Sabtu, 27 Agustus 2016

Mursyid

 بسم الله الرحمن الرحيم

Berguru Kepada MURSYID

1. Dasar-Dasar Al Qur’an Dan Al Hadits
Sebagai manusia yang mendapat tugas mengabdi kepada Allah Swt harus melalui atau menapak jalan untuk mencapai suatu tujuan yaitu berjumpa dengan Allah dan mendapatkan ridla-Nya. Untuk mencapai Allah, hamba tidak berkemampuan, karena dimensi manusia sebagai hamba sangat terbatas. Karena itu, sesuai dengan keinginan Allah Swt, ia menciptakan makhluk perantara sekaligus pengantar manusia untuk mempermudah berhubungan dengan Allah Swt dan mengenalnya dengan baik.

Firman Allah dalam hadits Qudsi menceritakan pesisa-Nya di kalangan hambanya sebagai berikut :

ﻛُﻨْﺖُ ﺧَﺰِﻳْﻨَﺔً ﺧَﺎﻓِﻴَﺔً ﻓَﺎَﺭَﺩْﺕُ ﺍَﻥْ ﺍُﻋْﺮَﻑَ ﻓَﺨَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖَ ﻓَﺘَﻌَﺮَّﻓْﺖُ ﺍِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻓَﻌَﺮَّﻓُﻮْﻥِ

Adalah Aku satu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka Aku jadikanlah makhluk-Ku. Maka Aku memperkenalkan diri-Ku kepada mereka (para petugas Allah).

Dalam al Qur’an terdapat banyak keterangan mengenai orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah, yaitu diberi rahmat dari Allah dan dikaruniai ilmu ladunni, seperti : nabi Khidlir guru ruhani Nabi Musa, Lukman al Hakim, Asif bin Barkhiya  perdana menteri Nabi Sulaiman, pemuda-pemuda penghuni gua atau Ashabul Kahfi dan lain-lain.

Pemuda-pemuda Ashabul Kahfi merupakan contoh pemuda yang telah beriman kepada Tuhannya dan petunjuknya senantiasa bertambah, imannya semakin kuat, kokoh, tidak dapat ditumbangkan oleh siapa pun, termasuk oleh raja yang berkuasa waktu itu. Ashabul Kahfi adalah sosok pemuda-pemuda yang keramat penuh fenomena, mereka adalah bagian ayat-ayat Tuhan :

Demikian itulah termasuk ayat-ayat Allah, siapa yang Allah menyukainya, maka ia mendapat petunjuk, siapa yang Allah sesatkan, maka engkau (Muhammad) tidak mendapatkan untuknya seseorang yang wali yang memintarkan (mendidik)-Nya, tentang urusan dunia, dan urusan keakhiratan.
(QS. al Kahfi : 17)

Lalu masalahnya, siapakah mursyid yang wali ini dan di mana tempatnya, apa ciri-ciri atau tanda-tandanya?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang sulit dicari jawaban-jawabannya, kecuali dari orang yang telah dikehendaki Allah mendapat petunjuk.

Ciri-cirinya antara lain yang disabdakan Rasulullah, dalam Hadits Qudsi :
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya :

Barang siapa memusuhi seorang Wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Dan apabila Hamba-Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai dari hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah kuwajibkan atasnya, kemudian ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik-baik), hingga Aku mencintainya. Maka apabila ia telah Kucintai, adalah Aku pendengarnya bila ia mendengar, dan Akulah penglihatannya bila melihat, dan Akulah tangannya bila ia mengambil (melakukan sesuatu), dan Akulah kakinya bila ia berjalan. Demi jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan permohonannya, dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pastilah Aku lindungi dia. (HR. Bukhori dari Abu Hurairah ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.