Kamis, 27 Februari 2025

3 hal yang perlu disiapkan menyambut Ramadhan

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia, sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Abbas ra, dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad 
bahwa خير أيام يوم الجمعة 
artinya sebaik-baiknya hari adalah hari Jum'at. 
Kemudian خير الأعمال الصلاة على وقتها 
artinya sebaik-baiknya aktivitas adalah shalat tepat pada waktunya. 
Selanjutnya خير الشهور شهر الرمضان 
artinya sebaik-baiknya bulan adalah bulan Ramadhan.

Abu Bakar al-Waraq berkata, bulan Rajab adalah bulan bercocok tanam, bulan Sya’ban adalah bulan memelihara tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan menikmati hasil tanaman. 

Puasa secara bahasa berarti imsaak yaitu menahan, sedangkan secara syar’i adalah menahan dari lapar dan dahaga serta segala hal yang membatalkannya mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه
Artinya: Apabila engkau melihatnya (hilal) maka berpuasalah (QS Ali Imran: 69).

Puasa merupakan salah satu dari tiang agama, sehingga persiapan menyongsong bulan Ramadhan haruslah dipersiapkan dengan serius, dan dengan hati yang bahagia. Karena Rasulullah saw, bersabda: 
 من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على النيران 
Artinya: Barang siapa bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka Allah akan haramkan jasadnya tersentuh api neraka.

Dalam menyongsong bulan Ramadhan yang suci dan berkah ini, seyogianya ada tiga hal yang perlu kita siapkan. 

Pertama, jaga hati dan pikiran, adanya rasa senang meyambut datangnya bulan Ramadhan adalah senantiasa ada dalam lubuk hati yang dalam. Sehingga terekspresi dalam sebuah pikiran hingga perbuatan

Kedua, jaga kesehatan, meskipun dikatakan bahwa صوموا تصحوا artinya berpuasalah, maka kamu akan sehat. Kesehatan sendiri terbagi pada sehat jasmani dan rohani. Sedangkan sehat jasmani adalah kesehatan yang mencangkup fisik kita, dan rohani adalah hati dan pikiran kita. Keduanya menjadi penting, sehingga dikatakan oleh para ulama: 
الصحة والراحة البال أغل من الكعوز والمال 
Artinya: Kesehatan dan ketenangan hati adalah lebih mahal daripada kekayaan dan harta.
Ketiga, menyiapkan waktu selama ramadhan, dengan waktu yang kita miliki akan senantiasa memperbanyak ibadah kepada Allah, dengan melakukan amal saleh dan segala kebaikan lainnya

Selasa, 25 Februari 2025

Cahaya dan kegelapan

Terdapat tiga ayat dalam Alquran yang menghubungkan takwa dengan cahaya kehidupan. Berikut tiga ayatnya:

1. Al Baqarah ayat 257

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ

"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah ayat 257)

2. Al Maidah ayat 16

يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (QS. Al Maidah ayat 16)

3. Al Hadid ayat 28

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al Hadid ayat 28)

 jika seseorang ingin keluar dari kegelapan menuju cahaya, maka harus ambil jalan takwa dengan meningkatkan amal shaleh. "Takwa dan amal shaleh adalah kunci untuk melihat cahaya di tengah-tengah kegelapan kehidupan, dan hanya dengan memperbaiki hubungan dengan Allah serta menjalankan takwa yang benar, seseorang dapat mengarahkan hidup mereka menuju cahaya yang lebih terang," 

Senin, 03 Februari 2025

Fana ada 3

والفناء على ثلاثة أقسام: 
فناء في الافعال: لا فاعل إلا الله. لا تُحَرَّك ذرة الا باذن الله
وفناء في الصفات: لا حي ولا عالم ولا قادر ولا مريد ولا سميع ولا بصير ولا متكلم على الحقيقة إلا الله. 
وفناء في الذات: لا موجود بالوجود الذاتي إلا الله. 
فيفنى أولاً في الأفعال بذوق (وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ) ثم يفنى ثانياً في الصفات بذوق ( وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللّهَ رَمَى) . ثم يفنى ثالثاً في الذات بذوق {كان الله ولا شئ معه }. وعند ذلك يبقى بربه سبحانه وتعالى وهذه المراتب إنما تحصل بالمقامات التي يقطعها السالك كالتوبة، والمحاسبة، والمراقبة، والمجاهدة، والورع، والإخلاص، والصدق، والزهد، والحضور مع الله بالقلب، والتسليم، والتوكل، وشدة التقرب إليه تعالى بالنوافل كما في الحديث: {لا يزال عبدي يتقرب الى بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها ورجله التى يمشي بها ... الخ} وهذا لا يتيسر إلا لمن اختاره الله تعالى لقربه، وسقاه كأس حبه.

Malam Nisfu Syaban

Khutbah I

 اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ 

Hadirin shalat Jumat Rahimakumullah,  Alhamdulillah kita sudah berada di Bulan Sya'ban. Bulan ini mempunyai banyak kejadian bersejarah yang tidak akan terlupakan oleh umat Islam. Di antaranya adalah peralihan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di Makkah. Pada bulan ini, ayat tentang perintah bershalawat pada Nabi juga diturunkan yakni QS al-Ahzab: 56 sehingga bulan Sya’ban juga disebut bulan bershalawat pada Nabi. Pada bulan ini juga ada malam spesial di pertengahan bulan Sya’ban, yang akrab dikenal dengan malam Nisfu Sya’ban. Bila melihat kalender Masehi tahun ini, maka malam Nisfu Sya’ban jatuh pada hari kamis malam jumat Pahing  13 Februari 2025,

 Hadirin shalat Jumat Rahimakumullah, 
Bila kita membuka literatur seputar Nisfu Sya’ban, maka keutamaan yang banyak ditemukan terletak pada malam Nisfu Sya’bannya, bukan pada hari Nisfu Sya’bannya. Bahkan bisa saja sudah banyak di antara kita yang telah familiar dengan pahala yang akan didapatkan ketika menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan dzikir, shalawat, doa, dan membaca Al-Quran. Namun pada kesempatan kali ini, khatib akan menyampaikan beberapa hadits, pendapat ,dan kebiasaan ulama salaf dalam mengoptimalkan malam Nisfu Sya’ban. 

Pertama, hadits riwayat Ibnu Hibban mengenai keutamaan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban. Hadits tersebut berbunyi:

 يَطْلُعُ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ 

“Allah akan muncul ke mahluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban), kemudian akan mengampuni seluruh (dosa) mahluk-Nya kecuali orang musyrik dan mengadu domba.” 
Coba perhatikan hadits tersebut, di mana Allah hanya tidak mengampuni dua jenis manusia: yang menyekutukan-Nya dan yang sering mengadu domba antar sesama. 
Hal ini merupakan konsistensi Allah yang pernah berfirman dalam kitab suci-Nya yang berbunyi: 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ Artinya: “Sesunguhnya Allah tidak akan mengampuni (bila) disekutukan (syirik) dengan (tuhan) yang lain dan akan mengampuni apa saja selain perbuatan (syirik) itu bagi siapa pun yang Allah kehendaki.” (QS. al-Nisa’: 48) 
Selain perbuatan syirik itu, Allah akan memberikan ampunan-Nya. Tentu dengan syarat bila orang tersebut meminta ampunan dengan memperbanyak membaca istighfar, dzikir, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Maka bagi pelaku dosa lainnya, bila melihat keumuman hadits ini, tidak perlu khawatir untuk tidak diampuni dosanya. Sebanyak apa pun dosanya, bila sungguh-sungguh bertobat dan memohon ampunan-Nya, pasti Dia akan mewujudkan permohonan tersebut. Makanya dalam riwayat Tirmidzi disebutkan: 

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ 
Artinya: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban), kemudian Dia mengampuni dosa-dosa yang lebih banyak dibandingkan jumlah bulu kambing suku Kalb.” 
Bulu kambing di sini pada dasarnya bersifat majaz, artinya dosa yang tidak terhitung akan mendapatkan peluang ampunan dari Allah. Sehingga seorang Muslim yang berlumur dosa tidak perlu pesimis dan putus asa untuk memperoleh rahmat-Nya berupa dihapuskan dosa-dosanya. Malam Nisfu Sya’ban yang akan terjadi besok malam menjadi momen yang tepat untuk memohon agar dosa-dosanya diampuni. 

Hadirin shalat Jumat Rahimakumullah, Keistimewaan semacam ini menjadi kekhasan bulan Sya’ban. Makanya seorang ulama salaf bernama Atha’ bin Yasar mengatakan bahwa tidak ada malam yang lebih utama setelah malam Lailatul Qadar ketimbang malam Nisfu Sya’ban. Artinya, derajat malam Nisfu Sya’ban berada tepat di bawah malam Lailatul Qadar. Dapat dibayangkan kiranya bagaimana kemuliaan malam Nisfu Sya’ban ketika dinilai posisinya berada setelah malam Lailatul Qadar. Hal ini karena ampunan Allah yang diberikan dengan sangat mudah dan gampang, bahkan tidak ada batasan jumlah dosa sebagaimana dalam riwayat di atas. Imam Syafi’i pun turut mengomentari kemuliaan Nisfu Sya'ban. Kata beliau, ada lima malam di mana sebuah doa berpeluang besar akan dikabulkan. Salah satu dari lima malam tersebut adalah malam pertengahan bulan Sya’ban, Dengan kata lain, ulama salaf generasi sebelum Imam Syafi’i sudah mempunyai kebiasaan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban.  Di kalangan Tabi’in di negeri Syam memuliakan malam Nisfu Sya’ban dengan bermujahadah dan memperbanyak ibadah, sehingga banyak orang meniru aktivitas tersebut. 

Hadirin shalat Jumat Rahimakumullah, Dengan demikian, marilah kita ingatkan dan mengajak keluarga dan sanak famili untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan melakukan berbagai amalan-amalan yang bernilai ibadah. 
Hal ini juga dalam rangka mengamalkan ayat:
 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ Artinya: “Dan hendaklah kalian saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam melakukan dosa dan permusuhan.” (QS. al-Maidah: 2) 
Sangat disayangkan bila sampai melewati malam yang penuh berkah ini dengan tanpa memperbanyak pundi-pundi pahala. Seyogyanya kita menjadikan Nisfu Sya’ban sebagai titik tolak untuk memulai hidup baru agar lebih baik daripada kehidupan sebelumnya. Pada malam Nisfu Sya’ban kita memohon agar dosa-dosa kita dihapus, sehingga pada pagi harinya kita menjadi layaknya seorang bayi yang baru lahir yang tidak mempunyai dosa sama sekali. Dalam bermunajat pada malam Nisfu Sya’ban kita bertekad untuk memperbaiki diri dan meminimalisir dosa-dosa. Sebab sudah pasti kita tidak akan bisa terhindar dari dosa. Namun setidaknya setelah Allah mengampuni dosa-dosa kita, kita sudah memantapkan hati untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa, yang lebih serius lagi dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ. 

Khutbah II 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ. اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ.ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ