dengan Fatimah, maka Ali mencintai Fatimah dalam diam. Karena diam adalah salah satu bukti cinta pada seseorang. Dengan diam berarti memuliakan kesucian diri dan hati sendiri dan orang yang di cintai. Sebab jika diungkapkan tapi belum siap untuk mengikat ikatan suci bisa saja terjerumus dalam maksiat.
Biarlah cinta dalam diam menjadi hal yang sangat indah yang bersemayam di sudut hati dan menjadi rahasia antara hati sendiri dan Allah Sang Maha Penguasa Hati. Yakinlah bahwa Allah Maha Mengetahui para hambanya yang menjaga hatinya. Allah juga telah mempersiapkan imbalan bagi para penjaga hati. Imbalan itu tak lain adalah hati yang terjaga.
Semoga kisah ini dapat bermanfaat bagi para insan yang merindukan cinta suci karena-Nya, yang sedang berikhtiar sekuat hatinya, dan yang saat ini menanti dengan sabar demi menyambut jalan cinta yang Allah Swt ridai. Amin.